19 DPRD kota Medan kenyataannya tidak demikian, hal ini dilihat dari
kurangnya peran dan partisipasi anggota DPRD kota Medan menggunakan hak inisiatifnya untuk memberikan draft usulan rancangan peraturan daerah. Ini
diperkuat dengan hanya sedikit peraturan daerah yang disahkan yang berasal dari usulan hak inisiatif anggota DPRD kota Medan selama periode 2009 -2014.
Dari sini dapat diketahui bahwa anggota DPRD kota Medan hanya menerima dan menjalankan draft usulan rancangan peraturan daerah yang berasal
dari pemerintah daerah saja. Padahal mereka yang harus mencari dan mengusulkan rancangan peraturan daerah yang sesuai dengan masyarakat karena
mereka dipilih untuk mewakili setiap masyarakat. DPRD kota Medan lebih banyak melakukan pengawasan terhadap hasil
dari peraturan daerah tersebut daripada harus membuat atau mengusulkan peraturan daerah yang baik dan berguna sesuai dengan kebutuhan. Hal ini yang
menjadi kendala bagi setiap pengusulan rancangan peraturan daerah oleh DPRD.
1.2. Perumusan masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran dan fungsi legislasi DPRD kota
Medan Periode tahun 2009 – 2014 dalam proses pembuatan peraturan daerah ?
Universitas Sumatera Utara
20
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Dalam setiap penelitian jelas mempunyai tujuan tertentu yang
didasarkan pada kepentingan serta motif individu maupun kolektif dengan penelaahan serta pengembangan bidang yang sedang diteliti. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Mendeskripsikan profil DPRD kota Medan.
b.Melihat dan menganalisis proses pembuatan peraturan daerah yang telah dibuat oleh DPRD kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik untuk peneliti sendiri dan terlebih lagi untuk para akademisi dan masyarakat luas yan g
ingin mengetahui tentang proses dan mekanisme pembuatan perda. Untuk itu menurut penulis manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis, penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan
kemampuan berpikir dan kemampuan untuk menganalisa setiap peraturan yang telah diterapkan. Serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi program strata satu S1 Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
21 2.
Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran maupun literatur tambahan dalam mempelajari masalah
– masalah khususnya dalam kinerja dan fungsi legislasi DPRD.
3. Secara teoritis diharapkan memberikan kontribusi khususnya dalam kajian tentang
proses dan
dinamika pembuatan
peraturan daerah
dan menjadi
referensikepustakaan.
1.5. Kerangka Teori
Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, instruksi, defenisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antara konsep. Konsep dalam membentuk teori juga mengandung konsep teoritis, yang berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana dapat
diobservasi.
9
Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti perlu mengungkapkan dan memakai teori ataupun penjelasan lainnya untuk
mengungkapkan permasalahan yang diteliti sebagai acuan dasar. Untuk itu diperlukan kerangka teori dalam mebuat pokok
– pokok pemikiran yang menggambarkan bagaimana masalah penelitian akan diperdalam. Adapun teori
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :
1.5.1. Fungsi Legislasi
Legislasi merupakan proses pembentukan sebuah undang-undang ataupun peraturan. Melalui DPRD aspirasi masyarakat ditampung, kemudian dari
9
Singarimbun Masri dan Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Hal. 37
Universitas Sumatera Utara
22 kehendak rakyat tersebut diimplementasikan dalam undang-undang yang
dianggap sebagai perwakilan keinginan rakyat banyak. Miriam Budiardjo menyatakan di antara fungsi legislatif yang paling
penting adalah
10
a.Membuat kebijakan Policy dan membuat Undang-Undang. Untuk ini badan legiskatif diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen
terhadap Undang-Undang yang disusun Pemerintah dan hak budget. b. Mengontrol Badan eksekutif, dalam arti menjaga supaya semua tindakan eksekutif
sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan tugas ini Badan Perwakilan diberi hak-hak kontrol khusus. Kedua fungsi legislatif
di atas merupakan fungsi yang paling pokok yang harus dimiliki dan dijalankan oleh badan legislatif. Apabila kedua fungsi tersebut, terutama fungsi pengawasan
tidak berjalan, maka akan terjadi pergeseran dimana badan eksekutif akan menjadi sangat kuat. Pengawasan DPRD ini bertujuan untuk mengembangkan kehidupan
berdemokrasi, serta menjamin keterwakilan rakyat dan daerah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta mengembangkan mekanisme check
and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Fungsi legislasi merupakan fungsi dari parlemen untuk membentuk produk hukum yang bersifat mengatur. Hal ini berkenaan dengan kewenangan untuk
menentukan peraturan yang mengikat warga negara dengan norma-norma hukum yang mengikat dan membatasi. Dengan berdasarkan pada ketentuan UU Nomor
10
Budiarjo Miriam. 2003. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Hal. 182-183
Universitas Sumatera Utara
23 10 Tahun 2004, Pembentukan peraturan daerah pada dasamya dimulai dari: tahap
perencanaan, persiapan,
teknik penyusunan,
perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Kedelapan tahapan tersebut adalah prosedur baku yang harus dilewati oleh setiap pembentukan peraturan
daerah. Rancangan peraturan daerah dapat berasal dari pemerintah daerah atau berasal dari DPRD hak inisiatif.
