Perjanjian Internasional
2.4 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga dengan persetujuan ataupun konvensi merupakan kata sepakat antara dua atau lebih subjek hukum internasional mengenai suatu objek atau masalah tertentu dengan maksud untuk membentuk hubungan hukum atau melahirkan hak dan kewajiban yang diatur
oleh hukum internasional. 36 Berdasarkan pengertian tersebut terdapat unsur-unsur
perjanjian internasional, yaitu kata sepakat, subjek hukum internasional, dan objek perjanjian. Mengenai subjek hukum internasional dalam pengertian tersebut tidak dikatakan secara tegas siapa saja yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian. Oleh karena itu, saat ini tidak semua subjek hukum internasional dapat menjadi pihak perjanjian internasional. Hanya negara, tahta suci, dan organisasi internasional (tidak seluruhnya), kaum belligerensi, bangsa yang sedang memperjuangkan hak-
36 I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2002, hal. 12.
haknya yang dapat berkedudukan sebagai pihak dalam perjanjian internasional. 37 Selain itu, pengertian tersebut tidak secara tegas menyebutkan bentuk perjanjian
internasional yang tidak tertulis maupun perjanjian internasional tertulis. Berdasarkan alasan tersebut, maka dapat dirumuskan perjanjian internasional dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu:
“Kata sepakat antara dua atau lebih subjek hukum internasional (negara, tahta suci, kelompok pembebasan, organisasi internasional) mengenai suatu objek tertentu yang dirumuskan secara tertulis dan
tunduk pada atau yang diatur oleh hukum internasional.” 38
Pengertian perjanjian internasional tersebut menjadi lebih sempit dengan memberikan batasan mengenai subjek hukum internasional dan bentuk perjanjian. Pengertian tersebut menyatakan secara tegas subjek hukum internasional yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian. Subjek hukum internasional tersebut adalah negara, tahta suci, kelompok pembebasan, organisasi internasional. Demikian pula bentuk perjanjian yang disebutkan dalam pengertian ini adalah bentuk tertulis. Organisasi internasional dapat juga sebagai pihak dalam suatu perjanjian internasional sehingga akan lebih mudah dipahami jika pengertian perjanjian internasional dibagai dalam dua macam yaitu pengertian perjanjian internasional antarnegara yang berbeda serta pengertian perjanjian internasional antara negara dan organisasi internasional atau antarorganisasi internasional.
Pasal 2 ayat (1) butir a Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional memberikan pengertian perjanjian internasional antarnegara, yaitu:
37 Ibid, hal. 18. 38 Ibid, hal. 13.
Suatu persetujuan internasional yang diadakan antara negara-negara dalam bentuk yang tertulis dan diatur oleh hukum internasional baik yang berupa satu instrumen tunggal atau berupa dua atau lebih instrumen yang saling berkaitan tanpa
memandangapapun juga namanya. 39
Sedangkan Pasal 2 ayat (1) butir a Konvensi Wina 1986 tentang Perjanjian Antara Negara dan Organisasi Internasional dan Perjanjian antara Organisasi Internasional dan Organisai Internasional memberikan pengertian perjanjian internasional antara negara dan organisasi internasional dan antarorganiasi
internasional. 40 Perjanjian internasional berarti suatu persetujuan internasional yang diatur oleh hukum internasional dan dirumuskan dalam bentuk tertulis:
1. Antara satu atau lebih negara dan satu atau lebih organisasi internasional; atau,
2. Sesama organisasi internasional, baik persetujuan itu berupa satu instrumen atau lebih dari satu instrumen yang saling berkaitan dan tanpa memandang apapun juga namanya.
39 Isi Pasal 2 ayat (1) butir a Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional: Treaty means an international agreement concluded between States in written from and governed by
international law, whether embodied in a single instrument or in two or more related instrument and whatever it’s particular designation.
40 Isi Pasal 2 ayat (1) butir a Konvensi Wina 1986 tentang Perjanjian antara Negara dan Organisasi Internasional dan Perjanjian antara Organisasi Internasional dan Organisasi Internasional: Treaty
means an international agreement governed by international law and concluded in written from: (i) Between one or more States and one or more international organization; or (ii) Between international organizations, whether that agreement is embodied in a single instrument or in two or more related instrument and whatever particular designation.
