Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor

(1)

PERANAN DIREKTORAT LALU LINTAS KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR

(Studi Kasus Kendaraan Bermotor)

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara (Ekstention) SKRIPSI

O L E H

SAGITA IFANI EMRI 080921004

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA (EKSTENTION)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Sagita Ifani Emri

NIM : 080921004

Departemen : Ilmu Administrasi Negara (Ekstention)

Judul : Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Kendaraan Bermotor)

Medan, 22 Maret 2010 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A NIP. 195908161986011001 NIP.195908161986011001

a.n. DEKAN FISIP USU Pembantu Dekan I

Drs. Humaizi, MA NIP.195908091986011022


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA (EKSTENTION)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara (Ekstention) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Sagita Ifani Emri

NIM : 080921004

Departemen : Ilmu Administrasi Negara (Ekstention)

Judul : Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian

Daerah Sumatera Utara Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Kendaraan Bermotor)

Yang dilaksanakan pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 25 Maret 2010

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP-USU

Panitia Penguji

Ketua : Drs. Kariono, M.Si (...)

Anggota I : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A (...) Anggota II : Faisal Eriza, S.Sos. MSP (...)


(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Kerangka Teori ... 9

1.5.1. Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah... 9

1.5.2. Manajemen Pelayanan ... 14

1.5.3. Pelayanan Publik... 17

1.6. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel... 27

1.6.1. Kerangka Konsep... 27

1.6.2. Operasional Variabel ... 28

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 29

2.1. Jenis Penelitian... 29

2.2. Lokasi Penelitian... 28


(5)

2.3. Populasi dan Sampel. ... 30

2.3.1. Populasi... 30

2.3.2. Sampel... 30

2.4. Teknik Pengumpulan Data... 31

2.5. Teknik Analisa Data. ... 32

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 33

3.1. Sejarah Polisi Republik Indonesia. ... 33

3.2. Ditlantas Babinkam Polri... 36

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA... 39

4.1. Identitas Responden ... 40

4.2. Variabel Penelitian... 43

4.2.1. Variabel Tunggal (Pelayanan Administrasi)... 43

BAB V ANALISIS DATA... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1. Kesimpulan ... 86

6.2. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA... 93 LAMPIRAN


(6)

Daftar Tabel

Tabel 1 : Indikator-indikator yang berkaitan dengan pelayanan admnistrasi ... 28

Tabel 2 : Klasifikasi Responden Menurut Usia Responden ... 40

Tabel 3 : Klasifikasi Responden Menurut Agama ... 41

Tabel 4 : Klasifikasi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 42

Tabel 5 : Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin... 43

Tabel 6 : Distribusi Jawaban Tentang Petugas Cepat Tanggap Terhadap Kepentingan Umum Dalam Hal Pembuatan BPKB ... 44

Tabel 7 : Distribusi Jawaban Tentang Petugas Menjelaskan Prosedur atau Mekanisme Untuk Mendapatkan Pelayanan Dalam Membuat BPKB tersebut ... 45

Tabel 8 : Distribusi Jawaban Tentang Petugas Mampu Meningkatkan Kepercayaan Customer Melalui Penegakkan Hukum Dalam Pelayanan tersebut ... 46

Tabel 9 : Distribusi Jawaban Tentang Tingkat Kesesuaian Antara Penyelenggara Pemerintahan Dengan Hukum atau Peraturan dan Prosedur yang telah Ditetapkan ... 47

Tabel 10 : Distribusi Jawaban Tentang Hak yang Didapat Oleh Setiap Customer Sama Antara Satu Dengan Lainnya... 48

Tabel 11 : Distribusi Jawaban Tentang Ada Perbedaan Dalam Pemberian Pelayanan yang Diterima Oleh Customer... 49 Tabel 12 : Distribusi Jawaban Tentang Sikap Petugas Dalam Memberikan


(7)

Pelayanan Kepada Customer ... 50 Tabel 13 : Distribusi Jawaban Tentang Sarana Pendukung Sudah Memenuhi Standar Kualitas dan Memenuhi Perubahan Kebutuhan Konsumen ... 51 Tabel 14 : Distribusi Jawaban Tentang Telah Sesuai Antara Kemampuan

Petugas Dengan Fungsi atau Tugas yang Diberikan... 52 Tabel 15 : Distribusi Jawaban Tentang Petugas Selalu Ada Pada Saat Jam

Kerja ... 53 Tabel 16 : Distribusi Jawaban Tentang Respon Pegawai Apabila Ada

Customer Yang Memiliki Keluhan atau Pengaduan Dalam

Penanganan BPKB tersebut ... 54 Tabel 17 : Distribusi Jawaban Tentang Partisipasi Pegawai Dapat

Meningkatkan Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan

Kepada Customer... 55 Tabel 18 : Distribusi Jawaban Tentang Petugas Memberikan Perlakuan Yang Sama Dalam Memberikan Informasi Yang Dibutuhkan Customer .... 56 Tabel 19 : Distribusi Jawaban Tentang Tidak Terjadi Diskriminasi

Jika Seseorang Mengenal Salah Satu Petugas Dalam Hal

Pembuatan BPKB ... 57 Tabel 20 : Distribusi Jawaban Tentang Biaya Yang Dibayarkan Oleh Customer Sesuai Dengan Jasa Yang Diperoleh ... 58 Tabel 21 : Distribusi Jawaban Tentang Customer Murah Dan Mudah

Menghubungi Petugas Untuk Mendapatkan Pelayanan ... 59 Tabel 22 : Distribusi Jawaban Tentang Informasi Yang Diberikan Kepada


(8)

Masyarakat Tepat Dan Dapat Dipertanggungjawabkan ... 60 Tabel 23 : Distribusi Jawaban Tentang Konsumen Segera Mendapatkan

Perbaikan Apabila Terjadi Kesalahan... 61 Tabel 24 : Distribusi Jawaban Tentang Fasilitas Tersebut Cukup Mudah

Di dapat Dan Dioperasionalkan Serta Dapat Menghasilkan Output Yang Berkualitas Dan Bagus ... 62 Tabel 25 : Distribusi Jawaban Tentang Perlakuan Khusus Yang Diberikan

Pegawai Kepada Customer Dalam Pembuatan BPKB ... 63 Tabel 26 : Distribusi Jawaban Tentang Pelayanannya Mudah Terpengaruh

Oleh Hal-hal Yang Tidak Diinginkan... 64 Tabel 27 : Distribusi Jawaban Tentang Tingkat Pendidikan Pegawai Dengan

Kualitas Pelayanan Yang Diberikan Kepada Customer

Mempunyai Pengaruh ... 65 Tabel 28 : Distribusi Jawaban Tentang Prosedur Yang Diterapkan Sederhana ... 66 Tabel 29 : Distribusi Jawaban Tentang Dalam Pembuatan BPKB nya Sesuai

Dengan Waktu Yang Telah Ditentukan ... 67 Tabel 30 : Distribusi Jawaban Tentang Pegawai Segera Memberikan

Penyelesaian Secara Tepat Terhadap Komplain Yang Dilakukan

Oleh Customer ... 68 Tabel 31 : Distribusi Jawaban Tentang Lokasi Kantor Tersebut

Mudah Dijangkau Oleh Masyarakat Dalam Pembuatan

BPKB Tersebut ... 69 Tabel 32 : Distribusi Jawaban Tentang Informasi Mudah Di dapat dan Jelas... 70


(9)

Tabel 33 : Distribusi Jawaban Tentang Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara Dalam Memberikan Pelayanan Admnistrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor

(Studi Kasus Kendaraan Bermotor) ... 72


(10)

Daftar Gambar

Gambar 1 : Mekanisme Pendaftaran BPKB ... 13 Gambar 2 : Model Manajemen Pelayanan... 17 Gambar 3 : Bard Chard Peranan Direktorat Lalu Lintas

Kepolisian Daerah Sumatera Utara Dalam Memberikan

Pelayanan Admnistrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor ... 73


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Wawancara

Lampiran II : Nilai Jawaban Responden Terhadap Pelayanan Administrasi Lampiran III : Kuesioner


(12)

KATA PENGANTAR

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang disusun guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengetahui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis pada saat menyusun skripsi maupun selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Rasa terima kasih penulis tujukan antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas


(13)

Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Kombes Pol. Drs. Royke Lumowa, MM selaku Direktur Lalu Lintas Polda Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dalam pelaksanaan penelitian dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

5. Kepada Kak Mega dan Kak Dian selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan maupun skripsi.

6. Untuk yang tercinta dan terkasihi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, H. Ansar, SH (Ayah) dan Hj. Almesri Iriani, Sm.Hk. (Ibu) yang telah memberikan kasih dan sayangnya dan memberikan semangat dan juga banyak memberikan petuah serta memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa besarnya rasa terima kasih yang Ananda sampaikan.

7. Penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh Dosen dan Staf Pengajar serta Pegawai dan Karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

8. Buat saudaraku Annisa, S.Sos yang telah memberikan dukungan baik waktu dan tenaga dalam membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini.


(14)

9. Buat semua teman-teman seperjuangan dan seangkatan stambuk 2008 Jurusan Ilmu Administrasi Negara (Ekstention).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan disana sini baik bagi susunan, tata bahasa maupun segi ilmiah atau isinya, mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh penulis disamping pengetahuan serta pengalaman yang masih minim dan kurangnya bahan pustaka yang penulis gunakan.

Akhir kata semoga nantinya skripsi ini dapat bermanfaat dan mendapat petunjuk hidayah-Nya dari Allah SWT Amin.

Medan, Maret 2010 Penulis,

Sagita Ifani Emri


(15)

ABSTRAK

PERANAN DIREKTORAT LALU LINTAS KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR

(STUDI KASUS KENDARAAN BERMOTOR)

SAGITA IFANI EMRI NIM : 080921004

Program Studi : Administrasi Negara

Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya.

Pelayanan umum atau pelayanan publik yang prima berarti pelayanan yang bermutu. Untuk meningkatkan mutu, berarti meningkatkan keprimaan. Setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.


(16)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif (deskriptif research) dengan pendekatan kualitatif. Populasi dan sampelnya diambil seluruh pegawai yakni 36 orang responden yang ada Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Teknik pengambilan data yang penulis gunakan adalah dengan menyebarkan angket (quetioner) kepada responden Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Serta melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait Untuk menentukan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling.

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan tentang peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor) pada kategori cukup memuaskan ada sebanyak 12 orang (41,7%), sedangkan kategori memuaskan ada sebanyak 8 orang (22,2%), yang menjawab sangat memuaskan ada sebanyak 7 orang (19,4%), yang menjawab kurang memuaskan hanya ada 6 orang (6,7%).


(17)

ABSTRAK

PERANAN DIREKTORAT LALU LINTAS KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR

(STUDI KASUS KENDARAAN BERMOTOR)

SAGITA IFANI EMRI NIM : 080921004

Program Studi : Administrasi Negara

Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya.

Pelayanan umum atau pelayanan publik yang prima berarti pelayanan yang bermutu. Untuk meningkatkan mutu, berarti meningkatkan keprimaan. Setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.


(18)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif (deskriptif research) dengan pendekatan kualitatif. Populasi dan sampelnya diambil seluruh pegawai yakni 36 orang responden yang ada Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Teknik pengambilan data yang penulis gunakan adalah dengan menyebarkan angket (quetioner) kepada responden Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Serta melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait Untuk menentukan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling.

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan tentang peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor) pada kategori cukup memuaskan ada sebanyak 12 orang (41,7%), sedangkan kategori memuaskan ada sebanyak 8 orang (22,2%), yang menjawab sangat memuaskan ada sebanyak 7 orang (19,4%), yang menjawab kurang memuaskan hanya ada 6 orang (6,7%).


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya. Dan dalam lalu lintas banyak masalah atau gangguan yang dapat menghambat dan mematikan proses produktivitas masyarakat. Seperti kecelakaan lalu lintas, kemacetan maupun tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan bermotor. Untuk itu polisi lalu lintas juga mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan bahasan Polri di masa depan (yang telah dibahas di atas).

Para petugas kepolisian pada tingkat pelaksana menindaklanjuti kebijakan-kebijakan pimpinan terutama yang berkaitan dengan pelayanan di bidang SIM, STNK, BPKB dan penyidikan kecelakaan lalu lintas. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang digagas oleh Departemen Perhubungan, dibuat agar penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai


(20)

harapan masyarakat, sejalan dengan kondisi dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, serta harmoni dengan Undang-undang lainnya. Yang lebih penting dari hal tersebut adalah bagaimana kita dapat menjawab dan menjalankan amanah yang tertuang didalamnya. Sesuai dengan Pasal 7 ayat 2e dinyatakan :”bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu : “urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas”.

Selanjutnya, tugas dan fungsi Polri tersebut, diperinci pada pasal 12, meliputi 9 hal yakni :

1. Pengujian dan penerbitan SIM kendaraan bermotor

2. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

3. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data lalu lintas dan angkutan jalan

4. Pengelolaan pusat pengendalian sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan.

5. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas

6. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas.

7. Pendidikan berlalu lintas

8. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas 9. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas.


(21)

Dengan adanya UU No. 22 Tahun 2009 ini, bukan berarti bahwa Polri akan berorientasi pada kewenangan (authority). Akan tetapi, harus disadari bahwa tugas dan fungsi Polri di bidang lalu lintas, berikut kewenangan-kewenangan yang melekat, berkolerasi erat dengan fungsi kepolisian lainnya baik menyangkut aspek penegakan hukum maupun pemeliharaan Kamtibmas dan pencegahan kejahatan secara terpadu.

Polri sebagai administrasi negara atau administrasi publik yang berorientasi pada pelayanan untuk menuju pelayanan Polri yang prima yang sesuai dengan harapan masyarakat dan dapat mengangkat citra serta meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada aparat negara khususnya Polri, memerlukan berbagi pembenahan. Pembenahan tersebut antara lain mencakup bidang administrasi.

Pelayanan kepada publik yang diselenggarakan Pemerintah Kota Medan khususnya Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara diantaranya adalah memberikan pelayanan pembuatan SIM ( Surat Ijin Mengemudi ) penerbitan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), BPKB ( Buku Pemilik Kendaraan Bermotor ) dan TNKB ( Tanda Nomor Kendaraan Bermotor ) kepada masyarakat.

SIM adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan trampil mengemudikan kendarakan bermotor. BPKB adalah buku yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh Satuan Lalu Lintas Polri sebagai bukti kepemilikan kendaraan bermotor. Fungsi SIM :

• Sebagai sarana identifikasi atau jati diri seorang pengendara


(22)

• Sebagai sarana dan upaya paksa dalam hal bila terjadi pelanggaran lalu lintas • Sebagai sarana pelayanan masyarakat

BPKB berfungsi sebagai Surat Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor. Penerbitan BPKB dilaksanakan oleh Satuan Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Spesifikasi Teknis dan pengadaan BPKB ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Bersamaan dengan pendaftaran BPKB diberikan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor. BPKB dapat disamakan sebagai certificate of ownership yang disempurnakan dan merupakan dokumen penting. BPKB juga dapat dijadikan sebagai jaminan atau tanggungan dalam pinjam meminjam berdasarkan kepercayaan masyarakat.

STNK atau Surat Tanda Kendaraan Bermotor adalah tanda bukti pendaftaran dan pengesahan suatu kendaraan bermotor berdasarkan identifikasi dan kepemilikan yang telah didaftar. STNK diterbitkan oleh Samsat ( Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap ) yakni tempat pelayanan penerbitan/pengesahan STNK oleh 3 (tiga) instansi yaitu Polri, Dinas Pendapatan Provinsi dan PT. Jasa Raharja. STNK berfungsi :

• Sebagai sarana perlindungan masyarakat • Sebagai sarana pelayanan masyarakat

• Sebagai deteksi guna membentuk langkah selanjutnya jika terjadi pelanggaran • Untuk meningkatkan penerimaan negara melalui sektor pajak.