DPRD sebagai lembaga pemerintahan daerah mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama dengan pemerintah daerah untuk membangun dan
mengusahakan dukungan dalam penetapan kebijakan pemerintahan daerah yang dapat menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Atas kedudukan dan
fungsi yang sama itu maka baik DPRD maupun kepala daerah mempunyai hak yang sama dalam melakukan amandemen terhadap peraturan daerah dan memiliki
hak yang sama dalam melakukan prakarsa dan inisiatif dalam pengajukan rancangan peraturan daerah.
11
Fungsi legislasi DPRD yaitu untuk membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah. Dibentuknya peraturan daerah sebagai bahan pengelolaan hukum
di tingkat daerah guna mewujudkan kebutuhan - kebutuhan perangkat peraturan perundang-undangan guna melaksanakan pemerintahan daerah serta sebagai yang
menampung aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Peranan DPRD dalam menjalankan fungsi legislasinya bertumpu pada tiga pengertian. Mencakup
11
Boy Yendra Tamin. SH.MH. Fungsi Legislasi DPRD dan Pembentukan Peraturan Daerah. dalam http:boyyendratamin.comartikel-9-fungsi-legislasi-dprd-dan-pembentukan-peraturan-daerah.html. Diakses
pada 3 maret 2015 pukul 20.40
Universitas Sumatera Utara
24 dalam pengertian fungsi legislasi adalah: Prakarsa pembuatan undang-undang
legislative initiation; Pembahasan rancangan undang - undang law making process; serta Persetujuan atas pengesahan rancangan peraturan daerah law
enactment approval. Fungsi membentuk peraturan daerah sebagai implementasi fungsi legislasi
itu ada pada legislatif daerah atau DPRD. Melalui fungsi legislasi tersebut secara jelas memperlihatkan bahwa DPRD bukan semata-mata sebagai lembaga
perwakilan daerah parlemen daerah, namun juga sebagai lembaga legislatif daerah yang mempunyai fungsi dalam bidang pembentukan peraturan daerah.
Walaupun fungsi legislasi peraturan daerah di bawah DPRD, namun fungsi tersebut bukanlah fungsi yang mandiri dalam arti tidak dapat diimplementasikan
secara mandiri oleh DPRD itu sendiri. Fungsi legislasi dalam pembuatan peraturan daerah harus dijalankan secara bersama
– sama oleh DPRD dengan kepala daerah. Untuk melaksanakan fungsi lembaga legislatif tersebut badan
perwakilan rakyat memiliki sejumlah hak, seperti hak prakarsa inisiatif yaitu hak untuk mengajukan usul rancangan undang
– undang; hak amandemen yaitu hak untuk mengubah rancangan undang
– undang; hak budget yaitu hak untuk ikut menetapkan anggaran belanja.
12
Fungsi legislasi meliputi :. a. Mencabut Peraturan Daerah perda yang usang
12
Sastroatmojo Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. Hal 126
Universitas Sumatera Utara
25 b. Mengusulkan perda baru
c. Perubahan dan revisi perda yang tidak sesuai dengan peraturan di atasnya d. Membuat perda baru
e. Adanya insiatif dari anggota DPRD untuk perda f. Adanya insiatif dari masyarakat untuk perda dan memprogram semua
Rancangan Peraturan Daerah raperda dalam periode setahun yang berkoordinasi dengan pihak ekskutif.
1.5.2. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Perda adalah peraturan yang dibuat oleh kepala daerah provinsi maupun KabupatenKota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah DPRD Provinsi maupun KabupatenKota, dalam ranah pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah yang menjadi legalitas perjalanan
eksekusi pemerintah daerah
13
. Peraturan daerah merupakan wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan pada
dasarnya peraturan daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dengan melihat ciri khas dari masing-
masing daerah.
13
Maria Farida Indrati S 2007. Ilmu Perundang-undangan Cet. Ke-7. Yokyakarta: Kanisius. Hal. 202
Universitas Sumatera Utara
26 Kemandirian dalam berotonomi tidak berarti daerah dapat membuat
peraturan perundang-undangan atau keputusan yang terlepas dari sistem perundang-undangan secara nasional. Peraturan perundang-undangan tingkat
daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan sistem perundang- undangan secara nasional. Karena itu tidak boleh ada peraturan perundang-
undangan tingkat daerah yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi tingkatnya atau kepentingan umum.
14
Tujuan utama dari peraturan daerah adalah memberdayakan masyarakat dan mewujudkan kemandirian daerah, dan pembentukan peraturan daerah harus
didasari oleh asas pembentukan perundang-undangan pada umumnya antara lain; Memihak kepada kepentingan rakyat, menunjung tinggi hak asasi manusia,
berwawasan lingkungan dan budaya.
15
Kemudian menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah
adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan Kepala Daerah.
16
Jadi peraturan daerah merupakan suatu pemberian kewenangan atribusian untuk mengatur daerahnya
dan peraturan daerah juga dapat dibentuk melalui pelimpahan wewenang delegasi dari peraturan. Prinsip dasar penyusunan peraturan daerah :
14
Bagir Manan. 1995. Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-undangan Tingkat Daerah. Bandung: LPPM Universitas Bandung. hal. 8
15
Prof. H. Rozali Abdullah, S. H. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Cet. Ke-1. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Hal 131
16
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal I ayat 7.
