Perumusan Masalah Tinjauan Penelitian Terdahulu

the firm debt plus equity less the book value, and alternatively, MVA is the present value of future EVAs discounted at the weighted average cost of capital i.e. incorporates debt and equity.” Market Value Added berhubungan dengan EVA, bisa dianggap sebagai market value dari suatu perusahaan dikurangi dengan nilai bukunya, dan secara alternatif, MVA adalah present value dari future EVA yang dikurangkan dengan WACC. Hal itu menunjukkan bahwa, jika EVA berhubungan dengan MVA, dan goodwill impairment loss berhubungan dengan market value perusahaan, maka secara penelitian, goodwill impairment loss juga berhubungan dengan EVA. Namun hal ini menjadi tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan perbedaan tersebut, dirasa perlu untuk kemudian menguji kembali apakah benar goodwill impairment loss, bersama-sama dengan NOPAT dan biaya modalnya, tidak berpengaruh atau justru memberikan pengaruh pada nilai tambah ekonomis perusahaan EVA yang menjadi salah satu acuan investor menilai kinerja sebuah perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah NOPAT, biaya modal, dan goodwill impairment loss. Berdasarkan uraian latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh NOPAT, Biaya Modal, dan Goodwill Impairment Loss Terhadap Nilai Tambah Ekonomis Perusahaan yang Terdaftar di BEI”.

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Apakah NOPAT memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EVA perusahaan? 2. Apakah Biaya Modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EVA perusahaan? 3. Apakah Goodwill Impairment Loss memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EVA perusahaan? 4. Apakah NOPAT, Biaya Modal, dan Goodwill Impairment Loss, secara simultan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EVA?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh NOPAT terhadap EVA perusahaan. 2. Mengetahui pengaruh Biaya Modal terhadap EVA perusahaan. 3. Mengetahui pengaruh Goodwill Impairment Loss terhadap EVA perusahaan. 4. Mengetahui pengaruh NOPAT, Biaya Modal, dan Goodwill Impairment Loss, secara simultan terhadap EVA perusahaan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Bagi Penulis Penulis akan mendapat kepastian dan tambahan informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi EVA perusahaan. 2. Bagi Pihak yang Berkepentingan Bagi pihak yang berkepentingan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan, khususnya mengenai pengaruh antara NOPAT, Biaya Modal, dan Goodwill Impairment Loss dengan Nilai Tambah Ekonomis EVA Perusahaan. 3. Bagi Pihak Lain Bagi pihak lain sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang berhubungan dengan pengaruh NOPAT, Biaya Modal, dan Goodwill Impairment Loss terhadap Nilai Tambah Ekonomis EVA perusahaan, sehingga hasilnya lebih baik dan dapat diterapkan secara operasional di lapangan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1. Nilai Tambah Ekonomis EVA Chan 2001 : 10 mengatakan bahwa: “EVA is equivalent to economic profits. It is residual income of a company by charging NOPAT Net Operating Profit After Tax with a capital charge. A company that generates positive EVA is said to be a value creator. A company that has negative EVA is said to be a value destroyer.” EVA Nilai Tambah Ekonomis adalah ekuivalen dengan keuntungan ekonomisnya. Dia adalah pendapatan residu dari sebuah perusahaan dengan mengurangkan NOPAT dengan biaya modal. Sebuah perusahaan yang menghasilkan EVA yang bernilai positif adalah value creator, dan sebaliknya. Dari pengertian itu dapat diketahui bahwa salah satu kriteria perusahaan yang baik adalah mereka yang memiliki EVA bernilai positif, dan tinggi. EVA positif menunjukkan bahwa perusahaan itu memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai keuntungan dalam kegiatan operasinya, dan hal ini seharusnya dijadikan indikator untuk menentukan bagaimana sebenarnya kinerja perusahaan itu oleh investor. Menurut Chan 2001:11, nilai EVA bisa didapat dengan mengurangkan return on invested capital dengan biaya modal rata-rata tertimbangnya, kemudian dikali dengan invested capital perusahaan. Universitas Sumatera Utara Rumusnya yaitu: EVA = ROIC – WACC x IC Dimana EVA = Nilai tambah ekonomis ROIC = Return on invested capital WACC = Weighted average cost of capital IC = Invested Capital 2.1.2. Teori Nilai Tambah Ekonomis EVA 2.1.2.1. Struktur Modal dan Economic Value Added Struktur modal adalah nilai sumber dana jangka panjang dalam bentuk kewajiban dan ekuitas yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode laporan. Menurut Warsono 2003:236, faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan di masa yang akan datang 2. Struktur kompetitif dalam industri 3. Struktur asset dari perusahaan sendiri 4. Risiko bisnis yang dihadapi perusahaan 5. Status kendali dari para pemilik dan manajemen 6. Sikap para kreditor modal terhadap industri dan perusahaan 7. Posisi pajak perusahaan Universitas Sumatera Utara 8. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal dalam kondisi yang tidak baik. 9. Konservatisme dan agresivitas manajerial. Pengukuran EVA dipercaya mampu untuk memberikan gambaran yang lebih dekat pada sisi manajerial dan menghitung besar nilai yang mampu diciptakan oleh perusahaan dalam suatu periode laporan yang menjadi bagian dalam faktor yang mempengaruhi struktur modal. Hasil penelitian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan ukuran EVA menurut Rudianto 2006:348 dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang berbeda, yaitu: 1 Nilai EVA 0 atau EVA bernilai positif. Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. 2 Nilai EVA = 0 Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada pada titik impas. Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi juga tidak mengalami kemajuan secara ekonomi. 3 Nilai EVA 0 atau EVA bernilai negatif. Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses pertambahan nilai ekonomis bagi perusahaan. Dalam arti laba yang dihasilkan tidak memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham investor.