TNKB atau Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, atau biasa disebut plat nomor dibuat untuk mengidentifikasi kendaraan bermotor yang berlalu-lintas di jalan umum. Biasanya setelah membeli kendaraan, disertai dengan STNK, BPKB, dan


(23)

TNKB ( Plat Nomor ), terbuat dari bahan plat aluminium ketebalan 1 mm dengan dua baris tulisan, baris pertama menunjukkan huruf kode wilayah, angka nomor polisi, dan huruf akhir seri wilayah. Sedangkan baris kedua menunjukkan bulan dan tahun masa berlaku. Ukuran plat nomor untuk kendaraan roda 2 dan roda 3 adalah 250 x 105 mm, untuk kendaraan roda 4 atau lebih adalah 395 x 135 mm. Garis pembatas antara baris pertama dan baris kedua lebarnya 5 mm. Pada sudut kanan atas dan kiri bawah terdapat tanda cetakan lambang Polisi Lalu Lintas dan pada bagian sisi kanan dan kiri bertuliskan “DITLANTAS POLRI” (Direktorat Lalu Lintas Kepolisian RI) yang merupakan hak paten pembuatan plat nomor.

Warna plat nomor ditentukan sesuai penggunaannya, ditetapkan sebagai berikut :

• Kendaraan pribadi : Warna dasar hitam dengan tulisan putih. • Kendaraan umum : Warna dasar kuning dengan tulisan hitam.

• Kendaraan milik pemerintah : Warna dasar merah dengan tulisan putih. • Kendaraan untuk transportasi dealer : Warna dasar putih dengan tulisan

merah.

• Kendaraan Corps Diplomatik : Warna dasar putih dengan tulisan hitam. • Kendaraan Staff Operasional Corps Diplomatik : Warna dasar hitam dengan

tulisan putih berformat khusus.

Registrasi kendaraan bermotor berkaitan erat dengan scientific crime investigation, maupun kesatuan data base finger print untuk kepentingan identifikasi pemiliki SIM, juga memiliki kaitan dengan investigasi kriminal. Demikian juga dalam hal manajemen operasional lalu lintas, Polri menjadi bagian yang penting dan


(24)

menentukan guna terwujudnya sistem transportasi publik yang aman, nyaman dan lancar.

Karakteristik tugas dan fungsi lalu lintas bersentuhan langsung dengan masyarakat, menimbulkan konsekuensi dijadikannya fungsi ini sebagai sasaran berbagai kontrol eksternal. Hal tersebut hendaknya dilihat sebagai bentuk kepedulian masyarakat pada kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh Polri, serta dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja, guna terwujudnya transparansi, akuntabilitas, maupun pelayanan publik yang mudah dan cepat, dalam rangka good government (pemerintahan yang bersih).

Sistem administrasi yang dipakai adalah Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (disingkat Samsat), atau dalam bahasa Inggris one roof system, adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung. Contoh

dari Samsat adalah dalam pengurusan dokum merupakan suatu sistem kerjas dan kas negara baik melalui Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLJJ), dan dilaksanakan pada satu kantor yang dinamakan Kantor Bersama Samsat.


(25)

Dalam hal ini, Polri memiliki fungsi penerbitan STNK; Dinas Pendapatan Provinsi menetapkan besarnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB); sedangkan PT Jasa Raharja mengelola Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ). Lokasi Kantor Bersama Samsat umumnya berada di lingkungan Kantor Polri setempat, atau di lingkungan Satlantas atau Ditlantas Polda setempat. Samsat ada di masing-masing provinsi, serta memiliki unit pelayanan di setiap kabupaten atau kota.

Seiring dengan peningkatan profesionalisme kepolisian, tuntutan ke arah perbaikan kinerja dan citra kepolisian sebagai pelayan masyarakat telah menjadi agenda reformasi kepolisian. Daya kritis masyarakat sipil terhadap kinerja dan citra kepolisian adalah cerminan kuatnya aspirasi dan tuntutan atas hak-hak masyarakat. Dengan demikian seluruh pembahasan di atas, penulis akan memberikan gambaran tentang “Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara Dalam Memberikan Pelayanan Admnistrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Kendaraan Bermotor)”.

1.2.Perumusan Masalah

Untuk memberikan arah bagi jalannya suatu penelitian, maka terlebih dahulu perlu dirumuskan hal-hal yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian. Disamping itu masalah dapat muncul karena keragu-raguan tentang keadaan sesuatu, sehingga ingin diketahui keadaannya secara mendalam dan efektif.

Beranjak dari uraian diatas, maka penulis mencoba membuat perumusan masalah yakni : “Bagaimanakah peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah


(26)

Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor)?”

1.3.Tujuan Penelitian

Sejauh mana penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau menjadi tujuan penelitian. Dengan kata lain tujuan penelitian adalah untuk memperjelas dan menghindari terjadinya kesimpangsiuran. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : ”Bagaimana peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan admnistrasi kepemilikan kendaraan bermotor (studi kasus kendaraan bermotor)?

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara merupakan sumbangan pemikiran dan kerangka acuan untuk dimanfaatkan dalam memberikan pelayanan administrasi kendaraan bermotor kepada masyarakat. 2. Dapat memajukan pelayanan Polisi lalu lintas sehingga kerumitan dan persoalan

dapat terjawab baik dari pihak kepolisian ataupun masyarakat.

3. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi masyarakat dan perusahaan atau instansi yang bersangkutan.


(27)

4. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Sumatera Utara.

1.5.Kerangka Teori

1.5.1. Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah

Untuk mengatur dan menjaga keteraturan sosial dalam masyarakat diperlukan adanya aturan, norma yang adil dan beradab. Dan untuk menegakkan aturan tersebut, mengajak masyarakat untuk mematuhi serta menyelesaikan berbagai masalah sosial dalam masyarakat diperlukan suatu institusi yang dapat bertindak sebagai wasit yang adil salah satunya adalah polisi (Suparlan;1999). Menurut Rahardjo, 2000 :”Sosok Polisi yang ideal di seluruh dunia adalah polisi yang cocok dengan masyarakat”.

Dengan prinsip tersebut di atas masyarakat mengharapkan adanya polisi yang cocok dengan masyarakatnya, yang berubah dari polisi yang antagonis (polisi yang tidak peka terhadap dinamika tersebut dan menjalankan gaya pemolisian yang bertentangan dengan masyarakatnya) menjadi polisi yang protagonis (terbuka terhadap dinamika perubahan masyarakat dan bersedia untuk mengakomodasikannya ke dalam tugas-tugasnya).

Fungsi polisi dalam struktur kehidupan masyarakat sebagai pengayom masyarakat, penegakkan hukum,mempunyai tanggung jawab khusus untuk memelihara ketertiban masyarakat dan menangani kejahatan baik dalam bentuk tindakan terhadap kejahatan maupun bentuk pencegahan kejahatan agar para anggota


(28)

masyarakat dapat hidup dan bekerja dalam keadaan aman dan tenteram (Bahtiar: 1994 :1). Dengan kata lain kegiatan-kegiatan polisi adalah berkenaan dengan sesuatu gejala yang ada dalam kehidupan sosial dari sesuatu masyarakat yang dirasakan sebagai beban atau gangguan yang merugikan para anggota masyarakat tersebut (Suparlan: 1999).

Polisi lalu lintas sebagai polisi sipil yang demokratis dan diakhiri dengan kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan acuan atau strategi membangun citra Polisi RI pada umumnya dan polisi lalu lintas khususnya. Polisi sipil yang modern dan demokratis adalah polisi yang mengedepankan kemampuan pengetahuannya dalam menciptakan, memelihara dan memperbaiki keteraturan sosial (Kamtibmas). Pola pemolisiannya lebih mengedepankan pencegahan, dan upaya-upaya membereikan pencerahan kepada masyarakat untuk berperan serta. Dan penilaian keberhasilan polisi bukan semata-mata pada pengungkapan kasus atau crime fighter, tetapi adalah pada maintenance order atau restorative order.

