Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel independen ialah komponen VAIC
TM
yaitu value added capital employed VACA, value added human capital VAHU dan structural capital value added
STVA. Variabel dependen yang digunakan ialah pertumbuhan perusahaan yaitu rasio pertumbuhan laba EG yang merujuk pada penelitian Solikhah et al. 2010
penelitian Adityas Wicaksana 2011, dan Bambang Parto Kusumo 2012. Berdasarkan fenomena gap yang terjadi, maka menarik perhatian penulis
untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Pertumbuhan Laba Perbankan Asing di Indonesia”
. Oleh karena itu,
penelitian ini akan mengkofirmasikan dan menguatkan hasil penelitian serta memberikan bukti empiris yang lebih kuat dalam teori IC dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan laba perbankan asing di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena gap yang telah diuraikan pada latar belakang sebelumnya, maka perumusan masalah penelitian ini adalah apakah komponen
VAIC
TM
yaitu value added capital employed VACA, value added human capital VAHU, structural capital value added STVA berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba EG perbankan asing di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh komponen VAIC
TM
yaitu value added capital employed VACA, value added human capital VAHU, structural
Universitas Sumatera Utara
capital value added STVA terhadap pertumbuhan laba EG perbankan asing di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang intellectual capital terhadap pertumbuhan organisasi perbankan asing di
Indonesia. 2. Bagi Manajer Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan informasi dan pedoman untuk mengembangkan value creation bagi perusahaan dengan menggunakan
intellectual capital. 3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan memberikan kejelasan dari teori-teori mengenai kinerja intellectual capital dan seberapa besar pengaruhnya dalam
meningkatkan nilai perusahaan value added. 4. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan memberi informasi dan referensi bagi peneliti di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Intellectual Capital
2.1.1 Pengertian Intellectual Capital
Modal intelektual IC merupakan salah satu sumber daya yang di miliki oleh perusahaan. Modal intelektual IC pada umumnya didefinisikan sebagai
perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari financial capitalnya. Modal intelektual IC seringkali menjadi
faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan. Sebuah perusahaan dapat mengetahui penilaian pasar dengan menggunakan metode pengukuran Value
Added Intellectual Capital VAIC™, yaitu dengan melihat kemampuan intelektual yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dan nilai yang dimiliki
perusahaan tersebut. Menurut Stewart 1997 adalah sebuah konsep modal yang merujuk pada
modal tidak berwujud yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan. Namun, menurut Bontis et. al. 2000 dalam
Ulum 2008 menyatakan bahwa pada umumnya para peneliti membagi IC menjadi tiga komponen, yaitu : Human Capital HC, Structural Capital SC,
dan Capital Employed CE. Selanjutnya menurut Bontis et al. 2000, secara sederhana HC mencerminkan individual knowledge stock suatu organisasi yang
dipresentasikan oleh karyawannya. HC ini termasuk kompetensi, komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Lebih lanjut Bontis et al, 2000
menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge
Universitas Sumatera Utara
dalam organisasi. Termasuk dalam SC adalah database, organizational chart, process manual, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai
perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Sedangkan CE adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship.
Dapat disimpulkan bahwa modal intelektual IC merupakan suatu konsep penting yang dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan dan
mendeskripsikan aset tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan
efisien. Dengan demikian modal intelektual merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya tahan dan memberikan kontribusi pada keunggulan
kompetitif perusahaan.
2.1.2 Komponen Intellectual Capital
1. Human Capital
Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah tercipta sumber inovasi dan kemajuan suatu perusahaan, tetapi modal manusia
merupakan komponen intellectual capital yang sulit diukur. Human Capital merupakan tempat sumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan,
dan kompetensi, dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human Capital merupakan kemampuan perusahaan secara kolektif untuk menghasilkan solusi
yang terbaik berdasarkan penguasaan pengetahuan dan teknologi dari sumber daya manusia yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut Bontis, et.al, 2000, HC
merepresentasikan individual knowledge stock
suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic
inheritance, education, experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis. Human capital ini yang nantinya akan mendukung structural capital dan capital
employed dalam Ulum, 2008.
2. Structural Capital Organizational Capital
Structural Capital merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang berkaitan dengan
usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual perusahaan yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan,
proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu memiliki
intelektualitas yang tinggi, tetapi jika perusahaan memiliki sistem operasi dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara
optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Bontis, et.al., 2000, Structural Capital meliputi seluruh non-
human storehouses of knowledge dalam organisasi. Dalam hal ini termasuk adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala
hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya dalam dalam Ulum, 2008.
Universitas Sumatera Utara
3. Relational Capital Costumer Capital
Elemen ini merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai nyata bagi perusahaan. Relational capital merupakan hubungan harmonis
yang dimiliki oleh perusahaan dengan pihak di luar perusahaan. Baik yang berasal dari para pemasok yang berkualitas, pelanggan yang loyal dan merasa puas akan
pelayanan perusahaan, hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun kerjasama rekan bisnis. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian
diluar lingkungan perusahaan dalam meningkatkan kerjasama bisnis yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak, sehingga dapat meningkatkan kinerja
dan nilai perusahaan.