Kedua pengertian tersebut memiliki unsur yang sama dengan pengertian perjanjian internasional sebelumnya. Namun demikian, pada kedua pengertian terakhir, ruang lingkup perjanjiannya menjadi lebih sempit, dengan memisahkan subjek hukum yang dapat menjadi peserta dalam perjanjian internasional.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dijabarkan beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh suatu perjanjian agar dapat disebut sebagai perjanjian
internasional, yaitu: 41
1. Kata sepakat Kata sepakat merupakan unsur yang esensial dari perjanjian internasional. Tanpa kata sepakat antara para pihak, maka tidak akan ada perjanjian. Kata sepakat inilah yang kemudian dituangkan ke dalam pasal-pasal perjanjian.
2. Subjek-subjek hukum Subjek hukum yang dimaksud adalah subjek hukum internasional yang terikat pada perjanjian, antara lain negara (termasuk negara bagian, sepanjang konstitusi negara federal yang bersangkutan memungkinkan hal tersebut), tahta suci, organisasi internasional, kaum belligerensi, dan bangsa yang sedang memperjuangkan haknya. Pada perjanjian internasional yang bersifat terbuka dapat dimungkinkan bahwa pihak yang melakukan perundingan belum tentu menjadi peserta dalam perjanjian tersebut, sedangkan pihak yang tidak terlibat dalam proses perundingan kemudian menjadi peserta perjanjian. Situasi ini seringkali terjadi tatkala pihak yang
41 I Wayan Parthiana, Op.Cit, hal. 16.
melakukan perundingan kemudian menyatakan sikap untuk tidak terikat pada persetujuan tersebut.
3. Berbentuk Tertulis Bentuk tertulis merupakan perwujudan dari kata sepakat yang otentik dan mengikat para pihak, dengan dirumuskan dalam Bahasa dan tulisan yang dipahami dan disepakati para pihak yang bersangkutan. Melalui bentuk tertulis, akan menjamin adanya ketegasan, kejelasan, dan kepastian hukum bagi para pihak dan pihak ketiga yang mungkin pada suatu hari akan terikat pada perjanjian tersebut.
4. Objek tertentu Objek dari suatu perjanjian internasional adalah objek atau hal tertentu yang diatur di dalamnya. Setiap objek itu secara langsung menjadi nama dari perjanjian tersebut.
5. Tunduk pada atau diatur oleh hukum internasional Yang dimaksud adalah baik hukum internasional pada umumnya maupun hukum internasional pada khususnya (hukum diplomatik, Hukum Laut Internasional, dan sebagainya). Secara umum, suatu perjanjian melahirkan hubungan hukum berupa hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi para pihak yang terikat pada perjanjian tersebut. Demikian pula sejak diadakannya perundingan hingga dinyatakannya persetujuan terhadap perjanjian tersebut, seluruhnya tunduk pada hukum perjanjian internasional.
Perjanjian internasional memiliki beberapa istilah dalam Bahasa Inggris, seperti treaty, convention, agreement, declaration, charter, covenant, statute, Perjanjian internasional memiliki beberapa istilah dalam Bahasa Inggris, seperti treaty, convention, agreement, declaration, charter, covenant, statute,
Deklarasi merupakan salah satu istilah dalam perjanjian internasional yang sedang dibahas dalam penulisan ini yang menyangkut Implementasi Deklarasi Jakarta 2012.
Deklarasi diartikan sebagai pernyataan atau pengumuman. Deklarasi digunakan untuk menunjuk pada kesepakatan antara para pihak yang bersifat umum dan berisi mengenai hal-hal yang pokok saja. J.G. Starke membedakan deklarasi ke dalam empat macam, yaitu: 42
a. Deklarasi sebagai perjanjian dalam arti sebenarnya
b. Instrumen tidak formal yang dilampirkan pada suatu perjanjian sebagai penjelasan
c. Persetujuan informal yang berhubungan dengan masalah-masalah yang tidak begitu penting
d. Resolusi yang dikeluarkan dalam suatu konferensi diplomatik yang berisi beberapa pernyataan tentang beberapa prinsip yang harus dihormati.
42 I Wayan Parthiana, Op.Cit, hal. 30.
Bentuk perjanjian internasional secara tertulis telah dikemukakan diatas, dapat ditinjau dari berbagai sudut pendekatan, antara lain:
1. Perjanjian internasional ditinjau dari segi jumlah negara yang menjadi peserta:
a. Perjanjian bilateral, dimana yang menjadi peserta perjanjian hanya dua pihak atau dua negara saja;
b. Perjanjian multilateral, dimana yang menjadi peserta perjanjian lebih dari dua pihak atau dua negara.