Sehingga dalam pemolisiannya dapat berjalan secara efektif dan dapat diterima atau cocok dengan masyarakatnya (sesuai dengan corak masyarakat dan kebudayaannya), diperlukan gaya pemolisian yang berorientasi pada masyarakat dan untuk memecahkan masalah sosial yang terjadi (problem solving policing).

Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum


(29)

dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya. Dan dalam lalu lintas banyak masalah atau gangguan yang dapat menghambat dan mematikan proses produktivitas masyarakat. Seperti kecelakaan lalu lintas, kemacetan maupun tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan bermotor. Untuk itu polisi lalu lintas juga mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan bahasan Polisi RI di masa depan (yang telah dibahas di atas).

Para petugas kepolisian pada tingkat pelaksana menindaklanjuti kebijakan-kebijakan pimpinan terutama yang berkaitan dengan pelayanan di bidang SIM, STNK, BPKB dan penyidikan kecelakaan lalu lintas. BPKB adalah buku yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh Satuan Lalu Lintas Polri sebagai bukti kepemilikan kendaraan bermotor. BPKB dapat disamakan dengan Certificate of Ownership yang disempurnakan dan merupakan dokumen penting yang harus disimpan baik-baik oleh yang bersangkutan. BPKB akan mempertinggi daya guna dari tata cara administrasi pendaftaran kendaraan bermotor, sehingga di samping meningkatkan public service

juga dimanfaatkan untuk menyempurnakan cara pengawasan terhadap pemasukan keuangan negara non pajak, kepemilikan kendaraan bermotor dan sebagainya.

BPKB berfungsi sebagai Surat Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor. Penerbitan BPKB dilaksanakan oleh Satuan Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Spesifikasi Teknis dan pengadaan BPKB ditetapkan oleh Kepolisian


(30)

Negara Republik Indonesia. Bersamaan dengan pendaftaran BPKB diberikan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.

Penyelenggaraan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dalam bentuk BPKB adalah untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat, terutama yang berkaitan dengan penyelidikan atau penyidikan pada kasus pelanggaran dan kejahatan yang berkaitan dengan kendaraan bermotor.

Perkembangan kejahatan semakin canggih dan kompleks, sehingga mengharuskan Polri mengerahkan segenap kekuatan untuk menanggulangi, antara lain melalui registrasi dan identifikasi lalu lintas atau pendaftaran Kendaraan Bermotor. Disamping itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Pasal 175 PP No.44 Tahun 1993 disebutkan bahwa “sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor telah didaftarkan diberikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor serta Tanda Nomor Kendaraan Bermotor”. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah guna menyamakan persepsi dan tindakan dalam proses penerbitan BPKB terutama mekanisme dan prosedur penerbitan BPKB.


(31)

Gambar 1

Mekanisme Pendaftaran BPKB LOKET PENDAFTARAN 

PENELITIAN PERSYARATAN  REGISTRASI 

BPKB PENULISAN 

BPKB

PENDAFTARAN 

VERIFIKASI 

PENANDA  TANGANAN PEMISAHAN 

BERKAS/ BPKB PENYERAHAN BPKB 

PEMOHON DENGAN  PERSYARATAN 

LENGKAP 


(32)

Urutan pembuatan mekanisme pendaftaran BPKB baru adalah Pemohon (dengan persyaratan lengkap), lalu menuju loket pendaftaran atau penelitian persyaratan setelah itu diregistrasi BPKB dan registrasi STNK. Pada penulisan BPKB ada yang dinamakan verifikasi atau dilihat kelengkapan syarat-syaratnya lalu penandatanganan berkas dan berkas tersebut dipisahkan atau BPKB dan Arsdok. Selesai pembuatan BPKB diserahkan kepada pemilik yang bersangkutan.

1.5.2. Manajemen Pelayanan

Menurut Manullang (1985 : 17) mendefenisikan manajemen sebagai : ”Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusun, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Sementara gibson, Donelly dan Ivancevich (1996 : 4) defenisi manajemen sebagai : ”Suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu bergerak sendiri”.

Dua defenisi tersebut di atas kelihatannya berbeda, tetapi apabila dicermati pada prinsipnya adalah sama. Yang dimaksudkan dengan proses oleh Gibson, Donelly dan Ivancevich sebenarnya adalah penerapan ilmu dan seni sebagaimana dimaksudkan oleh Manullang. Sedangkan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan oleh Gibson dan kawan-kawan tersebut sebagai mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain. Sama halnya dengan defenisi manajemen, defenisi pelayanan sangat banyak. Defenisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos (1990: 27) bahwa : ”Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat


(33)

mata (tidak dapat di raba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau lain-lain yang disediakan oleh perusahaan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan. Menurut Nurcholish (2005: 178) memberikan pengertian publik sebagai sejumlah orang yang mempunyai kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.

Seiring dengan besarnya tuntutan akan penerapan Good Govermance, tuntutan akan pelayanan publik yang berkualitas juga menjadi semakin besar. Pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka peningkatan pelayanan, seperti misalnya pelayanan prima, dan standar pelayanan minimal. Akan tetapi perbaikan kualitas masih belum berjalan sebagaimana yang diharapkan pelayanan untuk mengkaji hal tersebut dan mengembangkan suatu model manajemen pelayanan yang responsif dan akuntabel.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 menyatakan bahwa Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,


(34)

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi azas pelayanan sebagai berikut (Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003) :

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.


(35)

Gambar 2

Model Manajemen Pelayanan Sumber : Ratminto 2007

1.5.3. Pelayanan Publik

Menurut UU No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

Kultur  Organisasi

Penggunaan  Jasa 

SDM  Pelayanan  Sistem 


(36)

penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan publik dapat juga diartikan sebagai segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya memenuhi kebutuhan publik dalam pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan. Profesionalisme dalam pelayanan publik ini sangat dibutuhkan. Artinya ada akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi pelayanan sehingga etos kerja dan budaya pelayanan merupakan cara dan kiat menciptakan pelayanan yang memuaskan masyarakat.

Pelayanan publik merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Menurut Nurmandi (1999: 14) Pelayanan publik mempunyai beberapa ciri yaitu :

a. Tidak dapat memilih konsumen, artinya setiap masyarakat yang datang dan membutuhkan pelayanan harus diperlakukan secara baik

b. Peranannya dibatasi oleh undang-undang, artinya dalam menjalankan tugas melayani kepentingan masyarakat, tetap ada norma, aturan dan ketentuan yang menjadi batas dan dasar.

c. Politik menginstitusionalkan konflik, artinya berbagai konflik dan permasalahan yang terjadi sering merupakan dampak dari politik

d. Pertanggungjawaban yang kompleks, karena mengatasnamakan negara maka dalam pelayanan publik ada berbagai prosedur yang tetap harus dijalankan e. Sangat sering diteliti

f. Semua tindakan harus mendapat justifikasi g. Tujuan atau output sulit diukur atau ditentukan.


(37)

1.5.3.1. Pelayanan Umum Yang Prima

Pelayanan umum atau pelayanan publik yang prima berarti pelayanan yang bermutu. Untuk meningkatkan mutu, berarti meningkatkan keprimaan. Oleh karena itu, hakekat dari pelayanan umum yang prima menurut B. Boediono ( 1999:63) adalah :

a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum

b. Mendorong upaya mengefektifkan system dan tatalaksana pelayanan sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdayaguna (efisien dan efektif).

c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat yang mempunyai prinsip :

a. Kesederhanaan

Yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan


(38)

• Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan atau persoalan atau sengketa dalam pelaksanaan publik

• Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran c. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam waktu kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik di terima dengan benar, tepat dan sah.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum

f. Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau jabatan yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika

h. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi dan informatika.


(39)

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyaman

Lingkungan pelayanan herus tertib, teratur, desediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Sumber : Pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI 2003.

Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik yang prima adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap memenuhi prinsip-prinsip pelayanan publik yang dapat dipertanggung jawabkan yaitu :

1. Meningkatkan mutu produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.

2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil. 3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam


(40)

1.5.3.2. Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Dalam kaitannya dengan pola pelayanan, Keputusan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan adanya empat pola pelayanan yaitu :

a. Fungsional

Pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

b. Terpusat

Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggaraan pelayanan terkait yang bersangkutan.

c. Terpadu

Pola penyelenggaraan pelayanan publik terpadu dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Terpadu Satu Atap

Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu diatapkan.