Universitas Sumatera Utara
27 1. Transparansiketerbukaan
2. Partisipasi 3. Koordinasi dan keterpaduan.
Rancangan peraturan daerah yang telah memperoleh kesepakatan untuk dibahas kemudian dilaporkan kembali kepada walikota oleh sekretaris daerah
disertai dengan nota pengantar untuk walikota dari pimpinan DPRD. Proses pembahasan dilaksanakan berdasarkan peraturan tata tertib DPRD. Sebelum
dilakukan pembahasan di DPRD, terlebih dahulu dilakukan penjadwalan oleh badan Musyawarah DPRD. Pembahasan pada lingkup DPRD sangat sarat dengan
kepentingan politis masing-masing fraksi. Tim kerja dilembaga legislatif dilakukan oleh komisi A sd D. Proses pembahasan diawali dengan rapat
paripurna DPRD dengan acara penjelasan walikota. Selanjutnya pandangan umum fraksi dalam rapat paripurna DPRD. Proses berikutnya adalah pembahasan oleh
Komisi, gabungan Komisi, atau Panitia Khusus pansus. Dalam proses pembahasan apabila DPRD memandang perlu dapat dilakukan studi banding ke
daerah lain yang telah memiliki peraturan daerah yang sama dengan substansi rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas. Dalam hal proses pembahasan
telah dianggap cukup, selanjutnya pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPRD yang didahului dengan pendapat akhir Fraksi.
Universitas Sumatera Utara
28 Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan
kepala daerah selanjutnya disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. Penyampaian rancangan
peraturan daerah tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Penetapan rancangan peraturan
daerah menjadi peraturan daerah tersebut dilakukan oleh kepala daerah dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari
sejak rancangan peraturan daerah tersebut. Proses pembahasan rancangan peraturan daerah pada hakikatnya mengarah
pada ikhtiar musyawarah untuk mencapai mufakat. Pembahasan rancangan peraturan daerah tidak menyisakan ruang bagi voting karena memang kedudukan
antara pemerintah daerah dan DPRD sederajat. Setiap pembahasan rancangan peraturan daerah menghendaki persetujuan bersama, sehingga karena masing-
masing pihak memiliki kedudukan yang seimbang, maka tidak mungkin putusan dapat diambil secara voting. Persetujuan bersama menjadi syarat agar suatu
rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah. Perturan
daerah yang telah disahkan harus diundangkan
dengan menempatkannya dalam lembaran daerah. Pengundangan peraturan daerah dalam
lembaran daerah dilaksanakan oleh sekretaris daerah. Untuk peraturan daerah yang bersifat mengatur, setelah diundangkan dalam lembaran daerah harus
didaftarkan kepada pemerintah untuk perda provinsi dan kepada Gubernur untuk Perda Kabupaten Kota. Pengundangan perda yang telah disahkan dalam lembaran
Universitas Sumatera Utara
29 daerah merupakan tugas administratif pemerintah daerah. Pengundangan perda
dalam lembaran daerah tersebut menandai perda yang telah sah untuk diberlakukan dan masyarakat berkewajiban untuk melaksanakannya.
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1. Metode penelitian
Metode penelitian didefenisikan sebagai ajaran mengenai cara-cara yang digunakan dalam memproses penelitian. Metode berguna untuk memberikan
ketepatan, kebenaran dan pengetahuan yang mempunyai nilai ilmiah yang tinggi
17
. Untuk itu, penelitian ini akan memaparkan beberapa cara sebagai batasan untuk mencapai kebenaran ilmiah, yakni : Jenis penelitian, teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data.
1.6.2. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di kantor DPRD kota Medan
1.6.3. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mempelajari suatu gejala atau realita
sosial dan mencoba untuk menemukan suatu pemahaman atau interpretasi makna terhadap masalah tersebut. Orientasi yang ditekankan pada penelitian kualitatif
lebih banyak memfokuskan pada proses dan jalinan peristiwa sehingga penelitian
17
Kartini kartono. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV. Maju Mundur. Hal 17
Universitas Sumatera Utara
30 bersifat siklus yang dapat dilakukan berulang - ulang
18
. Pengumpulan data dan analisis data diperlukan dalam membangun suatu konsep, hipotesis dan teori
secara mendetail. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan dan masalah penelitian
19
. Oleh karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif maka peneliti membutuhkan informasi kunci key
informan. Key informan yang dipilih yaitu Ketua Badan Legislasi Daerah, ketua DPRD, sekretaris dewan dengan daftar pertanyaan yang telah disusun. Peneliti
akan melaksanakan wawancara secara langsung dan bertemu dengan informan yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai judul penelitian.
1.6.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder.
1. Data Primer, yaitu Data-data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara
mendalam yang dipandu oleh pedoman wawancara secara terstruktur dengan mengajukan pertanyaan
– pertanyaan langsung kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan
penelitian
18
Kartini kartono. Ibid. Hal 35
19
Nawari Hadari. 1987. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Hal 157
Universitas Sumatera Utara
31 2.
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur yang relevan seperti buku – buku, artikel, undang
– undang, peraturan – peraturan, internet, jurnal, dan studi kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.6.5. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas
masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudan dilakukan penarikan kesimpulan. Data
– data yang dikumpulkan baik dari buku maupun data hasil wawancara akan dianalisis dengan
teori yang ada sehingga menemukan pemahaman terhadap masalah ini. Hal ini penting dilakukan agar diperoleh kejelasan atas permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
32
1.6.6. Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini terbagi kedalam 4 bab, dengan susunan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I :Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Dalam
Pembuatan Peraturan Daerah. Pada bab I ini terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika
Penulisan. BAB II
: Profil DPRD Kota Medan Dalam Bab II ini akan menjelaskan struktur DPRD kota
Medan BAB III
: Analisis Proses Pembuatan Peraturan Daerah Pada Bab III ini akan menyajikan hasil penelitian tentang
Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Dalam Pembuatan Peraturan Daerah.
