Metode Penelitian Sejarah Liberalisasi Perdagangan

15 Perdagangan bebas juga harus bebas dari politis suatu negara dengan hubungan dengan negara-negara. Perdagangan bebas juga dipahami searah dengan pasar bebas. WTO World Trade Organization, organisasi multilateral yang bertujuan sebagai forum guna membahas dan mengatur masalah perdagangan dan ketenagakerjaan internasional. ASEAN Association of Southeast Asian Nations, organisasi regional beranggotakan negara-negara kawasan Asia Tenggara, terdiri dari Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.

G. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode hukum normatif. Penelitian hukum normatif atau yuridis normatif, yakni merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan tertulis dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada pada masyarakat. 26 Nama lain dari penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum doctrinal, juga disebut sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen. 27 Penelitian ini membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum 28 melalui kajian asas-asas hukum internasional, konvensi-konvensi, dan kerangka perjanjian internasional. 26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta; Universitas Indonesia Press, 2005, hlm 44. 27 Bambang Soegono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta; Raja Grafindo Persada, edisi 8, 2006, hlm 42. 28 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta; Sinar Grafika, 2010, hlm 24. Universitas Sumatera Utara 16 Adapun sifat penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dimaksud untuk memeberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi obyek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan dapat membantu memerkuat teori lama atau member teori baru, 29 dengan membatasi kerangka studi kepada suatu tinjauan perangkat hukum internasional terhadap liberalisasi perdagangan jasa.

H. Sistematika Penulisan

Secara umum, sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab. Bab satu merupakan pendahuluan, bab ini ,menguraikan latar belakang dari permasalahan dari penulisan ini. Melalui latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi tiga rumusan permasalahan yang akan dibahas dan dikaji, diuraikan juga tujuan dan manfaat dalam penulisan. Uraian mengenai keaslian penulis, menyatakan bahwa penulisan ini belum pernah dilakukan dalam pendekatan dari perumusan permasalahan yang sama. Selanjutnya untuk memudahkan penelitian, dijelaskan metode penelitian dan sistematika penulisan sebagai gambaran dari keseluruhan isi dari penelitian. Bab dua berjudul Aturan Hukum Internasional Terhadap Liberalisasi Perdagangan Jasa. Bab ini dipaparkan sejarah dan perkembangan dari liberalisasi perdagangan lingkup internasional, dan dikaji juga perangkat hukum internasional melalui kerangka perjanjian WTO dan kerangka perjanjian ASEAN terhadap liberalisasi perdagangan jasa. 29 http:balianzahab.wordpress.commakalah-hukummetode-penelitian-hukum, diambil dari Law Education, diakses pada tanggal 15 Januari 2014.l Universitas Sumatera Utara 17 Bab tiga berjudul Aturan Penyelesaian Sengketa Dalam Kerangka Perjanjian WTO dan Kerangka Perjanjian ASEAN. Bab ini memaparkan prosedur mekanisme penyelesaian sengketa dalam kerangka perjanjian WTO dan kerangka perjanjian ASEAN. Bab empat berjudul Hubungan AFAS dan GATS Sebagai Instrumen Liberalisasi Perdagangan Jasa. Bab ini diuraikan perbandingan kerangka perjanjian AFAS dan GATS, pemberlakuan aturan AFAS oleh negara-negara ASEAN terhadap negara-negara lingkup WTO, dan posisi aturan AFAS terhadap aturan GATS sebagai kerangka perjanjian WTO. Bab lima sebagai penutup, memuat kesimpulan dari penellitian yang merupakan jawaban dari pokok permasalahan yang diungkapkan dalam bab pendahuluan dan saran sebagai rekomendasi yang dapat disumbangkan dalam upaya persiapan menghadapi liberalisasi perdagangan bebas khususnya sektor jasa. Universitas Sumatera Utara 18

