Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat Syariah BPR S

59 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran Nilai transaksi pembayaran pada triw ulan laporan cenderung menunjukkan peningkatan transaksi, baik transaksi tunai maupun non tunai. Peningkatan tersebut, selain karena faktor musiman tahun ajaran baru, juga diperkirakan karena peningkatan pertumbuhan transaksi masuk incoming ke Sulsel.

4.1. Aliran Uang Kartal M asuk

Inflow dan Keluar Outflow Aliran uang kartal masuk inflow dan keluar outflow , pada triw ulan laporan, dari dan ke perbankan melalui KBI M akassar tercatat net inflow sebesar Rp0,01 triliun, jauh lebih kecil dibandingkan kondisi pada triw ulan I-2009 yang mengalami net inflow sebesar Rp2,03 triliun. Kondisi tersebut relatif menggambarkan konsumsi masyarakat mengalami peningkatan. Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI M akassar Dari sisi aliran uang kartal masuk inflow ke KBI M akassar, peningkatan konsumsi masyarakat pada triw ulan laporan tercermin dari penurunan jumlah inflow perbankan ke KBI M akassar. Dana Inflow perbankan tersebut berasal penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan. Diperkirakan simpanan masyarakat tersebut diperkirakan digunakan untuk membiayai konsumsinya,terutama untuk keperluan di bidang pendidikan sehubungan dengan tahun ajaran baru. Inflow pada triw ulan II-2009 tercatat sebesar Rp0,87 triliun, turun -20,65 y.o.y dibanding triw ulan II-2008, sementara pada triw ulan I-2009 turun sebesar -2,84 y.o.y. 60 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Sementara aliran uang kartal keluar outflow yang merupakan permintaan perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat, pada triw ulan laporan mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu sebesar -52,71 y.o.y. Sebagaimana diketahui, kota M akassar merupakan salah satu kota perdagangan bagi daerah-daerah sekitarnya. Oleh karena itu sangat dimungkinkan terdapat tekanan inflow uang kartal yang masuk ke M akassar dan berasal dari daerah-daerah di luar Sulsel, bahkan luar pulau Sulaw esi. Kondisi aliran uang kartal tersebut di atas, apabila dibandingkan dengan perekonomian Sulsel pada triw ulan laporan, relatif cukup menggambarkan antara lain sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan dan beberapa sektor lainnya.

4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB

Sejalan dengan penurunan inflow tersebut di atas, kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuhrusak dari inflow tersebut yang sudah tidak layak lagi untuk diedarkan Pemberian Tanda Tidak BerhargaPTTB, pada triw ulan laporan, mengalami kontraksi sebesar -87,47 y.o.y yaitu dari Rp0,72 triliun pada triw ulan II-2009 menjadi Rp0,09 triliun. Sementara pada triw ulan I-2009, kegiatan PTTB mengalami kontraksi sebesar -81,13 y.o.y. Ditinjau dari rasio PTTB-inflow , Rasio PTTB-inflow pada triw ulan laporan tercatat sebesar 10,34 , lebih rendah sedikit dibandingkan triw ulan I-2009 yang sebesar 11,01 . Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow

4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triw ulan laporan, jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami peningkatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Pada triw ulan I-2009, jumlah uang palsu yang ditemukan sebesar Rp7,77 juta, memenjadi Rp8,63 juta pada triw ulan laporan. Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- merupakan jenis uang yang paling banyak dipalsukan yakni 63 lembar atau 50 dari total lembar temuan uang palsu. 61 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI M akassar Triw ulan II-2009 Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Triw ulan II-2009 4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS 4.4.1. Perkembangan RTGS Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel, terdapat peningkatan kegiatan transaksi keuangan yang bernilai besar yang tercermin dari perkembangan transaksi BI-RTGS baik outgoing maupun incoming . Perkembangan transaksi transfer keluar via RTGS outgoing pada triw ulan laporan tumbuh sebesar 42,10 y.o.y yaitu dari Rp7,91 triliun menjadi Rp11,24 triliun. Sementara pada transaksi transfer masuk via RTGS incoming juga mengalami peningkatan sebesar 34,29 y.o.y dengan nominal transaksi sebesar Rp16,36 triliun, sementara pertumbuhan incoming pada triw ulan I-2009 sebesar 3,31 y.o.y dengan nominal transaksi sebesar Rp11,76 triliun. Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulaw esi Selatan tercatat masih mengalami net inflow yaitu sebesar Rp5,12 triliun, yang mengalami peningkatan baik dari sisi pertumbuhan maupun secara nominal. Apabila dibandingkan dengan net inflow triw ulan I- 62 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 2009, pertumbuhan net inflow pada triw ulan II-2009 yang tumbuh sebesar 19,81 y.o.y lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan net inflow pada triw ulan I-2009 yang kontraksi - 18,37 y.o.y.

