Kerjasama dalam Bidang Transportasi
4.3 Kerjasama dalam Bidang Transportasi
Transportasi di Indonesia pada perkembangannya sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Baik transportasi darat, udara, laut dan sungai. Hal tersebut dapat terlihat dari fasilitas-fasilitas pendukung yang telah disempurnakan oleh negara. Seperti jalan, bandar udara, terminal, stasiun, rel kereta, pelabuhan dan SDM.
Upaya pengembangan transportasi didasarkan pada kebutuhan transportasi yang meningkat. Dengan dihapuskannya subsidi terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) serta harga suku cadang yang tinggi, menyebabkan banyak masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah memilih menggunakan transportasi umum untuk kemudahan aktivitas mereka.
Upaya penyempurnaan sarana dan prasarana transportasi tidak bisa dilaksanakan pemerintah Indonesia dengan sendirinya. Dengan teknologi dan dana yang terbatas, peningkatan kualitas transportasi Indonesia perlu bantuan dan dukungan dari pihak swasta serta negara lain. Jerman merupakan salah satu negara yang berpengaruh dalam pembangunan transportasi di Indonesia.
Transportasi merupakan salah satu prioritas utama kerjasama antara Indonesia-Jerman. Jauh sebelum Deklarasi Jakarta 2012 diresmikan, Indonesia telah lama bermitra dengan Jerman dalam bidang transportasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kementerian Perhubungan RI, telah ada kerjasama transportasi baik laut, udara dan darat.
Untuk angkutan laut, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federasi Jerman telah menandatangani persetujuan di bidang pelayaran
oleh Menteri Luar Negeri, Ali Latas pada tanggal 28 Oktober 1996. 67 Kemudian dalam implementasinya, Indonesia memperoleh banyak manfaat dari persetujuan
tersebut, salah satunya pendistribusian barang oleh Indonesia ke Jerman menjadi lebih mudah dengan volume yang cukup tinggi. Selain persetujuan tersebut, Indonesia-Jerman pernah berkerjasama dalam hal pelatihan Otoritas Pelabuhan Indonesia yang dilaksanakan di Bremen, Jerman dengan biaya yang ditanggung Indonesia lebih murah. Pelatihan tersebut diikuti oleh 178 orang yang berasal dari
4 Otoritas Pelabuhan Indonesia (OPI) dengan tujuan peningkatan SDM di sektor angkutan laut Indonesia.
Untuk angkutan udara, Indonesia-Jerman telah menyepakati berbagai hal salah satunya adalah permudahan akses orang-orang Indonesia dari dan ke Jerman atau Eropa dengan menggunakan maskapai milik Jerman yakni Lufthanza. Sebelumnya, belum ada penerbangan langsung ke Jerman. Jadi masyarakat yang pergi ke Jerman harus singgah terlebih dahulu ke Kuala Lumpur, itu akan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Selain permudahan akses penerbangan, telah ditandatangani pula kebijakan mengenai penerbangan angkutan khusus kargo yang memberikan dampak positif dengan peningkatan frekuensi perdagangan antara kedua negara, sehingga aliran barang yang ke atau dari Jerman dapat lebih
67 Posisi Kerjasama Bilateral Republik Indonesia – Republik Federasi Jerman di Bidang Perhubungan. Biro Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Perhubungan RI, 2015.
bebas tanpa adanya pembatasan kapasitas yang diangkut oleh perusahaan penerbangan masing-masing negara.
Dalam angkutan darat, Indonesia telah dibantu Jerman dalam hal pendanaan bidang perkeretaapian. Seperti yang telah dioperasikan yaitu Jabotabek Commuter Railways. Selain itu, Indonesia juga telah mendapakan bantuan dari pihak Jerman dalam program pemeliharaan rel kereta api yang merupakan salah satu dari program Indonesia dalam memperbaiki sarana dan prasarana angkutan massal.
Dari hasil kerjasama tersebut dapat dikatakan Jerman dengan Indonesia memiliki sejarah hubungan yang baik. Terbukti dengan kerjasama yang dilakukan tidak hanya sekali melainkan berkelanjutan. Selain itu, Indonesia-Jerman mengupayakan kerjasama dalam hal lain. Selain untuk menjaga hubungan kedua negara, kerjasama tersebut juga menghasilkan keuntungan baik dalam kehidupan ekonomi serta pencapaian tujuan dalam negeri. Penguatan kerjasama Indonesia- Jerman dalam hal pembangunan transportasi kemudian disebutkan dalam Deklarasi Jakarta 2012.
