HUBUNGAN AFAS DAN GATS SEBAGAI INSTRUMEN LIBERALISASI

102

BAB IV HUBUNGAN AFAS DAN GATS SEBAGAI INSTRUMEN LIBERALISASI

PERDAGANGAN JASA A. Perbandingan Prinsip AFAS dan GATS Perdagangan bebas free trade 164 dibidang jasa kurang mendapat perhatian dalam teori perdagangan. Sektor jasa dianggap memiliki potensi pertumbuhan yang minimal, apabila disandingkan dengan perdagangan sektor barang. Ekspansi sektor jasa dianggap hanya sebagai produk sampingan khususnya dari pertumbuhan sektor industri manufaktur. Jasa jauh tertinggal dalam hal regulasi dan pengaturan, diperlukan pemikiran dan langkah yang tepat, sementara disisi lain, industri pada sektor jasa terus berkembang pesat seiring jalannya waktu dan bergerak semakin kompleks. Jasa sebagai suatu bidang yang sedang berada dalam usaha untuk diliberalisai, utamanya dalam konteks GATSWTO. Setidaknya ada empat hal yang menjadi karakteristik pokok jasa yang membedakannya dengan barang, meliputi: 165 a. Intangibility, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli. b. Inseparability, berbeda dengan barang, jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian di produksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan cirri khusus dari perdagangan jasa. 164 Free Trade yaitu policy dan pemerintah yang tidak mengganggu arcs perdagangan dan menghilangkan berbagai hambatan perdagangan baik yang bersifat tariff barrier maupun non tariff barrier. Free trade is a policy by which a government does not discriminate against imports or interfere with exports by applying tariffs to imports or subsidies to exports or quotas. 165 Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, Yogyakarta; Andy, 2006, hlm 4. Universitas Sumatera Utara 103 c. Variability, yaitu jasa bersifat variable karena merupakan non- standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. d. Perishability, yaitu jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang kosong dsb, akan berlalu begitu saja hilang karena tidak dapat disimpan. Deklarasi Konvensi Bangkok menyepakati untuk meningkatkan kerjasama dan kebebasan perdagangan dibidang jasa melalui pengimplementasian ASEAN Framework Agreement on service AFAS. Perjanjian ini khususnya berusaha meningkatkan efesiensi dan tingkat kompetitif dari anggota ASEAN sebagai penyedia jasa, khususnya mengeliminasi pembatasan perdagangan dibidang jasa antar anggota ASEAN, dan meliberalisasi perdagangan jasa dengan memperluas tingkatan dan ruang lingkup dari liberalisasi melampaui yang telah ada di dalam GATS General Agreement Trade in Service sebagai kerangka perjanjian WTO, dengan tujuan sebuah area perdagangan bebas dibidang jasa. 166 Kedua instrumen ini diciptakan dengan tujuan utama memperlancar dan menghilangkan hambatan terhadap perdagangan bebas jasa, AFAS kemudian menjadi acuan bagi negara-negara ASEAN untuk meningkatkan akses pasar secara progresif dan menjamin perlakuan nasional yang setara bagi para penyedia jasa di kawasan ASEAN. Seluruh isi kesepakatan dalam AFAS pada dasarnya konsisten dengan kesepakatan internasional bagi perdagangan jasa yang 166 Hadi Soesastro ed, A New ASEAN in a New Millenium, Jakarta; Centre for Strategic and International Student, 2000, hlm. 215. Universitas Sumatera Utara 104 ditetapkan dalam GATSWTO. Karena keberadaan AFAS mendorong negara- negara ASEAN untuk membuat komitmen melebihi apa yang telah diberikan dalam GATS. Prinsip-prinsip GATS, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan dengan apa yang ada didalam aturan AFAS, antara lain : 1 MFN prinsip non diskriminasi yang diatur dalam artikel II; 2 Transparansi artikel III; 3 Bagian pengkajian prosedur berkaitan dengan ketentuan peraturan domestik artikel IV ayat 2; 4 Pengakuan artikel VII. Selain empat ketentuan lain GATS tersebut, perlu dipahami pula dua ketentuan GATS lainnya, yaitu : Artikel XIX yang merupakan