Persiapan sakramen Krisma remaja tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan dan upaya pengembangan pendampingannya.

(1)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN UPAYA PENDAMPINGANNYA”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap kaum muda yang telah menerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan yaitu para remaja dalam mengikuti persiapan Sakramen Krisma hanyalah sebagai formalitas belaka, sehingga kosekusensi setelah menerima Sakramen Krisma tidak disadari.

Sakramen Krisma merupakan salah satu dari Sakramen Inisiasi, seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma dianggap dewasa dalam iman dan siap untuk dilibatkan dalam tugas perutusan baik dalam Gereja maupun ditengah masyarakat. Supaya seseorang diijinkan menerima dan menyambut Sakramen Krisma diperlukan suatu pendampingan dan masa persiapan khusus bagi mereka yang akan menerimanya. Mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan evaluasi.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah melihat gambaran pelaksanaan persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan, mengetahui program, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada calon penerima Sakramen Krisma tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Hasil penelitian menyatakan sebagian besar persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sudah berjalan baik dengan memenuhi kriteria.

Penulis mengusulkan susunan program pendampingan bagi kaum muda. Di dalamnya terdapat materi-materi tentang pengertiaan Sakramen Krisma, makna Sakramen Krisma dan tugas perutusan Gereja.


(2)

ix ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is the PREPARATION OF THE SACRAMENT OF CONFIRMATION FOR THE YOUTH IN 2014 IN SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN PARISH AND ITS EFFORTS TO DEVELOPE IT. This title was chosen based on the writer’s concern to the youth who had received the Confirmation Sacrament at St. Yohanes Rasul Parish. They were participating in the Confirmation Sacrament preparation only as formality so that they were not conscious about the consequences after receiving it.

The Confirmation Sacrament is one of the Sacraments of Initiation. A person who receives the sacrament of Confirmation is considered mature in faith and prepared to be involved in the mission both in the Church and in the community. A person, in order to be permitted to receive the Confirmation Sacrament is required an advised to have special preparation which starts from the mentoring program, a companion, and the evaluation for the recipients.

The main issue in this undergraduate thesis is to study the implementation of the preparation of the Confirmation Sacrament at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish and to understand the program, mentors and Confirmation recipients. To examine this issue, the writer needs an accurate data. Therefore, the writer conducted the study by distributing questionnaires to the Confirmation recipients in 2014 at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish. The research showed that the majority of the Confirmation 2014 preparation is went well based on the criteria.

The writer proposes a composition of mentoring program for the youth which has materials about Confirmation understanding, its meaning and the Church’s mission.


(3)

PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN

UPAYA PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Wijiati Hadi Purwaningtias NIM: 111124034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

ayahku (Ignatius Jumadi), ibuku (Christina Imroh Suharti),


(7)

v MOTTO

Gusti ngendika: Ana wong nyebar wiji mangkat arep nyebar wijiné. 4 Nalika nyebar wiji mau, ana sing tiba ing pinggir dalan, lan manuk-manuk ing awang-awang pada mudhun nycuki wiji mau. 5 liyané sing tiba ing enggon padhas, sing ora okeh lemahé: iki gelis baé anggone thukul, marga lemahé ora jero. Nanging bareng srengéngé panas, banjur dadi garing, awit ora ana oyodé. 7 Ana liya sing tiba ana ing tengah erén, lan eriné tuwuh dhuwur mulet wiji. 8 Liya manéh tiba ing lemah becik, iki ngetokaké woh: ana sing tikel satus, ana sing tikel sewidak, ana sing tikel telung puluh. 9 Sing sapa duwe kuping bisa ngrungokaké, ngrungokna.

(Matéus 13 : 4-9)

Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali seperti yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya tulis ilmiah.

Yogyakarta, 1 Agustus 2016 Penulis,


(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Wijiati Hadi Purwaningtias NIM : 111124034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 1 Agustus 2016 Yang menyatakan,


(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN UPAYA PENDAMPINGANNYA”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap kaum muda yang telah menerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan yaitu para remaja dalam mengikuti persiapan Sakramen Krisma hanyalah sebagai formalitas belaka, sehingga kosekusensi setelah menerima Sakramen Krisma tidak disadari.

Sakramen Krisma merupakan salah satu dari Sakramen Inisiasi, seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma dianggap dewasa dalam iman dan siap untuk dilibatkan dalam tugas perutusan baik dalam Gereja maupun ditengah masyarakat. Supaya seseorang diijinkan menerima dan menyambut Sakramen Krisma diperlukan suatu pendampingan dan masa persiapan khusus bagi mereka yang akan menerimanya. Mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan evaluasi.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah melihat gambaran pelaksanaan persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan, mengetahui program, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada calon penerima Sakramen Krisma tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Hasil penelitian menyatakan sebagian besar persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sudah berjalan baik dengan memenuhi kriteria.

Penulis mengusulkan susunan program pendampingan bagi kaum muda. Di dalamnya terdapat materi-materi tentang pengertiaan Sakramen Krisma, makna Sakramen Krisma dan tugas perutusan Gereja.


(11)

ix ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is the PREPARATION OF THE SACRAMENT OF CONFIRMATION FOR THE YOUTH IN 2014 IN SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN PARISH AND ITS EFFORTS TO DEVELOPE IT. This title was chosen based on the writer’s concern to the youth who had received the Confirmation Sacrament at St. Yohanes Rasul Parish. They were participating in the Confirmation Sacrament preparation only as formality so that they were not conscious about the consequences after receiving it.