BAB II ATURAN HUKUM INTERNASIONAL

TERHADAP LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA

A. Sejarah Liberalisasi Perdagangan

Dalam bentuk idealnya, konsep perdagangan bebas 30 atau liberalisasi perdagangan adalah suatu keadaan dimana perusahaan dan individu bebas untuk menjual barang atau jasa melampaui batas wilayah negaranya. Ini berarti termasuk di dalamnya adalah kebebasan untuk mendirikan perusahaan di negara lain dan bagi individu untuk bekerja di negara lain. Dengan perdagangan bebas tidak ada lagi hambatan yang dibuat oleh suatu negara dalam melakukan suatu transaksi perdagangan dengan negara lainnya. Negara-negara di dunia atau yang terlibat langsung dalam perdagangan bebas mempunyai hak untuk menjual produk baik barang ataupun jasa terhadap negara lain tanpa harus dibebani oleh batasanbatasan pajak atau bea masuk. Dengan adanya perdagangan bebas, diharapkan interaksi antarnegara dalam perdagangan menjadi lebih intensif tanpa harus dibatasi oleh peraturan yang membelenggu di dalam negeri negara tujuan. Adanya liberalisasi merupakan arus pemikiran umum yang muncul sebagai respon perkembangan dunia yang sangat dinamis, progresif dan berkarakter 30 Perdagangan bebas merupakan sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System HS dengan ketentuan dan World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. Penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan antar individual dan perusahaan-perusahaan y a n g b e r a d a d i n e g a r a y a n g b e r b e d a http:id.wikipedia.orgwikiPerdagangan_bebas, diunduh pada 20 Oktober 2013 Universitas Sumatera Utara 19 multidimensi. 31 Liberalisasi bukanlah isu faktual, namun selalu menjadi editorial dunia beberapa dekade terakhir. Dalam perspektif perdagangan, liberalisasi merupakan proses pengurangan hingga pada akhirnya penghapusan semua hambatan tarif dan nontarif, secara terstruktur, sistematis dan berskala masif antarnegara, pada pelaksanaan transaksi perdagangan, khususnya terkait arus pergerakan barang dan jasa. Pada rumusan yang lebih sederhana, setiap individu memiliki kebebasan untuk bertransaksi dengan siapa saja, ke mana saja dan kapan saja tanpa adanya suatu hambatan atau batas-batas tertentu. Sekian lama perdagangan internasional dibidang jasa kurang mendapat perhatian dalam teori perdagangan. Jasa dianggap sebagai barang non-traded dan memiliki potensi pertumbuhan yang minimal. Ekspansi sektor jasa dianggap hanya sebagai produk sampingan khususnya dari pertumbuhan sektor industri manufaktur. Non-tradability dari jasa timbul karena transaksi jasa mensyaratkan adanya interaksi langsung antara produsen dan konsumen perusahaan dan rumah tangga. Biaya transaksi, entah itu diukur dalam waktu, jarak, prosedur imigrasi, bea cukai, dan lain sebagainya, dianggap terlalu besar untuk memungkinkan terjadinya sebuah transaksi jasa. Terlebih lagi, kompleksnya hubungan atau transaksi ini disebabkan adanya kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi yang pesat akhir-akhir ini sangat signifikan meningkatkan tradability dan internasionalisasi dari komoditi 31 Karakter multidimensi ini berdasarkan pada sebuah teori yang dikemukakan oleh Talcott Parson. Proses perkembangan liberalisasi dalam fase awal akan mempengaruhi orientasi ekonomi dan struktur politik hingga menjalar pada struktur sosial. Pada fase terakhir, kondisi ini akan merombak tatanan budaya suatu komunitas tertentu. Universitas Sumatera Utara 20 jasa. Sehingga dengan perkembangan dewasa ini, para pelaku dagang tidak perlu bertemu secara langsung dengan rekanan dagangannya. Kontribusi dan peran perdagangan jasa bahkan diyakini semakin besar dan strategis di masa datang. Apabila dilihat dari sejarahnya, konsep liberalisasi perdagangan jasa bukan berasal dari kebudayaan asli bangsa Indonesia, maka fenomena seperti ini nampaknya sulit untuk dipahami dan diterima oleh masyarakat. Selain itu, nampaknya ada persoalan dalam hal konsistensi diseminasi informasi dan peningkatan keahlian dan wawasan mengenai masalah ini di berbagai bidang kehidupan, sehingga isu liberalisasi perdagangan jasa selalu dianggap sebagai sesuatu yang baru. Terlepas dari kondisi tersebut, liberalisasi perdagangan jasa merupakan fakta yang perlu dipahami oleh masyarakat karena pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan keseharian masyarakat itu sendiri. 32 Paham liberalisasi perdagangan berkembang dengan pesat di Eropa sejak abad 19. Pada priode perdagangan bebas 1815-1914 diwarnai oleh kekuatan landasan filsafat perdagangan liberal berdasarkan atas teori keunggulan komparatif, bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada produksi dan ekspor, sebab negara tersebut mempunyai biaya yang lebih rendah daripada negara mitra dagangnya. 33 Apabila ditinjau dari pendekatan historis, liberalisasi berakar dari gagasan sebuah paham pada abad XIX yang belakangan dikenal sebagai 32 Indonesia menjadi anggota World Trade Organization WTO melalui Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia. WTO sendiri mulai beroperasi secara resmi pada tanggal 1 Januari 1995. 33 Muhammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional, Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 2011 , hlm.31 Universitas Sumatera Utara 21 liberalisme. Paham yang dipelopori oleh Adam Smith ini menegaskan filsafat individualistik dalam pemikiran ekonomi. Menurutnya, teori pembagian kerja atau spesialisasi dianggap sebagai kunci pertumbuhan ekonomi yang terus menerus. Pemikiran yang demikian menghendaki adanya dukungan solid dari pasaran barang produksi dengan manifestasinya perluasan wilayah sebagai dalih untuk memperluas pasar, bahkan dengan bantuan pemerintah sekalipun. 