KEBIJAKAN BANK INDONESIA TERHADAP INVESTASI MODAL ASING DI PERBANKAN SYARIAH
KEBIJAKAN BANK INDONESIA TERHADAP INVESTASI
MODAL ASING DI PERBANKAN SYARIAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
ATIK ROSYADAH NIM : 107046101818
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
KEBIJAKAN BANK INDONESIA TERHADAP INVESTASI
MODAL ASING DI PERBANKAN SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ATIK ROSYADAH NIM. 107046101818
Di Bawah Bimbingan
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Kebijakan Bank Indonesia Terhadap Investasi Modal Asing di Perbankan Syariah, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
(4)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Agustus 2011
(5)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil „alamin, hanyalah ucapan syukur yang mampu terucap
atas segala nikmat, karunia, dan rahmat-Nya. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak-Nya. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga serta para sahabatnya yang telah menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh keselamatan dan kebahagiaan di alam semesta ini dengan bergelimang ilmu pengetahuan.
Penulis dalam proses pembuatan skripsi ini menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan, namun berkat hidayah dan pertolongan Allah senantiasa penulis rasakan, dan berbagai dorongan serta bimbingan dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “KEBIJAKAN BANK INDONESIA TERHADAP INVESTASI MODAL ASING DI PERBANKAN SYARIAH”. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, kepada:
1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA.MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mencurahkan baktinya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(6)
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Mukmin Rauf M.Ag, selaku Sekertaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dalam membantu menyiapkan skripsi ini.
3. Bpk JM. Muslimin, MA, dan Bpk A. Chairul Hadi, MA, selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, mencurahkan segenap perhatian umtuk memberikan pencerahan dan pengarahan yang begitu berharga bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah.
5. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta segenap staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas fasilitas referensi peminjaman buku sehingga membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Bank Indonesia, yang telah memberikan andil besar dalam menyediakan pustaka dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
7. Bpk. M. Irfan Sukarna selaku Senior Analyst Tim Penelitian dan Pengembangan Perbankan Syariah di Direktorat Perbankan Syariah, yang telah bersedia meluangkan waktunya guna wawancara dan membagi ilmu pengetahuan yang dapat membantu dalam penulisan skripsi ini.
(7)
8. Rasa ta’zhim dan terima kasih tak terhingga kepada Ayahanda H. Martono dan Ibunda tercinta Hj. Istiqomah terima kasih atas segala daya upaya, kucuran keringat, sujud panjang, lantunan doa-doa, lunglai serta letihmu yang terus harap akan keselamatan juga keberhasilan hidup penulis.
9. Adik-adikku tercinta yang senantiasa memberikan support dan doanya, adikku Aulia Ulfah dan Rizqi Fitria Qurratu Aini, ayo maju terus dan teruslah belajar untuk menggapai asa kalian.
10.Mazku tersayang Ishlah Farid, belahan jiwa yang senantiasa menyejukkan hati, kau tak perlu bicara banyak untuk mengajariku akan semangat.
11.Sahabat-sahabatku d’Caspersky (Risa Safariyani, S.E.Sy., Ismi Mawaddah dan Pratiwi Pauziyah) serta Asoka Nina Sari yang selalu menemani penulis dan berbagi cerita dalam keadaan bahagia dan atau susah sekalipun, yang tak pernah henti mendorong penulis untuk segera menyelesaikan studi, dan banyak hal indah selama ini yang telah kita lalui bersama. Sebuah kebahagiaan bisa menjadi bagian dari kalian dan melewati satu fase
kehidupan bersama kalian. Terima Kasih Sahabat…!!!
12.Segenap teman-teman Perbankan Syariah (PS D) 2007, semua terlalu manis untuk dilupakan. Kita telah rangkum sketsa ini bersama.
13.Segenap teman-teman KKN Cyber 2010, semua cerita telah terukir indah dalam ingatanku.
(8)
Hanya kepada Allah SWT penulis bersimpuh dan berdoa semoga iradahNya senantiasa membawa mereka atas kebahagiaan yang hakiki, amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi sederhana ini jauh dari kesempurnaan, karena kami hanya seorang dhaif dan tak mungkin seperti ini bila tidak Engkau kehendaki. Kritik konstruktif yang akan membuat skripsi ini menjadi lebih apik.
Ciputat, 19 Ramadhan 1432 H 19 Agustus 2011 M
(9)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ...viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Grafik ... x
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ……….... 1B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….... 6
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 7
D.Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ………... 8
E. Review Studi Terdahulu ………... 11
F. Metode Penelitian ………. 13
G.Sistematika Penulisan ………... 17
BAB II TINJAUAN TEORITIS INVESTASI MODAL ASING
A.Investasi ………... 18(10)
B.Penanaman Modal Asing (PMA) ……….. 25
C.Perbankan Syariah ………. 34
BAB III
BANK INDONESIA DAN KEWENANGANNYA
A.Sejarah Bank Indonesia ………. 47 B.Status dan Kedudukan ………... 51 C.Visi, Misi, Tujuan, dan Tugas ………... 56 BAB IV ANALISIS REGULASI BANK INDONESIA TERHADAP INVESTASI
MODAL ASING DI PERBANKAN SYARIAH
A.Penyempurnaan Regulasi Bank Syariah ……….……... 62 B. Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Minat Investor Asing
di Dunia Perbankan Syariah Nasional ……….………… 64 C.Peran Bank Indonesia dalam Kebijakan Perbankan ………….……... 80
D.Kebijakan Bank Indonesia Tentang Investasi Modal Asing
di Bank Syariah ……….. 86
E. Pengaruh Kebijakan Bank Indonesia Tentang Penanaman
(11)
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ………. 108
B. Saran ………... 110
DAFTAR PUSTAKA ……….. 112 LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perkembangan Jaringan Bank Syariah ………... 68 Tabel 2 Daftar Pemegang Saham Per Desember 2010 ……… 75 Tabel 3 Jaringan Kantor Perbankan Syariah ………... 100 Tabel 4 Komposisi Pembiayaan Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah ……… 100
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tiga Pilar Bank Indonesia ……….. 57 Gambar 2 Inisiatif-Inisiatif dan Paradigma Kebijakan Bank Indonesia …………. 61 Gambar 3 Perkembangan Peraturan Perundang-Undangan Bank Syariah
di Indonesia ……… 63
(14)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Jenis Kelembagaan Perbankan
Syariah ……… 70
(15)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai Negara berkembang membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut harus dipenuhi dalam upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari Negara-negara maju, baik di kawasan nasional maupun kawasan internasional. Untuk membangun, diperlukan adanya modal atau investasi yang besar. Karena modal menjadi salah satu aspek penting dalam perusahaan baik dalam pembukuan bisnis maupun pengembangannya. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan seberapa banyak modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya. Sumber dana bagi perusahaan dapat diperoleh dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Secara tradisional, modal didefinisikan sebagai suatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan harapan memperoleh hasil keuntungan di masa yang akan datang. Menurut Jahnson dan Jahnson, modal bank mempunyai tiga fungsi. Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan. Kedua, sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit. Ketiga, modal juga menjadi
(16)
dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan.1
Kegiatan penanaman modal di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967, yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dinyatakan: “Perusahaan nasional adalah perusahaan yang sekurang -kurangnya 51% dari pada modal dalam negeri yang ditanam di dalamnya di miliki
oleh Negara dan/atau, swasta nasional” (pasal 3 ayat 1) . Dengan kata lain, pemodal asing hanya boleh memiliki modal sebanyak-banyaknya 49% dalam sebuah perusahaan. Namun kemudian Pemerintah Indonesia menerbitkan peraturan pemerintah yang menjamin investor asing bisa memiliki hingga 95% saham perusahaan yang bergerak dalam bidang “…pelabuhan; produksi dan transmisi serta distribusi tenaga listrik umum; telekomunikasi; penerbangan; pelayanan, KA; air
minum; pembangkit tenaga nuklir; dan media masa” (PP No. 20/1994 pasal 2 ayat 1 dan pasal 5 ayat 1).