Deklarasi Jakarta 2012 merupakan peningkatan hubungan antara Indonesia- Jerman yang lebih intensif dari waktu sebelumnya. Inti kerjasama tertuang dalam formula '5+3' yang mencakup berbagai bidang. Sektor yang menjadi prioritas kerjasama antara lain, ekonomi dan perdagangan, kesehatan, pendidikan, riset dan teknologi, serta pertahanan. Tiga aspek selanjutnya yang menjadi pokok kerjasama
adalah pertanian, energi terbarukan, dan transportasi. 68 Pembangunan transportasi
68 Presiden RI: Deklarasi Jakarta Dekatkan RI-Jerman http:kbri-astana.kzidprint154- presidenrideklarasija.html diakses pada tanggal 2 Juni 2015, pukul 14.55 WIB.
yang ada di dalam Deklarasi Jakarta 2012 terdapat pada areas of cooperation yang ke-dua mengenai Pasar, Investasi, dan Pembangunan nomor 17 yang termuat pada Lampiran 1.
Pelaksanaan Deklarasi Jakarta 2012 dilakukan oleh beberapa kementerian. Melalui Kementerian Luar Negeri RI, pelaksana teknis dari implementasi Deklarasi Jakarta 2012 dalam hal ini bidang transportasi adalah Kementerian Perencanaan dan Pembangunan (Bappenas) dan Kementerian Perhubungan RI. Kementerian Luar Negeri RI berperan sebagai pemantau atau pengawas dari kerjasama yang dilakukan dengan pihak Jerman.
Dalam pelaksanaannya, Jerman memberikan beberapa bentuk bantuan. Bantuan tersebut berupa dana serta pelatihan yang diberikan Jerman untuk meningkatkan kualitas SDM dalam sektor transportasi. Bantuan dana yang dimaksud berupa pinjaman atau hibah yang diberikan kepada pemerintah Indonesia. Selain itu, Deklarasi Jakarta 2012 ini juga membuka peluang bagi investor Jerman untuk masuk dan berinvestasi di Indonesia dalam hal ini pada bidang transportasi.
4.3.1 Rencana Investasi Jerman
Kerjasama transportasi yang dilakukan antara Indonesia-Jerman tidak lepas dari rencana pembangunan transportasi dalam negeri. Beberapa hari setelah Deklarasi Jakarta 2012 dilahirkan, Indonesia kemudian menyampaikan beberapa rencana pembangunan transportasi dalam negeri yang membutuhkan investor dari swasta dalam pelaksanaannya kepada pihak Jerman. Rencana tersebut yakni Surabaya Regional Railway, Electric Railcar Jabodetabek, Metropolitan Transport
System di 6 kota besar, Sea Traffic Surveillance Equipment, High Speed Train Surabaya-Jakarta, Railway to Airport Project, Vessel Traffic Surveillance, dan
New Generation Ferry Vessels. 69
Pada saat yang bersamaan pihak Jerman mengatakan bersedia memberikan bantuannya kepada Indonesia atas rencana tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, seluruh proyek tersebut tidak ada satupun yang terlaksana. Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Bappenas, tidak terlaksananya proyek tersebut disebabkan adanya permasalahan pembebasan lahan di beberapa tempat yang belum selesai. Selain itu, proyek tersebut juga terhambat akibat tumpang tindih masalah yang ada dipihak atas dalam hal ini pemerintahan dalam negeri. Kemudian sampai tahun 2014 setelah Indonesia berganti kepala pemerintahan, proyek yang telah direncanakan kemudian ditunda untuk beberapa dekade mendatang. Hal tersebut didasarkan pada peninjauan ulang oleh pemerintahan yang baru atas proyek dari pemerintahan sebelumnya. Alasan penundaan rencana tersebut adalah bahwa proyek-proyek yang ada bukan hal mendesak yang dibutuhkan Indonesia saat ini. Tidak terlaksananya proyek tersebut sangat disayangkan oleh pihak Jerman. Informasi yang diperoleh dari Institutions of Germany Development Cooperation (Kedutaan Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia), pihak Jerman sangat menyayangkan pembatalan proyek yang menjadi rencana pembangunan
69 Jerman Ingin Memperluas Kerjasama Diluar Perkeretaapian http:www.bappenas.go.idberita- dan-siaran-persfeaturesjerman-ingin-memperluas-kerjasama-diluar-
perkeretaapian?kid=1434339404 diakses pada tanggal 3 Juni 2015, pukul 10.58 WIB.
transportasi Indonesia tersebut. Karena telah ada beberapa investor Jerman yang tertarik berinvestasi dalam pembangunan transportasi di proyek tersebut.
