Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

kesejahteraan sosial orang dengan kecacatan, usia sekolah yakni 18 Thn, tercatat 7.632 Jiwa Apabila melihat dari data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial tersebut, dapat terlihat bahwa penyandang disabilitas tunarungu wicara menurut usia 18 Thn di Indonesia masih terhitung banyak, dan berada pada peringkat ke empat dari enam kategori Orang Dengan Kecacatan. Dan apabila dilihat dari kategori usia orang dengan kecacatan rungu wicara, pada usia 18 Thn berada pada urutan kedua di bawah usia 25- 55 Thn. Orang dengan kecacatan rungu wicara adalah seseorang yang menurut ilmu kedokderan dinyatakan mempunyai kelaianan atau gangguan pada fungsi pendengaran dan bicara, sehingga tidak dapat melakukan komunikasi secara wajar. 5 Setiap orang tua pasti berharap dapat melahirkan anaknya dengan selamat dan mendapatkan anak yang sehat jasmani maupun rohani. Namun, terkadang Tuhan berkendak lain, yang lahir adalah kurang sehat, tidak sempurna atau memiliki kecacatan fisik maupun psikis. Para orang tua pastinya akan merasakan kenikmatan besar apabila mereka bisa melihat anak- anak mereka dapat tumbuh dengan sehat, dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungan sekitarnya serta tanggap terhadap keadaan di lingkungan sekitarnya agar ia dapat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Anak-anak tunarungu wicara yang secara fisik jasmani memang terlihat seperti anak-anak normal di luar sana, mereka juga diharapkan menjadi anak yang cerdas dalam meraih prestasi belajar di dunia pendidikan 5 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan, Panduan Pelaksanaan Komunikasi Total Bagi Orang Dengan Kecacatan Rungu Wicara Jakarta: Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2010, h.6. dan nantinya di dunia kerja. Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan kebersamaan dengan orang lain, demikian pula dengan anak tunarungu wicara ia tidak terlepas dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi karena mereka memiliki kelainan dalam segi kesehatannya, biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya. 6 Setiap manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa telah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Begitu juga dengan anak yang memiliki keterbatasan khusus seperti tunarungu wicara, mereka sering dipandang sebelah mata, karena mereka tidak dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungannya. Di samping keterbatasan yang mereka miliki mereka juga dianugerahi kelebihan –kelebihan yang luar biasa dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Tergantung bagaimana mereka mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang-orang sekitarnya serta stimulus yang positif yang didapat dari orang-orang sekitarnya. Bimbingan dan arahan tersebut dapat menstimulus terhadap kelebihan yang ia miliki. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa anak tunarungu wicara sangatlah membutuhkan pendamping yang bisa membuat mereka merasa aman dalam melakukan aktifitasnya, dalam menghadapi situasi sosial yang ada yang mana mereka memiliki keterbatasan di dalam situasi tersebut. Seseorang pendamping yang profesional yang mendampingi klien di suatu panti sosial dalam program rehabilitasi sosialnya adalah Pekerja sosial. Anak-anak Disabilitas juga mendapatkan perlindungan khusus. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat 6 T. Sutjihati Somantri, Psikology Anak Luar Biasa, Bandung: PT Refika Aditama, 2006, h.98- 99. menyebutkan bahwa pada BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 sebagai berikut : Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik, danatau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari : a. penyandang cacat fisik, b. Penyandang cacat mental, c. Penyandang cacat fisik dan mental. 7 Selanjutnya pada BAB III Hak dan Kewajiban Pasal 5 sebagai berikut setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. 8 Lalu dalam Al Qur’an dijelaskan pula dalam Surah Al Hujjurat 49:11                                            Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok- olokan lebih baik dari mereka yang mengolok-olokkan dan jangan pula wanita-wanita mengolok-olokan wanita-wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita yang di perolok-olokan lebih baik dari wanita yang mengolok-olokkan dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah adalah orang- orang yang zalim .” Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” merupakan salah satu Unit Pelayanan Tekhnis di bawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia panti sosial ini yang menaungi penyandang disabilitas tunarungu wicara. Berdasarkan pada Keputusan Menteri Sosial RI Nomor : 40HUK2004 7 Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 1 BAB 1 8 Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 5 BAB 3 tentang prosedur kerja panti sosial di lingkungan Departemen Sosial RI. Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” juga memiliki staf-staf yang berkompeten, profesi pekerja sosial yang merupakan peranan yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi para penyandang disabilitas. Berdasarkan latar belakang dan alasan yang telah dijelaskan di atas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina Rungu Wica ra “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pekerja sosial merupakan kegiatan profesional yang membantu individu, kelompok ataupun masyarakat, untuk meningkatkan dan memperbaiki kemaampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan. Fokus pekerjaan sosial adalah relasi sosial antara klien Individu, kelompok, dan masyarakat dengan lingkungan sosial. 9 Besarnya tugas dan tanggung jawab serta peran pekerja sosial mendorong peneliti untuk melakukan penelitian serta pengkajian tentang bagaimana peranan pekerja sosial dalam perkembangan biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur. Pembatasan masalah ini difokuskan pada masalah yang diteliti, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana peneliti. Peneliti batasi pada 9 Chatarina Rusmiati, dkk, Efektivitas Peran Pekerjaan Sosial tudi Kasus Panti Sosial Petirahan Anak Satria Baturaden Yogyakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 2013, h. 30-31. masalah peran pekerja sosial terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Pembatasan masalah dalam penelitian peran pekerja sosial terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di atas maka perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana peran pekerja sosial terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peran atau tugas pekerja sosial dalam perkembangan biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur. b. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat dari berbagai pihak-pihak berikut:

1. Manfaat Akademik

Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka kajian akademis anak-anak disabilitas tunarungu wicara khususnya di bidang Kesejahteraan Sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan atau saran kepada para pekerja sosial dalam menjalankan kewajibannyatugasperan di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur. b. Memberikan Masukan pada lembaga-lembaga dalam mengimplementasikan kebijakan sehingga tercipta iklim yang kondusif bagi para pekerja sosial untuk menjalankan perannya secara efektif dan efisien.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu pengamatan, wawancara, dan penelaahan dokumen. Menurut Borgan dan Taylor dalam buku Moleong, metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku diamati. 10 Dalam hal ini yang diteliti adalah Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur. Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga, 10 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 1993, Cetakan ke-10, h.3.

Dokumen yang terkait

Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

3 95 103

Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus, Jakarta Timur

3 9 86

Peran pekerja sosial terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

2 26 168

Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosoal Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

0 11 59

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 8 151

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 15

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 8

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 1 30

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2