BAB IV : Penutup
Pada Bab IV ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan pada bab
– bab sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB II 2.1.Gambaran Umum Kota Medan.
2.1.1. Letak Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare 265,10 km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kotakabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30 – 3° 43 Lintang Utara dan 98° 35 - 98° 44 Bujur Timur. Untuk itu topografi
kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah
hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C.
Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang yaitu sebelah Barat, Selatan
dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam SDA, Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya
secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
Universitas Sumatera Utara
34 menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan
158 Kelurahan dan Menara Air Tirtanadi adalah sebuah bangunan yang menjadi ikon Kota Medan.
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan
perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri ekspor-impor. Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota
dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini
2.1.2. Penduduk
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2012, penduduk Medan berjumlah 2.122.804 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.050.596 laki-laki dan
1.072.208 perempuan. Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun masing-masing 41 dan 37,8 dari total penduduk.
Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, 15-59 tahun. Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-
rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis
perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
35 penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia
dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan
penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur.
2.1.3. Pendidikan
Pendidikan di kota Medan sangat bagus karena banyaknya sekolah dari tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi. Adapun pembagian pendidikan
formal di kota Medan yaitu Tingkat TK – SD negeri dan swasta : 827, SMP negeri
dan Swasta: 337, SMA negeri dan Swasta: 288, serta Perguruan Tinggi: 72.
2.1.4. Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara pada Februari 2012 sebanyak 6,56 juta orang, terdiri dari 6,14 jutaorang bekerja, dan 0,41 juta orang
penganggur sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK pada Februari 2012 sebesar 74,55 persen dan tingkat Pengangguran Terbuka TPT pada
Februari 2012 sebesar 6,31 persen. Penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang
komoditas perkebunan. Sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh
orang-orang Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan
Universitas Sumatera Utara
36 pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas
digeluti oleh orang Minangkabau.
2.1.5. Ekonomi
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan PDRB, membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,
dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing retunrn to
scale relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan,
bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan
struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.
Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan 2000 terjadi
peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen, sektor jasa-jasa 7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor
pertanian 4,18 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 2,94 persen, sektor industri 1,71 persen, dan penggalian tumbuh 0,46
Universitas Sumatera Utara
37 persen. Besaran PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku
tercapai sebesar Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 33,43 triliun.
Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar
2,20 persen Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 1,85 persen, sektor bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian 0,10 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan
penggalian menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009 digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen,
disusul oleh ekspor neto 30,53 persen ekspor 50,82 persen dan impor 20,29 persen, pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen, konsumsi pemerintah 9,54
persen dan pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta
20
.
20
http:www.pemkomedan.go.idselayang_informasi.php Diakses pada 20 Maret pukul 15.00
Universitas Sumatera Utara
38
2.1.6. Sosial dan Budaya
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari
wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku- suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir
dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa,
Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini
dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagai. Suku-
suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.
Bahasa yang digunakan penduduk sehari-hari adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Batak, dan Bahasa Mandailing. Oleh sebab itu perlu mempelajari
beberapa bahasa Batak yang sering digunakan masyarakat setempat agar dapat menjalin komunikasi yang lebih akrab selama berwisata di kota ini. Suku Melayu
banyak yang memilih tinggal di pinggiran kota sementara untuk suku Minangkabau dan Tionghoa lebih dominan tinggal di tempat-tempat ramai karena
banyak diantaranya yang menjadi pedagang. Lain lagi dengan suku Mandailing, mereka akan banyak dijumpai tinggal di daerah pinggiran yang lebih nyaman dan
tidak sepadat di kawasan perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
39 Islam dan Kristen Protestan adalah agama yang dominan di kota ini.
Setelahnya, secara berurutan adalah agama Katholik, Budha dan Hindu. Kota Medan, seperti halnya Indonesia secara umumnya, memberikan kebebasan kepada
setiap masyarakat untuk dapat melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Sehingga, tidak sulit menemukan rumah ibadah saat anda berada
di kota ini.
2.2.Pemerintahan Kotamadya Medan. 2.2.1. Sejarah.
Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833
menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak
beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi
memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di
luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang
Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa
21
.
21
http:id.wikipedia.orgwikiKota_Medan Diakses pada 20 Maret pukul 15.00
Universitas Sumatera Utara
40 Di akhir abad ke- 19 dan awal abad ke- 20 terdapat 2dua gelombang
migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan
perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan
kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang- orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedantangan orang Melayu, Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan
untuk bekerja sebagai buruh perkebunan tetapi untuk berdagang atau menjadi guru dan ulama.
Pada tahun 1887, Kesultanan Deli dipindahkan dari Labuhan ke Kota Medan. Bersamaan dengan itu, Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota
Karesidenan Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Dengan dijadikannya Medan sebagai ibukota Karesidenan Sumatera Timur, maka Medan
menjadi pusat perekonomian Sumatera Timur. Di Kota medan juga dibuka kantor Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor
Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892. Perkembangan perekonomian yang begitu pesat menyebabkan dibukanya Belawan sebagai
pelabuhan internasional . Universitas Sumatera Utara etika Medan dijadikan Ibukota Karesidenan Sumatera Timur, tumbuh kampungkampung yang baru,
yaitu: Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir, Kampung Kesawan, dan
Universitas Sumatera Utara
41 Kampung Sungai Rengas. Kampung-kampung ini dikepalai oleh seorang kepala
kampung di bawah komando Kontrolir di Labuhan. Kampung Petisah Hulu disatukan dengan Petisah Hilir yang dikepalai oleh seorang Kepala Kampung.