Partisipasi asing dalam kerjasama investasi melalui sebuah perusahaan yang saham-sahamnya dimiliki secara bersama (joint venture corporation), relatif lebih kompleks dan diadakan untuk jangka waktu yang cukup panjang. Modal asing yang
1
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alfabet, 2006), h.135-136.
(17)
berpatungan merupakan modal asing yang bekerja sama dengan penanam modal Indonesia, dimana saham yang dimiliki oleh pihak asing maksimal 95%, sedangkan pihak penanam modal Indonesia, minimal modalnya sebesar 5%.2
Investasi merupakan unsur utama dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu perusahaan. Salah satu jenis investasi adalah investasi berdasarkan asetnya (Kamaruddin Ahmad, 1996:2). Investasi berdasarkan asetnya merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau kekayaannya. Pada umumnya investasi ini dibagi menjadi dua yaitu real asset merupakan investasi yang berwujud seperti tanah, mesin-mesin, gedung dan sebagainya, dan financial asset merupakan dokumen (surat-surat), kontrak-kontrak tertulis seperti saham dan obligasi.3
Saham merupakan surat berharga keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan saham patungan sebagai alat untuk meningkatkan modal jangka panjang. Para pemegang saham membayarkan uang pada perusahaan dan mereka menerima sebuah sertifikat saham sebagai tanda bukti kepemilikan mereka atas saham-saham dan kepemilikan mereka dicatat dalam daftar saham perusahaan. Para pemegang saham dari sebuah perusahaan merupakan pemilik-pemilik yang disahkan secara hukum dan berhak untuk mendapatkan bagian dari laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam bentuk deviden.
2
Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.149.
3
(18)
Dengan adanya tambahan modal maka perusahaan tersebut dapat lebih mudah melebarkan sayapnya untuk melakukan kegiatan usaha. Untuk mendapatkan modal dari pihak luar atau masyarakat biasanya perusahaan melakukan penawaran umum atau go public begitu juga pada perbankan yang ingin mendapatkan modal untuk kelancaran semua kegiatan usahanya. Penawaran umum atau go public merupakan kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go publik) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.4
Secara umum, beberapa alasan bagi bank untuk go public adalah dalam rangka menambah modal, meningkatkan ekspansi kredit, meningkatkan likuiditas perusahaan, serta agar lebih transparan kinerjanya. Selain itu, perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) jelas mencatat beberapa hal yang positif, diantaranya catatan keuangan yang baik, perolehan keuntungan, pembesaran volume usaha karena membesarnya potensi laba, posisi perusahaan dimasyarakat.5
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan peluang dana asing yang sangat besar di tahun 2011, tetapi masih sedikit bank syariah memanfaatkan peluang tersebut. Jika diamati hanya Bank Muamalat yang mampu membuka peluang tersebut, sehingga banyak minat pelaku investor asing yang menanamkan modalnya di Bank Muamalat. Selain itu, sebelum BNI meresmikan pemisahan usaha dengan BNI syariah, sejumlah investor Timur Tengah juga berminat membeli saham BNI Syariah seperti Qatar
4
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, edisi ketiga (Yogyakarta: Ekonesia, 2008), h. 199.
5
(19)
International Islamic Bank dan Qatar Islamic Bank.6 Sebagaimana dalam Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008 pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa
“warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia, atau badan hukum asing dapat memiliki atau membeli saham Bank Umum Syariah secara langsung atau melalui bursa efek”.
Sumber utama modal bank Syariah adalah modal inti (core capital) dan kuasi ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-rekening bagi hasil (mudharabah). Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan atau kerugian bank dan melindungi kepentingan para pemegang rekening titipan (wadi’ah). Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan tentang aspek permodalan bank-bank syariah. Bank syariah wajib menyediakan minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut resiko, yaitu resiko penyaluran dana dan resiko pasar, dalam hal ini resiko nilai tukar.
Dalam beberapa hal, bank-bank syariah yang sudah ada masih mengalami kesulitan untuk memberikan pembiayaan dalam skala besar lantaran modal yang terbatas. Sehingga masuknya modal atau investasi asing bisa meningkatkan daya saing bank-bank syariah untuk pembiayaan yang lebih besar. Tingginya animo pihak asing menanamkan modal atau investasi di Indonesia, sejatinya menunjukkan betapa
6
Antique Syahid Latif, “ Investor Abu Dhabi Minati Saham BNI Syariah”, Di akses pada tanggal 13 April 2011 dari http://bisnis.vivanews.com/news/read/160245-investor-abu-dhabi-minati-saham-bni-syariah
(20)
menggiurkannya potensi pasar bank syariah nasional. Oleh karena itu kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia tentang penanaman modal asing sangat berpengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah nasional itu sendiri.
Berdasarkan pemaparan di atas penulis ingin lebih lanjut mendalami kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tentang penanaman modal asing dan penyebab investor asing menanamkan modalnya pada Bank Syariah di Indonesia, Oleh karena itu, penulis memilih judul “Kebijakan Bank Indonesia Terhadap Investasi Modal Asing di Perbankan Syariah.”
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Secara umum pembahasan dalam penelitian ini adalah tentang Bank Syariah yang berani mengambil peluang dana asing yang masuk di dunia perbankan, serta pengaruh dan dampak penanaman modal asing bagi Bank Syariah di masa yang akan datang.
Berdasarkan uraian di atas, agar penelitian ini lebih jelas alurnya maka perumusan masalah yang dapat disusun adalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi tingginya minat investor asing di dunia Perbankan Syariah Nasional?
2. Bagaimana kebijakan Bank Indonesia terhadap penanaman modal asing di Perbankan Syariah?
(21)
3. Bagaimana pengaruh kebijakan tersebut terhadap perkembangan Perbankan Syariah Nasional?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingginya minat investor asing di dunia Perbankan Syariah Nasional.
2. Untuk mengetahui kebijakan Bank Indonesia terhadap penanaman modal asing di Perbankan Syariah.
3. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan Bank Indonesia tentang penanaman modal asing terhadap perkembangan Perbankan Syariah Nasional.
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yaitu
1. Bagi Penulis
Hasil dari penelitian diharapkan mampu memperdalam dan memperluas khazanah keilmuan penulis, khususnya mengenai analisis faktor yang mempengaruhi tingginya minat investor asing di dunia Perbankan Syariah, kebijakan Bank Indonesia terhadap penanaman modal asing di Perbankan Syariah, dan pengaruh penanaman modal asing terhadap perkembangan Bank Syariah Nasional.
(22)
2. Bagi Lembaga Keuangan
Hasil dari penelitian ini diharapkan juga akan memberikan manfaat bagi sektor Lembaga Keuangan terutama Perbankan Syariah dalam menghadapi investor asing yang ingin menanamkan modalnya di perusahaannya, sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pengaruh yang terjadi dengan adanya penanaman modal asing di Bank Syariah.
3. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak lain yang merupakan sumber referensi dan saluran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi sebagai penunjang penelitian dan bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Kerangka teori adalah upaya penggalian teori yang dapat digunakan peneliti untuk menjelaskan bahwa teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan dan mengarahkan pertanyaan penelitian yang diajukan serta membimbing kita dapat memberikan makna terhadap data.7
7
Bambang Prastio dan Lina Miftahul Janah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasinya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.64-65.
(23)
Investasi adalah penanaman modal yang dilakukan investor, baik investor asing maupun domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, dengan tujuan memperoleh keuntungan.8 Investasi dalam Islam menurut Ahmad Rodoni adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang yang sesuai dengan syariah Islam.