(41)

Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.

d. Gugus Tugas

Petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu.

Selain pola pelayanan sebagaimanan yang telah disebutkan di atas, instansi yang melakukan pelayanan publik dapat mengembangkan pola penyelenggaraan pelayanan sendiri dalam rangka upaya menemukan dan menciptakan inovasi peningkatan pelayanan publik. Pengembangan pola penyelenggaraan pelayanan publik dimaksudkan mengikuti prinsip-prinsip sebagaimana ditetapkan dalam pedoman ini.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus berasaskan yakni :

1. Kepentingan umum

Adalah kepentingan orang banyak yang untuk mengaksesnya, tidak mensyaratkan beban tertentu. kepentingan yang harus didahulukan dari kepentingan-kepentingan yang lain dengan tetap memperhatikan proporsi pentingnya dan tetap menghormati kepentingan-kepentingan lain.


(42)

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. keadaan dimana perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi, terikat dan berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan hukum.

3. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

4. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

5. Keprofesionalan

Suatu keahlian dan kemampuan dalam mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu bidang

6. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

7. Persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif

Perlakuan yang didapat dari para pelayan publik sama rata dan tidak melihat dari strata sosial masyarakat tersebut.


(43)

Semua proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami masyarakat baik yang diminta ataupun tidak.

9. Akuntabilitas

Pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

10.Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok

Fasilitas yang didapat setiap orang sama, tidak ada perlakuan khusus bagi kelompok tertentu.

11.Rentan

Pelayanan publiknya mudah terpengaruh oleh hal-hal yang mengakibatkan keridakpercayaan masyarakat.

12.Ketepatan waktu

Target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

13.Kecepatan, kemudahan dan kejangkauan

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.


(44)

1.5.3.3. Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004, standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi:

a. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang diberlakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan;

b. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

c. Biaya pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

d. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.


(45)

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

Selama ini berbagai hal yang menjadi penyebab tidak maksimalnya pelayanan kepada publik antara ain:

1. Ketersediaan fasilitas pendukung pemberian pelayanan yang baik

2. Prosedur kerja yang cenderung panjang dan berbelit-belit yang dikeranakan adanya suatu ketentuan yang sudah tersurat.

3. Kemampuan kerja aparat yang masih belum maksimal

4. Mental kerja karyawan yang berorientasi pada materi semata

5. Pendapatan karyawan yang tidak memadai yang menjadi factor pendorong melakukan tindakan suap.

1.6. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel 1.6.1. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstarkasi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989 : 34). Dalam penelitian ini, penulis memberikan


(46)

batasan masing-masing konsep yang akan digunakan. Tujuan dari defenisi konsep adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda atau tumpang tindih atas variabel yang menjadi objek penelitian. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh organisasi pelaksana pemerintah dalam rangka melaksanakan pelayanan administrasi kendaraan bermotor kepada masyarakat. Dalam hal ini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh aparatur Negara khususnya Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara.

2. Pelayanan administrasi, adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam hal ini adalah pemenuhan kebutuhan dan kepentingan pemakai jasa dari Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara.

1.6.2. Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel penelitian, merupakan penjabaran lebih jauh tentang konsep-konsep penelitian yang ada, Penelitian ini menggunakan variabel tunggal, adapun variabel dalam penelitian ini adalah tentang “Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara Dalam Memberikan Pelayanan Admnistrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Kendaraan Bermotor)”. Maka indikator-indikator antara lain :


(47)

Tabel 1

Indikator-indikator yang berkaitan dalam pelayanan administrasi

Variabel Tunggal 1. Kepentingan Umum

2. Kepastian Hukum 3. Kesamaan Hak

4. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

5. Keprofesionalan 6. Partisipatif

7. Persamaan Perlakuan atau diskriminasi

8. Keterbukaan 9. Akuntabilitas

10.Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok 11.Rentan

12.Ketepatan waktu 13.Kecepatan, kemudahan


(48)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti hanya mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Oleh sebab itu penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu keadaan atau peristiwa subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (fact finding).

Penelitian Kualitatif menurut Husein Umar (2008:4) yaitu penelitian yang bersifat luwes, baik strategi maupun bentuknya sehingga ciri-cirinya tidak bersifat definitif. Pendekatan ini dimaksudkan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian baik seseorang, lembaga, maupun masyarakat lainnya pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

2.2. Lokasi Penelitian

Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini sekaligus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan pada Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara.


(49)

2.3. Populasi dan Sampel 2.3.1. Populasi

Yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 90). Dari pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 180 orang masyarakat yang datang ke Samsat kota Medan di Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara.

2.3.2. Sampel

Teknik penarikan sampel dengan cara populasi sampling maka berdasarkan pendapat Arikunto (1993 : 104) sebagai berikut :

“Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung setidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana (biaya)

b. Sempitnya atau luasnya wilayah penelitian dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut sedikit banyaknya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik.

Maka jumlah sample (N) ditentukan sebesar 20% dari populasi yaitu : N = 20% x 180 orang = 36 orang.


(50)

Dengan demikian berdasarkan teori di atas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menggunakan pelayanan penerbitan BPKB di Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dengan jumlah sampel dari penelitian ini berjumlah 36 orang. Menurut Sugiyono (1999:78) teknik purposive sampling yakni teknik penentuan sampel yang didasarkan pada suatu kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data”.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Data Primer, data ini diperoleh dari penelitian lapangan yang terdiri dari : a. Pengamatan Langsung (observasi langsung) yaitu dengan mengadakan

pengamatan langsung pada objek penelitian, dalam hal ini adalah Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara.

b. Kuesioner (angket) yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan alternatif jawaban yang tersedia dalam bentuk angket kepada responden.


(51)

2. Data sekunder, data ini diperoleh dari :

a. Penelitian Kepustakaan (Liberary Research) yaitu cara ini dilakukan dengan menghimpun data maupun teori dari berbagai literatur dan dapat digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh.

b. Pengumpulan dokumen atau data-data yang berkaitan dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

2.5. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh peneliti menggunakan tehnik univariat, yaitu diolah, dikategorikan dan dianalisis kecendrungan dengan tingkat persentase penelitian sebagai berikut:

...% %

100 =

x n

f

Dimana:

n : Jumlah responden

F : Jumlah jawaban


(52)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Polisi Republik Indonesia

Polri dalam kilasan sejarah lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap. Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang.

Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara Jepang. Pada kenyataannya pasukan sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda


(53)

menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu perang antara sekutu dengan pasukan Indonesia pun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945, yang dikenal sebagai "Pertempuran Surabaya". Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia Pertempuran 10 Nopember 1945.di Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar.alam menciptakan keamanan dan ketertiban didalam negeri, Polri juga sudah banyak disibukkan oleh berbagai operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI & TII, PRRI, PKI RMS RAM dan G 30 S/PKI serta berbagai penumpasan GPK.

Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun internasional, sebagaimana yang di tempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di Kamboja (Asia).


(54)

3.1.1. Visi dan Misi Polisi Lalu Lintas

• Visi Polisi Lalu Lintas adalah menjamin tegaknya hukum dijalan yang bercirikan Perlindungan, Pengayoman, Pelayanan Masyarakat yang demokratis sehingga terwujud keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

• Misi Polisi Lalu Lintas adalah mewujudkan masyarakat pemakai jalan memahami dan yakin kepada Polantas sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat dalam kegiatan pendidikan masyarakat lalu lintas, penegakan hukum lalu lintas, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi

3.1.2. Struktur Organisasi Direktorat Lalu Lintas Polda Sumut

Dirlantas Polda adalah unsur pelaksanaan utama Polda yang merupakan pemekaran dari Ditsamapta dan berada di bawah Kapolda, bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi kegiatanvpendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajiaan masalah lalu lintas, administrasi registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta melaksanakan patroli jalan raya antar wilayah. Ditlantas dipimpin oleh Direktur Lalu Lintas disingkat Dirlantas yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Kapolda.

