Konsumsi Energi per Kapita Selama kurun waktu 2010 s. 2012 konsumsi energi final

39 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik 39 Gambar 2.19. Perkembangan Konsumsi Energi Final dan Energi Final per Kapita tahun 2009 s.d. 2013 e. Konsumsi Listrik per Kapita Konsumsi listrik per kapita merupakan total konsumsi listrik terhadap total penduduk Indonesia. Selama tiga tahun terakhir memperlihatkan peningkatan rasio elektrifikasi yang diikuti oleh peningkatan konsumsi listrik per kapita. Laju pertumbuhan rasio elektrifikasi lebih lambat dari laju pertumbuhan konsumsi listrik per kapita seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.20. Perkembangan Rasio Elektrifikasi Nasional dan kWhKapita 40 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik 40 Selama tiga tahun terakhir terjadi pertumbuhan PDB yang menyebabkan peningkatan pendapatan penduduk dan perubahan gaya hidup masyarakat yang berdampak terhadap peningkatan konsumsi listrik. Artinya, dengan tingkat perekonomian yang semakin membaik, masyarakat akan cenderung untuk membeli atau menggunakan lebih banyak peralatan listrik yang berakibat terhadap peningkatan konsumsi listrik.

2.2. Permasalahan Energi Saat Ini Permasalahan energi nasional saat ini antara lain sumber daya

energi yang masih diharapkan menjadi target penerimaan Negara apalagi di saat penurunan produksi minyak bumi dan rendahnya harga komoditas energi pasar internasional. Pemanfaatan energi gas dan batubara domestik yang masih rendah, kurangnya ketersediaan infrastruktur energi, ketergantungan impor BBM dan LPG, harga energi belum kompetitif dan subsidi energi cukup besar, serta dominasi minyak bumi dalam BaUran energi primer sementara pemanfataan EBT masih rendah dan konsumsi energi yang kurang efisien. a. Sumber Penerimaan Negara vs Subsidi vs Modal Pembangunan Dalam KEN disebutkan bahwa sumber daya energi harus dijadikan modal pembangunan karena akan memberikan nilai tambah terhadap perekonomian nasional yang diharapkan akan berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, sumber daya energi harus diprioritaskan untuk digunakan di dalam negeri. Namun demikian, sampai saat ini, produksi migas dan batubara masih diharapkan sebagai salah satu sumber pemasukan utama negara selain pajak sehingga masih terdapat sebagian besar yang tetap menjadi komoditas ekspor. Pada tahun 2013 dan 2014, kontribusi sektor ESDM tercatat sekitar 30 dari total penerimaan 41 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik 41 Negara. Akan tetapi, dalam rangka penyediaan energi masih diberikan subsidi yang cukup besar. Gambar 2.21. Perbandingan Pendapatan Negara dan Subsidi Energi Ke depan diproyeksikan volume ekspor minyak, gas dan batubara terus menurun dan pasar domestik dapat mengoptimalkan penggunaannya untuk mengembangkan perekonomian nasional. Di saat sama, nilai subsidi energi di masa mendatang diharapkan terus menurun dan dapat dialihkan untuk pembangunan infrastuktur dasar, pendidikan dan kesehatan sehingga dapat menciptakan double multiplier effect yang diperoleh dari optimalisasi energi untuk pasar dalam negeri dan pembangunan infrastruktur dari hasil pengurangan nilai subsidi energi. b. Dominasi Minyak Bumi dalam BaUran Energi Primer Walaupun produksi minyak bumi Indonesia terus menurun dimana pada tahun 1995 masih sekitar 1,6 juta bph dan di tahun 2014 produksinya hanya 789 ribu bph, namun pasokan minyak bumi masih dominan dalam BaUran energi primer yaitu sekitar 43. Sementara EBT kontribusinya masih rendah yaitu hanya 4, sedangkan