Tingkat Efisiensi Energi Pengembangan sektor transportasi yang dimulai pada periode
89 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik
89 efisiensi sekitar 8,6 yaitu sekitar 377,8 MTOE atau lebih rendah
bila dibandingkan Skenario BaU yang mencapai 413,4 MTOE.
Gambar 4.16. Proyeksi Tingkat Efisiensi Energi
Beberapa hal yang menjadi faktor pendukung proyeksi tingkat efisiensi ini yaitu antara lain keberhasilan untuk memindahkan pola
transportasi masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi umum yang dapat mengurangi kebutuhan energi, pengalihan jenis
bahan bakar dari BBM ke bahan bakar non BBM, dan peningkatan kualitas teknologi moda transportasi.
4.2.2. Intensitas Energi Intensitas energi merupakan indikator keberhasilan penerapan
konservasi energi yang diukur dengan seberapa besar energi yang dapat dihemat untuk menghasilkan produk yang sama. Intensitas
energi dapat dihitung dengan menggunakan data realisasi penggunaan energi final atau energi primer. Intensitas energi final
menjadi salah satu indikator yang menggambarkan hubungan antara konsumsi energi dan ekonomi, serta konsumsi energi dan penduduk.
Hubungan antara konsumsi energi dan ekonomi, serta konsumsi
90 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik
90 energi dan penduduk dapat menggambarkan tingkat kemakmuran
suatu bangsa. Intensitas energi terhadap PDB dapat digunakan sebagai suatu
ukuran efisiensi energi dan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi intensitas energi terhadap PDB menunjukkan suatu harga atau biaya
yang tinggi untuk mengubah energi ke PDB. Sebaliknya, semakin rendah intensitas energi menunjukkan suatu harga atau biaya yang
rendah untuk mengubah energi ke PDB. Dengan demikian, semakin efisien suatu negara, semakin kecil intensitas energinya.
Hal ini ditunjukkan dengan trend penurunan nilai intensitas energi Indonesia dimana pada rentang waktu 2015 s.d. 2035 terjadi
penurunan gradual yaitu dari angka 0,31 BOEjuta rupiah menjadi sekitar 0,21 BOEjuta rupiah.
0.31 0.27
0.25 0.23
0.21
0.05 0.10
0.15 0.20
0.25 0.30
0.35
2015 2020
2025 2030
2035
BO E
Ju ta
Rp
Intensitas
Gambar 4.17. Proyeksi Intensitas Energi Final 4.2.3. Konsumsi Energi per Kapita
Berbeda dengan intensitas energi per PDB, konsumsi energi per kapita cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Naiknya konsumsi
energi per kapita mengindikasikan meningkatnya pendapatan, yang
91 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik
91 akan mempengaruhi aktivitas dan pola pemakaian energi. Hal ini
terlihat dari tingkat konsumsi energi per kapita pada tahun 2015 yaitu sekitar 3,71 BOEkapita akan terus naik menjadi 9,35 BOEkapita.
3.71 4.34
5.78 7.33
9.35
2.00 4.00
6.00 8.00
10.00
2015 2020
2025 2030
2035
BO EK
ap ita
KonsumsiperKapita
Gambar 4.18. Proyeksi Konsumsi Energi per Kapita
Sehingga walaupun diproyeksikan pemakaian energi di sektor transportasi akan lebih efisien, namun hal ini dikompensasi dengan
bertambahnya konsumsi energi di sektor rumah tangga, sektor industri serta sektor barang dan jasa sebagai cerminan negara yang
telah beralih dari negara berbasis agrikultur menjadi negara berbasis industri perdagangan dan jasa.
92 Pemodelan dan Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT Listrik
92