Ketentuan-ketentuan Khusus Mengenai Jual Beli

Dalam halnya penjualan barang-barang dagangan dan barang-barang perabot rumah, pembatalan pembelian untuk kepentingan si penjual akan terjadi demi hukum dan tanpa peringatan, setelah lewatnya waktu yang ditentukan untuk mengambil barang yang dijual pasal-pasal 1517 dan 1518.

D. Ketentuan-ketentuan Khusus Mengenai Jual Beli

Jual beli adalah perjanjian yang bersifat konsensuil, dengan pengertian bahwa jual beli telah lahir dan mengikat para pihak, yaitu penjual dan pembeli segera setelah mereka mencapai kata sepakat mengenai kebendaan yang diperjualbelikan dan harga yang harus dibayar. Dengan kesepakatan tersebut, pembeli terikat dengan kewajiban untuk membayar harga pembelian, dan penjual terikat untuk menyerahkan kebendaan yang dijual tersebut. Penyerahan tersebut menurut ketentuan Pasal 1459 KUH Perdata. 37 37 Pasal 1459 Kitab Undang-undang Hukum Perdata : hak milik atas barang yang dijual tidak pindah kepada pembeli selama barang itu belum diserahkan menurut Pasal 612, 613 dan 616. dalam kaitan dan hubungannya dengan penyerahan hak milik perlu diperhatikan ketentuan pasal 584 Kitab Undang-Undamg Hukum Perdata : hak milik atas suatu benda tidak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan pendakuan, karena perlekaan, karena kadaluarsa, kaena pewarisan, baik menurut Undag-Undang maupun menurut surat wasiat, dan dengan penunjukan atau penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk pemindahan hak milik, yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk berbuat bebas terhadap barang itu. Lima cara perolehan hak milik yang diatur dalam pasal 584 KUH Perdata, adalah ketentuan terakhir yang menyatakan bahwa hak milik atas kebendaan dapat diperoleh melalui penyerahan berdasarkan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik. Dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Ketentuan mensyaratkan bahwa untuk perolehan hak milik berdasarkan penyerahan, harus memenuhi dua syarat: yaitu, adanya peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik; dan dilakukannya penyerahan. Universitas Sumatera Utara Dalam konteks yang sederhana perjanjian yang berhubungan dengan tujuan pengalihan hak milik yaitu: jual beli, tukar menukar, dan hibah. Namun selain perjanjian tersebut dalam bentuk yang lebih kompleks, diluar bentuk perbuatan hukum yang disepakati para pihak dalam wujud perjanjian, peristiwa hukum dalam bentuk putusan hakim, maupun penetapan pemenang lelang, yang tidak semata-mata bergantung pada kesepakatan para pihak dapat menjadi alas perolehan hak milik. Sedangkan penyerahan menurut jenis kebendaannya diatur secara berbeda dalam tiga pasal yaitu, Pasal 612, pasal 613, dan pasal 616 KUH Perdata. 38 38 Pasal 613 Kitab Udang-Undang Hukum Perdata : Penyerhan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendan itu dilimpahkan kkepada orang lain. Penyerahanyang demikian bagi debitur tidak ada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya; penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan penyerhan surat itu; penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika kebendaan yang dijual adalah kebendaan berwujud yang bergerak maka penyerahan hak milik atas kebendaan tersebut dilakukan dengan cara penyerahan fisik kebendaan tersebut dari penjual kepada pembeli. Sedangkan jika kebendaan yang dijual adalah kebendaan merupakan piutang-piutang atas nama dan kebendaan merupakan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tidak bertubuh lainnya yang merupakan kebendaan bergerak sebagaimana ditentukan dalam pasal 511 KUH Perdata, maka kebendaan tidak berwujud yang bergerak, yang merupakan piutang atas nama, penyerahan hak milik kebendaan tersebut dilakukan dengan cara membuat akta otentik atau akta dibawah tangan, yang disebut dengan cessie, antara penjual dan pembeli. Dengan dibuatnya akta cessie tersebut, maka demi hukum hak milik dari kebendaan bergerak berupa piutang atas nama dan kebendaan tidak Universitas Sumatera Utara bertubuh lainnya tersebut demi hukum beralih dari penjual kepada pembeli. Selanjutnya oleh karena piutang adalah hak tagih, yang merupakan tuntutan terhadap debitur, maka peralihan hak milik atas piutang tersebut hanya mempunyai akibat terhadap debitur, maka peralihan hak milik atas piutang tersebut hanya mempunyai akibat tehadap debitur jika pengalihan tersebut telah diberitahukan kepada debitur, atau secara tertulis telah disetujui atau diakui oleh debitur. Bagi piutang-piutang atas tunjuk penyerahannya dilakukan dengan cara endosemen dan penyerahan surat piutang itu sendiri, dan selanjutnya terhadap piutang kepada pembawa yang menurut ketentuan pasal 1977 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 39 39 Pasal 1977 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata : ‘Terhadap benda-benda bergerak yang tidak berupa bunga maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada pembawa, maka barang siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya. dipersamakan dengan kebendaan bergerak yang berwujud, maka penyerahannya dilakukan dengan penyerahan nyata surat piutang tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan ketentuan pasal 1540 KUH Perdata yang menyatakan bahwa apabila penyerahan suatu piutang yang telah dijual, debitur menjual hutangnya kepada penjual, maka itu cukuplah untuk membebaskan debitur. dengan demikian berarti bila sebelum penyerahan tersebut dilakukan, debitur telah membayar hutangnya tersebut kepada penjual, maka pembayaran tersebut sudah merupakan bukti lunasnya kewajiban debitur tersebut. Dalam hal demikian maka penjualan menjadi batal demi hukum, karena piutang yang menjadi objek jual beli sudah tidak ada lagi. Universitas Sumatera Utara Dalam hubungannya dengan ketentuan Pasal 584 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 40 Hanya pemilik kebendaan yang dijual itu sajalah yang berhak untuk menjual kebendaan tersebut. Namun walaupun demikian sejalan dengan prinsip bezit atas kebendaan bergerak yang diatur dalam pasal 1977 ayat 1 KUH Perdata terhadap benda-benda bergerak yang tidak berupa bunga maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada pembawa, maka barang siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya. Kecuali dapat dibuktikan sebaliknya setiap orang yang menguasai kebendaan bergerak yang dimaksud dalam pasal 1977 ayat 1 KUH Perdata berhak untuk menjual kebendaan tersebut, oleh karena itu mereka ini dianggap sebagai pemilik dari kebendaan tersebut. Dalam hal terbukti bahwa kebendaan menurut ketentuan Pasal 1977 ayat 1 KUH Perdata yang telah dijaul tersebut, ternyata penjualnya bukanlah pemilik yang sebenarnya, maka siapa yang kehilangan atau , khususnya yang menyatakan bahwa untuk sahnya peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dan penyerahan dilakukan untuk memindahkan hak milik, diisyaratkan bahwa kedua peristiwa dan perbuatan tersebut harus dibuat dan dilakukan oleh seorang yang berhak untuk berbuat bebas terhadap kebendaan yang akan dialihkan tersebut, ketentuan pasal 1471 KUH Perdata menentukan bahwa jual beli barang orang lain adalah batal dana dapat memberikan dasar kepada pembeli untuk menuntut penggantian biaya, kerugian, dan bunga, jika ia tidak mengetahui bahwa barang itu kepunyaan orang lain. 40 Pasal 584 Kitab Undang-undang Hukum Perdata: “hal milik atas sesuatu kebendaan tak dapa diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluarsa, karena pewarisan baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat dan karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.” Universitas Sumatera Utara kecurian sesuatu barang, didalam jangka waktu tiga tahun, terhitung sejak hari hari hilangnya atau dicurinya barang tersebut, dapatlah ia menuntut kembali barangnya yang hilang atau dicuri itu sebagai miliknya dari siapa yang didalam tangannya ia temukan barangnya dengan tak mengurangi hak siapa ia memeperoleh barangnya, lagi pula dengan tak mengurangi ketentuan yang terdapat dalam pasal 584 Kitab Undang-Undang Perdata. Pasal 582 Kitab Undang-undang Hukum Perdata memberikan perlindungan bahwa barangsiapa menuntut kembali sesuatu kebendaan yang telah dicuri atau dihilangkan, tak diwajibkan memberi penggantian kepada si yang memegangnya untuk uang yang telah dibayarkannya guna membelinya, kecuali kebendaan itu dibelinya dipasar tahunan atau pasar lainnya di lelangan umum, atau dari seorang pedagang yang terkenal sebagai seorang yang biasanya memperdagangkan barang- barang sejenis itu. Ketentuan tersebut pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari asas persoanalia yang diatur dalam pasal 1315 dan pasal 1340 Kitab Undang-Undang Perdata 41 41 Pasal 1315 Kittab Undang-undang Hukum Perdata; “pada umumnya tak seorang pun dapat mengikatkan atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji daripada untuk dirinya sendiri”. Pasal 1340 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 1 : Persetujuan –persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya, 2. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga; tak dapat pihaki-pihak ketig mendapaat manfaat karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal1317”. Pasal 1317 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 1: “lagipun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji yag dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada orang lain, memuat suatu janji yang seperti itu. 2 siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu, tak boleh menariknya kembali apabila pihak ketiga tersebut telah menyatakan kehendak mempergunakannya.” dari kedua pasal tersebut dijelaskan bahwa tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain Universitas Sumatera Utara untuk dirinya sendiri dan perjanjian-perjanjian tersebut hanya berlaku antara pihak- pihak yang membuatnya, perjanjian tidak dapat merugikan pihak ketiga, dan perjanjian tidak dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga. Namun diperbolehkannya untuk meminta ditetapkan janji guna kepentingan pihak ketiga, apabila penetapan janji yang dibuatnya untuk dirinya sendiri atau suatu pemberian yang dilakukan kepada orang lain. Sejalan dengan ketentuan pasal 1471 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,pembeli hanya dapat menuntut pengembalian harga yang telah dibayarnya kepada penjual, dengan disertai penggantian biaya kerugian dan bunga manakala ada alasan untuk itu.

E. Soal Resiko Dalam Perjanjian Jual-Beli.