34 Teori yang di kemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations“ 35 membantah pendapat dari kaum merkantilistis yang mengatakan, bahwa melakukan hambatan perdagangan adalah jalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Menurut Adam Smith, kesejahteraan masyarakat suatu negara justru akan semakin meningkat jika perdagangan internasional dilakukan dalam pasar bebas dan intervensi pemerintah dilakukan dengan seminimal mungkin. Dengan sistem perdagangan bebas, sumber daya yang akan digunakan secara efesien, sehingga kesejahteraan yang akan di capai akan lebih optimal. 36 Liberalisasi perdagangan internasional mulai mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pada abad ke-19 sehingga memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi di Eropa. Tetapi kebebasan 34 Adam Smith dalam Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal. Medan; Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2005 ,hlm 43. 35 Adam Smith menulis bukunya dan lebih dikenal dengan singkatan “The Wealth of Nation” bukunya yang menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme.dengan teorinya yang disebut “invisible hand” “tangan tak terlihat” baca; TanganTuhan dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Secara umum, banyak pihak menerjemahkan konsep the invisible hand-Adam Smith sebagai mekanisme pasar, kegiatan otonom yang dilaksanakan oleh masing-masing pelaku ekonomi untuk kepentingannya sendiri guna memenuhi penawaran dan permintaan supply and demand yang otomatis mengendalikan kegiatan yang optimal bagi semua pihak yang melakukan kegiatan ekonomi tanpa campur tangan pemerintah non-intervensi 36 Ibid, hlm 31-32. Universitas Sumatera Utara 22 perdagangan tersebut belum dapat dinikmati oleh bangsa lainnya diluar Eropa, terutama di Asia dan Afrika. Hal ini disebabkan karena waktu itu Asia dan Afrika merupakan wilayah kolonial atau jajahan negara-negara Eropa, sehingga dalam sektor perdagangan, bangsa Asia dan Afrika tidak mendapatkan kesempatan dan kebebasan yang sama seperti bangsa Eropa. Dengan demikian yang memegang kekuasaan ekonomi maupun politik pada periode liberal ini adalah bangsa Eropa, sebaliknya bangsa Asia dan Afrika tidak mempunyai kekuasaan dan politik di negerinya sendiri. Timbulnya kebebasan dalam melaksanakan perdagangan antar negara atau disebut dengan perdagangan internasional termotivasi oleh paham dan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith, yang menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat suatu negara justru akan semakin meningkat, jika perdagangan internasional dilakukan dalam pasar bebas dan intervensi pemerintah dilakukan seminimal mungkin. sedangkan yang disebutkan oleh Hugo Grotius, diistilahkan dengan “Laissez Faire” 37 , yang dapat didefinisikan bebas melakukan apa yang engkau inginkan atau bebas dari campur tangan pemerintah untuk membantu orang miskin, pengontrolan upah buruh, bantuan atau subsidi pertanian Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith diatas disebut dengan “Teori Keunggulan Absolut” teori yang mendasarkan asumsi bahwa setiap negara memiliki keunggulan absolut nyata terhadap mitra dagangnya. 37 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Intemasional, Prinsip-prinsip dan Konsepsi dasarhttp:pasca.uma.ac.idadminpascauploadElibMHB120HUKUM2OPERDAGANGAN20 INTERNASIONAL20Prinsip-prinsip20dan20Konsepsi20Dasar.PDF,diakses pada tanggal 21 Oktober2013. Universitas Sumatera Utara 23 Menurut teori ini, suatu negara yang mempunyai keunggulan absolut relatif terhadap negara mitra dagangnya dalam memproduksi barang atau komoditi tertentu, akan mengekspor komoditi tersebut ke negara mitra yang tidak memiliki keunggulan absolut absolut disanvantage. Demikian pula sebaliknya, sehingga dalam sistem perdagangan bebas, diantara negara-negara mitra dagang tersebut akan memiliki nilai ekspor yang sama dengan nilai impornya. Dengan sistem perdagangan bebas, sumber daya akan digunakan secara lebih efesien, sehingga kesejahteraan yang akan dicapai lebih optimal. Namun dalam kenyataannya yang justru terjadi di Eropa adalah ketidakadilan dan kesenjangan sosial antara pengusaha yang kaya raya dengan kaum buruh atau petani miskin . 38 Apabila ditinjau dari perspektif perdagangan, liberalisasi menekankan pada platform kebebasan individu atau peran rakyat secara aktif, dengan peran negara yang negatif dalam transaksi perdagangan. Merujuk teori dari maestro ilmu negara, George Jellinek, liberalisasi juga memungkinkan adanya hubungan atau interaksi dengan seluruh negara, tanpa adanya suatu pembatasan tertentu dalam produksi, distribusi hingga pemasaran suatu produk barang dan jasa. Dalam perspektif hukum, sistem hukum yang dianut pun memberikan ruang proteksi optimal bagi kemerdekaan individu dengan mengutamakan prinsip kebebasan Principle of Freedom, prinsip persamaan hak Principle of Legal Equality serta prinsip timbal balik Principle of Reciprocity. Sejalan dengan fungsinya sebagai social engineering dan social empowering, materi muatannya 38 Ibid, hlm. 4-5 Universitas Sumatera Utara 24 diterjemahkan untuk meluruskan paradigma yang mengabdi pada perhintungan laba tersebut. Bahkan, keadilan menjadi variable yang dituntut dari kemerdekaan individu. 39

B. Proses Perkembangan Liberalisasi Perdagangan