4.4.2. Perkembangan Kliring

Pada triw ulan laporan, perkembangan penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer danatransaksi kredit kurang dari Rp100 juta kembali mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triw ulan I-2009. Nominal perputaran kliring pada triw ulan laporan tercatat kontraksi sebesar -5,44 y.o.y, yaitu dari Rp7,29 triliun pada triw ulan II-2008 menjadi Rp6,89 triliun. Pertumbuhan transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triw ulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,10 y.o.y kondisi tersebut berlaw anan dengan pertumbuhan transaksi non tunai via RTGS. Sedangkan rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring tercatat sebesar Rp111,20 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar -8,49 y.o.y, lebih rendah dibanding pertumbuhan triw ulan I-2009 yang tumbuh 4,85 y.o.y. Penurunan pertumbuhan nominal transaksi via kliring tersebut relatif menggambarkan transaksi nominal kecil dibaw ah Rp25 juta mengalami penurunan. Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek BG Kosong Di lihat dari rasio penolakan w arkat CekBG kosong pada triw ulan laporan, secara nominal tercatat mengalami peningkatan, yaitu sebesar 2,02 , lebih tinggi dibanding triw ulan I-2009 yang tercatat sebesar 1,67 . Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata w arkat yang ditolak menurun menjadi sebesar 1,55 , sementara pada triw ulan I-2009 sebesar 1,73 . 63 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Struktur ketenagakerjaan Sulsel masih bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan yang masih merupakan mata pencaharian utama penduduknya. Pertumbuhan ekonomi Sulsel, mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 47 ribu orang atau menyerap 4,10 dari angkatan kerja yang menganggur. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pengangguran terbuka TPT Sulsel mengalami penurunan sebesar 1,80 . Di sisi lain, jika melihat angka indeks Nilai Tukar Petani NTP , maka peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulaw esi Selatan Sulsel kiranya belum diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan petani. Selanjut nya apabila dilihat perkembangan angka indeks dengan indeks yang diterima petani dibanding dengan pertumbuhan indeks yang dibayar petani yang cukup lamban, nampaknya petani belum mempunyai kekuatan taw ar dalam perdagangan produknya. Kondisi ini dapat semakin memberatkan masyarakat petani apabila secara umum terjadi kenaikan harga barangjasa inflasi. Hal ini berpotensi dapat menyebabkan penurunan jumlah angkatan kerja di sektor pertanian, yang diikuti oleh tingkat produktifitas sektor pertanian, dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi Sulsel.

