30
bebas-aktif yang tetap anti-imprialisme dan kolonialisme Tap MPR No.XIIMPRS1966.
28
2.2 Konsep dan Landasan Dwi Fungsi ABRI
Militer merupakan alat pertahanan negara sebenarnya telah mempunyai konsep yang baik dalam perannya menjaga stabilitas politik dan keamanan di
Indonesia, yaitu dengan Dwi-fungsi ABRI. Dwi Fungsi ABRI adalah sebuah konsep dasar militer dalam menjalankan peran sosial politik mereka di negeri ini. Dwi Fungsi
ABRI yang diketahui masyarakat luar lingkungan ABRI merupakan sebagai bentuk militerisme, intervensi militer dalam permasalahan urusan politik, campur tangan
militer dalam permasalahan negara yang penting dalam menyangkut hidup orang banyak.Dwi fungsi ABRI dilihat dari capur tangan militer dan legitimasi militer
untuk melakukan tindak kekerasan terhadap masyarakatnya. Yang artinya masuknya militer dalam posisi-posisi jabatan penting pemerintahan sehingga mengurangi porsi
masyarakat sipil. Keadaan tersebut membuat kondisi masyarakat sipil yang cenderung stagnasi dalam proses regenerasi dan kaderisasi untuk melanjutkan
tonggak pemerintahan yang baru. Konsepsi Dwi fungsi ABRI pada dasarnya muncul sebagai bentuk konsep
“Jalan Tengah” yang diusulkan oleh Jendral A.H. Nasution. Pemimpin TNI-AD pada saat itu, kepada Presiden Soekarno dalam peringatan Ulang Tahun Akademi Militer
28
Arif Yulianto, Opcit Hal.245
31
Nasional di Magelang, Jawa Tengah pada 13 November 1958 yang memberrikan peluang bagi peranan terbatas TNI di dalam pemerintahan sipil.
Kalau melihat arti kata Dwi Fungsi dalam bahasa Sansekerta, berarti Dwi diartikan sebagai dua, secara konotasi berarti ganda. Jadi, Dwi Fungsi adalah doktrin
di lingkungan militer Indonesia yang menyebutkan bahwa militer memiliki dua tugas yaitu sebagai menjaga keamanan dan keterlibatan negara dan memegang kekuasaan
negara. Dengan adanya peran ganda tersebut, militer Indonesia diizinkan untuk memegang posisi di dalam pemerintahan.
Dengan adanya Dwi Fungsi ABRI tersebut maka militer mengambil jalan tengah diantara dua hal tugas ganda yang diembankan secara konsepsi diatas. Seperti
ABRI tidak melibatkan dirinya kedalam politik dengan kudeta , tetapi tidak pula menjadi penonton dalam konstalasi politik. Perwira tinggi militer harus diberikan
kesempatan melakukan partisipasinya dalam pemerintahan atas dasar pedoman konsepsi dasar tersebut.
Dwi Fungsi ABRI mempunyai beberapa landasan yang dapat menguatkan perannya dalam politik. Landasan tersebut yaitu :
29
1. Tap MPRS No. IIMPRS1960 dibuat sebelum masa orde baru dan
menyebutkan :
29
Arif Yulianto, Ibid Hal 247
32
“tentara dan polisi diikutsertakan dalam proses produksi dengan tidak tugas utama masing-masing, golongan-golongan di dalam masyarakat wajib
berusaha mencapai tujuan nasional dan tak terkecuali juga tentara dan polisi turut memikul tanggung jawab mereka terhadap negara, peran dan kegiatan
tentara dan polisi dibidang produksi membuat pendekatannya dengan rakyat menjadi lebih intensif dalam proses pembangunan terutama dalam
industrialisasi.” Ketetapan MPRS diatas telah memberikan peluang kepada militer untuk ikut
serta dalam masalah ekonomi, produksi dan industrialisasi.itu jelas posisi dan peran yang sangat luas bagi militer, yang memerlukan tenaga dan pikiran yang tidak ringan.
Tentu saja akan merugikan bagi usaha meningkatkan profesionalismenya dalam mengemban tugas diluar lingkungan militer.
2. UU No. 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahan keamanan
negara. Pada pasal 26 menyebutkan : “Angkatan Bersenjata mempunyai fungsi sebagai kekuatan pertahanan
keamanan dan sebagai kekuatan sosial.” Dalam Undang-Undang ini tidak disebutkan “politik” tetapi hanya sosial.
Namun dalam prakteknya, militer menjadi kekuatan pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik.
33
3. UU No. 20 tahun 1982 pasal 28, menyebutkan :
“Angkatan bersenjata diarahkan agar secara aktif mampu meningkatkan dan memperkokoh ketahanan nasional dengan ikut serta dalam pengambilan
keputusan mengenai masalah kenegaraan dan pemerintahan, mengembangkan demokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusional berdasarkan UUD1945
dalam segala kegiatan dan usaha pembangunan nasional.” 4.
UU No. 2 tahun 1988 tentang prajurit ABRI. Pasal 3 ayat 2 menyebutkan : “Prajutir ABRI bersumpah setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.” Ini berarti tentara harus setia kepada pemerintah selama pemerintah setia dan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945. Membela, melindungi dan memperjuangkan kepentingan rakyat, serta didukung oleh rakyat.
5. UU No. 2 tahun 1988 pasal 6 yang berbunyi :
“Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia mengemban Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yaitu sebagai kekuatan pertahanan
dan keamanan dan sosial politik.”
2.3 Praktek Dwi Fungsi ABRI