3.1.3. Fungsi Organisasi Direktorat Lalu Lintas Polda Sumut

Direktorat Lalu Lintas adalah unsur pelaksana utama Babinkam yang berada dibawah Kababinkam, yang bertugas membina dan, dalam batas kewenangan yang ditentukan, menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi kegiatan pendidikan


(55)

masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta patroli jalan raya yang bersifat antar wilayah. Dalam melaksanakan tugasnya Ditlantas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

Pembinaan fungsi lalu lintas kepolisian dalam lingkungan Polda.

Penyelenggaraan dan pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerjasama lintas sektoral, pendidikan masyarakat dan pengkajiaan masalah di bidang lalu lintas.

Penyelenggaraan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan ketertiban lalu lintas.

Penyelenggaraan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi yang dilaksanakan oleh Polres.

Penyelenggaraan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan ketertiban lalu lintas serta menjamin kelancaran arus lalu lintas dijalan raya.

3.2. Ditlantas Babinkam Polri

Direktorat Lalu Lintas adalah organisasi dibawah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas membina dan, dalam batas kewenangan yang ditentukan, menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi kegiatan pendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta patroli jalan raya yang bersifat antar


(56)

wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Melakukan koordinasi pelaksanaan tugas dengan Badan atau Instansi Pemerintah yang terkait dengan lalu lintas kendaraan dan jalan raya.

3.2.1. Visi Dan Misi Organisasi 1. Visi

Membina dan menyelenggarakan fungsi Lalu Lintas Kepolisian yang bersifat Nasional atau Terpusat serta mendukung pelaksanaan operasional Kepolisian tingkat Kewilayahan.

2. Misi

▪ Merumuskan dan meyiapkan kebijakan strategi Kapolri di bidang pembinaan kemampuan dan operasional Lalu Lintas.

▪ Menyelenggarakan operasional fungsi lalu lintas Kepolisian pada tingkat Mabes Polri dan penanggulangan masalah-masalah lalu lintas yang berkualitas tinggi serta berdampak Nasional dan Internasional.

▪ Melaksanakan bimbingan atas pelaksanaan teknis dan taktis fungsi Lalu Lintas Kepolisian termasuk penerapan dalam pendidikan dan latihan fungsi. ▪ Mengkoordinasikan dan kerja sama dengan badan-badan di dalam dan di

luar Polri.

▪ Menganalisa dan mengevaluasi terhadap hasil dan pelaksanaan prosedur fungsi Lalu Lintas Kepolisian.


(57)

3.2.2. Fungsi Organisasi

Dalam melaksanakan tugas Ditlantas menyelenggarakan pembinaan fungsi lantas bagi seluruh jajaran Polri yang meliputi :

Perumusan atau pengembangan sistem dan metode termasuk petunjuk-petunjuk teknis pelaksanaan fungsi lantas serta pemberian arahan dan bimbingan teknis dalam pelaksanaan fungsi lantas kepada satuan-satuan kewilayahan.

Penyelenggaraan pembinaan teknis penegakan hukum termasuk pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas serta penyidikan kecelakaan lalu lintas.

Penyelenggaraan pembinaan teknis dan administrasi, pengendalian dan pelaksanaan registrasi serta identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor, termasuk penyiapan materiil berupa SIM, STNK dan BPKB.

Pembinaan teknis dan pelaksanaan pengkajian segala masalah dalam bidang keteknikan yang menyangkut faktor penyebab kecelakaan lalu lintas, kemacetan dan pelanggaran lalu lintas secara menyeluruh.

Penyelenggaraan pelayanan umum yang menyangkut informasi lalu lintas yang meliputi informasi kendaraan bermotor, pengemudi dan kecelakaan lalu lintas dengan lingkup data seluruh Indonesia.


(58)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan disajikan data-data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada 36 responden. Sebagaimana telah diterangkan pada bab terdahulu bahwa penelitian ini mempunyai 1 (satu) variabel yaitu Pelayanan Administrasi. Guna memudahkan jalannya proses penyajian data yang ada, penulis akan membuat tahapan-tahapan tertentu, yaitu :

Dalam mengumpulkan data, penulis menyebarkan kuesioner sebanyak 36 set, yaitu sesuai dengan jumlah responden yang ditetapkan dalam penelitian ini. Jumlah pertanyaan yang disebarkan dalam angket (kuesioner) ini sebanyak 31 pertanyaan, yang terdiri atas 27 pertanyaan untuk variabel tunggal, serta 4 pertanyaan untuk identitas responden

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden, diperoleh data-data yang dapat disajikan, yaitu data identitas responden dan data variabel penelitian mengenai jumlah yang diperoleh dari masing-masing pertanyaan, setelah diolah dari data mentah, dimana pertanyaan-pertanyaan disusun mencerminkan variabel tersebut.


(59)

4.1. Identitas Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui identitas responden sebagai berikut :

Tabel 2. Usia Responden

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 18 - 24 tahun 8 22,2

2 25 - 30 tahun 13 36,2

3 31 - 35 tahun 7 19,4

4 35 tahun keatas 8 22,2

Jumlah 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa usia responden yang paling banyak adalah pada umur 25-30 tahun sebanyak 13 orang (36,2%), selanjutnya pada usia 18-24 tahun dan 35 tahun keatas masing-masing ada sebanyak 8 orang (25,9%) untuk usia 31-35 tahun ada sebanyak 7 orang (19,4%). Dapat dilihat bahwa yang banyak menggunakan pelayanan administrasi di Direktorat Lalu Lintas Polda Sumut adalah dari 36 orang responden kebanyakan ada pada usia 25-30 tahun yaitu sebanyak 13 responden (36,2%). Ini terbukti bahwa pelayanan kepemilikan BPKB di Kota Medan banyak didominasi oleh usia 25-30 tahun.


(60)

Tabel 3. Agama

No Agama Frekuensi Persentase (%)

1 Islam 18 50,0

2 Kristen 8 22,2

3 Budha 5 13,9

4 Hindu 5 13,9

Jumlah 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa responden yang menganut agama Islam adalah sebanyak 18 orang (50,0%), dan yang menganut agama Kristen adalah sebanyak 8 orang (22,2%), sedangkan yang menganut agama Hindu dan Budha masing-masing ada sebanyak 5 orang yakni (13,9%). Dari 36 orang responden ada 18 orang (50%) yang beragama islam yang memakai jasa pelayanan administrasi Direktorat Lalu Lintas Polda Sumut untuk kepemilikan kendaraan bermotor yang ada di Kota Medan. Sisanya ada pada orang yang beragama Kristen, Hindu dan Budha.


(61)

Tabel 4. Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SLTA/ Sederajat 4 11,1

2 Diploma 8 22,2

3 S1/ Sarjana 20 55,6

4 S2 4 11,1

Jumlah 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas bahwa responden terbanyak berada pada jenjang pendidikan S1 ada sebanyak 20 orang (55,6%), sedangkan Diploma ada sebanyak 8 orang (22,2%), tingkat pendidikan untuk SLTA atau sederajat dan tingkat pendidikan S2 masing-masing ada sebanyak 4 orang (11,1%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden relatif merata dan cukup tinggi. Responden yang paling banyak adalah pada jenjang pendidikan S1 dari 36 orang responden ada 20 orang yang memiliki pendidikan tamatan S1 (strata pertama). Ini terbukti bahwa dalam kepemilikan kendaraan bermotor untuk pendidikan S1 banyak di dominasi dalam pengurusan administrasi kendaraan bermotor yang datang langsung ke Kantor Samsat. Sisanya ada pada jenjang pendidikan Diploma, SLTA dan S2.


(62)

Tabel 5. Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 25 69,4

2 Perempuan 11 30,6

Jumlah 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 25 orang (69,4%) responden, dan hanya 11 orang (30,6%) berjenis kelamin perempuan. Dari banyaknya jumlah responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada jenis kelamin perempuan dalam pengurusan administrasi kendaraan bermotor yang diadakan Direktorat Lalu Lintas Polda Sumatera Utara.

