Pengertian Kebijakan Konsepsi Kebijakan Publik

37 f. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun implisit. g. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu. h. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang bersifat intra organisasi. i. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-lembaga pemerintah. j. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif. Menurut Budi Winarno 2007 : 15, istilah kebijakan policy term mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia” , “kebijakan ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi. Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan goals program, keputusan, undang-undang, ketentuan- ketentuan, standar, proposal dan grand design Suharno :2009 : 11. Irfan Islamy sebagaimana dikutip Suandi 2010: 12 kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan yang ada didalamnya. James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy 2009: 17 38 mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “ a purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern” Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut Budi Winarno 2007: 18 dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan policy dengan keputusan decision yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada. Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno 2007: 17 juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi- konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok 39 atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

2. Pengertian Kebijakan Publik

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-- undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerahprovinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupatenkota, dan keputusan bupatiwalikota. Secara terminologi pengertian kebijakan publik public policy itu ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai the authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilainilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan juga mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of goal, value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek-praktek yang terarah. Pada dasarnya meskipun tidak tertulis menurut Riant Nugroho 2011:11-15 dalam memahami kebijakan publik ada dua jenis aliran atau pemahaman, yaitu Kontinentalis dan Anglo-Saxonis. Pemahaman kontinentalis melihat bahwa kebijakan publik adalah turunan dari hukum, 40 bahkan kadang mempersamakan antara kebijakan publik dan hukum, utamanya hukum publik ataupun hukum tata negara, sehingga kita melihatnya sebagai proses interaksi di antara institusi-institusi negara. Pemahaman anglo-saxon memahami bahwa kebijakan publik adalah turunan dari politik-demokrasi sehingga melihatnya sebagai sebuah produk interaksi antara negara dan publik. Masih menurut Riant Nugroho 2008, bagaimana dengan Indonesia? Kondisi objektif di Indonesia adalah dalam praktik administrasi publik, dan kebijakan publik identik dengan hukum. Kondisi ini dapat disimak dalam praktik pengembangan kualitas kebijakan di tingkat nasional DPR, Departemen, dan lain-lain maupun Daerah DPRD, Pemda. Oleh karena itu, agenda yang paling utama adalah melakukan pengembangan kapasitas untuk legal drafting. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir pengamatan, agenda untuk legal drafting mencapai 80 atau lebih, sementara agenda untuk membangun kapasistas untuk mengembangkan kebijakan publik yang bukan dalam makna hukum atau legal drafting, 20 atau kurang. Pemahaman in i, sebagaimana dikemukakan di depan, tidak terpisahkan dari perjalanan historis negara Indonesia, yang mewarisi sistem administrasi publik Belanda. Bahkan, para founding fathers Indonesia, mulai dar i Soekarno, Hatta, Syahrir, hingga Djuanda, adalah intelektual dengan basis pengetahuan pendidikan Belanda. Administrasi publik dalam konteks kepemerintahan yang baik menyangkut negara dan seluruh aktor atau lembaga-lembaga yang terkait dalam sistem politik di dalamnya. Dengan konteks ini, secara sederhana 41 Kepemerintahan Global pemahaman tentang administrasi publik dapat digambarkan dalam empat tingkatan pokok yang dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3 : Lima Jenjang Administrasi Publik Hal ini dikutip dari Riant Nugroho 2011:88 bahwa dari gambar tersebut, administrasi publik dapat didefinisikan menjadi lima tingkatan pengelompokan, yaitu birokrasi, pemerintahan, negara, dan governance yang lingkupnya adalah keseluruhan sistem politik dan global governance. Model ini dikembangkan dari model pemahaman administrasi publik David Bresnik, guru besar administrasi publik pada City University, New York, yang menyebutkan sebagai setting of an administrative game yang terdiri atas dari yang paling terdalam hingga terluar: bureau, agency, superagency, political executive, political system legislative, judicial, public opinion, dan social system Bresnick, 1982. Governance Negara Pemerintahan birokrasi

Dokumen yang terkait

Program Informasi Televisi dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat (Studi Korelasional Mengenai Program “Metro Kini” di Metro TV dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat Kelurahan Parhorasan Nauli Kota Pematangsiantar)

1 45 122

IMPLEMENTASI PROGRAM BUS SEKOLAH GRATIS DI KOTA METRO (Studi Di Sekretariat Daerah Kota Metro)

14 50 69

EVALUASI KINERJA GURU PASCA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KOTA METRO

3 24 73

MOTIF MASYARAKAT MENONTON PROGRAM ACARA ”JAM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Program Acara ”Jam Malam” di Trans 7).

0 2 86

TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM JAM BELAJAR MASYARAKAT DI RW 9 KELURAHAN GUNUNGKETUR PAKUALAMAN KOTA YOGYAKARTA.

0 1 213

Polres Metro Amankan Jalannya Malam Takbir di Kota Metro

0 0 1

Program Informasi Televisi dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat (Studi Korelasional Mengenai Program “Metro Kini” di Metro TV dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat Kelurahan Parhorasan Nauli Kota Pematangsiantar)

0 0 12

PROGRAM INFORMASI TELEVISI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT (STUDI KORELASIONAL MENGENAI PROGRAM “METRO KINI” DI METRO TV DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT KELURAHAN PARHORASAN NAULI KOTA PEMATANGSIANTAR) SKRIPSI

0 0 16

MOTIF MASYARAKAT MENONTON PROGRAM ACARA ”JAM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Program Acara ”Jam Malam” di Trans 7)

0 0 21

Evaluasi Penyelenggraan Program Pendampingan Belajar Masyarakat (PBM) di Program Studi Pendidikan Akuntansi - USD Repository

0 1 15