Sedangkan investasi dalam Islam harus berlandaskan pada etika Islam yang menjadi panduan dalam bertindak yaitu landasan tauhid, landasan keadilan dan kesejajaran, landasan kehendak bebas, dan landasan pertanggung jawaban. Dalam konsep Islam menunjukkan bahwa semua harta benda dan seluruh alat produksi hakikatnya adalah mutlak milik Allah sedangkan manusia hanya sebatas mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
Pola investasi Islam yaitu harta merupakan milik Allah, sementara Allah telah menyerahkan kekuasaan-Nya atas harta tersebut kepada manusia, melalui izin dari-Nya maka perolehan seorang atas harta tersebut sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memanfaatkan serta mengembangkan harta, yang antara lain menjadi miliknya. Kewajiban melakukan upaya kerja produktif dan pengembangan harta kekayaan melalui investasi sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW.9
8
Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.33.
9
(24)
Sumber dana Bank Syariah terdiri dari: modal inti, kuasi ekuitas (mudharabah account), dan dana titipan. Sumber dana Bank Syariah yang berkaitan dengan saham adalah modal inti. Modal inti merupakan dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.10
Dalam pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Salah satu bentuk kerjasama dalam investasi asing yaitu joint venture. Menurut Erman Rajagukguk, joint venture terbentuk ketika dua pihak atau lebih, baik secara pribadi maupun perusahaan bermaksud menjadi partner satu sama lain untuk suatu kegiatan dan mengatur secara bersama suatu perusahaan baru yang saham-sahamnya dimiliki secara bersama pula.11
10
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alfabet, 2006), h. 48.
11
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia ( Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004), h. 72.
(25)
Kerangka pemikiran yang dibuat dalam penelitian ini tentang analisis investasi modal asing di Bank Syariah adalah sebagai berikut:
E. Review Studi Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang investasi asing diantaranya yaitu:
No Identitas Pembahasan Hasil Penelitian Pembedaan 1 Sarwedi,
Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. 4, Mei 2002.
“Investasi
Asing
Langsung di Indonesia dan
Tentang faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung dalam periode jangka pendek dan jangka panjang dengan
Menunjukkan bahwa variabel ekonomi (GDP, Growth, Wage, dan Ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI atau PMA. Sedangkan
Dalam skripsi ini penelitian yang dilakukan adalah kebijakan Bank Indonesia tentang investasi modal asing terhadap perbankan
syariah, tentang Penanaman Modal
Asing
Bank Syariah
(26)
Faktor yang Mempengaruhi nya.
menggunakan perhitungan kuadrat terkecil sederhana
(ordinary least square = OLS).
variabel non ekonomi yaitu stabilitas politik mempunyai hubungan negatif dengan FDI.
faktor yang mempengaruhi investasi modal asing pada Bank Syariah, serta pengaruh yang terjadi setelah adanya investor asing tersebut.
2 M. Arif
Sambodo, Tesis Tesis Megister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro, 2003. “Analisis Faktor-faktor
Tentang faktor-faktor makro ekonomi seperti PDB, tingkat suku bunga luar negeri, nilai tukar rupiah dan posisi dana masyarakat di perbankan.
Dalam jangka pendek dan jangka panjang penanaman modal asing di Indonesia sebelum krisis dipengaruhi secara signifikan oleh nilai tukar rupiah dan posisi dana masyarakat, sedangkan tingkat
Dalam skripsi ini penelitian yang dilakukan adalah kebijakan Bank Indonesia tentang investasi modal asing terhadap perbankan
syariah, tentang faktor yang mempengaruhi investasi modal
(27)
yang
Mempengaruhi Penanaman Modal Asing
di Indonesia”
bunga luar negeri berpengaruh pada jangka panjang. Saat krisis ekonomi PMA dipengaruhi oleh PDB, posisi dana masyarakat dan tingkat suku bunga.
asing pada Bank Syariah, serta pengaruh yang terjadi setelah adanya investor asing tersebut.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif. Yang bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti.12 Di sini penulis akan menyajikan dan menganalisis berdasarkan data yang didapat tentang kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia terhadap investasi modal asing di Perbankan Syariah.
12
(28)
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi pada Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan pada Perbankan Syariah khususnya kebijakan tentang investasi asing di Bank Syariah.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah data primer dan data sekunder. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah sumber-sumber data yang terpercaya, terandalakan atau sumber data yang representatif, relevan dengan data yang diperlukan, baik data primer maupun data sekunder.13
a. Data primer
Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya, yaitu berupa data yang diperoleh dari informasi hasil wawancara dari nara sumber pihak Bank Indonesia kemudian menganalisanya.
13
(29)
b. Data sekunder
Penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku-buku yang menyangkut tema atau judul yang dibahas, dari browsing internet, contohnya: Undang-Undang tentang Bank Syariah, Peraturan Bank Indonesia tentang perbankan. Dan sumber lainnya yang dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Tahap berikutnya adalah pengumpulan informasi dan data. Kelengkapan data mempengaruhi kualitas analisis, oleh karenanya akan berdampak kepada ketepatan keputusan yang akan diambil.14 Adapun untuk memperoleh data-data tersebut, teknik pengumpulan data-data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan Penelitian Lapangan (Field Research) dan dengan melakukan studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang ditunjukkan kepada subyek penelitian. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan (Library Research).
a. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dengan melakukan wawancara untuk menganalisis informasi-informasi akurat yang diperoleh dari pihak Bank Indonesia.
14
(30)
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung dengan cara tanya jawab kepada nara sumber sebagai pihak dari Bank Indonesia, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain, untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan penelitian ini.15
b. Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu dengan melakukan penelusuran secara teoritis melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan investasi asing atau penanaman modal asing terutama di perbankan syariah. Diantaranya dari buku-buku, artikel-artikel, jurnal, internet, laporan tahunan bank dan laporan pemegang saham yang dapat diperoleh dari perusahaan/ bank, perpustakaan bank tersebut dan lain sebagainya.16 5. Metode Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisa data penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mengumpulakan data, menyusun dan kemudian menganalisa untuk menggambarkan kebijakan Bank Indonesia tentang investasi modal asing di Bank Syariah Nasional.
15
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan 6, h. 51
16
Donald R. Cooper dan C. William Emory, Metode Penelitian Bisnis, Jilid 2, Edisi 5, (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 247.
(31)
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam skripsi ini yaitu merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi Latar Belakang, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulis.
BAB II TINJAUAN TEORITIS INVESTASI MODAL ASING
Pada bab ini menjelaskan teori tentang investasi, investasi dalam perspektif Islam, dan macam-macam investasi termasuk salah satunya adalah investasi asing biasa disebut penanaman modal asing, pengertian, dasar hukum, dan teori-teori tentang penanaman modal asing serta struktur modal dan perkembangan bank syariah.
BAB III BANK INDONESIA DAN KEWENANGANNYA
Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum lembaga keuangan yang menjadi objek penelitian yaitu Bank Indonesia.
(32)
Sejarah, status dan kedudukan, tujuan, visi dan misi Bank Indonesia serta kebijakan-kebijakannya.
BAB IV ANALISIS REGULASI BANK INDONESIA TERHADAP INVESTASI MODAL ASING DI PERBANKAN SYARIAH
Pada bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan menganalisisnya dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disebutkan pada perumusan masalah.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memuat kesimpulan yang berisikan pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban atas masalah-masalah penelitian. Dan dalam bab ini terdapat saran dari penulis kepada para pembaca atau pihak manapun yang dapat memperoleh manfaat dari penelitian ini.
(33)
BAB II
LANDASAN TEORI
D. Investasi
1. Pengertian Investasi
Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan invesment. Menurut Ensiklopedia Indonesia, investasi adalah penanaman uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya).17 Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep teoritis tentang investasi.
Menurut Kamaruddin Ahamad investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Selain itu Kamaruddin juga memberikan pengertian investasi dalam tiga artian, yaitu:
a. suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan lainnya; b. suatu tindakan membeli barang-barang modal;
c. pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang.
Dalam definisi di atas, investasi dikontruksikan sebagai tindakan membeli saham, obligasi, dan barang-barang modal. Ini erat kaitannya dengan pembelian
17“Investasi”dalam
(34)
saham pada pasar modal, padahal penanaman investasi tidak hanya di pasar modal, tetapi juga diberbagai bidang lainnya.
Menurut Salim dan Budi Sutrisno investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun domestik dalam berbagai bidang usaha terbuka untuk investasi, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.18
Dalam kamus istilah ekonomi populer, investasi adalah tindakan menanamkan uang dalam bentuk uang tunai, aset, dan surat-surat berharga lainnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai pendapatan dari investasi tersebut.
2. Jenis Investasi
Pada dasarnya investasi dapat digolongkan dalam empat macam yaitu:19 a. Investasi berdasarkan asetnya.
Investasi berdasarkan asetnya merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau kekayaannya. Investasi berdasarkan asetnya dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Real asset
Real asset merupakan investasi yang berwujud, seperti gedung-gedung, kendaraan dan sebagainya.
2) Financial asset
18
Henricus W. Ismanthono, Kamus Istilah Ekonomi Populer (Jakarta: Kompas, 2003), h. 121.
19
Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 36-38.
(35)
Financial asset merupakan dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.
b. Investasi berdasarkan pengaruhnya.
Investasi menurut pengaruhnya merupakan investasi yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Investasi berdasarkan pengaruhnya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Investasi autonomus (berdiri sendiri) merupakan investasi yang tidak dipengaruhi tingkat pendapat, bersifat spekulatif. Misalnya surat-surat berharga.
2. Investasi induced (mempengaruhi-menyebabkan) merupakan investasi yang dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang dan jasa serta tingkat pendapatan. Misalnya, penghasilan transitori, yaitu penghasilan yang didapat selain dari bekerja, seperti bunga, bagi hasil dan sebagainya. Teori ini dikembangkan oleh Milton Friedman.
c. Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri).
Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya merupakan investasi yang didasarkan pada asal-usul investasi itu diperoleh. Investasi ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
(36)
1. Investasi yang bersumber dari modal asing (PMA) merupakan investasi yang bersumber dari pembiayaan luar negeri.
2. Investasi yang bersumber dari modal dalam negeri (PMDN) merupakan investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri.
d. Investasi berdasarkan bentuknya.
Investasi berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan pada cara menanamkan investasinya. Investasi cara ini dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Investasi portofolio, investasi ini dilakukan melalui pasar modal dengan
instrumen surat berharga, seperti saham dan obligasi.
2. Investasi langsung, investasi ini merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total, atau mengakuisisi perusahaan.
3. Investasi Dalam Perspektif Islam
Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, aqidah, ibadah, dan muamalah. Aspek muamalah merupakan aturan main bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Antonio berpendapat bahwa perekonomian yang menyeimbangkan aspek dunia dan akhirat merupakan karakteristik unik ekonomi Islam. Karena itu, kesejahteraan hidup menurut Islam adalah kesejahteraan di dunia tanpa melupakan kebahagiaan hakikat di akhirat.20
20 Muhammad Syafi‟i Antonio,
Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 13.
(37)
Kehidupan sosial ekonomi Islam, termasuk investasi tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip syariah. Investasi syariah adalah investasi yang didasarkan atas prinsip-prinsip syariah, baik investasi pada sektor riil maupun sektor keuangan. Islam mengajarkan investasi yang menguntungkan semua pihak (win win solution) dan melarang manusia melakukan investasi yang mengandung unsur riba, gharar, maysir (judi), menjual sesuatu yang tidak dimiliki, dan transaksi lain yang merugikan salah satu pihak.21
Investasi syariah tidak selalu membicarakan persoalan duniawi sebagaimana yang dikemukakan para ekonom sekuler. Ada unsur lain yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu investasi di masa depan, yaitu ketentuan dan kehendak Allah.22
Islam memerintahkan umatnya meraih kesuksesan dan berupaya meningkatkan hasil investasi. Islam memerintahkan umatnya untuk meninggalkan investasi yang tidak menguntungkan sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Jadilah orang pertama, jangan menjadi yang kedua, apalagi yang ketiga.
Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia termasuk golongan yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka ia termasuk golongan yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih
buruk dari hari kemarin maka ia termasuk golongan yang celaka.” (HR. Thabrani)
21
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2009), h. 23.
22
(38)
Islam memandang semua perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-harinya, termasuk aktivitas ekonominya sebagai investasi yang akan mendapatkan hasil (return). Investasi yang melanggar syariah akan mendapatkan balasan yang setimpal, begitu pula investasi sesuai dengan syariah. Return investasi dalam Islam sesuai dengan besarnya sumber daya yang dikorbankan. Selain itu, semua investasi dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.23
Kewajiban melakukan upaya kerja produktif dan pengembangan harta kekayaan melalui investasi sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan Khalifah Umar pernah menyuruh kaum muslimin untuk menggunkan modal mereka secara produktif
dengan mengatakan: “siapa saja yang memiliki uang, hendaklah ia
menginvestasikannya dan siapa saja yang memiliki tanah hendaklah ia
menanaminya.”24
Dengan demikian ajaran-ajaran tersebut menunjukkan bahwa Islam sangat mengakui peranan modal sebagai suatu faktor produksi.
Dan dalam Islam, investor diharuskan untuk melihat dan mempertimbangkan dimensi yang lain yaitu aturan atau hukm-hukum yang telah dijelaskan melalui
al-Qur‟an dan hadits dimana para pelaku dilarang untuk melanggarnya. Dan investasi hanya dapat dilakukan pada asset atau kegiatan usaha yang halal, tahir, spesifik tidak
23
Ibid., h. 70.
24
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 30-31.
(39)
membahayakan dan bermanfaat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 168.
Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Adapun aturan-aturan yang lain yang sudah termaktub dalam al-Qur‟an dan hadits diantaranya adalah aturan yang berkenaan dengan halal haramnya investasi, riba, kerusakan lingkungan serta kegiatan yang mengandung unsur judi dan spekulasi.25
E. Penanaman Modal Asing (PMA)
1. Pengertian Penanaman Modal Asing (PMA)
Menurut istilah penanaman modal berasal dari bahasa Inggris “investment” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai penanaman modal atau investasi. Kemudian kita mengenal istilah penanaman modal asing dengan istilah “foreign
investment”.
Dalam kamus istilah ekonomi populer, investasi asing langsung (Foreign Direct Invesment) adalah penanaman modal yang dilakukan investor luar negeri. Modal tersebut biasanya diarahkan untuk proyek-proyek fisik industri, perdagangan, jasa dan
25
Mochammad Najib dkk, Investasi Syariah Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008) h.6-7.
(40)
sebagainya. Foreign Direct Invesment (FDI) ini masuk ke Indonesia antara lain dengan cara penanaman modal asing yang dikoordinasian oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Pengertian penanaman modal asing pada hakikatnya berarti suatu modal yang berasal dari luar negeri dan dimasukkan ke dalam wilayah suatu negara untuk ditanamkan atau dikembangkan lebih lanjut melalui kegiatan usaha yang bersifat ekonomis.26
Dalam pengertian yuridis, pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing memberi definisi penanaman modal asing sebagai berikut:
“Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan Perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.”
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 1 ayat 3 dan 6 menyatakan bahwa:
”Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
26
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Cetakan Kedua, (Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004), h. 2.
