Tujuan dan Manfaat Asesmen

11

C. Prinsip Asesmen

Pada proses penilaian terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menilai peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan Permendikbud Nomer 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1 Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2 Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3 Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 4 Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5 Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6 Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Sedangkan pelaksanaan penilaian pendidikan harus memperhatikan prinsip penilaian. Ada 9 prinsip sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip- prinsip sebagai berikut: 1 Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2 Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3 Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4 Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5 Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 12 6 Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7 Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8 Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9 Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Prinsip penilaian menurut Grounlund 1998: 28 antara lain sebagai berikut: 1 Harus ada spesifikasi yang jelas apa yang mau dinilai: penempatan, formatif, ataukah sumatif. 2 Harus komprehensif: afektif, psikomotor, dan kognitif. 3 Butuh berbagai ragam teknikmetode asesmen, baik metode tes maupun nontes. 4 Harus dapat memilih instrumen asesmen yang sesuai. 5 Harus jelas apa maksud dan tujuan diadakan asesmen, jadi akan jelas pula apa tindak lanjutnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip penilaian harus valid, objektif, terbuka, dan adil. Prinsip penilaian harus valid yakni penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi standar kompetensi dan kompetensi dasar dan standar kompetensi lulusan. Selain itu prinsip penilaian harus objektif yakni penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial- ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. Selain itu prinsip penilaian harus terbuka yakni penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka artinya prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan. 13

D. Asesmen Otentik

Penilaian hasil belajar peserta didik harus menggunakan penilaian yang menilai seluruh aspek dalam pembelajaran. Penilaian otentik dituntut dapat menilai semua aspek dalam proses pembelajaran. Adapun aspek-aspek dalam pembelajaran yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sehingga penilaian otentik harus memperlihatkan keseimbangan antara penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Pada penilaian ini guru dapat mengambil penilaian ketika proses pembelajaran sehingga penilaian ini tidak hanya dilakukan di akhir periode pembelajaran saja. Penilaian otentik menurut Pantiwati 2013: 26 menjelaskan sebagai berikut: Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran. Seiring dengan perkembangan kurikulum, maka asesmen yang digunakan harus mengalami perkembangan juga. Pada kurikulum 2013, asesmen yang ditekankan adalah asesmen otentik. Asesmen otentik adalah asesmen yang menekankan pada permasalahan atau kenyataan nyata yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian otentik menurut Kunandar 2013: 35 mendefinisikan sebagai berikut: Penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi SK atau Kompetensi Dasar KD dan Kompetensi Inti KI. Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin 2012: 168 mendefinisikan bahwa seperti berikut: Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.