4.2. Variabel Penelitian

4.2.1. Variabel Tunggal (Pelayanan Administrasi)

Untuk mengetahui pelayanan administrasi pada Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, maka perlu diperhatikan kesediaan seorang pemimpin untuk bertindak, menggerakkan, membimbing, mendidik, mengorganisasi, mengendalikan, dan memberikan teladan terhadap pegawainya.


(63)

Berikut ini disajikan data-data variabel tunggal sesuai dengan hasil kuesioner yang telah disebarkan dan diambil kembali sebagai berikut :

1. Kepentingan Umum

Tabel 6.

Distribusi Jawaban Tentang petugas cepat tanggap terhadap

kepentingan umum dalam hal pelayanan administrasi kendaraan bermotor

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat tanggap 5 5 13,9

2 Tanggap 4 17 47,2

3 Cukup tanggap 3 8 22,2

4 Kurang tanggap 2 6 16,7

5 Tidak pernah tanggap 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab petugas tanggap terhadap kepentingan umum dalam hal pengurusan administrasi kendaraan bermotor ada sebanyak 17 orang (47,2%), sedangkan yang menjawab cukup tanggap ada 8 orang (22,2%), untuk jawaban kurang tanggap ada sebanyak 6 orang (16,7%), hanya ada 5 orang (13,9%) yang menjawab sangat tanggap. Bersikap tanggap dan responsive terhadap opini publik dan keinginan public bukan berarti kepolisian hanya


(64)

menjalankan apa yang diinginkan masyarakat. Prinsip itu mensyaratkan kepolisian mampu melakukan penilaian yang adil melayani kepentingan publik yang lebih luas.

Tabel 7.

Distribusi Jawaban Tentang petugas menjelaskan prosedur atau mekanisme untuk mendapatkan pelayanan administrasi kendaraan bermotor tersebut

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat menjelaskan 5 - -

2 Menjelaskan 4 16 44,4

3 Cukup menjelaskan 3 13 36,1

4 Kurang menjelaskan 2 7 19,4

5 Tidak pernah menjelaskan 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab petugas menjelaskan prosedur atau mekanisme untuk mendapatkan pelayanan dalam membuat BPKB tersebut ada sebanyak 16 orang (44,4%), sedangkan yang menjawab cukup menjelaskan ada sebanyak 13 orang (36,1%), hanya ada 7 orang (19,4%) yang menjawab kurang menjelaskan. Prosedur dan tata cara layanan hanya dapat di akses apabila masyarakat bertanya pada petugas layanan. Prosedur tersebut diinformasikan secara jelas dan diletakkan di dekat loket pelayanan, dan ditulis dengan huruf cetak


(65)

agar dapat dibaca dalam jarak pandang minimum 3 (tiga) meter atau disesuaikan dengan ruangan tersebut.

2. Kepastian Hukum

Tabel 8.

Distribusi Jawaban Tentang petugas mampu meningkatkan kepercayaan customer melalui penegakkan

hukum dalam pelayanan tersebut

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat mampu 5 - -

2 Mampu 4 16 44,4

3 Cukup mampu 3 14 38,9

4 Kurang mampu 2 6 16,7

5 Tidak pernah mampu 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab petugas mampu meningkatkan kepercayaan customer melalui penegakkan hukum dalam pelayanan tersebut ada sebanyak 16 orang (44,4%), sedangkan yang menjawab 14 orang (38,9%), hanya ada 6 orang (16,7%) yang menjawab kurang mampu. Semua pihak


(66)

turut bertanggungjawab dan harus saling membantu (bekerjasama) untuk mengawasi, memperbaiki dan menutup celah tersebut tanpa saling menyalahkan karena justru akan berakibat melemahkan peran dan potensi setiap pihak dalam upaya pengamanan bersama.

Tabel 9.

Distribusi Jawaban Tentang tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan hukum atau perang telah ditturan

dan prosedur yang telah ditetapkan

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat meningkat 5 - -

2 Meningkat 4 22 61,1

3 Cukup meningkat 3 9 25,0

4 Kurang meningkat 2 5 13,9

5 Tidak pernah meningkat 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan meningkat ada sebanyak 22 orang (61,1%), sedangkan yng menjawab cukup meningkat ada sebanyak 9 orang (25,0%), dan hanya ada 5 orang (13,9%) yang menjawab kurang meningkat. Upaya-upaya yang akan dilakukan


(67)

adalah dengan memperbaiki dan mengembangkan sistem pelayanan administratif dengan menyederhanakan prosedur dan mempercepat pelayanan serta mencoba untuk mengeliminasi penyimpangan yang membebani masyarakat berkaitan dengan pelayanan kepolisian. Kesesuaian ini antara penyelenggara pemerintahan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan akan menjadi lebih baik.

3. Kesamaan Hak

Tabel 10.

Distribusi Jawaban Tentang hak yang didapat oleh setiap customer sama antara satu dengan lainnya

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat sama 5 - -

2 Sama 4 29 80,6

3 Cukup sama 3 - -

4 Kurang sama 2 7 19,4

5 Tidak pernah sama 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab hak yang didapat oleh setiap customer sama antara satu dengan lainnya ada sebanyak 29 orang (80,6%), dan


(68)

hanya ada 7 orang (19,4%) yang menjawab kurang sama. Tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya dalam pembuatan BPKB tersebut. Barang siapa yang datang duluan maka dialah yang akan dilayani terlebih dahulu.

Tabel 11.

Distribusi Jawaban Tentang ada perbedaan dalam pemberian pelayanan yang diterima oleh customer

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat ada 5 - -

2 Ada 4 15 41,7

3 Cukup ada 3 7 19,4

4 Kurang ada 2 - -

5 Tidak pernah ada 1 14 38,9

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab ada perbedaan dalam pemberian pelayanan yang diterima oleh customer ada sebanyak 15 orang (41,7%), sedangkan yang menjawab tidak pernah ada sebanyak 14 orang (38,9%), dan hanya 7 orang (19,4%) yang menjawab cukup ada. Perbedaan ini dapat di lihat dari apakah antara pegawai atau customer saling mengenal atau memiliki hubungan saudara antara satu dengan lainnya atau memiliki jabatan yang tinggi dan sebagainya.


(69)

Fenomena seperti ini tenyata telah membudaya hampir di semua Dinas di Pemerintahan.

4. Keseimbangan Hak dan Kewajiban Tabel 12.

Distribusi Jawaban Tentang sikap petugas dalam memberikan pelayanan kepada customer

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat baik 5 8 22,2

2 Baik 4 18 50,0

0 Cukup baik 3 10 27,8

4 Kurang baik 2 - -

5 Tidak pernah baik 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab sikap petugas baik dalam memberikan pelayanan kepada customer ada sebanyak 18 orang (50,0%), sedangkan yang menjawab cukup baik ada sebanyak 10 orang (27,8%), dan hanya ada 8 orang yang menjawab sangat baik sikap petugas dalam memberikan pelayanan. Setiap customer atau calon customer yang terlibat dalam transaksi tentu memiliki


(70)

ekspektasi pelayanan yang akan diterima. Pada saat petugas berinteraksi dengan customer kapanpun, sikap mental positif dalam melayani customer ini sangat diperlukan. Baik dalam interaksi langsung, face to face, maupun melalui telepon atau customer contact center, mailing, memerlukan sikap mental melayani yang baik.

Tabel 13.

Distribusi Jawaban Tentang sarana pendukung sudah memenuhi standar kualitas dan memenuhi perubahan kebutuhan konsumen

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat memenuhi 5 - -

2 Memenuhi 4 15 41,7

3 Cukup memenuhi 3 14 38,9

4 Kurang memenuhi 2 7 19,4

5 Tidak pernah memenuhi 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab sarana pendukung memenuhi standar kualitas dan memenuhi perubahan kebutuhan konsumen ada sebanyak 15 orang (41,7%), sedangkan yang menjawab cukup memenuhi ada sebanyak 14 orang (38,9%), dan hanya ada 7 orang (19,4%) yang menjawab kurang memenuhi. Keunggulan pelayanannya adalah sistem antrian yang berjalan efektif karena ditetapkan dengan print out dan layar antrian, serta karena disediakan tempat


(71)

duduk yang cukup bagi customer yang mengantri, sehingga suasana didalam ruangan menjadi teratur dan tidak membuat pengantri capek disediakan pula koran gratis bagi masyarakat yang sedang menunggu, sehingga dapat menghilangkan rasa bosan. Sesuai dengan slogannya ”Kami memang belum sempurna, tetapi kami selalu berusaha”. Itulah slogan yang ditampilkan, memberikan pelayanan yang lebih baik lagi.