ketentuan liberalisasi progresif dan artikel IV ayat 4 berkaitan dengan kewajiban untuk mengembangkan disiplin tentang regulasi domestik. Sedangkan dalam AFAS sendiri terdapat empat prinsip utama, yaitu: a MFN Most Favoured Nation; b Non Discriminative; c Transparancy; d Progressive Liberalisation. Terdapat beberapa kesamaan prinsip-prinsip antara AFAS dan GATS. Prinsip terkait tersebut seperti prinsip Most Favoured Nation, Transparancy, serta tambahan isu penting yaitu National Treatment atau perlakuan nasional. Universitas Sumatera Utara 105 a. Prinsip Most Favoured Nation MFN Dalam perdagangan barang, prinsip ini merupakan prinsip utama yang sangat penting. namun berbeda halnya dalam perdagangan jasa, prinsip ini masih sulit untuk dijalankan, pada kenyataannya, perdagangan jasa masih sangat longgar dalam hal penerapan prinsip MFN sehingga masih belum sepenuhnya bisa diliberalisasi, masih tergantung pada kesepakatan bidang mana yang akan dibuka oleh negara yang bersangkutan. Hal ini juga dapat dilihat dari aturan-aturan pengecualian MFN yang terdapat dalam GATS. Mengenai prinsip Most Favoured Nation MFN, bahwa perdagangan internasional harus dilakukan tanpa diskriminasi non- diskriminatif Apabila suatu negara anggota memberikan konsesi kepada suatu negara anggota, maka konsesi tersebut harus pula diberikan kepada negara anggota lain tanpa diskriminasi. 167 Dalam GATS, prinsip Most Favoured Nation yang diatur dalam artikel II pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan diskriminasi perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lainnya sehingga dikatakan juga sebagai prinsip non diskriminasi. 168 Artikel II tersebut diatas mensyaratkan perlakuan yang sama antara negara-negara anggota WTO. Tidak boleh ada pembedaan perlakuan terhadap suatu negara bila dibandingkan dengan negara 167 Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri di Indonesia, Jakarta; Grasindo, 2004, hlm 110. 168 Artikel II GATS:“Each member shall accord immediately and unconditionally to service supplier of any other member treatment no less favourable than that it accords to like services and service suppliers of any other country.” http:www.wto.orgenglishdocselegale26-gats01e.htm, diakses pada tanggal 16 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara 106 lainnya. Bahkan pada dasarnya prinsip resiprositas timbal balik pun tidak diperbolehkan. Meskipun demikian, untuk sektor jasa ini, seperti yang diungkapkan tadi bila dibandingkan dengan sektor barang memang masih sangat jauh dalam liberalisasinya. Misalkan saja pada sistem liberalisasi yang digunakan, yaitu schedule of commitment SOC dengan prinsip positive list. Bahwa yang diliberalisasikan hanyalah bidang-bidang jasa yang dicantumkan dalam SOC tersebut dan bidang yang tidak disebut tidak teliberalisasi. Ini dilakukan dengan alasan liberalisasi secara progresif, atau bertahap untuk memberikan waktu kepada negara negara dalam mempersiapkan sektor jasanya untuk diliberalisasi lebih lanjut. Pada dasarnya, prinsip MFN AFAS sama dengan apa yang ditentukan di GATS. Namun pada penerapannya agak berbeda. Dalam GATS sektor yang diliberalisasi hanya sektor yang dinyatakan terbuka oleh negara tersebut, tanpa adanya prinsip resiprositas timbal balik yang berlaku, sedangkan dalam AFAS, proses liberalisasi dinegosiasikan oleh negara negara asean hingga memenuhi syarat untuk diberlakukan dalam skala regional ASEAN. Selain itu dikarenakan ruang lingkup GATS sangat luas, dan negara- negara yang masuk dalam cakupan GATS sangat beragam sumber dayanya, hal ini mengakibatkan GATS memberlakukan cukup banyak kelonggaran berupa pengecualian-pengecualian terhadap MFN ini, bergantung kepada situasi dan kondisinya. Universitas Sumatera Utara 107 Pemberlakuan prinsip Most Favored Nation sendiri tidak berlaku mutlak. Terdapat kemungkinan kemungkinan