Tugas, Wewenang dan Kewajiban Bupati Bogor

b. Menaati seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Mengembangkan kehidupan demokrasi; d. Menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; e. Menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik; f. Melaksanakan program strategis nasional; dan g. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua Perangkat Daerah. 17 1 Selain mempunyai kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 kepala daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 2 Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencakup laporan kinerja instansi Pemerintah Daerah. 18 17 Undang-Undang Republik Indonesia, Pasal 67 UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. 18 Undang-Undang Republik Indonesia, Pasal 69 ayat 1 dan 2 UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

BAB IV PEMAKZULAN KEPALA DAERAH MENURUT PERSPEKTIF FIQIH

SIYASAH DAN HUKUM POSITIF Sebelum membahas lebih dalam mengenai mekanisme pemakzulan kepala daerah menurut fiqih siyasah dan hukum positif, perlu diketahui bahwa, bupati Bogor Rahmat Yasin diberhentikan dari jabatannya karena terbukti bersalah dan secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi menurut putusan Pengadilan Tipikor Bandung, Kamis, 27 November 2014. Tidak hanya melakukan korupsi tetapi ada beberapa indikasi pelanggarang hukum yang dilakukan bupati Bogor baik menurut hukum di Indonesia maupun hukum Islam. Dalam bab ini akan diuraikan beberapa hal penting, antara lain: Indikasi Pelanggaran Hukum Bupati Bogor, Mekanisme Pemberhentian Kepala Daerah Menurut UU No. 23 Tahun 2014, Mekanisme Pemberhentian Bupati Bogor Ditinjau Dari Hukum Positif, Mekanisme Pemberhentian Bupati Bogor Ditinjau Dari Fiqih Siyasah, dan Relevansi Mekanisme Pemakzulan Kepala Daerah Menurut Fiqih Siyasah dengan Hukum Positif.

A. Indikasi Pelanggaran Hukum Bupati Bogor

Dari beberapa pernyataan dan tindakan sang bupati Bogor yang sudah terlanjur diekspos dan diketahui masyarakat luas melalui berbagai media dan sarana informasi, setidaknya terdapat beberapa hal yang bisa dikemukakan dan dicermati 35 pelanggaran yang dilakukan bupati Bogor dilihat dari perspektif hukum Islam dan Perundang-undangan. Beberapa hal pokok yang dapat dikemukakan itu adalah. Pertama, melanggar larangan bagi pejabat Bupati kepala daerah. Kedua, tidak mencerminkan keteladanan mulia sebagai pemimpin dan pejabat publik. Terhadap masalah pertama, melanggar larangan bagi pejabat Bupati kepala daerah. di dalam Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 76 ayat d dan e dijelaskan bahwa bupati dilarang menyalahgunakan wewenang yang menguntungkan diri sendiri danatau merugikan Daerah yang dipimpin; dan bupati dilarang melakukan korupsi, kolusi, nepotisme, dan menerima uang, barang danatau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya. 1 Sebagi seorang bupati atau pejabat negara seharusnya bisa melaksanakan peranan dan kewajibannya dengan baik, dengan memberikan contoh yang mulia terhadap masyarakatnya, tidak seharusnya seorang bupati melanggar peraturan yang sudah ada dan menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan dengan tidak tepat karena bisa merugikan daerah yang sedang dipimpin oleh bupati tersebut. Seharusnnya sebagai seorang pemimpin bisa menggunakan wewenangnnya untuk memajukan daerah yang dipimpinnya agar menjadi pemerintahan yang sehat dan bersih. 1 Undang-Undang Republik Indonesia, Pasal 76 d dan e UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Dimasukkannya secara khusus tindak pidana korupsi dan penyuapan sebagai alasan pemakzulan pejabat negara menunjukkan bahwa kejahatan korupsi dan penyuapan adalah kejahatan yang sangat membahayakan kepentingan negara dan masyarakat, bahkan merusak perekonomian negara dan keberlangsungan pembangunan. Tidak hanya Indonesia, dalam konstitusi negara-negara lain juga mencantumkan korupsi dan penyuapan sebagai alasan pemakzulan pejabat negara antara lain konstitusi, Amerika Serikat, Korea Selatan, serta Filipina. 2 Di Indonesia sendiri mengenai tindakan korupsi diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 31 Tahun 1999 yang telah dirubah menjadi Undang- Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Istilah korupsi berasal dari bahasa latin, yakni corupptio atau corruptus, dalam bahasa Inggris corruption atau corrupt, bahasa Perancis corruption dan bahasa Belanda corruptie. Asumsi kuat menyatakan bahwa dari bahasa Belanda inilah yang dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, yakni korupsi. Arti harfiyah dari korupsi ialah, kebusukan, keburukan kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. Andi Hamzah mengartikan korupsi sebagai perbuatan buruk, busuk, bejat, suka disuap, perbuatan yang menghina atau memfitnah, menyimpang kesucian, dan tidak bermoral. Baharuddin Lopa, mengatakan korupsi ialah the offering and accepting of 2 Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden Menurut UUD 1945, h. 24.