2.1.2.2. EVA dan MVA

Universitas Sumatera Utara Menurut Chan 2001:11 Market Value Added MVA digambarkan sebagai present value dari seluruh future EVA. MVA adalah selisih antara nilai pasar suatu perusahaan pada tahun tertentu dengan nilai pasar pada tahun sebelumnya. Jika digambarkan maka akan menjadi: ��� = � ��� � 1 + ���� � Dengan rumus di atas, dapat diketahui bahwa memang EVA dan MVA berkaitan erat.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi EVA

2.1.3.1. Net Operating Profit After Tax NOPAT

Net operating profit after tax menurut Chan 2005 : 4, adalah pendapatan operasi operating profit yang bebas dari setiap dampak akibat struktur modal perusahaan. NOPAT adalah cara terbaik untuk mengukur unit penghasil kas cash generated. NOPAT bisa diketahui dari selisih antara pendapatan dengan depresiasi dan biaya operasional yang di dalamnya termasuk biaya pajak McLaren 2005:15.

2.1.3.2. Biaya Modal Cost of Capital

Biaya modal adalah biaya yang dikeluarkan terkait dengan investasi perusahaan. Berdasarkan keterangan yang dikutip dari Chan 2001 : 10 dalam tulisannya, biaya modal dapat dihitung dengan mengalikan biaya rata-rata tertimbang kapital dengan invested capital. Invested capital adalah total aset tetap dan aset lancar dikurangi dengan kewajiban lancar dan kas Damodaran 2007:10. Dalam penelitian ini, Universitas Sumatera Utara invested capital yang diambil adalah rata-rata invested capital dalam tahun yang diamati.