Kemudian, tumbuh lagi kampung yang baru, yatiu : Kampung Aur dan Kampung Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala Kampung. Pada tahun 1918 status
Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status Gementee Kotapraja tetapi kota Maksum dan Sungai Kera tidak termasuk ke
dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan Deli.. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu adalah Baron Daniel Mackay.
Selanjutnya, Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari segi ekonomi dan pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi kota
otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera.
2.2.2. Struktur Pemerintahan.
Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU ditetapkan bahwa sejak 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali
lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang.. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September
1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan
Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru.
Universitas Sumatera Utara
42 Dalam perkembangan selanjutnya Medan yang telah menjadi Kotamadya,
mengalami perluasan daerah. Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973 ditetapkan bahwa beberapa wilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten
Deli Serdang, dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Medan, sehingga Medan memiliki 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Kemudian, melalui sebuah surat
persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan.
Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Sumtera Utara, maka Kecamatan yang ada di Kotamadya
Daerah Tingat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kemudian 2 dua wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut,
Kecamatan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21 Kecamatan.
Pemerintahan kota Medan dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota yang dipilih oleh rakyat yang menjabat lima tahun setiap periode nya. Saat ini,
jabatan Walikota Medan dijabat oleh Drs. H. Rahudman Harahap, M.M dan jabatan Wakil Walikota dijabat oleh Drs. H. T. Dzulmi Eldin S, M.Si. Sejak 15
Mei 2013, Rahudman Harahap dinonaktifkan dan Dzulmi Eldin dijadikan pelaksana tugas plt Walikota Medan.
Universitas Sumatera Utara
43 Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 21 dinas yang
membidangi bidang pemerintahan tertentu seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pariwisata, Dinas Pendapatan, Dinas Perikanan dan Kelautan,
Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Kehutanan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perkebunan, Dinas Pertamanan dan lainnya yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas Eselon. Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam 5
sifat, yaitu : 1. Pemberian pelayanan
2. Fungsi pengaturan penetapan perda 3. Fungsi pembangunan
4. Fungsi perwakilan berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi Pusat 5. Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.
Harus diakui UU no 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah menjembatani aspirasi dan semangat reformasi masyararakat lokal, yang
menginginkan adanya keleluasaan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Secara filosofis, implimentasi otonomi daerah ternyata dapat mendorong daerah
berkembang dengan prakarsa kreditivitas dan inisiatifnya sendiri, termasuk menumbuhkan partisipasi masyarakat, akuntabilitas, transparansi dan komitmen
yang kuat untuk mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.
Universitas Sumatera Utara
44 Adanya keleluasan melaksanakan otonomi daerah, tercermin dari pola
pembagian kewenangan antara pusat dan daerah. Semangat Undang-Undang No 32 Thn. 2004, telah menempatkan kewenangan pusat hanya pada aspek- aspek
yang sangat terbatas seperti politik luar negeri, pertahanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan lain yang tidak atau belum dapat diselenggarakan
oleh daerah. Untuk itu, Kota Medan dituntut untuk mampu menyelenggarakan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, meliputi administrasi
pemerintahan umum, pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian dan perdagangan,
koperasi, penanaman
modal, ketenagakerjaan,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pemukiman, pekerjaan
umum, perhubungan, lingkungan hidup, kependudukan dan olahraga.
Bagi Pemerintah Kota Medan, implementasi otonomi daerah diwujudkan dalam kewajiban Pemerintah Kota untuk menjamin pelayanan umum yang sangat
mendasar kepada masyarakat dan dunia usaha, berdasarkan kewenangan dan bidang
–bidang wajib yang dilaksanakan Pemerintah Kota. Secara terus menerus, Pemerintah Kota Medan memperbaiki mutu pelayanan umum yang ada, mulai
dari identifikasi dan standarisasi pelayanan, peningkatan kerja pelayanan Pemerintah Kota, dan monitoring pelayanan. Usaha ini diharapkan mampu
menciptakan pemberian pelayanan yang adil dan merata bagi seluruh pihak, baik masyarakat maupun dunia usaha yang bersifat lokal, nasional dan asing.
Universitas Sumatera Utara
45
2.3.Gambaran Umum DPRD Kota Medan 2.3.1 Fungsi DPRD Kota Medan
DPRD Provinsi mempunyai Fungsi : 1.
Fungsi Legislasi, membentuk Peraturan Daerah Perda bersama Gubernur 2.
Fungsi Anggaran, merencanakan, menyususn, dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD bersama pemerintah.
3. Fungsi Pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan Undang- undang,
Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Kebijakan yang ditetapkan Pemerintahan Daerah.
2.3.2 Tugas dan Wewenang DPRD Kota Medan
DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
1. Membentuk Perda bersama walikota
2. Membahas dan memberikan persetujuan atau menolak rancangan
peraturan daerah mengenai APBD yang diajukan oleh walikota 3.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah, APBD 4.
