64 Keadaan yang ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah.
Dalam keadaan ini, orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Keengganan untuk memegang uang tunai dan keinginan
untuk membelanjakan makin meluas di masyarakat. Orang-orang cenderung mengharapkan kenaikan harga yang makin tinggi dibandingkan
dengan penambahan jumlah uang yang beredar.
79
2. Teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi terjadi karena masyarakat menginginkan barang dan jasa yang lebih besar daripada yang mampu disediakan oleh
masyarakat itu sendiri. Proses inflasi menurut kelompok ini adalah proses perebutan bagian rejeki di antara kelompok-kelompok sosial
yang menginginkan bagian yang lebih besar dari apa yang mampu disediakan oleh masyarakat. Hal ini menimbulkan inflationary gap
karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia. Golongan-golongan tersebut bisa pemerintah yang berusaha
memperoleh lebih banyak barang dengan cara mencetak uang untuk mendanai kebutuhannya tersebut. Golongan yang lain bisa pengusaha-
pengusaha yang ingin melakukan investasi dengan mengambil kredit dari bank atau bisa juga serikat buruh yang meminta kenaikan upah
melebihi produktivitasnya.
80
79
Endang Setyowati,
Ibid.hlm. 157
80
Boediono, Ekonomi Makro..., Op. Cit, hlm. 163
65
3. Teori Strukturalis
Teori ini memberikan titik tekan pada ketegaran atau infleksibilitas dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Faktor-
faktor strukturalis inilah yang menyebabkan perekonomian negara sedang berkembang berjalan sangat lambat dalam jangka panjang. Teori
ini seringkali disebut teori inflasi jangka panjang. Menurut teori ini ada dua ketegaran utama yang dapat menimbulkan inflasi.
Pertama, ketidakelastisan penerimaan ekspor yaitu pertumbuhan nilai ekspor yang lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor
lainnya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama yaitu: jenis barang ekspor yang kurang responsif terhadap kenaikan harga dan nilai tukar
barang ekspor yang semakin memburuk. Kedua hal inilah yang menyebabkan banyak negara berkembang. Mengambil keputusan
menggalakkan industri substitusi impor, meskipun dengan biaya produksi yang lebih mahal dan kualitas yang lebih rendah. Dengan
demikian, industri substitusi impor ini dapat mengakibatkan inflasi yang dikarenakan adanya ekonomi biaya tinggi.
Kedua, ketidakelastisan produksi bahan makanan di dalam negeri. Dalam hal ini laju pertumbuhan bahan makanan di dalam negeri tidak
secepat laju pertumbuhan penduduk dan laju pendapatan perkapita. Akibat dari keadaan ini terjadi kenaikan harga barang-barang lainnya.
Selanjutnya akan muncul tuntutan dari para karyawan untuk memperoleh kenaikan upah, dengan demikian akan menyebabkan
66 kenaikan ongkos produksi, sehingga biaya produksi total meningkat.
Hal ini menyebabkan pengusaha meningkatkan harga-harga produknya.
81
B. Jenis- Jenis Inflasi