(41)
asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.”(pasal 1 ayat 3)
“Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.” (pasal 1 ayat 6)
Kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau investasi, dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman modal ini dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan:27
modal asing sepenuhnya; dan atau
modal asing bepatungan dengan penanaman modal dalam negeri.
Modal asing yang berpatungan merupakan modal asing yang bekerja sama dengan penanam modal Indonesia, dimana saham yang dimiliki oleh pihak asing dan pihak penanam modal Indonesia masing-masing berbeda disetiap bidang usaha.
2. Dasar Hukum Penanaman Modal Asing
Momentum dimulainya investasi asing di Indonesia adalah sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Undang-undang ini merupakan payung yang menjalankan penanaman modal asing di Indonesia. undang ini terdiri atas 13 bab dan 31 pasal. Undang-undang ini telah dilakukan perubahan dan penambahan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1
27
Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.148-149.
(42)
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Hal-hal yang diubah dan ditambah adalah mengenai Pasal 15-17 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Pada intinya perubahan dan penambahan ketentuan itu adalah berkaitan dengan kelonggaran-kelonggaran perpajakan yang diberikan kepada penanam modal asing, terutama yang menanamkan modalnya dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing.
Selain undang-undang di atas terdapat dasar hukum penanaman modal asing lainnya diantaranya:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing.
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing.
c) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal.
d) Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman Modal.
e) Keputusan Menteri Negara Investasi/ Kepala BKPM Nomor 38/SK/1999 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman
(43)
Modal Asing telah diubah dengan Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.
3. Teori- Teori yang Mempengaruhi Dalam Penanaman Modal Asing
Pada dasarnya, negara-negara yang sedang berkemabang sangat membutuhkan investasi, khususnya investasi asing. Tujuan investasi ini adalah mempercepat laju perkembangan di negara tersebut. Terdapat empat teori yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing yaitu:
a) Teori Alan M. Rugman28
Alan M. Rugman (1981) menyatakan bahwa penanaman modal asing dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi. Ada tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian, yaitu:
ekonomi;
non ekonomi; dan
pemerintahan.
Variabel ekonomi menyusun suatu fungsi produksi keseluruhan suatu bangsa yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang terdapat dalam masyarakat. Variabel nonekonomi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kondisi budaya dan sosial masyarakat suatu negara. Dalam kenyataannya, setiap negara sesungguhnya
28
Pandji Anoraga, Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing (Semarang: Pustaka Jaya, 1994), h. 50-69.
(44)
mempunyai faktor spesifik negara yang khas, tidak ada dua faktor ekonomi dan nonekonomi nasional yang identik.
Faktor ketiga adalah variabel pemerintah. Setiap bangsa mempunyai kekhususan merek politisnya sendiri. Para politisi mencerminkan faktor spesifikasi bangsa bahkan menambahkan dengan suatu cara khusus. Selalu terdapat keberagaman dalam campur tangan pemerintah dalam bisnis internasional.
Variabel lain yang mempengaruhi dalam penanaman modal asing adalah variabel internalisasi, yaitu keunggulan internal yang dimiliki oleh perusahaan multinasional. b) Teori Vernon29
Raymond Vernon (1966) mengembangkan sebuah teori yaitu The Product Cycle Theory atau teori siklus produk. Teori ini menyatakan bahwa setiap teknologi produk berevolusi melalui tiga fase, yaitu:
fase pertama, fase permulaan atau inovasi;
fase kedua, fase perkembangan proses;
fase ketiga, fase pematangan atau fase standarisasi.
Dalam setiap fase tersebut, berbagai tipe perekonomian negara mempunyai keunggulan kompetitif. Fase pertama cenderung bertempat di negara-negara industri maju, seperti Britania Raya pada abad ke- 19, Amerika Serikat pada awalnya pasca perang dunia, dan Jepang pada akhir abad ke- 20. Perusahaan-perusahaan oligopolistik di negara-negara tersebut mempunyai keunggulan kompetitif dalam pengembangan produk-produk baru dan proses-proses industri karena adanya
29
(45)
permintaan pasar dalam negeri yang besar dan banyaknya persediaan sumber produksi untuk aktivitas-aktivitas inovatif. Selama fase awal ini perusahaan- perusahaan negara maju menikmati suatu posisi monopoli, terutama karena teknologinya. Karena permintaan dari luar negeri akan produk-produk mereka meningkat maka perusahaan akan mengekspor produknya ke pasar luar negeri. Dan tidak lama kemudian terjadilah penyebaran teknologi ke para pesaing luar negeri yang potensial, adanya rintangan-rintangan dagang yang meningkat “memaksa” diadakannya usaha produksi barang-barang yang sama di luar negeri.
Fase kedua, proses manufacturing terus berkembang dan tempat produksi cenderung berkembang di negara-negara maju lainnya. Akhirnya dalam fase ketiga adanya standarisasi proses manufacturing memungkinkan peralihan lokasi-lokasi produksi ke negara-negara yang sedang berkembang terutama negara-negara industri baru yang mempunyai keunggulan kompetitif berupa tingkat upah yang rendah. Produk-produk dari negara-negara berkembangpun diekspor ke pasar global. Selanjutnya adanya kombinasi antara produk-produk yang distandarisasi, teknik-teknik produksi dengan kehadiran tenaga kerja yang murah membuat negara-negara industri baru tersebut menjadi negara-negara sumber produk dan komponen industri yang penting.
Singkatnya The Product Cycle Theory30 atau teori siklus produk membantu menjelaskan sebab-sebab adanya ciri-ciri penting ekonomi dunia kontemporer, yakni bahwa perusahaan multinasional dan persaingan oligopoli; perkembangan dan
30
(46)
penyebaran teknologi industri merupakan unsur penentu utama terjadinya perdagangan dan penempatan lokasi-lokasi aktivitas ekonomi secara global melalui investasi dan timbulnya strategi perusahaan yang mengintegrasikan perdagangan dan produksi di luar negeri.
c) Teori John During31
John During (1977) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis. Teori eklektis menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan bila sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam penanaman modal asing. Ketiga persyaratan itu, meliputi keunggulan spesifik perusahaan, keunggulan internalisasi, dan keunggulan spesifik negara. Ketiga hal itu dijelaskan berikut ini.
Keunggulan spesifik perusahaan
Perusahaan harus memiliki keunggulan kepemilikan neto bila berhadapan dengan perusahaan berkebangsaan lain dalam melayani pasar tertentu (terutama pasar luar negeri). Keunggulan spesifik perusahaan meliputi:
- teknologi pemilikan disebabkan karena kegiatan penelitian dan pengembangan;
- keterampilan manajerial, pemasaran atau lainnya yang spesifik untuk fungsi organisasi perusahaan;
- deferensiasi produk, merek dagang, atau nama cap;
31
Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.161-163.
(47)
- ukuran besar, yang mencerminkan skala ekonomi; dan
- keperluan modal yang besar untuk pabrik dengan ukuran efisiensi minimum.
Keunggulan internalisasi
Dengan mengasumsikan bahwa kondisi dalam paragraf di atas dipenuhi, lebih menguntungkan bagi perusahaan yang memiliki keunggulan ini untuk menggunakannya sendiri, bukannya menjual atau menyewakannya pada perusahaan luar negeri. Kondisi yang mendukung internalisasi meliputi: - biayanya tinggi dalam membuat dan melaksanakan kontrak;
- ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual;
- kebutuhan untuk mengendalikan penggunaan atau penjualan kembali produk; dan
- keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga atau subsidi ulang.