2.1.3 Value Added Intellectual Coefficient VAIC
TM
Sama halnya seperti definisi intellectual capital, sampai dengan saat ini belum terdapat kesamaan pendapat diantara para peneliti mengenai komponen
modal intelektual intellectual capital. Banyak peneliti luar negeri yang telah melakukan penelitian dalam pengukuran komponen modal intelektual, baik secara
literatur maupun penerapan langsung pada perusahaan. VAIC
TM
merupakan metode yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi mengenai value creation
efficiency dari aset berwujud tangible asset dan aset tidak berwujud intangible asset yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan
perusahaan untuk menciptakan value added VA. Menurut Pulic 1998, VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai value creation dalam Ulum, 2008.
Selain itu, VAIC™ juga merupakan alat manajemen pengendalian yang memungkinkan organisasi untuk memonitor dan mengukur kinerja intellectual
capital dari suatu perusahaan. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. Nilai output OUT mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh
produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijua di pasar, sedangkan input IN meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi
barang atau jasa dalam rangka menghasilkan revenue. Menurut Tan et al, 2007, hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan tidak termasuk dalam
IN. Beban karyawan labour expenses tidak termasuk dalam IN karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai value creation yang tidak
dihitung sebagai biaya cost dalam Ulum, 2008. Komponen utama dari VAIC
TM
yang dikembangkan Pulic tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital VACA – Value
Added Capital Employed, human capital VAHU – Value Added Human Capital, dan structural capital STVA – Structural Capital Value Added.
1. Value Added Capital Employed VACA
VACA adalah indikator untuk value added yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital terhadap value added perusahaan. VACA adalah
perbandingan antara value added VA dengan model fisik yang bekerja CA. Dalam proses penciptaan nilai, intelektual potensial yang direpresentasikan dalam
biaya karyawan tidak dihitung sebagai biaya input. Pulic mengasumsikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
jika satu unit dari CA menghasilkan return yang lebih besar pada sebuah perusahaan, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CA dana
yang tersedia Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008.
2. Value Added Human Capital VAHU
VAHU mengindikasikan berapa banyak Value Added VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pegawai Tan et al.,
2007:79 dalam Ulum 2008. Human capital merepresentasikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal pengetahuan individu organisasi yang
dipresentasikan oleh karyawannya sebagai aset strategic perusahaan karena pengetahuan yang mereka miliki. Hubungan antara VA dengan HC
mengindikasikan HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Berdasarkan konsep RBT, agar dapat bersaing perusahaan membutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan harus dapat mengelola sumber daya yang berkualitas tersebut dengan maksimal sehingga
dapat menciptakan value added dan keunggulan kompetitif perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
3. Structural Capital Value Added STVA
Structural Capital Value Added STVA menunjukkan kontribusi modal struktural yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1
rupiah dari value added perusahaan
. Dalam model yang dikembangkan Pulic ini, STVA dihitung dengan membagi structural capital SC dengan value added VA. Dalam model Pulic,
SC diperoleh dari VA dikurangi dengan HC. STVA menunjukkan kontribusi modal struktural dalam penciptaan nilai semakin kecil kontribusi HC dalam
Universitas Sumatera Utara
penciptaan nilai maka akan semakin besar kontribusi SC Tan et al., 2007:80 dalam Ulum, 2008.
2.2 Teori Stakeholder
Menurut Fontaine et al, 2006, teori stakeholder merupakan manajemen organisasi yang diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh
stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan
informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka sebagai contoh, melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain-lain bahkan
ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif
dalam kelangsungan hidup organisasi dalam Adityas, 2011. Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer
korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan
perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai
dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada
apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka Fontaine et al, 2006 dalam Adityas, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Guthrie et al. 2006 dalam Ulum 2009:5, laporan keuangan merupakan cara yang paling efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan
kelompok stakeholder yang dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian aspek-aspek strategis tertentu dari organisasi. Content analysis atas pengungkapan
intellectual capital dapat digunakan untuk menentukan apakah benar-benar terjadi komunikasi tersebut.
Dalam konteks untuk menjelaskan hubungan VAIC™ dengan kinerja keuangan perusahaan, teori stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya,
baik bidang etika moral maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh
organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder.
Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, maka itu artinya manajer telah
memenuhi aspek etika dari teori ini. Penciptaan nilai value cretion dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki
perusahaan, baik karyawan human capital, aset fisik physical capital, maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan
menciptakan value added bagi perusahaan dalam hal ini disebut dengan VAIC™ yang kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk kepentingan
stakeholder. Bidang manajerial dari teori stakeholder berpendapat bahwa kekuatan
stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi harus dipandang sebagai
Universitas Sumatera Utara
fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Ulum, 2009:6. Ketika para
stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan
tersebut diwujudkan dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi.
Dalam konteks ini, para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh
organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk
kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen.
2.3 Resourse Based Theory RBT