Mengusulkan pengangkatan dan atau pemberhentian walikota dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan dan atau pemberhentian
Universitas Sumatera Utara
46 5.
Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah
6. Memberikan persetujuan atau penolakan kepada pemerintah daerah
terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah
7. Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban walikota dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah 8.
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah
9. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan 10.
Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang
– undangan
22
.
2.3.3 Hak dan Kewajiban DPRD Kota Medan
Secara Kelembagaan DPRD mempunyai beberapa hak, yaitu;
1. Hak interpelasi adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Gubernur mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara ;
22
Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
47 2. Hak angket adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap
kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan ;
3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di
daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
Berdasarkan Tatib DPRD Kota Medan anggota DPRD secara personal Mereka mempunyai hak :
1. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah
2. Mengajukan pertanyaan
3. Menyampaikan usul dan pendapat
4. Memilih dan dipilih
5. Membela diri
6. Imunitas
7. Mengikuti orientasi dan pendalaman tugas
Universitas Sumatera Utara
48 8. Protokoler
9. Keuangan dan administratif.
Secara Personal, Anggota DPRD mempunyai kewajiban:
a. Mengamalkan Pancasila
b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan menaati Peraturan Perundang-undangan
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan
e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat
f. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
g. Menaati Tata Tertib dan Kode Etik
h. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
49 i.
Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja
secara berkala
j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat
k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen
di Daerah Pemilihannya.
2.4. Struktur Organisasi DPRD Kota Medan
2.4.1 Alat kelengkapan DPRD Kota Medan
Alat Kelengkapan DPRD terdiri atas :
a. Pimpinan ;
b. Komisi
c. Badan Anggaran
d. Badan Musyawarah
e. Badan Kehormatan
f. Badan pembentukan Perda
Universitas Sumatera Utara
50
2.4.1.1 Pimpinan DPRD Kota Medan
Pimpinan DPRD kota Medan terdiri dari 1 satu orang ketua yaitu Drs. H. Amiruddin dan 3 tiga orang Wakil Ketua yaitu H. Sabar Syamsurya Sitepu ;
Ikrimah Hamidy ; Agus Napitupulu. Tugas pimpinan DPRD yaitu:
a. Memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan
b. Menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil Ketua
c. Melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari Alat Kelengkapan DPRD
d. Menjadi juru bicara DPRD
e. Melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD
f. Mewakili DPRD dalam berhubungan dengan LembagaInstansi lainnya
g.Mengadakan konsultasi dengan Walikota dan Pimpinan LembagaInstansi lainnya sesuai dengan keputusan DPRD.
h. Mewakili DPRD di Pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
51 i. Melaksanakan Keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau
rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
j.Menyusun rencana Anggaran DPRD bersama Sekretariat DPRD yang pengesahannya dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD.
k. Menyampaikan laporan kinerja Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD yang khusus diadakan untuk itu.
23
2.4.1.2. Komisi
Komisi merupakan Alat Kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Setiap Anggota
DPRD kecuali Pimpinan DPRD, wajib menjadi anggota salah satu Komisi
Jumlah komisi di DPRD kota Medan terdiri dari 4 empat komisi yaitu: 1.
Komisi A Bidang Pemerintahan
Meliputi secretariat daerah bagian admisnistrasi pemerintahan umum, Humas hubungan antar daerah, bagian hukum, bagian organisasi tata laksana,
secretariat DPRD, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas komunikasi dan informastika, badan penelitian dan pengembangan, badan Kesbag Linmas,
badan ketahanan pangan, badan kepegawaian daerah, kantor arsip, kantor pendidikan dan penelitian, kantor sandi daerah, kecamatan, kelurahan, KPUD,
23
Ibid
Universitas Sumatera Utara
52 pertahanan, kehakiman, kejaksaan TNI dan kepolisian, Hankam, maritime,
organisasi masyarakat, imigrasi atau lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh pimpinan DPRD.
2. Komisi B Bidang Kesejahteraan Masyarakat
Meliputi Sekretariat Daerah Bagian Administrasi bagian agama dan pendidikan, bagian adiministrasi kemasyakatan, dinas pendidikan, Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Pemuda dan Olahraga, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Dinas Kesehatan, RSU Pirngadi,Badan Narkotika Medan, Kantor Perpustakaan, lembaga lain
yang dianggap mitra kerja oleh pimpinan DPRD 3.
Komisi C PerekonomianKeuangan Meliputi Sekretariat Daerah bagian adiministrasi perekonomian, bagian
keuangan, bagian perlengkapan dan aset, bagian umum, Dinas Koperasi UMKM, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, Dinas Perindustrian
Perdagangan, Dinas Pendapatan, Inspektorat Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Kantor Penanaman Modal, Perusahaan Daerah, PLN,
Pertamina, BULOG, Perbankan, Perusahaan Patungan, PMA, PMD, Dunia Usaha, BPK, BPKP, dan lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh
pimpinan DPRD.
Universitas Sumatera Utara
53 4.
Komisi D Bidang Pembangunan Meliputi
Sekretariat Daerah
bagian administrasi
pembangunan, administrasi sumber daya alam, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga,
Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Tata Ruang Tata Bangunan, Dinas Pertamanan, Dinas Kebersihan, Dinas Pencegahan Pemadam
Kebakaran, Dinas Pertanian dan Kelautan, BAPPEDA, lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh pimpinan DPRD.
