invested capital yang diambil adalah rata-rata invested capital dalam tahun yang diamati.
2.1.4. Goodwill impairment Loss
Menurut Stice et al. 2009 : 811, goodwill adalah angka residu, nilai dari seluruh sinergi dari suatu usaha yang berjalan yang tidak dapat
diidentifikasi secara spesifik dengan faktor tak berwujud lainnya, diakui hanya ketika ia dibeli sebagai bagian dari akuisisi perusahaan lain.
Goodwill timbul dari selisih nilai yang dibayarkan dalam akuisisi dengan nilai pasar perusahaan yang diakuisisi dan diklasifikasikan sebagai bagian
dari intangible asset. Standar pencatatan goodwill yang lama mengharuskan pengamortisasian goodwill maksimal 40 tahun. Hal ini,
menimbulkan kehawatiran tersendiri bagi para pelaku akuisisi. Mereka menghawatirkan bahwa pengakuan goodwill yang jumlahnya tidak sedikit
akan berpengaruh terhadap laba perusahaan mereka. Akibatnya hingga tahun 2001, banyak perusahaan merasa perlu berhati-hati melakukan
akuisisi perusahaan untuk menghindari kewajiban pengakuan goodwill. Kemudian timbullah suatu kebijakan bahwa goodwill tidak akan
diamortisasi, melainkan diuji nilainya setiap tahun dibawah naungan U.S GAAP FAS 142 yang dikeluarkan pada Juni 2001. Setiap kerugian atas
penurunan nilai itu dilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan dan nilai goodwill yang telah disesuaikan dicatat dalam laporan neraca, hal ini
membuat Goodwill sebagai aset yang masa manfaatnya tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
ditentukan. Ketentuan impairment goodwill dalam IFRS sendiri diatur dalam IFRS 3 tentang Kombinasi Bisnis.
Di Indonesia sendiri, ketentuan terhadap pencatatan goodwill tertuang dalam PSAK 22 REVISI 2010 yang mengharuskan sejak
tanggak 1 Januari 2011, perusahaan menghentikan amortisasi goodwill, mengeliminasi jumlah tercatat akumulasi goodwill terkait, dan melakukan
uji penurunan nilai atas goodwill sesuai dengan PSAK 48 revisi 2009, “Penurunan nilai aset.” Pengujian penurunan nilai atas goodwill dilakukan
secara tahunan pada tanggal 31 Desember oleh perusahaan-perusahaan di BEI yang sesuai dengan PSAK 22 yang mengadopsi IFRS. Penurunan
nilai bagi goodwill ditetapkan dengan menentukan jumlah tercatat tiap unit penghasil kas UPK atau kelompok UPK dimana goodwill terkait. Jika
jumlah terpulihkan UPK kurang dari jumlah tercatatnya, rugi penurunan nilai diakui. Rugi penurunan nilai terkait goodwill tidak dapat dibalik pada
periode berikutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Abughazaleh et. al. 2012
mengatakan bahwa goodwill impairment loss yang dilaporkan berhubungan negatif dan siginifkan dengan nilai pasar perusahaan. Hal ini
dikarenakan para investor memasukkan penurunan nilai goodwill ini ke dalam kriteria penilaian perusahaan mereka. Meskipun beberapa kritik
terkait dengan goodwill impairment loss ini mengatakan bahwa hal ini memungkinkan para manajer melakukan tindakan-tindakan terselubung
dalam memanipulasi nilai perusahaan karena penentuan nilai pasar untuk
Universitas Sumatera Utara
hal-hal intangible seperti goodwill ini cenderung spekulatif, hal ini sepertinya tidak terlalu dihiraukan oleh investor.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah tinjauan terdahulu yang diuraikan sebagai berikut: • AbuGhazaleh, Naser M. et al., 2012 melakukan penelitian yang
berjudul “The Value Relevance of Goodwill Impairments: UK Evidence”. Penelitian ini menggunakan book value of equity, pretax
profit, carrying value of goodwill, serta goodwill impairment loss sebagai variabel independennya, serta market value of equity sebagai
variabel dependennya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa book value, pretax profit, dan carrying value of goodwill memiliki
hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan dengan market value. Sementara itu, goodwill impairment loss menunjukkan
hasil negatif dan tidak signifikan terhadap market value of equity. • Sastamoinen, Jani et.al. 2011 melakukan penelitian berjudul
“Reasons for Goodwill Impairments under the IFRS-Finnish Evidence”.
Penelitian ini menggunakan variabel book to market ratio, equity ratio, fixed asset growth, market capitalization, return on asset, serta
trading volume ratio untuk menguji keterkaitan goodwill dengan keenam hal itu. Hasilnya adalah bahwa book to market ratio serta
volume perdagangan atas saham perusahaan yang tinggi meningkatkan
Universitas Sumatera Utara