2.1.4. Goodwill impairment Loss

Menurut Stice et al. 2009 : 811, goodwill adalah angka residu, nilai dari seluruh sinergi dari suatu usaha yang berjalan yang tidak dapat diidentifikasi secara spesifik dengan faktor tak berwujud lainnya, diakui hanya ketika ia dibeli sebagai bagian dari akuisisi perusahaan lain. Goodwill timbul dari selisih nilai yang dibayarkan dalam akuisisi dengan nilai pasar perusahaan yang diakuisisi dan diklasifikasikan sebagai bagian dari intangible asset. Standar pencatatan goodwill yang lama mengharuskan pengamortisasian goodwill maksimal 40 tahun. Hal ini, menimbulkan kehawatiran tersendiri bagi para pelaku akuisisi. Mereka menghawatirkan bahwa pengakuan goodwill yang jumlahnya tidak sedikit akan berpengaruh terhadap laba perusahaan mereka. Akibatnya hingga tahun 2001, banyak perusahaan merasa perlu berhati-hati melakukan akuisisi perusahaan untuk menghindari kewajiban pengakuan goodwill. Kemudian timbullah suatu kebijakan bahwa goodwill tidak akan diamortisasi, melainkan diuji nilainya setiap tahun dibawah naungan U.S GAAP FAS 142 yang dikeluarkan pada Juni 2001. Setiap kerugian atas penurunan nilai itu dilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan dan nilai goodwill yang telah disesuaikan dicatat dalam laporan neraca, hal ini membuat Goodwill sebagai aset yang masa manfaatnya tidak dapat Universitas Sumatera Utara ditentukan. Ketentuan impairment goodwill dalam IFRS sendiri diatur dalam IFRS 3 tentang Kombinasi Bisnis. Di Indonesia sendiri, ketentuan terhadap pencatatan goodwill tertuang dalam PSAK 22 REVISI 2010 yang mengharuskan sejak tanggak 1 Januari 2011, perusahaan menghentikan amortisasi goodwill, mengeliminasi jumlah tercatat akumulasi goodwill terkait, dan melakukan uji penurunan nilai atas goodwill sesuai dengan PSAK 48 revisi 2009, “Penurunan nilai aset.” Pengujian penurunan nilai atas goodwill dilakukan secara tahunan pada tanggal 31 Desember oleh perusahaan-perusahaan di BEI yang sesuai dengan PSAK 22 yang mengadopsi IFRS. Penurunan nilai bagi goodwill ditetapkan dengan menentukan jumlah tercatat tiap unit penghasil kas UPK atau kelompok UPK dimana goodwill terkait. Jika jumlah terpulihkan UPK kurang dari jumlah tercatatnya, rugi penurunan nilai diakui. Rugi penurunan nilai terkait goodwill tidak dapat dibalik pada periode berikutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Abughazaleh et. al. 2012 mengatakan bahwa goodwill impairment loss yang dilaporkan berhubungan negatif dan siginifkan dengan nilai pasar perusahaan. Hal ini dikarenakan para investor memasukkan penurunan nilai goodwill ini ke dalam kriteria penilaian perusahaan mereka. Meskipun beberapa kritik terkait dengan goodwill impairment loss ini mengatakan bahwa hal ini memungkinkan para manajer melakukan tindakan-tindakan terselubung dalam memanipulasi nilai perusahaan karena penentuan nilai pasar untuk Universitas Sumatera Utara hal-hal intangible seperti goodwill ini cenderung spekulatif, hal ini sepertinya tidak terlalu dihiraukan oleh investor.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah tinjauan terdahulu yang diuraikan sebagai berikut: • AbuGhazaleh, Naser M. et al., 2012 melakukan penelitian yang berjudul “The Value Relevance of Goodwill Impairments: UK Evidence”. Penelitian ini menggunakan book value of equity, pretax profit, carrying value of goodwill, serta goodwill impairment loss sebagai variabel independennya, serta market value of equity sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa book value, pretax profit, dan carrying value of goodwill memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan dengan market value. Sementara itu, goodwill impairment loss menunjukkan hasil negatif dan tidak signifikan terhadap market value of equity. • Sastamoinen, Jani et.al. 2011 melakukan penelitian berjudul “Reasons for Goodwill Impairments under the IFRS-Finnish Evidence”. Penelitian ini menggunakan variabel book to market ratio, equity ratio, fixed asset growth, market capitalization, return on asset, serta trading volume ratio untuk menguji keterkaitan goodwill dengan keenam hal itu. Hasilnya adalah bahwa book to market ratio serta volume perdagangan atas saham perusahaan yang tinggi meningkatkan Universitas Sumatera Utara kemungkinan pembebanan impairment. Hal ini mengarahkan pada suatu kesimpulan bahwa informasi akuntansi, termasuk pengungkapan impairment loss goodwill, mempengaruhi nilai perusahaan. • Petersen, Christian 2002 dalam penelitiannya yang berjudul “Is Goodwill Value Relevance – Dannish Persepective” berusaha mencari tahu dampak goodwill dan penurunan nilai goodwill terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan variabel antara lain earning before extraordinary, non-goodwill assets for company, book value of goodwill, dan book value of liability serta stock price for company. Berdasarkan penelitian ini, Petersen mengungkapkan bahwa para investor Denmark menganggap goodwill dipersepsikan sebagai aset sementara penurunan nilai goodwillnya memiliki tanggapan yang beragam. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Naser M. AbuGhazaleh, Osama M. Al- Hares, Ayman E. Haddad 2012 The Value Relevance of Goodwill Impairments: UK Evidence Variabel dependen: Market value of equity. Variabel independen: book value of equity, pretax profit carrying value of goodwill, serta Impairment Goodwill berhubungan secara negatif dan mempengaruhi secara signifikan dalam market value Universitas Sumatera Utara goodwill impairment loss. perusahaan yang terdapat di UK. 2 Jani Sastamoinen dan Kati Pajunen 2011 Reasons for goodwill Impairments under IFRS- Finnish Evidence Variabel dependen: goodwill impairment. Variabel independen: book to market ratio, equity ratio, fixed asset growth, market capitalization, return on asset, serta trading volume ratio. Book to market rasio serta volume perdagangan saham perusahaan yang tinggi meningkatkan kemungkinan pembebanan atas penurunan nilai. 3 Christian Petersen 2002 “Is Goodwill Value Relevan – Dannish Persepective” Variabel dependen: stock price for company Variabel independen: earning before extraordinary, non- goodwill assets for company, book value of goodwill, dan book value of liability Goodwill dipersepsikan sebagai aset sementara penurunan nilai goodwillnya memiliki tanggapan yang beragam. Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual