Prinsip Dasar Pekerja Sosial

prinsip-prinsip yang dijalankan oleh pekerja sosial. Selain terdapat prinsip dasar pekerja sosial, seperti yang telah diungkapkan di atas, terdapat pula prinsip khusus pekerja sosial, seperti yang akan di uraikan sebagai berikut : 1 Prinsip penerimaan The Principle of Acceptance Prinsip ini melihat bahwa praktisi kesejahteraan sosial harus berusaha menerima client mereka apa adanya, tanpa „menghakimi’ klien tersebut. kemampuan praktisi kesejahteraan sosial untuk menerima klien pihak yang membutuhkan „bantuan’-nya dengan sewarjarnya akan dapat banyak membantu perkembangan relasi antara mereka. Maka anda sebagai praktisi kesejahteraan sosial harus berusaha untuk tidak menghakimi klien tersebut berdasarkan panampilan fisiknya. Seorang praktisi harus berusaha meredam perasaan suka atau tidak suka yang terlihat dari penampilan fisik seseorang. Karena dengan adanya sikap acceptencemaka klien akan dapat merasa lebih percaya diri dan tidak kaku dalam berbicara dengan praktisi kesejahteraan sosial, sehingga ia dapat menggungkapkan perasaan yang menganjal di hatinya. Dengan cara seperti ini maka relasi antara praktisi dengan klien dapat dikembangkan. 2 Prinsip komunikasi The Principle of Communication Prinsip komunikasi ini berkaitan erat dengan kemampuan praktisi kesejahteraan sosial untuk menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien. Pesan yang disampaikan klien dapat berbentuk pesan verbal, yang diucapkan klien melalui ucapannya. Atau pesan tersebut dapat berbentuk non verbal, misalnya dari cara duduk klien cara menggunakan tangannya, cara klien meletakan tangannya dan sebagainya. Dari pesan non verbal tersebut kita bisa menangkap apakah klien sedang merasa gelisah, cemas, takut, gembira, dan berbagai ungkapan lainnya. Bila suatu saat klien tidak dapat mengungapkan peraaan apa yang dirasakan, praktisi kesejahteraan sosial diharapkan dapat membantu klien tersebut untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Dengan berkembangnya komunikasi antara praktisi dan klien, maka praktisi dapat menelaah permasalahan. Kita harus bisa menangkap informasi yang dilontarkan klien baik verbal maupun non verbal dari si klien. 3 Prinsip Kerahasian The Principle Of Confidentiality Dalam prinsip ini praktisi kesejahteraan sosial harus menjaga kerahasiaan dari kasus yang sedang ditanganinya. Sehingga kasus itu tidak dibicarakan dengan sembarang orang yang tidak terkait dengan penanganan kasus tersebut. Dengan dijamin kerahasiaan ini, maka klien akan dapat lebih bebas mengungkapkan permasalahan yang ia hadapi ataupun perasaan yang ia rasakan. Ia akan merasa lebih aman mengungkapkan perasaannya karena ia yakin apa yang ia utarakan dalam relasi dengan praktisi kesejahteraan sosial akan terjaga kerahasiaannya. 4 Prinsip PartisipasiThe Principle Of Participation Praktisi diharapkan akan mengajak kliennya untuk ikut serta berperan aktif dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Karena tanpa peran aktif dari klien, maka tujuan dari terapi tersebut sulit untuk tercapai. Dalam prinsip ini, terg ambar bahwa „perbaikan’ kondisi seseorang bukanlah hasil kerja dari praktisi kesejahteraan sosial itu sendiri. Tetapi rasa tanggung jawab dan keinginan yang sungguh dari klien untuk memperbaiki kondisinya justru menjadi kunci keberhasilan dari prosespemberian bantuan ini. 5 Prinsip IndividualisasiThe Principle Of Individualization Menganggap setiap individu itu berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga seorang praktisi kesejahteraan sosial haruslah berusaha memahami keunikan Uniqueness dari setiap klien. Karena itu, dalam proses pemberian bantuan harus berusaha mengembangkan intervensi yang sesuai dengan kondisi kliennya agar mendapatkan hasil yang optimal. Dengan adanya prinsip individualisasi ini maka praktisi kesejahteraan sosial diharapkan tidak menyamaratakan setiap klien. Sehingga pendekatan dalam melakukan terapi lebih diutamakan dengan penanganan kasus perkasus. 6 Prinsip Sadar DiriThe Principle Of Self A Warness Prinsip kesadaran diri self a warnessini menuntut praktisi kesejahteraan sosial untuk bersikap profesional dalam menjalin relasi dengan kliennya. Dalam arti bahwa praktisi kesejahteraan sosial harus mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak terhanyut oleh perasaan ataupun permasalahan yang dihadapi oleh kliennya. Praktisi kesejahteraan sosial di sini haruslah tetap rasional, tetapi harus mampu menyelami perasaan kliennya secara objektif. Apabila seorang pekerja sosial tidak dapat mengendalikan emosinya maka sebaiknya klien tersebut dialihkan ke praktisi pekerja sosial yang lain. 13 7 Sikap-sikap tidak menghakimiThe Principle Of Non Judgment Pekerjaan sosial yang menerapkan sikap tidak menghakimi tidak menimbulkan rasa bersalah, atau derajat tanggung jawab klien atas sebab-sebab masalah atau kebutuhan-kebutuhan, tetapi meliputi pemberian penilaian-penilaian evaluatif tentang sikap- sikap, standardstandard, atau tindakan-tindakan klien. Sikap tidak menghakimi diterapkan ke dalam semua proses pekerjaan sosial. Akan tetapi, keadaan-keadaan tertentu seperti saat-saat ketika klien merasa terdemoralisasi, terstigmatisasikan, atau disalahkan, menuntut sikap tidak menghakimi yang sangat sensitif. Pandangan yang tidak menghakimi mengandung arti sikap-sikap dan perilaku-perilaku pekerja sosial yang tidak 13 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Pengantar Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan, Depok, Fisip UI Press, 2005, h.80-84. menghakimi. Pekerja sosial tidak menghakimi orang lain sebagai baik atau buruk, berharga atau tidak berharga. Akan tetapi, pekerja sosial melakukan penilaian-penilaian atau keputusan-keputusan profesional setiap hari tentang pendekatan- pendekatan alternatif dan solusi-solusi yang tepat. Pandangan yang tidak menghakimi ialah suatu prinsip yang harus diterapkan secara universal, Pekerja sosial harus menyadari di dalam dirinya keadaan-keadaan yang memicu sikap menghakimi dan menyalahkan itu. Standard profesional mewajibkan pekerja sosial untuk menghadapi nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan pribadi yang dapat mengakibatkan efek merusak terhadap interaksi dengan klien. 14

5. Metode Pekerja Sosial

Secara tradisional pekerjaan sosial dikatakan mempunyai tiga metode pokok. Metode pokok tersebut adalah bimbingan sosial individu social case work, bimbingan sosial kelompok social group work, dan bimbingan sosial organisasimasyarakat community organizationcommunity development. Pekerja sosial mempunyai dua pendekatan yaitu praktik langsung direct practice dan praktik tidak langung indirect practice. Karena dalam praktek langsung, untuk suatu kasus tertentu, pekerja sosial dituntut untuk tidak hanya berhadapan dengan 14 Fredi Akbar, “Prinsip-prinsipetikpekerjaan social”, ArtikelDiaksesPadaTanggal 02 Maret 2014, dari: http:kesejahteraansosialunpas.wordpress.com20101205prinsip-prinsip- etik-pekerjaan-sosial kelompok atau bahkan juga dengan masyarakat, maka pekerja sosial harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, tidak hanya tentang dinamika individu, kelompok, atau masyarakat saja, tetapi sampai batas-batas tertentu harus memiliki semua pengetahuan dan keterampilan itu. 15 Menurut W.A. Friedlander bimbingan sosial perorangan atau social case work adalah cara menolong seseorang dengan konsultasi untuk memperbaiki hubungan sosialnya sehingga memungkinkan tercapainya kehidupan yang memuaskan dan bermanfaat. 16 Menurut Friedlander bimbingan sosial kelompok social group work pekerja sosial kelompok bekerja dengan beberapa cara agar pergaulan didalam kelompok dan kegiatan kerja kelompok dalam membantu perkembangan para individu anggota kelompok dan membantu mencapai tujuan sosial yang dikehendaki. Bimbingan sosial kelompok dilaksanakan untuk menolong individu yang terikat di dalam kelompok, bimbingan tersebut diberikan oleh pekerja sosial dalam mengikuti kegiatan kelompok, tujuan bimbingan kelompok adalah individu yang terikat dengan kelompok dapat bergaul dengan sesama anggota kelompok secara baik, individu dapat mengambil manfaat dari pengalaman 15 Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2012,h.71. 16 Istiana Hermawati, Metode dan Praktek Dalam Praktik Pekerjaan Sosial, Jogjakarta: Adi Cipta Karya Nusa, 2001,h.33. pergaulan sesuai kebutuhan dan kemampuan, individu dapat mencapai kemajuan pribadi, kelompok dan masyarakat. 17 Bimbingan sosial masyarakat social community organization menurut Friedlander bahwa metode bimbingan sosial masyarakat adalah badan-badan sosial yang tidak memberikan bantuan langsung kepada individu dan kelompok sosial, tetapi dibentuk dengan tujuan untuk membantu merencanakan serta membiayai lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat. 18

6. Teori-teori Pekerja Sosial

a. Teori psikodinamik berasal dari teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya. Disebut psikodinamik karena teori ini memiliki asumsi bahwa tingkah laku berasal dari gerakan dan interaksi yang terjadi dalam pikiran manusia. Teori ini menekankan bahwa pikiran mempengaruhi perilaku seseorang. Sementara pikiran dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosialnya. Beberapa konsep teori ini adalah ketakutan dan ambivalensi anxiety and ambivalence yang dibentuk dari resolusi terhadap permasalahan yang kurang tepat pada awal masa kehidupan seseorang, yang kemudian secara kuat mempengaruhi perasaan agresi, marah, dan cinta. b. Terapi psikodinamik sangat berpengaruh dalam praktik pekerjaan sosial seperti dalam hubungan interpesonal permisif 17 Istiana Hermawati, Metode dan Praktek Dalam Praktik Pekerjaan Sosial h.46.

Dokumen yang terkait

Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

3 95 103

Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus, Jakarta Timur

3 9 86

Peran pekerja sosial terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

2 26 168

Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosoal Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

0 11 59

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 8 151

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 15

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 8

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 1 30

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2