dimana prinsip ini dapat dikesampingkan. Salah satunya adalah bahwa setiap negosiasi paket AFAS sendiri selain komitmen Schedule Of Specific Commitment dan Horizontal Commitment dikenal adanya MFN Exemption. MFN Exemption ini memuat hal hal dimana kewajiban MFN dari suatu negara anggota dikecualikan. Pengecualian ini harus sesuai dengan persyaratan sebagaimana tertuang dalam pasal II GATS mengenai MFN. 169 b. Transparansi Prinsip transparency, AFAS pun menerapkan prinsip ini sebagaimana di WTO, bahwa setiap negara anggota WTO, wajib bersikap transparan dalam menetapkan kebijakan perdagangan luar negerinya antara lain dengan mempublikasikan peraturan perundang-undangan dibidang perdagangan, memberikan informasi atas permintaan anggota WTO lainnya, membentuk institusi yang memungkinkan peninjauan keputusan administrasi negara. 170 Terkait dengan transparansi dalam GATS, dalam artikel III disebutkan bahwa ketentuan ini menyatakan bahwa semua tindakan tindakan Measures nasional pemerintah yang relevan harus dipublikasikan seperti hukum, peraturan-peraturan pedoman administratif Administrative Guidelines. Setiap anggota memiliki kewajiban untuk memberitahu kepada dewan perdagangan jasa mengenai tindakan nasional yang dapat 169 Dirjen Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.,Integrasi Ekonomi ASEAN dibidang Jasa: Jakarta,2009, hlm 36. 170 Sri Sunardi, Strategi Indonesia dalam menghadapi liberalisasi Jasa Telekomunikasi dalam kerangka Asean Framework Agreement on Service AFAS, Jakarta; Tesis Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012, hlm 39 Universitas Sumatera Utara 108 mempengaruhi specific commitment menurut part III Market Acces dan National Treatment. 171 Sedangkan dalam AFAS pun transparansi merupakan salah satu prinsip utama, dimana setiap negara wajib untuk mempublikasikan semua peraturan, perundang-undangan, pedoman pelaksanaan, dan semua keputusanketentuan yang berlaku secara umum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah. 172 Secara umum, penerapan prinsip transparansi oleh kedua lembaga tersebut sama, dengan mengharuskan mempublikasikan semua kebijakan- kebijakan dalam negeri yang berpengaruh terhadap perdagangan jasa antar negara anggota yang bersangkutan. c. National Treatment Perlakuan Nasional Artikel XVII GATS merupakan ketentuan yang mengatur perlakuan nasional. Jika sebuah negara telah memasukkan sektor khusus, seperti misalkan sektor jasa perbankan, kedalam Schedule of Specific Commitment, maka negara tersebut telah setuju untuk memberikan perlakuan nasional berkaitan dengan sektor tersebut, tunduk pada pembatasan yang dituangkan dalam Schedule of specific Commitment. Menurut Mosler, bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam Prinsip National Treatment adalah adanya kepentingan lebih dari satu negara, kepentingan tersebut terletak di wilayah yuridiksi suatu negara, negara tuan 171 Joko Priyono, Hukum Perdagangan Jasa GATSWTO, Semarang; Universitas Diponegoro Press,2010 ,hlm 102. 172 Dirjen Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Integrasi Ekonomi ASEAN dibidang Jasa, Op.Cit, hlm 8. Universitas Sumatera Utara 109 rumah harus memberikan perlakuan yang sama baik kepentingan sendiri maupun kepentingan negara lain di wilayahnya, dan perlakuan tersebut tidak boleh menimbulkan keuntungan bagi negara tuan rumah sendiri dan merugikan negara lain. 173 Namun yang perlu pula diketahui bahwa Artikel XVII menyatakan bahwa negara-negara dapat menentukan persyaratan “National Treatment” baik dengan perlakuan sama secara formal maupun perlakuan berbeda secara formal. Ketentuan tersebut menjelaskan bahwa perlakuan secara formal baik sama ataupun berbeda akan dianggap diskriminatif bila perlakuan tersebut menyebabkan kondisi persaingan lebih menguntungkan jasa domestik. 174

B. Aturan AFAS Terhadap Negara-Negara Dalam Lingkup GATS