1.5 Metode Penelitian
Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Netll 1964:62-64 ada dua 2 hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin
etnomusikologi yaitu: kerja lapangan field work dan kerja laboratorium desk work. Kerja lapangan meliputi: pemilihan informan, pendekatan , dan pengambilan
data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi : pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data
yang diperoleh. Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi
kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan sebagai landasan dalam hal penelitian, yakni dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan yang akan menjadi dasar dalam
melakukan penelitian. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku, ensiklopedia, jurnal, bulletin, skripsi dan lain-lain. Dengan melakukan studi kepustakaan ini penulis
akan dapat melakukan cara yang efektif dalam melakukan penelitian lapangan dan penyusunan skripsi ini. Dalam tulisan ini penulis akan membahas salah satu dari
Universitas Sumatera Utara
upacara peneriman sakramen krisma di gereja Katolik yaitu upacara penerimaan sakramen krisma, dimana upacara ini belum pernah dibahas sebelumnya.
1.5.2 Kerja Lapangan
Dalam kerja lapangan penulis pengamatan dan pengambilan data melalui perekaman dan mencatat jalannnya upacara secara keseluruhan, serta melakukan
berbagai wawancara dengan beberapa umat gereja Katolik dan beberapa informan lainnya. Tehnik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus focus
interview yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahhan. Selain itu juga melakukan wawancara bebas free interview yaitu pertanyaan tidak
selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan juga dapat berkembang pada pokok permasalahan yang lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang
beraneka ragam namun tidak mennyimpang dari pokok permasalahan.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupun bahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan.
Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian dan penganalisaan yang disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan
Universitas Sumatera Utara
1.5.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian penulis adalah di gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki pasar Merah Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena pada saat itu
ditempat di gereja Katolik Santo Diego Martoba dilakukan upacara penerimaan sakramen krisma dan penulis juga melihat dan menyaksikan secara langsung
pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma tersebut, tepatnya pada tanggal 20 juli 2008
Universitas Sumatera Utara
BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk
2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba
Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama Kristen dan Katolik memulai ibadah pada
setiap minggu dibawah pimpinan seorang Pastor yang bergelar Oppu Bornok Simbolon. Pada awalnya umat yang ada hanya berjumlah delapan keluarga.
Dalam tahun itu juga umat Katolik bertambah banyak menjadi delapan belas kepala keluarga dan melaksanakan ibadah di salah satu rumah umat yang semuanya
bersuku batak toba, dimana yang menjadi perintis adalah Bapak A.P Sinaga dan Bapak Simanungkalit.
Pertengahan tahun 1952, kesepakatan umat pada waktu itu bertekat akan mendirikan gereja, namun lokasi untuk membangun gereja belum ada, hingga pada
awal tahun 1953 Pastor yang bergelar Oppu Bornok Simbolon mendirikan gereja di atas tanah yang berukuran 7 x 9 meter permanen dari tanah yang dihibahkan oleh
Bapak M. Tamba. Gereja inilah yang kemudian cikal bakal gereja Katolik Tahun 1953 sampai tahun 1967 umat Katolik berjumlah 120 kepala keluarga
yang terdiri dari suku batak toba dan batak karo, dan dengan menggunakan bahasa batak toba sebagai tata ibadah.
Tahun 1973 Gereja Katolik Martoba mengadakan penerimaan sakramen krisma untuk yang pertama kali oleh Uskup Mgr.A.H.Van Jan Hurk dan pada saat
Universitas Sumatera Utara