Pendekatan Partisipatif
G. Pendekatan Partisipatif
Konsep partisipasi sebagai sebuah pendekatan dalam program pembangunan masyarakat sebenarnya sudah muncul pada awal tahun 1980-an. Namun pemaknaan partisipasi dipersempit sebagai peranserta pasif. Kehadiran dan pelibatan dalam aktifitas gotong royong, atau pemungutan suara dalam pemilu sudah dianggap cukup sebagai partisipasi masyarakat. Partisipasi aktif publik dalam keterlibatan perencanaan pembangunan, pengambilan keputusan, maupun mengontrol proses pelaksanaan pembangunan itu sendiri implementasinya masih belum cukup, bahkan masih banyak pihak memandang sebagai wilayah tabu bagi publik umum.
Dalam pelatihan seringkali partisipasi diartikan sebagai kebebasan peserta (pembelajar) untuk bertanya atau menyampaikan pendapat tidak pada pengertian lebih luas dalam pembelajaran orang dewasa, dari awal dalam kontrak belajar, proses, hasil, evaluasi sampai akhir dalam tindak lanjut.
Dengan demikian maka fleksibilitas menjadi syarat mutlak bagi suatu pelatihan partisipatif. Fleksibilitas dimaksudkan adalah bahwa setiap pelatih semestinya menyusun perencanaan dengan berbagai pilihan-pilihan yang mungkin terjadi sejak Training Need Assessment (TNA) dilakukan. Fleksibilitas juga tidak dimaksudkan untuk mengubah tujuan sangat berbeda dari TNA dan rencana yang telah ditetapkan, tetapi lebih pada penyesuaian terhadap realitas ketika pelatihan akan dan
TPS-ToF/TRAINING-1/SR-FEB-162007
Apa sebenarnya pengertian partisipasi itu?
Bank Dunia, 1994 mendefinisikan partisipasi:“Partisipasi adalah suatu proses di mana berbagai pelaku (stakeholders) dapat mempengaruhi serta membagi wewenang dalam menentukan inisiatif-inisiatif pembangunan (Proses pembelajaran) , keputusan serta pengalokasian berbagai sumberdaya yang berpengaruh terhadap mereka.” (Bank Dunia, 1994).
Dalam konteks pembelajaran Prinsip-prinsip partisipasi adalah: • Cakupan - semua orang, atau wakil -wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil- hasil suatu keputusan atau proses • Kesetaraan dan Kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai ketrampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk
menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.
• Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuh-kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog. • Kesetaraan Kewenangan (Sharing Power / Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
• Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan
(sharing power) dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
• Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain
• Kerjasama. Diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumberdaya manusia.
Bila mengingat pembelajaran orang dewasa mengandung prinsip, memenuhi kebutuhan langsung, untuk diri sendiri, tanggung jawab, kesetaraan, kerjasama, memberi dan menerima umpan balik, saling menghargai, reflektif berdasarkan pengalaman, maka partisipasi aktif pembelajar (peserta) pelatihan merupan syarat mutlak bagi keberhasilan pencapaian tujuan pelatihan tersebut
Keuntungan-keuntungan Partisipasi antara lain:
1. Merangsang timbulnya ide/pemikiran kreatif dan pemecahan masalah mandiri
2. Meningkatkan motivasi pembelajar
3. Menjawab aspirasi dan kebutuhan pembelajar
4. Meningkatkan kualitas dan manfaat pembelajaran
5. Meningkatkan perasaan nyaman, kerbersamaan dan saling menghargai
6. Umpan balik secara periodik bagi perbaikan proses pembelajaran
7. Komunikasi dua arah terjalin secara interaktif
8. Mengembangkan kemandirian pembelajar
9. Meningkatkan kemampuan mengelola konflik
Prinsip-prinsip dan manfaat ini dalam setiap langkah pelatihan ini akan diterapkan secara sempurna dari sejak awal dalam perencanaan sesi, materi, proses, outout, sumebrdaya pendukung sampai pada evaluasi pelatihan dan rencana tindak lanjut. Materi-materi teoritis dan konsep sejauh mungkin dibatasi alokasi waktunya. Untuk mengurangi proses pembelajaran satu arah ini digunakan beberapa metode seperti role-play, diskusi kelompok, membaca referensi yang disediakan, studi kasus, atau belajar dari pengalaman narasumber.
Hubungan antara pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pelatih dan yang berpusat pada pembelajar dapat dilihat pada Hand out Bagian III: Pelatihan metode Kontinuum, halaman 9