Keidaktahuan Informasi dan Prosedur Transit

D. Keidaktahuan Informasi dan Prosedur Transit

Beberapa pekerja migran yang bekerja diluar negeri harus melalui proses transit sebelum iba di negera tujuan. Pening bagi para pekerja migran untuk mengetahui informasi dan prosedur keberangkatan termasuk tata cara transit. Prosedur atau tata cara transit idak hanya di luar negeri namun

juga berlaku di wilayah Indonesia. Sebelum pekerja migran di berangkatkan, mereka transit di kota-kota besar di Indonesia untuk keberangkatan ke negara tujuan.

Daerah transit yang sering dilalui oleh para pekerja migran baik yang sesuai prosedur maupun non prosedural yaitu, Surabaya, Jakarta, Batam, Semarang, wilayah perbatasan Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur. Hampir ratusan seiap harinya pekerja migran ilegal transit di Bandara Hang Nadim Batam namun oleh pihak yang berwenang mereka idak diindak

secara tegas. 19 Negara transit di luar negeri (negara keiga) di antaranya adalah UEA, Qatar, Oman, Yordania, Suriah, Singapura, dan Malaysia. 20 Minimnya pengetahuan informasi dan prosedur transit bagi pekerja migran membuat

mereka rentan untuk dieksploitasi. Pekerja migran harus dibekali pengetahuan jalur keberangkatan dan tata cara

transit sebelum mereka berangkat. Karena minimnya pengetahuan mereka mengenai prosedur dan informasi transit, banyak dari pekerja migran yang

menunggu terlalu lama dan terlunta-lunta di negara atau wilayah transit. Mereka idak diberikan pembekalan akomodasi dan makanan oleh agensi dan akhirnya idak diberangkatkan ke negara tujuan. Beberapa kasus tersebut terjadi pada pekerja migran illegal atau non prosedural yang idak mendatar

pada agensi yang kredibel.

19 Batam Jadi Jalur Transit TKI dalam website htp://www.haluankepri.com/batam/68887-batam-jadi- jalur-transit-tki.html diakses pada tanggal 8 Maret 2016 pkl 14.59. 20 BNP2TKI: Tak Dilindungi Hukum, TKI Nonprosedural Posisinya Lemah dalam website htp://www. bnp2tki.go.id/read/9506/Tak-Dilindungi-Hukum-TKI-Non-Prosedural-Posisinya-Lemah diakses pada tanggal 3 Maret 2016 pkl 15.23.

Proses transit pekerja migran di luar negeri seharusnya idak lebih dari 24 jam karena tujuan mereka transit adalah untuk mengakses keberangkatan pesawat ke negara tujuan. Dalam UU No.39/2004 idak diatur mengenai tata cara dan lamanya masa transit bagi pekerja migran. Seharusnya

pemerintah bertanggung jawab terhadap proses migrasi aman bagi para pekerja migran termasuk mengenai informasi dan prosedur transit. Namun sayangnya pemerintah idak melakukan pengawasan terhadap proses transit

karena hampir dari semua proses migrasi dan perlindungan pekerja migran diserahkan kepada PPTKIS atau agensi. 21

Pemerintah belum memaksimalkan perjanjian MoU yang dibuat dengan beberapa negara untuk mekanisme perlindungan pekerja migran di negara

transit. Sehingga apabila ada pelanggaran HAM yang terjadi kepada pekerja migran di negara transit, idak ada kesepahaman antar Indonesia dan negara

transit untuk memberikan sanksi kepada pelaku pelanggaran HAM tersebut. Oleh karena itu pelibatan negara transit dalam upaya perlindungan pekerja migran sangatlah pening sehingga pemerintah juga dapat turut serta dalam perlindungan tersebut. 22

Kondisi Pekerja Migran Saat Transit “Para TKI bermasalah yang kerap transit di UEA itu idak memiliki Kartu Tenaga Kerja

Luar Negeri (KTKLN). Ini membuat mereka sulit dilacak. Kondisi tersebut diperparah dengan keadaan mereka yang idak membaca dan memahami kontrak mereka, sehingga mudah menjadi korban penganiayaan.”.

Sumber: Indonesia Akan Moratorium TKI ke Uni Emirat Arab dalam website htp://nasional.news.viva.co.id/ news/read/408376-indonesia-akan-moratorium-tki-ke-uni-emirat-arab diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pkl 13.59

Karena masalah tersebut banyak pekerja migran yang terjebak dengan pihak keiga (di luar agensi dan majikan) yang mereka temui di negara transit

dan akhirnya dieksploitasi atau menjadi korban perdagangan manusia atau terjerat kasus indak pidana perdagangan orang (TPPO). Terkait dengan

masalah transit dan perdagangan manusia, saat ini pemerintah sedang melakukan upaya sosialisasi bahaya bagi pekerja migran non prosedural dan ilegal.

Hal itu dikarenakan banyak dari pekerja migran non procedural dan ilegal yang melalui jalur mandiri transit disuatu wilayah dan rentan terhadap

indak pelanggaran HAM dan TPPO. Perlu diketahui juga oleh para pekerja migran bahwa penempatan pekerja migran ke Arab Saudi, Yordania, Kuwait,

Malaysia, Suriah, dan UEA sedang dimoratorium. Oleh karena itu apabila ada

21 Anis Hidayah dan Wahyu Susilo, Laporan Kajian Kebijakan Migrasi di Indonesia dari Perspekif HAM: Kebijakan Migrasi di Indonesia Nir HAM, (Jakarta: Publikasi Migrant Care, 2016) hlm 97. 22 Ibid , hlm 71.

pihak keiga yang mereka temui di negara transit menjanjikan perkerjaan di negara tersebut patut untuk dihindari.

Kondisi Pekerja Migran Saat Transit Salah satu pekerja migran berinisial FT dijanjikan bekerja di Arab dengan gaji 800

riyal per bulan. Ia idak langsung diberangkatkan ke Arab tapi transit terlebih dahulu di Malaysia. Di Malaysia ia dijemput oleh orang Arab yang diyakininya akan menjadi bosnya. Ternyata orang Arab ini bukanlah bosnya, justru pekerja migran tersebut malah ditahan di rumahnya untuk dipekerjakan. Sedangkan ia idak juga diberangkatkan ke Arab dan dokumennya ditahan oleh orang Arab tersebut.

Sumber: Malaysia Menjadi Negara Transit Pengiriman BMI ke Arab dalam website htp://buruhmigran.

or.id/2015/05/13/malaysia-menjadi-negara-transit-pengiriman-bmi-ke-arab/ diakses pada tanggal 25 Februari 2016 pkl 16.06