5. Keprofesionalan

Tabel 14.

Distribusi Jawaban Tentang telah sesuai antara kemampuan petugas dengan fungsi atau tugas yang diberikan

No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat sesuai 5 - -

2 Sesuai 4 22 61,1

3 Cukup sesuai 3 10 27,8

4 Kurang sesuai 2 4 11,1

5 Tidak pernah sesuai 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab telah sesuai antara kemampuan petugas dengan fungsi atau tugas yang diberikan ada sebanyak 22 orang


(72)

(61,1%), sedangkan yang menjawab cukup sesuai ada sebanyak 10 orang (27,8%), dan hanya ada 4 orang (11,1%) yang menjawab kurang sesuai. Polisi sipil yang modern dan demokratis adalah polisi yang mengedepankan kemampuan pengetahuannya dalam menciptakan, memelihara dan memperbaiki keteraturan social (kamtibmas). Pola pemolisiannya lebih mengedepankan pencegahan, dan upaya-upaya memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk berperan serta.

Tabel 15.

Distribusi Jawaban Tentang petugas selalu ada pada jam kerja No Jawaban Score Frekuensi Persentase

1 Sangat ada 5 - -

2 Ada 4 36 100,00

3 Cukup ada 3 - -

4 Kurang ada 2 - -

5 Tidak pernah ada 1 - -

Total 36 100,00

Sumber : Hasil Penelitian 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjawab petugas ada pada jam kerja ada sebanyak 36 orang (100%) dan yang lainnya tidak memiliki jawaban. Setiap jam kerja para pegawai harus ada di tempat sesuai dengan tugas yang diberikan. Karena itu tidak dibenarkan bagi petugas untuk lalai dari pekerjaannya. Untuk itu


(1)

c. Cukup mampu

4. Seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan?

a. Sangat meningkat d. Kurang meningkat

b. Meningkat e. Tidak pernah meningkat c. Cukup meningkat

3) Kesamaan Hak

5. Apakah hak yang didapat oleh setiap cutomer sama antara satu dengan lainnya?

a. Sangat sama d. Kurang sama b. Sama e. Tidak pernah sama c. Cukup sama

6. Apakah ada perbedaan dalam pemberian pelayanan yang diterima oleh customer?

a. Sangat ada d. Kurang ada b. Ada e. Tidak pernah ada c. Cukup ada

4) Keseimbangan hak dan Kewajiban

7. Bagaimana sikap petugas dalam memberikan pelayanan kepada customer? a. Sangat baik d. Kurang baik

b. Baik e. Tidak pernah baik c. Cukup baik


(2)

8. Apakah sarana pendukung sudah memenuhi stándar kualitas dan memenuhi perubahan kebutuhan konsumen?

a. Sangat memenuhi d. Kurang memenuhi

b. Memenuhi e. Tidak pernah memenuhi c. Cukup memenuhi

5) Keprofesionalan

9. Apakah telah sesuai antara kemampuan petugas dengan fungsi atau tugas yang diberikan?

a. Sangat sesuai d. Kurang sesuai b. Sesuai e. Tidak pernah sesuai c. Cukup sesuai

10.Apakah petugas selalu ada pada jam kerja?

a. Sangat ada d. Kurang ada b. Ada e. Tidak pernah ada c. Cukup ada

6) Partisipatif

11.Bagaimana respon pegawai apabila ada customer yang memiliki keluhan atau pengaduan dalam penanganan pelayanan administrasi kendaraan bermotor tersebut?

a. Sangat respon d. Kurang respon

b. Respon e. Tidak pernah respon c. Cukup respon


(3)

12.Apakah partisipasi pegawai dapat meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan kepada customer?

a. Sangat dapat d. Kurang segera b. Dapat e. Tidak pernah segera c. Cukup dapat

7) Persamaan Perlakuan atau Tidak Diskriminatif

13.Apakah petugas memberikan perlakuan yang sama dalam memberikan informasi yang dibutuhkan kepada customer?

a. Sangat sama d. Kurang sama b. Sama e. Tidak pernah sama c. Cukup sama

14.Apakah tidak terjadi diskriminasi jika seseorang mengenal salah satu petugas dalam hal pembuatan BPKB?

a. Sangat terjadi d. Kurang terjadi b. Terjadi e. Tidak pernah terjadi c. Cukup terjadi

8) Keterbukaan

15.Apakah biaya yang dibayarkan oleh customer sesuai dengan jasa yang diperoleh?

a. Sangat sesuai d. Kurang sesuai b. Sesuai e. Tidak pernah sesuai c. Cukup sesuai


(4)

16.Apakah customer murah dan mudah menghubungi petugas untuk mendapatkan pelayanan?

a. Sangat mudah d. Kurang mudah b. Mudah e. Tidak pernah mudah c. Cukup mudah

9) Akuntabilitas

17.Apakah informasi yang diberikan kepada masyarakat tepat dan dapat dipertanggungjawabkan?

a. Sangat dipertanggungjawabkan d. Kurang dipertanggungjawabkan

b. Dipertanggungjawabkan e. Tidak pernah dipertanggungjawabkan

c. Cukup dipertanggungjawabkan

18.Apakah konsumen segera mendapatkan perbaikan apabila terjadi kesalahan? a. Sangat segera d. Kurang segera

b. Segera e. Tidak pernah segera c. Cukup segera

10) Fasilitas dan Perlakuan Khusus bagi Kelompok

19. Apakah fasilitas tersebut cukup mudah di dapat dan dioperasionalkan serta dapat menghasilkan output yang berkualitas dan bagus?

a. Sangat mudah d. Kurang mudah


(5)

c. Cukup mudah

20.Apakah ada perlakuan khusus yang diberikan pegawai kepada customer dalam pelayanan administrasi kendaraan bermotor?

a. Sangat ada d. Kurang ada

b. Ada e. Tidak pernah ada c. Cukup ada

11) Rentan

21.Apakah pelayanannya mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak diinginkan? a. Sangat terpengaruh d. Kurang terpengaruh

b. Terpengaruh e. Tidak pernah terpengaruh c. Cukup terpengaruh

22.Apakah tingkat pendidikan pegawai dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada customer mempunyai pengaruh?

a. Sangat pengaruh d. Kurang pengaruh

b. Pengaruh e. Tidak pernah pengaruh c. Cukup pengaruh

12.Ketepatan Waktu

23.Apakah prosedur yang diterapkan sederhana?

a. Sangat sederhana d. Kurang sederhana

b. Sederhana e. Tidak pernah sederhana c. Cukup sederhana

24.Menurut Anda apakah dalam pelayanan administrasi kendaraan bermotor sesuai dengan waktu yang telah ditentukan?


(6)

a. Sangat tepat waktu d. Kurang tepat waktu b. Tepat waktu e. Tidak pernah tepat waktu c. Cukup tepat waktu

13) Kecepatan, Kemudahan, dan Keterjangkauan.

25.Apakah pegawai segera memberikan penyelesaian secara tepat terhadap komplain yang dilakukan oleh customer?

a. Sangat segera d. Kurang segera b. Segera e. Tidak pernah segera c. Cukup segera

26. Apakah lokasi kantor tersebut mudah dijangkau oleh masyarakat dalam pelayanan administrasi kendaraan bermotor tersebut?

a. Sangat mudah d. Kurang mudah b. Mudah e. Tidak pernah mudah c. Cukup mudah

27.Apakah informasi mudah di dapat dan jelas?

a. Sangat mudah d. Kurang mudah b. Mudah e. Tidak pernah mudah c. Cukup mudah