5.1. Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Februari 2008 Februari 2009 mengalami kenaikan, dan begitu juga dengan tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK yang juga relatif meningkat. Pada bulan Februari 2008, angkatan kerja tercatat 3.276 ribu orang 59,43 dari total penduduk usia kerja, sedangkan pada bulan Februari 2009 tercatat 3.391 ribu orang 60,33 dari total penduduk usia kerja, atau mengalami pertumbuhan sebesar 3,51 y.o.y. Peningkatan TPAK tersebut disebabkan karena persentase kenaikan angkatan kerja yang bekerja 5,53 lebih besar dibanding dengan persentasi penurunan angkatan kerja yang menganggur -13,73 . 64 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Pertumbuhan ekonomi tersebut, mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 47 ribu orang atau menyerap 4,10 dari angkatan kerja yang menganggur. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pengangguran terbuka TPT Sulsel mengalami penurunan sebesar 1,80 yaitu dari 10,50 pada Februari 2008 menjadi 8,7 pada Februari 2009. Lapangan pekerjaan utama yang mendominasi jumlah angkatan kerja yang bekerja adalah di sektor pertanian yang sebesar 50,70 . Pangsa angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian ini mengalami penurunan dibanding Februari 2008 yang tercatat sebesar 52,76 . Sektor dengan jumlah tenaga kerja kedua terbesar adalah sektor perdagangan yang pada Februari-2009 sebesar 19,57 , atau meningkat dibanding pangsa pada Februari 2007 17,99 . Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa 10,93 yang juga mengalami peningkatan, dimana pada triw ulan sebelumnya sebesar 9,14 . Dari sisi perbandingan komposisi per sektor ekonominya, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama sektor perdagangan dan jasa. Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena mulai berkurangnya luas lahan pertanian dan berakhirnya masa tanam di sektor pertanian sehingga relatif mendorong perpindahan tenaga kerja ke sektor lain. Hal ini juga memperlihatkan dugaan bahw a Sulaw esi Selatan sedang mengalami prosesn transformasi ekonomi, dimana akan terjadi pergeseran struktur perekonomian dari sektor perekonomian yang mengarah kepada sektor perdagangan dan jasa. Grafik 5.1 Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja M enurut Lapangan Pekerjaan Utama 65 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Pergeseran angkatan kerja ke non-pertanian tersebut, salah satunya ditandai dengan meningkatnya jumlah buruhkaryaw an yang tercatat meningkat sebesar 40,03 dari total peningkatan tenaga kerja yang bekerja sebesar 162,3 ribu pada periode Februari 2008- Februari 2009. Selain itu juga terjadi kenaikan pertumbuhan pada pekerja keluarga sebesar 23,75 pada periode tersebut. Sementara jumlah pekerja bebas pertanian hanya mengalami pertumbuhan sebesar 15,31 dari 59,4 ribu pada Februari 2008 menjadi 84,3 ribu pada Februari 2009. 5.2. Kesejahteraan 5.2.1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani merupakan salah satu ukuran tingkat kemampuan daya tukar dari produk pertanian dengan barangjasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi, atau menggambarkan daya beli petani di pedesaan. Pada triw ulan II-2009, pertumbuhan NTP Sulsel mengalami kontraksi sebesar -1,97 y.o.y dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, lebih rendah dibanding pertumbuhan NTP pada triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,14 y.o.y. Apabila ditinjau dari komponen pembentuk NTP tersebut, kedua komponen pembentuk NTP yaitu indeks yang dibayar petani Ib dan indeks yang diterima petani It masing-masing mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibanding triw ulan sebelumnya. Dimana pertumbuhan It masih tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan Ib. Grafik 5.2. Perkembangan Nilai Tukar Petani Pertumbuhan It pada triw ulan II-2009 tercatat sebesar 7,97 y.o.y yaitu dari 111,87 menjadi 120,79. Angka pertumbuhan It tersebut lebih rendah dibanding angka pertumbuhan pada triw ulan I-2009 yang sebesar 8,44 y.o.y. Sementara pertumbuhan Ib, 66 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Grafik 5.3 Jumlah Penduduk M iskin Sulaw esi Selatan sebesar 10,13 y.o.y, juga tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan I- 2009 yang sebesar 15,18 y.o.y. Perlambatan pertumbuhan indeks yang diterima petani It 7,97 tersebut sejalan dengan perlambatan kinerja sektor pertanian Sulaw esi Selatan. M asuknya masa tanam menyebabkan pendapatan petani relatif berkurang. Selain itu, sub sektor perkebunan juga mengalami penurunan sebagai akibat dari menurunnya produktivitas kakao. Sementara itu dari sisi tingkat harga bahan-bahan makanan atau produksi pertanian terjadi perlambatan inflasi. Hal ini diduga karena hilangnya dampak kenaikan BBM yang terjadi pada triw ulan II- 2008. Hal ini menandakan bahw a tingkat pendapatan para petani relatif mengalami penurunan. Per M ei 2009, apabila diperbandingkan antara laju pertumbuhan indeks yang diterima petani It , yaitu 7,97 dengan laju inflasi pedesaan Sulsel 11,57 ; y.o.y, maka pendapatan petani Sulsel tersebut relatif mengalami tekanan, yaitu sebesar -3,60 . Sementara di sisi lain, pertumbuhan indeks yang diterima petani 7,97 ; y.o.y tidak seimbang dengan pertumbuhan indeks yang dibayar petani 10,13 ; y.o.y, yang dapat diartikan bahw a kondisi tersebut relatif menggambarkan tingkat kesejahteraan petani makin mengalami penurunan. Sementara perlambatan pertumbuhan Ib tersebut diperkirakan merupakan dampak lanjutan dari penurunan pendapatan petani, sebagai akibat dari tingginya inflasi pedesaan pada triw ulan II-2009. Hal ini otomatis, menyebabkan daya beli mereka menurun.