Keunggulan spesifik negara
Keunggulan spesifik negara (lokasi) dari negara tuan rumah dapat meliputi: - sumber daya alami;
- kekuatan tenaga kerja, biaya rendah yang efisien, dan terampil; - rintangan perdagangan membatasi impor.
d) Teori David K. Eiteman32
David K. Eiteman (1989) mengemukakan tentang penanaman modal asing. Ada tiga motif yang mendasari Penanaman Modal Asing yaitu:
32
(48)
motif strategi;
motif perilaku; dan
motif ekonomi.
Dalam motif strategi dibedakan dalam hal mencari pasar, mencari bahan baku, mencari efisiensi produksi, mencari pengetahuan, dan mencari keamanan politik. Motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelompok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keutungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan.
F. Perbankan Syariah
1. Pengertian dan Tujuan Bank Syariah a. Pengertian
Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari banco dalam bahasa Italia, yang artinya peti/ lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya.33
33
(49)
Bank Islam yang biasa disebut Bank Syariah memiliki beberapa definisi yang disetujui oleh General Secretariat of the Organization of the Islamic Conference (OIC) sebagai berikut:34
1) “….Bank Islam adalah institusi keuangan yang memiliki hukum, aturan dan
prosedur sebagai wujud dari komitmen kepada prinsip syariah dan melarang
menerima dan membayar bunga dalam proses operasi yang dijalankan ….”
(Ali dan Sarkar, 1995)
2) Bank Islam adalah “Bisnis bank Islam berarti bisnis bank yang memiliki tujuan dan operasi tidak memasukkan elemen yang tidak diijinkan oleh agama
Islam…”
Sedangkan pengertian Bank Syariah berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat 7 menyatakan bahwa “Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.” b. Tujuan
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:35
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar
34
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,
Edisi I, Cetakan I (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.31.
35
Warkum Sumitro, Azaz-Azaz Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), h.18.
(50)
dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal denagn pihak yang membutuhkan dana.
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha. 4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan
program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan. 6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
(51)
2. Visi dan Misi Perbankan Syariah a. Visi Perbankan Syariah
Visi Perbankan Syariah berbunyi : “Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (share based financing) dan transaksi riil dalam rangka keadilan, tolong-menolong
menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat.”
b. Misi Perbankan Syariah
Berdasarkan visi dimaksud, misi yang menjelaskan peran Bank Indonesia adalah mewujudkan iklim yang kondusif untuk mengembankan perbankan syariah yang istiqomah terhadap prinsip-prinsip syariah dan mampu berperan dalam sektor riil, yang meliputi sebagai berikut:36
(a) Melakukan kajian dan penelitian tentang kondisi, potensi serta kebutuhan perbankan syariah secara berkesinambungan.
(b) Mempersiapkan konsep dan melaksanakan pengaturan dan pengawasan berbasis risiko guna menjamin kesinambungan operasional perbankan syariah yang sesuai dengan karateristiknya.
(c) Mempersiapkan infrastruktur guna peningkatan efisiensi operasional perbankan syariah.
(d) Mendesain kerangka entry dan exit perankan syariah yang dapat mendukung stabilitas sistem perbankan.
36
(52)
3. Struktur Modal Bank Syariah
Dalam kehidupan perekonomian yang semakin terbuka dan berkembang cepat seperti saat ini, dibutuhkan layanan jasa perbankan yang semakin luas, baik dan berkualitas. Sehubungan dengan itu diperlukan sistem perbankan yang sehat, efisien, tangguh, dan mampu bersaing. Oleh karena itu, perbankan perlu didorong untuk memperkuat struktur permodalannya, baik dengan mengupayakan sumber dana dari dalam maupun dari luar negeri, termasuk dengan meningkatkan kinerja bank yang bersangkutan. Untuk memperkuat struktur permodalan perbankan tersebut, maka dibuka kemungkinan yang lebih besar bagi masyarakat untuk membeli saham Bank Umum yang telah go public baik Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah.
Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun secara berangsur-angsur.
Sumber dana bank Syariah terdiri dari:37
37
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cetakan keempat, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h. 48-52.
(53)
1. Modal inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank.
Pada umumnya dana modal inti terdiri dari:
a) Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik penyertaan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.
b) Tambahan Modal Disetor38
Merupakan tambahan modal bagi bank yang biasanya berbentuk agio, disagio, dan modal sumbangan.
- Agio adalah selisih lebih setoran modal yang diterima sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominal.
- Disagio adalah selisih kurang setoran modal yang diterima sebagai akibat harga saham yang lebih rendah nilai nominal.
- Modal sumbangan adalah modal yang diterima yang berasal dari sumbangan.
c) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian dikemudian hari. Cadangan ini dibentuk
38
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,
(54)
menurut ketentuan anggaran dasar dan atau keputusan pemilik atas dasar keputusan RUPS.
- Cadangan umum yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak.
- Cadangan tujuan yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu.
d) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri (melalui Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank. Laba ditahan ini juga merupakan cara untuk menambah dana modal lebih lanjut.
2. Kuasi ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian financial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan.
3. Titipan (wadi’ah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit). Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang
(55)
menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
4. Kepemilikan Bank Umum Syariah Melalui Pembelian Saham
Saham bank umum syariah dapat dimiliki oleh perorangan dan/atau badan hukum, baik domestik maupun asing. Kepemilikan saham tersebut dapat dilakukan melalui pembelian saham secara langsung maupun dengan pembelian saham bank melalui bursa. Mekanisme dan tata cara kepemilikan bank, terutama melalui pembelian saham adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.
a) Ketentuan Umum39
a. Jumlah kepemilikan saham bank oleh Warga Negara Asing dan/atau badan hukum Asing yang diperoleh melalui pembelian secara langsung maupun melalui bursa efek maksimal sebesar 99% dari jumlah saham bank.
b. Pihak yang dapat menjadi pemilik bank, adalah pihak yang : a) tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan b) menurut penilaian Bank Indonesia memiliki integritas yang baik.
c. Persyaratan memiliki integritas yang baik adalah antara lain sebagai berikut : a) memiliki akhlak dan moral yang baik, b) mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan c) memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional bank yang sehat.
39
Bank Indonesia, Panduan Investasi Perbankan Syariah Indonesia, (Jakarta: Direktorat BI,juli 2007) h.22-23.
(56)
b) Tata Cara Pembelian Saham
a. Pembelian saham bank yang wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia adalah : a) yang menyebabkan kepemilikan mencapai sebesar 25% atau lebih dari jumlah saham bank, atau b) kepemilikan sahamnya kurang dari 25% dari jumlah saham bank namun mengakibatkan beralihnya pengendalian bank.
b. Pembelian saham bank melalui bursa efek yang tidak dimaksudkan untuk dicatatkan dalam kepemilikan bank, tidak perlu izin Bank Indonesia.
c. Permohonan izin pembelian saham bank bagi perorangan, wajib dilengkapi dengan :
- dokumen identitas (fotokopi paspor/KIMS) - rancangan akta jual beli saham
- rencana komposisi pemegang saham bank - surat pernyataan tentang sumber dana
- surat pernyataan tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang perbankan/keuangan/usaha lain dan/atau tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana kejahatan
d. Permohonan izin pembelian saham bank bagi Badan Hukum, dilakukan oleh Direksi Badan Hukum yang bersangkutan, wajib dilengkapi :
- rancangan akta jual beli saham
- akta pendirian termasuk anggaran dasar Badan Hukum berikut perubahannya, beserta pengesahan instansi berwenang
(57)
- dokumen identitas (fotokopi paspor/KTP seluruh Komisaris dan Direksi)
- daftar pemegang saham dan besar kepemilikan
- neraca Badan Hukum yang diaudit akuntan publik, paling lambat 6 bulan sebelum tanggal pengajuan permohonan
- surat pernyataan Direksi dan/atau Komisaris tentang sumber dana pembelian saham bank surat pernyataan tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang perbankan/keuangan/usaha lain dan/atau tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana kejahatan. e. Persetujuan atau penolakan atas permohonan pembelian saham bank dari Bank
Indonesia paling lambat 30 hari setelah dokumen permohonan diterima lengkap. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 27 menyatakan bahwa: “calon pemegang saham pengendali Bank Syariah wajib lulus uji kemampuan dan kepatutan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan pemegang saham pengendali yang tidak lulus uji kemampuan dan kepatutan wajib menurunkan
kepemilikan sahamnya menjadi paling banyak 10%.” Serta ketentuan lebih lanjut mengenai uji kemampuan dan kepatutan diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.
c) Sumber Dana Yang Dilarang dalam Pembelian Saham40
a. Berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan/atau pihak lain di Indonesia.
b. Berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money laundering), dan
40
(58)
c. Berasal dari dana yang diharamkan menurut Prinsip Syariah 5. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Di Indonesia, perkembangan bank syariah dapat diuraikan sebagai berikut:41 1980 : Muncul ide dan gagasan konsep lembaga keuangan syariah, uji coba
BMT Salman di Bandung dan Koperasi Ridho Gusti.
