Instrumen Penelitian PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MENGETAHUI PROFIL STUDY APPROACHES FISIKA SISWA SMP.

Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.2. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif No Aspek Jenis Kegiatan Indikator No Soal 1 Fluency Menebak sebab- sebab Siswa mampu mengemukakan penyebab dari munculnya permasalahan yang diberikan secara lancar 3A Membuat pertanyaan Siswa mampu membuat pertanyaan sebanyak mungkin mengenai permasalahan yang diberikan secara lancar 6 Menebak sebab- sebab Siswa mampu mengemukakan penyebab dari munculnya permasalahan yang diberikan secara lancar 9 2 Flexibility Menebak akibat dari peristiwa Siswa mampu mengemukakan akibat yang muncul dari permasalahan yang diberikan sebanyak mungkin dari sudut pandang yang berbeda 3B Membuat pertanyaan Siswa mampu membuat pertanyaan sebanyak mungkin dari sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah 7 Menebak sebab- sebab Siswa mampu mengemukakan penyebab dari munculnya permasalahan yang diberikan sebanyak mungkin dari sudut pandang yang berbeda 10 3 Originality Mengembangkan manfaat suatu benda Siswa mampu mengembangkan manfaat suatu benda yang berupa gagasan baru dan unik serta berbeda dari yang lain 4 Mengembangkan manfaat suatu benda Siswa mampu mengembangkan manfaat suatu benda yang berupa gagasan baru dan unik serta berbeda dari yang lain 5 Mengembangkan manfaat suatu benda Siswa mampu mengembangkan manfaat suatu benda yang berupa gagasan baru dan unik serta berbeda dari yang lain 11 Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4 Elaboration Membuat tebakan Siswa mampu membuat tebakan secara terperinci 1 Menebak akibat dari peristiwa Siswa mampu mengemukakan penyebab dari timbulnya permasalahan yang diberikan secara terperinci 2 Menebak sebab- sebab Siswa mampu mengemukakan penyebab dari munculnya permasalahan yang diberikan secara terperinci 8 Untuk mengetahui kelayakan instrumen tes untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, dilakukan pengujian instrumen sebagai berikut : a Penilaian Ahli Penilaian ahli dilakukan sebelum pelaksanaan uji coba instrumen. Hasil penilaian instrumen tersebut dapat dilihat pada lampiran A. 4. b Validitas Butir Soal Pengujian validitas instrument tes berpikir kreatif dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, Arifin 2009 yaitu: ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y n = banyaknya data ∑X = jumlah variabel X ∑Y = jumlah variabel Y ∑X 2 = jumlah variabel X kuadrat ∑Y 2 = jumlah variabel Y kuadrat Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Kriteria yang digunakan untuk uji validitas butir tes instrument dianggap memenuhi syarat kesahihan, jika mempunyai koefisien korelasi r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf nyata α = 0,05. Berikut adalah tabel interpretasi nilai validitas yang digunakan untuk menentukan kriteria validitas soal yang diujikan. Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Validitas Nilai Validitas Kriteria Validitas 0,800 - 1,000 Sangat Tinggi 0,600 - 0,800 Tinggi 0,400 - 0,600 Cukup 0,200 - 0,400 Rendah 0,000 - 0,200 Sangat Rendah Arikunto, 2010 Pada penelitian ini, dilakukan uji coba terhadap 20 butir soal dengan hasil validitas ditunjukan pada tabel 3.4. Butir soal yang selanjutnya digunakan pada pre-test dan post-test adalah butir soal dengan kriteria validitas cukup dan tinggi. Tabel 3.4. Klasifikasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Kriteria Validitas Nomor Butir Soal Tinggi 12, 13, 15 Cukup 1A, 3, 4, 5, 7, 8A, 9, 10A, 10B, 11, 14 Rendah 1B, 2, 6, 8B, 10C Sangat Rendah 16 c Reliabilitas Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tes kemampuan berpikir kreatif merupakan soal dengan bentuk uraian, karenanya untuk mengukur realiabilitas instrumen ini digunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu : ∑ Keterangan: r 11 = reliabilitas intrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau soal ∑ Untuk memperoleh jumlah varians butir, terlebih dahulu dicari varians setiap butir, kemudian dijumlahkan. Keterangan: Berikut adalah tabel interpretasi nilai reliabilitas yang digunakan untuk menentukan kriteria reliabilitas soal yang diujikan. Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Reliabilitas Nilai Reliabilitas Kriteria Reliabilitas 0,81 r ≤ 1,00 Sangat Tinggi Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 0,61 r ≤ 0,80 Tinggi 0,41 r ≤ 0,60 Cukup 0,21 r ≤ 0,40 Rendah 0,00 r ≤ 0,20 Sangat Rendah Arikunto, 2010 Dari hasil uji reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir kreatif yang terdapat pada lampiran A.5, didapatkan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,736 dengan kriteria reliabilitas tinggi. d Tingkat Kesukaran Butir Soal Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian adalah menghitung berapa persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus passing grade untuk tiap-tiap soal Arifin, 2009, hlm 273. Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut: 1 Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27, termasuk mudah. 2 Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28 sampai dengan 72, termasuk sedang. 3 Jika jumlah peserta didik yang gagal 72 ke atas, termasuk sukar. Tabel 3.6 di bawah ini merupakan klasifikasi data hasil uji coba tingkat kesukaran butir soal instrumen tes kemampuan berpikir kreatif. Tabel 3.6. Klasifikasi Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Nomor Butir Soal Mudah 1A Sedang 1B, 2, 3, 4, 6, 7, 8B Sukar 5, 8A, 9, 10A, 10B, 10C, 11, 12, 13, 14, 15, 16 Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu e Daya Pembeda Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal bentuk uraian adalah menghitung perbedaan dua rata-rata mean, yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap soal dengan menggunakan persamaan berikut Arifin, 2009, hlm 277. ̅ ̅ √ Keterangan: ̅ = rata-rata dari kelompok atas ̅ = rata-rata dari kelompok bawah = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah = 27 x N baik untuk kelopok atas maupun kelompok bawah Berikut adalah tabel interpretasi nilai daya pembeda yang digunakan untuk menentukan kriteria daya pembeda soal yang diujikan. Tabel 3.7. Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda 0,40 - 1,00 Sangat Baik 0,30 - 0,39 Baik 0,20 - 0,29 Cukup 0,00 - 0,19 Buruk Arifin, 2009 Tabel 3.8 di bawah ini menunjukkan klasifikasi data hasil uji coba daya pembeda butir soal instrumen tes kemampuan berpikir kreatif. Butir soal yang selanjutnya digunakan pada pre-test dan post- Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu test adalah butir soal dengan kriteria daya pembeda cukup, baik, dan sangat baik. Tabel 3.8. Klasifikasi Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Klasifikasi Daya Pembeda Nomor Butir Soal Sangat Baik 1A, 7, 8A, 13 Baik 3, 4, 8B Cukup 6, 9, 10A, 10B, 10C, 11, 12, 14, 15 Buruk 1B, 2, 5, 16 Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis, dari 20 butir soal yang diujikan hanya 12 butir soal yang selanjutnya digunakan pada pre- test dan post-test kemampuan berpikir kreatif. Hasil rekapitulasi uji instrumen secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran A.5. 2. Study Approach Untuk mengukur study approach digunakan instrument non tes jenis angket yang bernama Approach and Study Skills Inventory for Students ASSIST yang dikembangkan oleh Entwistle dan Ramsed, dengan kisi-kisi instrumen sebagai berikut. Tabel 3.9. Kisi-kisi Instrumen Deep Approach No Aspek Deep Approach Nomor Butir Soal 1 Seeking Meaning 1, 3, 5, 7 2 Relating ideas 9, 11, 13, 15 3 Use of Evidence 17, 19, 21, 23 4 Interest in Idea 25, 27, 29, 31 Tabel 3.10. Kisi-kisi Instrumen Surface Approach No Aspek Surface Approach Nomor Butir Soal 1 Lack of purpose 2, 4, 6, 8 Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2 Unrelated memorising 10, 12, 14, 16 3 Syllabus-boundness 18, 20, 22, 24 4 Fear of failure 26, 28, 30, 32 Instrumen study approach merupakan instrumen berbahasa Inggris, dan berbentuk kalimat pernyataan dengan lima pilihan respon, yaitu: Setuju; Sedikit Setuju; Tidak Yakin; Sedikit Tidak Setuju; dan Tidak Setuju. Agar dapat digunakan dalam penelitian ini, instrumen tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta dilakukan penyesuaian konten agar sesuai dengan tujuan penelitian, dan penyesuaian bahasa agar kalimat dalam angket mudah dipahami oleh subjek penelitian. 3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Selain kedua instrumen tersebut, digunakan pula lembar observasi keterlaksanaan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam model pembelajaran berbasis masalah, untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada lampiran C.3.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan instrument tes dan non tes. Dalam penelitian ini terdapat dua instrument pokok yang digunakan yaitu : a. Variabel profil study Approach X 1 dengan mengambil data penilaian hasil Approach and Study Skills Inventory for Students b. Variabel kemampuan berpikir kreatif X 2 melalui tes berpikir kreatif yang mengacu pada empat sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif yaitu kelancaran fluency, keluwesan flexibility, keaslian originality, dan penguaraian elaboration.