5.2.2. Jumlah Penduduk M iskin

Jumlah penduduk miskin di Sulsel per M aret 2009 tercatat sebesar 12,31 dari jumlah penduduknya atau sebesar 963 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 12,92 berada di daerah perkotaan sedangkan sisanya berada di daerah pedesaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di perkotaan tersebut mengalami penurunan dibanding M aret 2008 yang tercatat sebesar 14,62 dari jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut. Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari 1.031,7 ribu per M aret 2008 menjadi 963,6 ribu pada M aret 2009, atau menurun 6,6 . Penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi di perkotaan, yang tercatat -17,45 , yaitu dari 150,8 ribu orang menjadi 124,5 ribu orang. Jumlah tersebut merupakan 1,59 dari total penduduk Sulsel.Penurunan tersebut juga terjadi di pedesaan yang tercatat sebesar -4,75 yaitu dari 880,9 ribu orang menjadi 839,1 ribu 67 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Grafik 5.4 Persentase Jumlah Penduduk M iskin se-Sulampua per M aret 2009 orang. Jumlah tersebut merupakan 10,72 dari total penduduk Sulsel. Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk miskin di Sulsel tercatat urutan ketiga terendah setelah provinsi Sulaw esi Utara 9,79 dan M aluku Utara 10,35 . Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 37,53 yaitu di provinsi Papua. Sementara jumlah penduduk miskin se-Sulampua tercatat sebesar 1,73 dari total penduduk Indonesia.

5.3. Survei

Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia M akassar, pada -2009 semakin tercatat 23,46 y.o.y, jauh lebih baik dibanding pertumbuhan indeks tersebut pada triw ulan I-2009 -3,38 ; y.o.y. Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini tercatat sebesar 103,50 sementara pada triw ulan I-2008 sebesar 83,83. Peningkatan pertumbuhan indeks ini searah dengan pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan PDRB Sulaw esi Selatan triw ulan II-2009 jika dibandingkan triw ulan sebelumnya. Pertumbuhan PDRB tersebut, diperkirakan karena terjadinya dorongan konsumsi terutama yang berasal dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Pertumbuhan dari sisi konsumsi ini, secara tidak langsung mencerminkan terjadinya pertumbuhan di sisi sektoral yang direfleksikan pada terjadinya peningkatan indeks ketersediaan lapangan pekerjaan pada hasil Survei Konsumen. Hal ini juga tercermin dari peningkatan indeks variabel-variabel tersebut, yang sudah berada di atas level psikologis 100,00 yang mengindikasikan tingkat optimisnme masyarakat yang sudah semakin tinggi akan ketersediaan lapangan kerja. Hal tersebut dimungkinkan karena pada triw ulan II-2009, mengingat secara phisikologis bangsa 68 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Indonesia teah berhasil mnyelenggarakan Pemilu dengan relatif lancar. Selanjutnya melihat kondisi perekonomian pada triw ulan selanjutnya, juga cukup memberikan dampak positif terhadap sektor-sektor perekonomian Sulsel, mengingat pada triw ulan III-2009 akan terdapat bulan Ramdhan dan hari Raya Idul Fitri. Hal ini menandakan akan terjadinya peningkatan permintaan masyarakat dan hal ini membuka peluang produksi yang lebih besar. juga mengalami peningkatan 6,02 y.o.y, yaitu dari 127,33 pada Triw ulan I-2009 menjadi 135,00 pada Triw ulan II-2009. Namun peningkatan tersebut tercatat lebih baik dibanding -2009 yang tumbuh negatif sebesar -1,00 y.o.y. Diduga pada triw ulan II-2009, realisasi anggaran APBD sudah terlihat memberikan dampak terhadap perekonomian Sulsel. Selain itu, dampak stimulus fiskal juga sudah mulai terlihat pada sektor bangunan yang juga menunjuakn pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya. Grafik 5.5. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Grafik 5.6. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu 69 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Bab 6 Keuangan Daerah Peran pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan ekonomi Sulsel mulai menunjukkan perkembangan peningkatan. Hal tersebut sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel yang mengalami pertumbuhan, dimana pada komponen konsumsi pemerintah dan sektor bangunankonstruksi mengalami peningkatan. Berdasarkan data keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulaw esi Selatan, realisasi anggaran pendapatan daerah pada tahun anggaran 2009 pada semester I tercatat sebesar Rp1,06 triliun, sedangkan pada semester I-2008 tercatat sebesar Rp1,03 triliun. Realisasi pendapatan daerah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 2,91 y.o.y, namun dari sisi realisasi baru mencapai 47,9 dari anggaran yang ditetapkan. Dari ketiga komponen anggaran pendapatan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah. Selain Lain-lain Pendapatan yang Sah, komponen penerimaan Dana Perimbangan telah terealisasi sebesar 51,65 , terutama penerimaan DAU Dana Alokasi Umum yang telah terealisasi sebesar 58,33 . DAU tersebut merupakan dana perimbangan dari pemerintah pusat yang diberikan kepada daerah yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pemerintah daerah, terutama gaji pegaw ai. Sehingga realisasinya lebih disiplin. Untuk DAK Dana Alokasi Khusus, sampai dengan semester I-2009, baru terealisasi 30 . Kondisi tersebut mencerminkan terjadinya perlambatan penyerapan dana untuk pelaksanaan kegiatan pemerintahan. DAK tersebut merupakan salah satu dana perimbangan yang diutamakan untuk membiayai kegiatan proyek pemerintah pusat di daerah. Dari komponen PAD Pendapatan Asli Daerah, Bagian Laba Hasil Daerah telah terealisasi sebesar 71,68 . Namun realisasi tersebut, apabila dibandingkan dengan realisasi pada semester I-2008 tercatat mengalami penurunan sebesar -24,54 y.o.y. Kondisi tersebut diperkirakan berkaitan dengan produktifitas beberapa sektor ekonomi yang selama semester I-2009 masih mengalami penurunan, seperti sektor pertambangan-penggalian. Hal tersebut mengingat Bagian Laba Hasil Daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sementara itu realisasi komponen Pendapatan Retribusi Daerah sampai dengan semester I-2009 tercatat sebesar 38,10 . Realisasi pencapaian pendapatan tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup baik yaitu sebesar 36,9 y.o.y dibandingkan realisasi pada semester I-2008. Namun pertumbuhan Pendapatan Retribusi Daerah tersebut tidak diikuti oleh Pendapatan Pajak Daerah. Pendapatan Pajak 70 Kajian Ekonomi Regional Sulaw esi Selatan Triw ulan II - 2009 Daerah sampai dengan semester I-2009 baru terealisasi sebesar 42,5 yang mengalami pertumbuhan sebesar -4,70 y.o.y. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan semester I-2009, realisasi belanja terbesar terdapat pada komponen Belanja Operasi, baru kemudian diikut i oleh Belanja M odal. Belanja Operasi, sampai dengan semester I-2009 tercatat sebesar Rp570,96 milyar atau terealisasi sebesar 38,5 dari anggaran yang tersedia. Belanja Operasi tersebut tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 64,9 y.o.y dibandingkan realisasi pada semester I-2009. Realisasi Belanja Operasi tersebut lebih banyak dipergunakan untuk Belanja Pegaw ai yang telah terealisasi sebesar 44,1 . Sementara peningkatan Belanja Operasi tersebut diperkirakan karena pengaruh dari kenaikan gaji pegaw ai pada tahun 2009 yang mencapai 15 . Kondisi tersebut relatif sejalan dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triw ulan laporan. Sementara untuk Belanja M odal, sampai dengan semester I-2009, baru terealisasi sebesar 18,26 , dengan pertumbuhan sebesar -1,53 y.o.y. Kondisi realisasi tersebut, relatif sejalan dengan perlambatan pertumbuhan investasi yang terjadi pada triw ulan laporan. Diperkirakan perlambatan tersebut karena beberapa hal antara lain karena unsur kehati-hatian dalam pelaksanaan kegiatan, terutama yang bersifat pelelangantender. Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester I-2009 Milyar Rupiah ANGGARAN STL PERUBAHAN REALISASI REALISASI

