Latar Belakang Penyusunan Pemodelan dan Analisis Prakiraan Pasokan dan
2 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik
2 variabel perkembangan energi. Variabel tersebut dipilih karena
mempunyai pengaruh yang besar pada pola pasokan serta penggunaan energi di Indonesia. Isu-isu pokok tersebut mencakup
diantaranya, ekspor dan impor energi, serta perkembangan perekonomian.
Terkait dengan isu-isu tesebut, sektor energi Indonesia mengalami beberapa permasalahan antara lain:
•
Sumber daya energi masih diharapkan sebagai penerimaan Negara namun di sisi lain sumber daya energi juga didorong
menjadi modal pembangunan yaitu digunakan untuk sumber energi domestik,
•
Minyak bumi energi fosil masih mendominasi BaUran energi nasional, mengkibatkan ketergantungan terhadap impor minyak
bumi karena di saat bersamaan trend penurunan produksi minyak terus berlanjut,
•
Produksi gas bumi dapat digunakan untuk pemenuhan konsumi dalam negeri namun terkendala kurangnya infrastruktur gas bumi
dari lapangan gas ke pusat-pusat konsumsi di Pulau Jawa dan Sumatera,
•
Penurunan harga jual batubara di pasar internasional menyebabkan berkurangnya minat investor untuk meningkatkan
produksi sehingga harus dapat dimanfaatkan untuk optimalisasi pasar domestik,
•
Kemampuaan penyediaan tenaga listrik tidak seimbang dengan tingginya permintaan listrik yang
dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi masyarakat, dan
•
Upaya pemanfataan energi terbarukan serta implementasi konservasi dan efisiensi energi harus selalu didukung dan
dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan.
3 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik
3 Merujuk pada permasalahan-permasalahan energi di atas, sasaran
dan strategi pengembangan energi Indonesia masa mendatang perlu disusun dan diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat
mengatasi dan menyelesaikan tantangan sektor energi dan sekaligus mengarahkan kepada penciptaan dan pencapaian sistem
energi yang mandiri dan berkelanjutan. Sasaran pengembangan energi nasional secara umum telah
ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional KEN dengan indikator besaran
pangsa jenis energi pada bauran energi primer dan elastisitas energi yang hendak dicapai pada tahun 2025 dan 2050. Sasaran tersebut
pada intinya ditetapkan atas dasar pertimbangan ketahanan energi nasional, yaitu menciptakan sistem energi yang mandiri dan
berkelanjutan. Sasaran pengembangan energi akan dicapai atau diwujudkan
dengan cara strategi mendorong pemanfaatan sumber daya energi yang ketersediaanya cukup banyak batubara atau energi baru dan
terbarukan EBT, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi yang cenderung semakin mahal sementara cadangan
domestik dan kemampuan produksi nasional terus menurun impor akan terus meningkat serta strategi kebijakan harga energi yang
mendorong upaya-upaya konservasi dan efisiensi energi terutama di sektor transportasi.
Sebagai salah satu sektor pengguna energi yang cukup besar, sektor transportasi memiliki kontribusi signifikan terhadap
penyediaan dan pemanfataan energi nasional. Program pembangunan infrastruktur yang dibarengi perbaikan manajemen
transportasi nasional akan mendorong perubahan pola konsumsi energi sektor ini ke depan. Di satu sisi dengan membaiknya kondisi
4 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik
4 dan bertambahnya panjang jalan raya, rel kereta api, jembatan,
terminal, pelabuhan, dan bandara akan meningkatkan mobilitas masyarakat sehingga dapat menambah pemakaian energi. Namun
di sisi lain dengan pembangunan sistem transportasi massal dan perbaikan manajemen transportasi diharapkan akan meningkatkan
efisiensi penggunaan energi di sektor ini. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pemodelan dan analisis ini
terdapat skenario pengembangan energi dengan memasukkan program pembangunan infrastruktur transportasi dan perbaikan
sistem serta manajemen transportasi. Selain itu, akan dianalisis dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari
peningkatan nilai tambah di sektor industri sebagai sektor yang diasumsikan
mendapatkan benefit dari perbaikan sistem transportasi.