H. Teknik Pengolahan Data

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Setelah dilakukan uji coba instrumen terhadap 20 butir soal, diambilah 12 soal dari 20 soal tersebut yang dinilai sesuai dan dapat dijadikan sebagai alat ukur kemampuan berpikir kreatif. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum pre-test dan setelah post-test perlakuan. Ada atau tidaknya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat ditentukan dari besar Gainnya selisih antara skor post test dan pre test. N-gain adalah gain yang dinormalisasi, N-gain dihitung sebagai berikut : | | Hasil perhitungan N-gain tersebut kemudian dikategorikan ke dalam tiga kategori, yakni : Tabel 3.11. Interpretasi Nilai N-gain Nilai N-gain Kriteria N-gain 0,7 Tinggi 0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang N-gain 0,3 Rendah Hake, 1998 dalam Chaerunisa 2013 Selain mengukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif secara keseluruhan, dilakukan pula pengukuran peningkatan untuk setiap aspek kemampuan berpikir kreatif kelancaran, keluwesan, keaslian, dan elaborasi untuk mengetahui aspek mana yang paling tinggi peningkatannya. 2. Study Approach Sama halnya dengan tes kemampuan berpikir kreatif, instrumen study approach yang berbentuk angketpun diberikan sebelum dan setelah perlakuan, hal tersebut bertujuan untuk melihat profil study approach siswa sebelum dan setelah perlakuan. Nida Uddini Amatulloh, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Angket study approach terdiri dari 32 pernyataan yang merupakan gabungan dari aspek deep approach dan aspek surface approach. Pada aspek deep approach skor masing-masing pernyataan dikelompokan sesuai aspeknya dan kemudian di jumlahkan skor aspek Seeking Meaning = skor P1 + skor P3+ skor P5 + skor P7 , untuk mendapatkan skor deep approach, dilakukan penjumlahan masing-masing skor dari aspek deep approach DA = SM+RI+UE+II penskoran untuk aspek surface Approach dilakukan sama seperti penskoran pada aspek depp approach. Setelah mendapatkan skor rata-rata aspek deep approach dan aspek surface approach pada pre-test dan post-test, langkah selanjutnya adalah membandingkan kedua skor pre-test dan post-test test tersebut. Jika skor post-test untuk aspek deep approach lebih besar dari skor pre-testnya dan skor post-test lebih kecil dari skor pre-testnya, maka study approach siswa setelah perlakuan mengarah ke deep approach. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka setelah perlakuan study approach siswa mengarah ke surface approach. 3. Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Data yang diolah merupakan data yang diambil dari lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Lembar observasi tersebut terdiri dari dua aktivitas, yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa. Format observasi ini berbentuk checklist dengan pilihan “ya” dan “tidak” pada kolom keterlaksanaan. Data dari ketiga observer kemudian digabungkan dalam satu tabel dapat dilihat pada lampiran D.3. Jika dua observer menyatakan kegiatan terlaksana, dan satu observer menyatakan tidak terlaksana, maka kegiatan tersebut disimpulkan terlaksana, dan jika dua observer menyatakan kegiatan tidak terlaksana, dan satu observer menyatakan terlaksana, maka kegiatan tersebut disimpulkan tidak terlaksana. Setelah mengambil kesimpulan dari tiga