y.o.y

1. PENDAPATAN 1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,301.65 570.36

43.82 -5.87

- Pendapatan Pajak Daerah 1,125.03 478.26 42.51 -4.70 - Pendapatan Retribusi Daerah 91.98 35.04 38.10 36.89 - Bagian Laba Hasil Daerah 57.11 40.94 71.68 -24.54 - Lain-lain PAD yang Sah 27.52 16.11 58.55 -33.37 1.2. PENDAPATAN TRANSFER 907.82 468.89

51.65 11.82

Dana Perimbangan - - - Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 199.55 68.44 34.30 -2.08 - DAU 663.42 387.00 58.33 17.86 - DAK 44.85 13.45 30.00 -36.18 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - - 0.00 1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah -

18.05 100.00

100.00 JUMLAH PENDAPATAN 2,209.47 1,057.29

47.85 3.13

- - 2. BELANJA - - 2.1. BELANJA OPERASI 1,482.41 570.96 38.52 64.97 2.2. BELANJA MODAL 291.29 53.19 18.26 -1.53 2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15.00 0.05 0.33 -96.00 JUMLAH BELANJA 1,788.70 624.20 34.90 55.52 - -

2.4. TRANSFER

499.77 148.67

29.75 -5.32

- - SURPLUS DEFISIT 79.00 284.42 -360.01 -39.08 - - 3. PEMBIAYAAN 79.00 182.20 230.62 -11.55 Sumber : Pemprov Sulsel NO. U R A I A N SEMESTER I-2009