Sastra dan Masyarakat KAJIAN TEORI

mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya. Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosio Yunani sociuos berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman dan logi logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soiosocious berarti masyarakat, logilogos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenal asal-usul dan pertumbuhan evolusi masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari akar kata sas Sansekerta berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk pada definisi secara etimologi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra merupakan sarana pemberian instruksi mengenai hubungan dengan lingkungan sekitar dalam suatu kajian karya sastra Ratna, 2003: 1. Teori mengenai sosial sastra sudah ada sejak zaman Plato dan Aristoteles abad ke 54 BC. Plato dalam Ratna 2003: 7 berpendapat bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat, namun pendapat ini dibantah oleh Aristoteles. Aristoteles berpendapat bahwa sastra bukanlah cerminan dari masyarakat melainkan pengarang berusaha untuk menciptakan dunianya sendiri. Keberadaan sosiologi sastra sebagai ilmu yang berdiri sendiri dan menggunakan metode dan teori sendiri baru dimulai pada abad ke 18 yang ditandai dengan buku The Sociology of Art and Literatur karya Milton C Albrecht pada tahun 1970 Ratna, 2003: 7. Sosiologi sastra termasuk salah satu teori yang dapat diaplikasikan peneliti dalam mengkaji suatu karya sastra. Sosiologi sastra sendiri merupakan pendekatan atau tinjauan yang melihat sebuah karya sastra dalam suatu hubungan kenyataan atau fakta dan permasalahan yang diangkat karya sastra tersebut. Dari penjelasan singkat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tinjauan sosiologi sastra dalam pengkajiannya, menaruh perhatian pada aspek fakta atau dokumenter yang disiratkan maupun telah dituliskan oleh pengarang sastra tersebut. Wellek dan Waren 2008: 109-110 mengatakan bahwa biasanya masalah seputar “sastra dan masyarakat” bersifat sempit dan eksternal. Masyarakat sempit, menandai dunia yang berwacana terbatas. Dunia eksternal akan mengulas lebih jauh pandangan masyarakat tentang kehidupan. Itulah sebabnya, sastra dikaitkan dengan situasi tertentu atau dengan sistem politik, ekonomi, dan sosial tertentu. Situasi tersebut menjadi bahan imajinatif yang begitu indah bagi seorang sastrawan. Sejalan dengan pendapat Wellek dan Waren dalam Ratna 2003: 3 juga mengemukakan sejumlah defenisi sebagai berikut: 1. sosiologi sastra merupakan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatan 2. sosiologi sastra merupakan totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya 3. sosiologi sastra merupakan karya sastra yang dilatar belakangi hubungan masyarakat 4. sosiologi sastra dapat didefinisikan sebagai hubungan dua arah antara sastra dan masyarakat 5. sosiologi sastra digunakan untuk menemukan kualitas interdependensi antara masyarakat dan sastra Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak dapat dilepas dan menumpukan objek yang dibicarakan pada manusia atau masyarakat. Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu. Pengarang mengubah karyanya selaku seorang warga masyarakat pula Van Luxemburg, 1986: 23. Lebih lanjut dikatakan bahwa hubungan antara sastra dan masyarakat dapat diteliti dengan cara: 1. Faktor – faktor di luar teks, gejala kontek sastra, teks itu tidak ditinjau. Penelitian ini menfokuskan pada kedudukan pengarang dalam masyarakat, pembaca, penerbitan dan seterusnya. Faktor-faktor konteks ini dipelajari oleh sosiologi sastra empiris yang tidak dipelajari, yang tidak menggunakan pendekatan ilmu sastra. 2. Hal-hal yang bersangkutan dengan sastra diberi aturan dengan jelas, tetapi diteliti dengan metode-metode dari ilmu sosiologi. Tentu saja ilmu sastra dapat mempergunakan hasil sosiologi sastra, khususnya bila ingin meniti persepsi para pembaca.

Dokumen yang terkait

SOSIOLOGI SASTRA

0 5 9

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU ALBUM KANVAS PUTIH KARYA SAWUNG JABO: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Lirik Lagu Album Kanvas Putih Karya Sawung Jabo: Kajian Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 4 19

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU ALBUM KANVAS PUTIH KARYA SAWUNG JABO: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Lirik Lagu Album Kanvas Putih Karya Sawung Jabo: Kajian Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 5 14

NILAI SOSIAL DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SERTA IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Nilai Sosial Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari: Kajian Sosiologi Sastra Serta Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SM

0 5 17

NILAI SOSIAL DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SERTA IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Nilai Sosial Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari: Kajian Sosiologi Sastra Serta Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA

0 6 12

KONFLIK SOSIAL DAN POLITIK DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI Tinjauan Sosiologi Sastra.

2 15 9

Masalah Psikologis Tokoh Utama Andreas dalam Erzählung Der Zug War Pünktlich Karya Heinrich Böll: Analisis Psikologi Freud.

1 9 163

PENOKOHAN DAN LATAR DALAM ERZÄHLUNG ALS DER KRIEG ZU ENDE WAR KARYA HEINRICH BÖLL.

0 1 185

KONDISI SOSIAL, EKOOMI, DAN POLITIK YANG TERCERMIN DALAM DRAMA DER BESUCH DER ALTEN DAME KARYA FRIEDRICH DÜRRENMATT.

0 2 110

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL SURGA SUNGSANG KARYA TRIYANTO TRIWIKROMO KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

1 0 13