Komisi DPRD mempunyai tugas: a.Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan b.Melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah dan rancangan
keputusan DPRD c.Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD
sesuai dengan ruang lingkup tugas komisi d.Membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang
disampaikan oleh kepala daerah danatau masyarakat kepada DPRD e.Menerima, menampung, dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat f.Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah
Universitas Sumatera Utara
54 g.Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan
pimpinan DPRD h.Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat
i.Mengajukan usul kepada pimpinan DPRD termasuk dalam ruang lingkup bidang tugas masing
– masing komisi
j.Memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas komisi.
2.4.1.3. Badan Anggaran
Badan Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Anggota
Badan Anggaran
diusulkan oleh
masing-masing fraksi
dengan mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap komisi dan paling banyak
12 setengah dari jumlah anggota DPRD.
Badan Anggaran mempunyai tugas: a.
memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada walikota dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan
dan belanja daerah paling lambat 5 lima bulan sebelum ditetapkannya APBD;
Universitas Sumatera Utara
55 b.
Melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada komisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan
kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara; c.
Memberikan saran dan pendapat kepada walikota dalam mempersiapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan
peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD; d.
Melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan
APBD berdasarkan hasil evaluasi gubernur bersama tim anggaran pemerintah daerah, melakukan pembahasan bersama tim anggaran
pemerintah daerah terhadap rancangan kebijakan umum APBD serta rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh
walikota e.
Memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja DPRD.
2.4.1.4. Badan Musyawarah
Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.
Badan Musyawarah terdiri atas unsur-unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan paling banyak 12 setengah dari jumlah anggota DPRD.
Universitas Sumatera Utara
56 Badan Musyawarah DPRD mempunyai tugas:
a. Menetapkan agenda DPRD untuk 1 satu tahun sidang, 1 satu masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian
suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan peraturan daerah, dengan tidak mengurangi kewenangan rapat paripurna untuk mengubahnya.
b. Memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD.
c. Meminta danatau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPRD yang lain untuk memberikan keteranganpenjelasan mengenai pelaksanaan tugas
masing-masing. d. Menetapkan jadwal acara rapat DPRD.
e. Memberi saranpendapat untuk memperlancar kegiatan f. Merekomendasikan pembentukan panitia khusus
g.Melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada Badan Musyawarah.
2.4.1.5. Badan Kehormatan
Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap. Pembentukan Badan Kehormatan ditetapkan dengan
Universitas Sumatera Utara
57 keputusan DPRD dan dipilih dari dan oleh anggota DPRD dengan ketentuan
berdasarkan jumlah anggota DPRD. Alat kelengkapan ini dibentuk untuk menegakkan kode etik anggota
DPRD dengan tugas-tugas sebagai berikut: a. Memantau dan mengevaluasi disiplin danatau kepatuhan terhadap moral, kode
etik, danatau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;
b. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap peraturan tata tertib danatau kode etik DPRD;
c. Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan DPRD, anggota DPRD, danatau masyarakat;
d. Melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi kepada rapat paripurna DPRD.
2.4.1.6. Badan Pembentukan Perda
Badan pembentukan perda merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk melalui rapat paripurna DPRD yang susunan
keanggotaannya dibentuk pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota ditetapkan dalam rapat paripurna
menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota komisi. Keanggotaan Badan pembentukan perda diusulkan oleh masing-masing fraksi dan dapat diganti
Universitas Sumatera Utara
58 setiap tahun anggaran. Pimpinan terdiri atas 1 satu orang ketua dan 1 satu
orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan pembentukan perda berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. Sementara sekretaris DPRD
karena jabatannya adalah sekretaris Badan pembentukan perda bukan anggota. Masa jabatan pimpinan Badan Legislasi Daerah paling lama 2½ dua setegah
tahun. Badan pembentukan perda bertugas: a.Menyusun rancangan program legislasi daerah yang memuat daftar urutan dan
prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD.
b.Koordinasi untuk penyusunan program legislasi daerah antara DPRD dan pemerintah daerah.
c.Menyiapkan rancangan peraturan daerah usul DPRD berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan.
d.Melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi sebelum rancangan
peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD e. memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan
oleh anggota, komisi danatau gabungan komisi, di luar prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di luar rancangan peraturan daerah yang
terdaftar dalam program pembentukan Perda
Universitas Sumatera Utara
59 f.
Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi danatau
panitia khusus g.
Memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan peraturan daerah yang ditugaskan olehBadan Musyawarah
h. Membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD baik yang sudah
maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya.
2.4.2. Fraksi – Fraksi DPRD Kota Medan.
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban Anggota DPRD, dibentuk Fraksi sebagai wadah
berhimpun Anggota DPRD. Setiap Anggota DPRD wajib menjadi anggota salah satu Fraksi. Setiap Fraksi di DPRD beranggotakan paling sedikit sama dengan
jumlah Komisi di DPRD. Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud diatas dapat membentuk 1 satu
Fraksi gabungan dimana jumlah fraksi paling banyak 2 dua Fraksi.