1990 : Lokakarya MUI dimana para peserta sepakat mendirikan bank syariah Indonesia.
1992 : Pada tanggal 1 Mei 1992 bank syariah pertama bernama Bank Muamalat Indonesia beroperasi.
1992 : Kemunculan BMI ini kemudian diikuti dengan lahirnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mengakomodasi perbankan dengan prinsip bagi hasil baik bank umum maupun BPRS.
1998 : Keluar UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional serta memperkenankan bank konvensional membuka kantor cabang syariah. 1999 : Keluar UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang
mengakomodasi kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah dimana BI bertanggung jawab terhadap pengaturan dan pengawasan bank komersial termasuk bank syariah. BI dapat menetapkan kebijakan moneter dengan
41
Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, Conventional and Sharia System (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.739-741.
(59)
menggunakan prinsip syariah. Pada tahun ini dibuka kantor cabang bank syariah untuk pertama kali.
2000 : BI mengeluarkan regulasi operasional dan kelembagaan bank syariah dimana BI menetapkan peraturan kelembagaan perbankan syariah. Pengembangan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sebagai interumen pasar uang syariah. 2001 : Pendirian unit kerja Biro Perbankan Syariah di Bank Indonesia untuk
menangani perbankan syariah.
2002 : Peraturan BI No. 4/1/2002 tentang pengenalan pembuktian bersih cabang syariah yang merupakan penyempurnaan jaringan kantor cabang syariah. 2004 : UU No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan UU No. 23 Tahun 1999 tentang
penegasan penetapan kebijakan moneter BI dengan prinsip syariah. Belakangan UU No. 23 tahun 1999 diubah dengan PP pengganti UU No. 2 tahun 2008. Disamping itu BI menyiapkan peraturan standardisasi akad, tingkat kesehatan, LPS. Tahun 2004, Biro Perbankan Syariah berubah menjadi Direktorat Perbankan Syariah.
2005 : PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, diganti dengan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah.
(60)
2006 : Pengenalan konsep office cheneling. Hal demikian ditemukan dalam PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang perubahan kegiatan usaha BUK menjadi Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh BUK.
2008 : Pada tanggal 16 Juli 2008 disahkannya UU tentang perbankan syariah yaitu UU No. 21 Tahun 2008. UU ini memberikan landasan hukum industri perbankan syariah nasional yang diharapkan akan mendorong perkembangan bank syariah.
(61)
BAB III
BANK INDONESIA DAN KEWENANGANNYA
D. Sekilas Perjalanan Sejarah Bank Indonesia
Ditinjau dari fungsinya, salah satu jenis bank yang paling utama dan penting adalah bank sentral. Bank sentral merupakan sebuah lembaga yang sangat penting dalam tatanan perbankan suatu negara. Setiap negara harus mempunyai bank sentral yang berfungsi mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan keuangan suatu negara secara luas, baik dalam maupun luar negeri. Di Indonesia tugas bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia.
Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag, Belanda tahun 1949, boleh dikatakan merupakan tonggak sejarah lahirya bank sentral Indonesia. Salah satu keputusan penting KMB tersebut adalah menunjuk De Javasche NV sebagai Bank Sentral. De Javasche NV adalah bank komersil dari sirkulasi milik pemerintah Kolonia Belanda yang sudah berdiri sejak tahun 1828.42 De Javasche NV didirikan dalam rangka membantu pemerintah Belanda untuk mengurus keuangannya di Hindia Belanda pada waktu itu. Selain itu, De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.43
42
Didik J. Rachbini dkk, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, (Jakarta: PT. Mandi Mulyo, 2000), h.1.
43
(62)
Namun sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945, Indonesia mencita-citakan memiliki sebuah bank sentral. Cita-cita untuk mendirikan bank dengan nama Bank Indonesia yang akan bekerja sebagai bank sentral dikemukakan secara tertulis untuk pertama kalinya dalam penjelasan UUD 1945 pasal 23.44 Fakta sejarah mencatat sejak tahun 1946 Indonesia telah memiliki sebuah bank yang cukup besar yaitu Bank Negara Indonesia (BNI) 1946. Pada awalnya bank ini berstatus sebagai Bank Sentral dan kemudian oleh keputusan KMB diubah menjadi bank pembangunan.
Sesudah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Dewan Menteri Republik Indonesia pada tanggal 19 September 1945 yang dipimpin oleh Presiden Soekarno telah mengambil keputusan untuk mendirikan sebuah Bank Negara Indonesia. Untuk mempersiapkannya, telah ditugaskan R.M. Margono Djojohadikusumo dengan surat kuasa pemerintah Republik Indonesia tanggal 16 September 1945 yang ditanda tangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Untuk merealisasikan pendirian tersebut, maka diambil langkah praktis oleh pemegang kuasa dengan membentuk Jajasan Poesat Bank Indonesia (JPBI) dengan akte notaris R.M Soerojo di Jakarta No. 14 tanggal 9 Oktober 1945, dalam akte tersebut dikemukakan bahwa pembentukan JPBI ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk menyelengarakan pendirian Bank Negara Indonesia.45
Setahun kemudian, Bank Negara Indonesia didirikan dengan UU No. 2 PP tahun 1946 dengan maksud menjadi suatu lembaga yang akan bertindak sebagai bank
44
Bank Indonesia, Naskah Bank Indonesia 25 Tahun, h.1.
45
Dawam Raharjo, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, (Jakarta: LP3ES, 1995), h.50.
(63)
sentral. Namun perjalanan sejarah telah menunjukkan perkembangan yang lain, dalam KMB yang diselenggarkan 3 tahun kemudian tanggal 2 November 1949 di Den Haag dicapai persetujuan bahwa tugas bank sentral diserahkan kepada De Javasche Bank, sedangkan Bank Negara Indonesia diserahi tugas sebagai bank pembangunan. Kemudian dengan UU No. 2 Drt tahun 1955, BNI ditetapkan sebagai bank umum.46
Mengingat pentingnya peranan bank sentral yang bersifat nasional bagi perekonomian suatu negara yang merdeka dan berdaulat, maka tanggal 30 April 1951, Menteri Keuangan Mr. Jusuf Wibisono mengumumkan maksud pemerintah untuk menasionalisasikan De Javasche Bank. Dalam keterangan pemerintah di muka Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 28 Mei 1951 dikemukakan pula keinginan pemerintah untuk menasionalisasikan De Javasche Bank. Pengumuman tersebut segera ditindak lanjuti dengan pembentukan suatu panitia pemerintah pada tanggal 19 Juni 1951 dengan nama panitia Nasionalisasi De Javasche Bank berdasarkan keputusan pemerintah No. 118 tanggal 2 Juli 1951.47 Tugas panitia ada tiga yaitu;
pertama, mengajukan asal-usul mengenai langkah-langkah nasionalisme, kedua
mengajukan rancangan Undang-Undang nasionalisme, ketiga merancang UU baru tentang bank sentral.
