Petani tebu adalah seseorang yang mengolah lahan untuk dijadikan lahan pertanian, yang nantinya lahan tersebut akan digunakan untuk menanam dan
memelihara tanaman tebu dengan harapan memperoleh hasil dari usahanya bercocok tanam tersebut.
3. Pola Inti-Plasma
Pola inti-plasma sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 huruf a Keputusan
Menteri Pertanian Nomor: 940KptsOT.2101097 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan
perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma.
Kemitraan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
1997 yaitu kerjasama antar usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Sedangkan menurut Hafsah dalam Cahya Najmudinrohman 2010: 8, mendefinisikan kemitraan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan
oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Berdasarkan pendapat di atas kemitraan dapat diartikan sebagai kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk meraih keuntungan bersama. Adapun bentuk kemitraan yang dijalin oleh pabrik gula PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang dengan petani
tebu di Desa Negara Tulang Bawang adalah pola kemitraan inti-plasma. Dimana pabrik gula bertindak sebagai inti dan petani tebu sebagai plasma. Pabrik gula
sebagai pihak inti berperan memberikan bantuan kepada pihak plasma. Bantuan yang diberikan berupa peminjaman modal, peminjaman traktor, pengadaan bibit,
dan pengadaan pupuk. 4.
Karakteristik Petani Tebu
Dalam penelitian ini karakteristik petani tebu yang dimaksud adalah karakteristik
sosial dan juga karakteristik ekonominya. Menurut I Gusti Ngurah Agung dan Akhir Matua Harahap dalam Aris Ananta 1993: 21, karakteristik sosial adalah
pencarian atau penggambaran jenis-jenis pengelompokkan berdasarkan aspek sosial mencakup: modal usaha tani, umur, jumlah tanggungan. Sedangkan
karakteristik ekonomi meliputi pekerjaan tambahan, pendapatan rumah tangga, dan pemenuhan kebutuhan pokok minimum.
Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian ini mengkaji tentang karakteristik
petani tebu yang ada di Desa Negara Tulang Bawang dengan kriteria yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan, status kepemilikan lahan,
modal pertanian, produksi tanaman tebu, rendemen, pendapatan petani tebu, dan kriteria kemiskinan petani tebu.
a.
Luas Lahan Garapan
Lahan sangat berperan penting dalam pertanian dan juga bagi petani, karena lahan
berpengaruh terhadap produksi pertanian. Sesuai dengan pendapat Soekartawi 2003: 4 bahwa semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka akan
semakin besar produksi yang dihasilkan dan pendapatan yang akan diperoleh bila
disertai dengan pengolahan lahan yang baik. Sedangkan menurut pendapat Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti 2008: 36, lahan pertanian merupakan
penentu dari pengaruh faktor produksi komunitas pertanian. Semakin luas lahan yang digarapditanami, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh
lahan tersebut. Kemudian Fhadoli Hernanto 1990: 64 menggolongkan luas lahan garapan
menjadi 3 kelompok yaitu: 1
Lahan garapan sempit yang luasnya kurang dari 0,5 ha. 2
Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 ha. 3
Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 ha. Dari beberapa pendapat di atas, maka luas lahan garapan pertanian memegang
peranan penting terhadap besarnya produksi tanaman tebu. Semakin luas lahan garapan yang ditanami tebu oleh petani maka semakin besar jumlah produksi
yang didapat oleh lahan pertanian tersebut dan semakin besar pula jumlah pendapatan yang diterima oleh petani tebu.
b. Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan merupakan lahan yang digarap oleh petani apakah lahan
tersebut milik sendiri atau milik orang lain. Status kepemilikan lahan pertanian menurut Soekartawi 2003: 6, diklasifikasikan menjadi 2 yaitu lahan milik
sendiri dan lahan bukan milik sendiri. Status kepemilikan lahan ini juga mempengaruhi besarnya modal yang harus dikeluarkan oleh petani tebu. Petani