4.3.2 Sustainable Urban Transport Improvement Project (SUTIP).
Selain proyek yang telah disebutkan diatas, Indonesia dan Jerman juga memiliki beberapa kesepakatan lain khususnya di sektor transportasi darat. Nama proyek tersebut adalah Sustainable Urban Transport Improvement Project (SUTIP).
Beberapa masalah umum yang terkait dengan teransportasi perkotaan di Indonesia antara lain memburuknya pelayanan angkutan umum, meningkatnya kemacetan lalu lintas, peningkatan polusi udara akibat kendaraan bermotor, pertumbuhan tingkat kecelakaan lalu lintas, sistem yang lemah dan kapasistas kelembagaan yang rendah. Hal tersebut memberikan kontribusi kurangnya peminat untuk angkutan umum. 70 SUTIP merupakan proyek bantuan yang diberikan oleh
Jerman dalam hal perbaikan transportasi perkotaan. Proyek dimulai sejak tahun 2009 hinga tahun 2016. Dengan target dilaksanakan di 6 kota besar yakni Batam, Manado, Medan, Palembang, Solo dan Yogyakarta. Dalam 7 tahun pelaksanaan SUTIP, proyek ini terbagi atas dua periode. Periode pertama dilakukan dari tahun 2009-2014. Pada pelaksanaan di periode pertama, kota yang telah mengalami perbaikan transportasi perkotaan antara lain Yogyakarta, Bogor, Solo dan Palembang.
70 Project Description of SUTIP http:www.sutip.orgaboutproject-description diakses pada tanggal 31 Agustus 2015, pukul 14.20 WIB.
Pelaksanaan proyek perbaikan transportasi perkotaan di empat kota tersebut membuahkan beberapa hasil. Seperti tempat transit bus yang lebih tertata, adanya bus yang ramah lingkungan, SDM yang handal karena sebelumnya telah diberikan pelatihan sebagai pelaksana tugas di lapangan, serta area untuk pejalan kaki yang lebih nyaman. Proyek tersebut merupakan salah satu rencana Indonesia dalam hal perbaikan sarana dan prasarana transportasi perkotaan. Biaya yang telah diberikan Jerman pada fase pertama proyek ini sebesar €4.850.000. Dengan adanya bantuan dari Jerman melalui SUTIP, pelaksanaannya kemudian berjalan dengan baik.
4.3.3 MoU on Human Capacity Building in Ports
Indonesia dan Jerman juga memiliki kerjasama dalam sektor transportasi laut. Salah satu hasil kerjasama yang telah ditandatangani adalah Memorandum of Understanding on Human Capacity Building in Ports. MoU tersebut ditandatangani antara Indonesia dengan negara bagian Bremen, Jerman dalam rangka pelatihan di
bidang kepelabuhanan pada 6 Juni 2013. 71 Dari hasil kesepakatan tersebut, hampir semua kegaiatan telah sukses dilaksanakan. Pelatihan dilakukan di Indonesia serta
di Kota Bremen. Kegiatan yang telah terlaksana sesuai dengan kesepakatan antara lain Training on Improvement of Port Performance, Workshop on Port, Shipping and Logistics Management, Workshop on Port Authority, In House Training on Port Authority.
Pihak Indonesia menyatakan diri sangat terbantu dengan pelatihan tersebut. Berhubungan dengan rencana pemerintahan yang baru yang akan membangun 24
71 Kemenhub RI, Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri, 2015.
pelabuhan besar di Indonesia, maka Indonesia sangat membutuhkan personil yang terlatih untuk selanjutnya dapat mengoperasikan pelabuhan baru tersebut. 72 Dan
oleh karena itu, pihak Indonesia mengupayakan untuk memperpanjang MoU yang telah di sepakati tersebut. Karena MoU berlaku hingga Juni 2015.
4.3.4 Transportasi Udara
Untuk transportasi udara, belum ada kerjasama lebih lanjut yang dilakukan oleh Indonesia-Jerman hingga tahun 2014. Hal tersebut dikarenakan bahwa Indonesia dan Jerman lebih terfokus kepada proyek pada sektor transportasi darat dan laut. Selain karena umur deklarasi yang terhitung masih baru, hal lain yang menjadi alasan belum ada tindak lanjut kerjasama pada sektor perhubungan udara adalah durasi pertemuan Indonesia-Jerman yang sangat lama yakni hanya satu kali dalam dua tahun.