Pada periode 2009-2014 DPRD kota Medan memiliki 9 sembilan fraksi. 7 tujuh fraksi penuh dan 2 dua fraksi gabungan dengan komposisi: yang ada di
DPRD Provinsi kota Medan, yaitu ;
1. Fraksi Partai Demokrat
Universitas Sumatera Utara
60 2. Fraksi Partai Golongan Karya
3. Fraksi Partai PDI-Perjuangan
4. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera
5. Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya
6. Fraksi Partai Amanat Nasional
7. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan
8. Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat
9. Fraksi Persatuan Nasional
Universitas Sumatera Utara
61
Bab 3 PEMBAHASAN
3.1. Draft usulan rancangan peraturan daerah oleh DPRD dan Pemerintah kota Medan.
DPRD kota Medan selaku pembuat peraturan daerah dan juga sebagai tempat aspirasi masyarakat harus paham akan kebutuhan daerah dan juga
masyarakatnya. Sehingga hasil dari produk pembuatan peraturan daerah nantinya akan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Namun pada kenyataannya, anggota DPRD kota Medan periode tahun 2009-2014 sangat sedikit dalam mengusulkan rancangan peraturan daerah. Peran
dan hak inisiatif yang ada untuk seluruh anggota DPRD harus dioptimalkan karena mereka yang lebih tahu akan kebutuhan masyarakat dan kemajuan
perkembangan daerah. Draft rancangan peraturan daerah oleh anggota DPRD kota Medan selama
masa periode tahun 2009-2014 hanya memberikan 8 delapan rancangan peraturan daerah yang semuanya diusulkan pada tahun 2011. Dari sini dapat
diketahui bahwa peran DPRD kota Medan dalam menjalankan fungsi legislasi terutama dalam proses pengusulan rancangan peraturan daerah sangat sedikit. Ini
diperkuat dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Surianda Lubis yang pada saat itu juga menjadi anggota dari komisi B, ia mengatakan
Universitas Sumatera Utara
62 “Peran dari masing – masing komisi untuk membuat peraturan daerah
sangat rendah. Komisi cenderung lebih suka menjalankan rancangan peraturan dae
rah yang berasal dari eksekutif ”
24
Draft rancangan peraturan daerah yang berasal dari usulan anggota DPRD kota Medan sangat sedikit. Dari 44 peraturan daerah yang disahkan selama
periode tahun 2009-2014 hanya 2 yang berasal dari hak inisiatif DPRD kota Medan, yaitu Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIVAIDS diusulkan oleh komisi B dan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2012 tentang Pelestarian Bangunan danatau Lingkungan Cagar Budaya
diusulkan oleh komisi A. Draft rancangan peraturan daerah yang diusulkan oleh DPRD kota Medan
periode tahun 2009-2014 semuanya hanya ada di tahun 2011 dan baru disahkan menjadi peraturan daerah di tahun 2012. Ketidakseriusan dalam mengusulkan
draft rancangan peraturan daerah dan tidak bersosialisasi terlebih dahulu untuk mencari tahu kebutuhan daerah dan masyarakat membuat rancangan peraturan
daerah tersebut tidak terlalu dibutuhkan untuk dibuat menjadi peraturan daerah pada tahun tersebut.
24
Hasil wawancara dengan Bapak Surianda Lubisa tanggal 20 Mei 2015 di Gedung DPRD kota Medan pukul 14.00
Universitas Sumatera Utara
63 Ini dikarenakan kurangnya observasi dan penelitian yang mendalam oleh
anggota DPRD ataupun komisi dalam melihat kebutuhan daerah dan masyarakat sebelum mengusulkan rancangan peraturan daerah tersebut. Sehingga usulan
rancangan peraturan daerah oleh DPRD tidak diprioritaskan untuk menjadi peraturan daerah.
Partisipasi peran DPRD kota Medan yang kurang dalam menjalankan proses legislasi, yaitu dalam pengusulan rancangan peraturan daerah. Anggota DPRD
lebih banyak mengerjakan usulan rancangan peraturan daerah yang diberikan oleh pemerintah kota Medan dan melakukan pengawasan atas hasil peraturan daerah
tersebut. Sedangkan dalam menjalankan fungsi legislasi untuk mengusulkan suatu rancangan peraturan daerah lebih banyak di dominasi oleh eksekutif dalam hal ini
pemerintah kota. Draft rancangan peraturan daerah yang diusulkan oleh Pemerintah kota
Medan setiap tahunnya sangat banyak. Pada periode 2009-2014 ini setiap tahun DPRD kota Medan memiliki target dalam pembuatan peraturan daerah. Seperti
yang dikatakan Bapak Drs H Ammiruddin, “Setiap tahun kita harus punya target untuk menyelesaikan rancangan
peraturan daerah menjadi peraturan daerah, namun tetap harus melihat apakah peraturan daerah tersebut masuk dalam skala prioritas atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
64 Sehingga nantinya peraturan daerah yang keluar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.”
25
Pengusulan draft rancangan peraturan daerah dari pemerintah kota Medan terlebih dahulu menerima masukan dari dinas
– dinas kota sebelum mengusulkannya ke DPRD. Pemerintah menampung setiap usulan dan kebutuhan
dari dinas – dinas tersebut lalu kemudian akan menseleksinya lagi sebelum
diberikan ke DPRD dalam bentuk draft rancangan peraturan daerah. Proses ini yang dilakukan oleh pemerintah kota dalam mengusulkan setiap rancangan
peraturan daerah dengan terlebih dahulu mencari tahu kebutuhan masing – masing
dinas. Peraturan daerah yang diusulkan oleh pemerintah kota Medan nantinya akan
dibantu dengan pembentukan panitia khusus yang beranggotakan anggota –
anggota komisi terkait ataupun juga utusan fraksi.
3.2. Proses penyaringan rancangan peraturan daerah oleh badan legislasi.