Rancangan Undang-Undang tersebut diajukan ke DPR dan dibahas di DPR pada tanggal 10 April 1953, setelah diadakan beberapa perubahan penting rancangan
46
Bank Indonesia, Naskah Bank Indonesia 25 Tahun, h.1.
47
Dawam Raharjo, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, (Jakarta: LP3ES, 1995), h.60.
(64)
UU tersebut sudah disahkan menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 1953 tanggal 19 Mei 1953 tentang penetapan UU pokok Bank Indonesia yang diumumkan pada tanggal 2 Juni 1953 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953. Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.
Pada tahun 1968, Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dan ditahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Kemudian pada tahun 2008, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PerPPU) No. 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari
(65)
upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
Kantor pusat Bank Sentral terletak di Ibu kota negara. Di Indonesia bank sentral berkantor pusat di Jakarta dan mempunyai kantor diseluruh wilayah Indonesia (biasanya di tiap-tiap ibu kota propinsi) serta perwakilan-perwakilan dan koresponden di luar negeri.48
E. Status dan Kedudukan
Sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang, Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia dan merupakan badan hukum yang memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum. Bank Indonesia sebagai badan hukum publik berwenang menetapkan peraturan hukum pelaksana Undang-Undang yang mengikat seluruh masyarakat luas, sesuai tugas dan wewenangnya. Selain itu, Bank Indonesia juga sebagai badan hukum perdata yang dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.
1. Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,
48
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.168.
(1)
10. Bagaimana Bank Indonesia menghadapi penanaman modal asing yang semakin berminat untuk menginvestasikan dananya kepada Perbankan Syariah Nasional?
Harus melihat big market yang ada di Indonesia ini, jangan sampai pihak asing menguasai seluruh pasar keuangan syariah khususnya bank syariah yang ada di Indonesia. Bank Indonesia berusaha memprotek perbankan syariah salah satunya dengan menyeleksi investor asing yang akan berinvestasi di Bank Syariah Indonesia. Terkadang kebutuhan modal tidak dapat dipenuhi oleh pasar domestik pada saat dibutuhkan jadi adanya campur tangan asing dalam membantu kebutuhan modal tersebut. Dan kita harus melindungi jangan sampai peluang dengan pangsa pasar yang besar tersebut hanya dinikmati oleh pihak asing saja.
11. Dalam UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 hanya menyatakan bahwa
“warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia,
atau badan hukum asing dapat memiliki atau membeli saham Bank
Umum Syariah secara langsung atau melalui bursa efek”(pasal 14 ayat 1)
Apakah tidak ada ketentuan/peraturan khusus yang mengatur investor asing dalam menanamkan modalnya di Bank Syariah? jika ada peraturan No. berapa? Bank Indonesia belum mengeluarkan kebijakan khusus yang mengatur tentang investor asing di bank syariah. Baru ketentuan tentang kredibilitas investor
(2)
khususnya bagi pemegang saham pengendali (Uji Fit and Proper Test). Semua kebijakan yang telah keluar hanya dijelaskan pada beberapa poin saja baik di Undang-undang Perbankan Syariah, Peraturan Bank Indonesia bahkan di Surat Edaran Bank Indonesia. Seperti pada Peraturan Bank Indonesia No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah pasal 6 ayat 2 bahwa kepemilikan oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing maksimal sebesar 99%. 12. Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum
Syariah pasal 6 ayat 2 bahwa kepemilikan oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing paling banyak sebesar 99% dari modal disetor Bank, bagaimana maksudnya? Apakah setiap bank sama jumlah besarnya modal yang disetor?
Maksimal kepemilikan saham pada Bank Umum Syariah oleh investor asing adalah sebesar 99% saham bank syariah. Modal awal dalam pendirian Bank Umum Syariah baru adalah sebesar 1 triliun, berbeda jika adanya konversi dari bank umum konvensional menjadi bank umum syariah dengan modal 100 miliar sudah bisa begitu pula konversi pada unit usaha syariah menjadi bank umum syariah.
13. Apakah ada perbedaan pengertian/maksud antara di Bank Umum Konvensional kepemilikan saham oleh pihak asing maksimal 99%, sedangkan pada Bank Umum Syariah kepemilikan pihak asing maksimal 99% dari modal disetor?
(3)
Jika berbeda kepemilikan saham pada Bank Umum Syariah maksimalnya berapa?
Tidak ada perbedaan dalam hal batas maksimum kepemilikan asing antara bank syariah dan bank konvensional sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Pembelian Saham Bank Umum tahun 1999.
14. Apakah dengan porsi kepemilikan investor asing maksimal sebesar 99% itu tidak terlalu besar? Apakah kebijakan tersebut dapat di turunkan batas kepemilikan maksimumnya?
Kemungkinan bisa tetapi sangat sulit, karena Indonesia telah terikat pada perjanjian WTO dimana dalam aturan WTO jika ketentuan yang sudah berlaku sulit untuk merubahnya atau ditarik kembali. Pada saat krisis keadaan perekonomian Indonesia sangat memprihatinkan oleh karenanya pada masa itu membuat pemerintah Indonesia berupaya dengan segala cara salah satunya dengan mengambil keputusan untuk menarik investor asing masuk ke Indonesia dengan batas maksimum 99% guna memberikan suntikan dana.
15. Apa saja Kebijakan/regulasi yang dikeluarkan/diambil oleh Bank Indonesia untuk mengatur investasi modal asing di perbankan syariah?
Belum ada ketentuan khusus yang mengatur tentang investasi asing dan bank asing syariah. Baru ada ketentuan yang mengatur maksimal kepemilikan asing
(4)
di Bank Umum Syariah, syarat ketentuan calon pemegang saham dalam ketentuan Fit and Proper Test, tata cara kelembagaan, kelembagaan tunggal dan lain sebagainya.
16. Bagaimana pengaruh kebijakan tersebut terhadap perkembangan Perbankan Syariah Nasional?
Dapat dilihat dari perbandingan growth Bank Muamalat Indonesia terhadap perbankan syariah nasional. Sperti pada porsi pembiayaan Bank Muamalat Indonesia dibanding perbankan syariah sebesar 23%. Meningkatnya aset industri perbankan Indonesia tahun 2010 yang mencapai 18,73% atau tumbuh dari Rp 2.534 triliun di tahun 2009 menjadi Rp 3.009 triliun di 2010 itu juga tidak luput dari salah satu peran Bank Muamalat Indonesia yang dapat meningkatkan asetnya yaitu dari pertumbuhan aset yang meningkat hingga 33,53% dari Rp 16.027,18 miliar (2009) menjadi Rp 21.400,79 miliar.
17. Apakah ada pengaruh investasi modal asing terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
Untuk meningkatkan sektor riil Bank Muamalat Indonesia mempunyai lembaga khusus yang bergerak disektor UMKM yaitu Baitul Maal Wa Tamwil. Selain itu Bank Muamalat juga menggandeng beberapa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam program linkage guna membantu pembiayaan di sektor UMKM.
(5)
Dengan meningkatnya sektor riil maka perekonomian Indonesia juga akan ikut meningkat.
Jakarta, 27 Juli 2011 Narasumber
(6)
Identitas Narasumber
Nama : Muhammad Irfan Sukarna Tanggal Lahir : 12 September 1971
Jabatan Sekarang : Senior Analyst Tim Penelitian dan Pengembangan Perbankan Syariah di Direktorat Perbankan Syariah
Riwayat Pendidikan : S1 Universitas Brawijaya
S2 Universitas of Loughborough (UK) Pengalaman Kerja : Group Bakrie