2. Perjanjian internasional ditinjau dari kesempatan yang diberikan kepada negara-negara untuk menjadi peserta dalam perjanjian internasional:
a. Perjanjian internasional khusus atau perjanjian internasional tertutup, dimana kaidah hukum dalam perjanjian internasional tersebut khusus berlaku bagi para pihak yang menjadi peserta. Hal ini dikarenakan perjanjian internasional tersebut hanya mengatur kepentingan dari para pihak saja. Contoh perjanjian internasional tertutup ini yaitu perjanjian mengenai garis batas wilayah dan garis batas landas kontinen.
b. Perjanjian internasional terbuka, dimana perjanjian tersebut terbuka bagai negara-negara yang pada awalnya tidak terlibat dalam proses perundingan perjanjian. Jika terdapat negara-negara yang setelah diberlakukannya perjanjian ini ingin bergabung, maka dapat dilakukan melalui pernyataan persetujuan untuk terikat (consent to be bound). Keterbukaan dari perjanjian ini tergantung pada maksud dan tujuan, b. Perjanjian internasional terbuka, dimana perjanjian tersebut terbuka bagai negara-negara yang pada awalnya tidak terlibat dalam proses perundingan perjanjian. Jika terdapat negara-negara yang setelah diberlakukannya perjanjian ini ingin bergabung, maka dapat dilakukan melalui pernyataan persetujuan untuk terikat (consent to be bound). Keterbukaan dari perjanjian ini tergantung pada maksud dan tujuan,
3. Perjanjian internasional ditinjau dari kaidah hukumnya:
a. Perjanjian internasional yang melahirkan kaidah hukum yang khusus berlaku bagi para pihak yang terikat. Perjanjian seperti ini berlaku hanya sebatas pada para pihak yang melakukan perundingan dan menyatakan persetujuannya untuk terikat pada perjanjian tersebut. Sehingga, kaidah hukum yang muncul hanya mengikat terhadap para pihak dalam perjanjian saja. Bentuk perjanjian ini antara lain perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral terbatas. Kaidah hukum yang terdapat dalam perjanjian tersebut kemudian dapat berkembang menjadi kaidah hukum yang berlaku umum jika substansi dari perjanjian khusus ini diikuti oleh negara lain.
b. Perjanjian internasional yang melahirkan kaidah hukum yang berlaku dalam suatu kawasan tertentu. Perjanjian seperti ini dapat dikatakan sebagai perjanjian internasional terbuka. Hanya saja sifat terbuka dari perjanjian ini berlaku bagi negara-negara yang berada dalam suatu kawasan tertentu. Sementara untuk negara-negara di luar kawasan tersebut tidak dimungkinkan untuk menjadi pihak dalam perjanjian. Perjanjian seperti ini lazim disebut sebagai perjanjian internasional regional. Sebagai contoh adalah American Convention on Human Rights (Pact of San Jose) of November 22, 1969.
c. Perjanjian internasional yang melahirkan kaidah hukum yang berlaku umum. Perjanjian seperti ini, pada umumnya berkenaan dengan masalah kepentingan seluruh negara di dunia, dimana setiap negara tidak memandang letak geografis masing-masing negara sebagai pihak dalam perjanjian. Dengan banyaknya jumlah negara yang menjadi pihak dalam perjanjian tersebut, maka besar kemungkinan jika perjanjian tersebut kemudian menjadi kaidah hukum yang berlaku umum. Perjanjian dapat pula dikatakan sebagai perjanjian yang bersifat terbuka karena baik dari jumlah maupun letak geografis negara yang akan menjadi peserta perjanjian tidak dibatasi. Sebagai contoh adalah Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982.
Perjanjian internasional sebagai sumber utama hukum internasional mengikat para pihak. Perjanjian internasional menganut prinsip Pacta Sunt Servanda yang menyebutkan bahwa perjanjian internasional mengikat para pihak. Dengan terikatnya negara peserta terhadap perjanjian internasional, maka negara peserta memilliki kewajiban untuk mentaati dan menghormati pelaksanaan perjanjian tersebut.
Jika dilihat dari jumlah peserta, Deklarasi Jakarta 2012 termasuk dalam perjanjian bilateral dimana deklarasi tersebut dilakukan oleh Jerman dan Indonesia saja. Dilihat dari kesempatan yang diberikan kepada negara-negara untuk menjadi peserta dalam perjanjian internasional, Deklarasi Jakarta 2012 termasuk Perjanjian internasional khusus atau perjanjian internasional tertutup dimana perjanjian ini terkait antara dua negara saja.
Jika dilihat dari kaidah hukum, Deklarasi Jakarta 2012 termasuk dalam Perjanjian internasional yang melahirkan kaidah hukum yang khusus berlaku bagi para pihak yang terikat. Dikarenakan yang melakukan hanya negara RI dan Jerman saja, maka hukum yang ada terkait pada kedua negara itu juga.