The Confirmation Sacrament is one of the Sacraments of Initiation. A person who receives the sacrament of Confirmation is considered mature in faith and prepared to be involved in the mission both in the Church and in the community. A person, in order to be permitted to receive the Confirmation Sacrament is required an advised to have special preparation which starts from the mentoring program, a companion, and the evaluation for the recipients.

The main issue in this undergraduate thesis is to study the implementation of the preparation of the Confirmation Sacrament at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish and to understand the program, mentors and Confirmation recipients. To examine this issue, the writer needs an accurate data. Therefore, the writer conducted the study by distributing questionnaires to the Confirmation recipients in 2014 at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish. The research showed that the majority of the Confirmation 2014 preparation is went well based on the criteria.

The writer proposes a composition of mentoring program for the youth which has materials about Confirmation understanding, its meaning and the Church’s mission.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA

REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL

SOMOHITAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Romo Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberi perhatian, memberi sumbangan pemikiran kepada penulis dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK,M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik dan selaku dosen penguji II, yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di IPPAK dan berkenan menjadi dosen penguji skripsi.

3. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku dosen penguji III, yang berkenan menguji penulis.

4. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ.,M.Ed selaku Kaprodi dan Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Wakaprodi, yang telah bersedia memberikan dukungan, perhatian, motivasi kepada penulis selama berproses di Prodi PAK.


(13)

xi

5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi PAK-JIP-FKIP-USD, Yogyakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh studi. 6. Romo Paroki Koko Pudjiwahyulistyono, Pr yang telah mengijinkan untuk

melaksanakan penelitian di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan.

7. Bapak Marjo yang telah membantu memberikan data-data yang penulis butuhkan.

8. Penerima Sakramen Krisma tahun 2014 yang telah bersedia membantu penulis dalam mengumpulkan data dengan mengisi kuesioner penelitian. 9. Bapak dan ibu yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada penulis

selama mengerjakan skripsi ini.

10. Partnerku Wulan Nurvita dan Wulan Nuraini yang setia membantu dan memberikan semangat.

11. Antonius Wahyu Pratomo Nugroho yang menemani, memberi semangat dan dukungan selama mengerjakan skripsi.

12. Temanku Malvin Roy yang telah membantu dan memberi semangat dalam mengerjakan skripsi.

13. Sahabatku Stefani yang membantu dan menemani dalam masa sulit saat mengerjakan akhir skripsi.

14. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi khususnya angkatan 2011 yang telah memotivasi dan menyemangati penulis selama menempuh studi di PAK. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini


(14)

xii

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan skripsi, sehingga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 1 Agustus 2016 Penulis


(15)

xiii

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Skripsi ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 3

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 4

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. SAKRAMEN KRISMA ... 7

A. Sakramen Pada Umumnya ... 7

B. Sakramen Inisiasi ... 7

1. Perkembangan Sakramen Baptis dan Krisma ... 8

2. Sakramen Baptis ... 10

3. Sakramen Ekaristi ... 11

4. Sakramen Krisma ... 12


(16)

xiv

2. Kekhasan Sakramen Krisma ... 14

3. Materai Krisma ... 14

4. Liturgi Sakramen Krisma ... 15

5. Makna Simbol Sakramen Krisma ... 15

a. Minyak Krisma ... 16

b. Penumpangan Tangan Uskup ... 16

c. Pengurapan Minyak Krisma ... 16

d. Tepuk pada Pipi Penerima Sakramen Krisma ... 16

e. Pemberian Nama Krisma ... 17

6. Pelayan Sakramen Krisma ... 17

7. Persyarataran Calon Penerima Sakramen Krisma ... 18

8. Penanggungjawab Sakramen Krisma ... 18

a. Tanggung Jawab Penerima Sakramen Krisma ... 18

b. Tanggung Jawab Orang Tua ... 19

c. Tanggung Jawab Gereja ... 19

d. Tanggung Jawab Umat Setempat ... 19

e. Tanggung Jawab Wali Krisma ... 19

f. Tanggung Jawab Katekis ... 20

9. Bidang Perutusan Sakramen Krisma ... 20

a. Leiturgia ... 21

b. Koinonia ... 21

c. Diakonia ... 22

d. Kerygma ... 23

D. Gambaran Remaja Pada Umumnya ... 23

1. Perubahan Fisik ... 24

2. Perubahan Sosial ... 24

3. Perubahan Moral ... 25

E. Persiapan Sakramen Krisma... 26

F. Kriteria Persiapan Sakramen Krisma ... 26


(17)

xv

2. Katekese Inisiasi ... 29

3. Katekese Persiapan Sakramen Krisma ... 30

4. Tujuan Katekese Persiapan Sakramen Krisma ... 30

5. Subyek Katekese Persiapan Sakramen Krisma... 31

6. Pendamping Katekese Sakramen Krisma ... 31

H. Fokus Penelitian ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian... 33

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 34

1. Variabel Penelitian ... 34

a. Identifikasi Variabel ... 34

b. Definisi Konseptual Variabel ... 35

c. Definisi Operasional Variabel ... 35

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

3. Kisi-Kisi Penelitian ... 35

4. Pengembangan Instrumen ... 38

a. Uji Coba Terpakai ... 38

b. Uji Validitas ... 39

c. Uji Reliabilitas ... 39

F. Teknik Analisa Data ... 40

1. Uji Prasyarat Analisa ... 40

a. Uji Normalitas Data ... 41

2. Analisa Deskriptif ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Uji Prasyarat Analisa ... 43


(18)

xvi

a. Persiapan Sakramen Krisma ... 44

1) Deskripsi Statistik Aspek Program Persiapan Sakraemen Krisma ... 46

2) Deskripsi Statistik Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma ... 48

3) Deskripsi Statistik Aspek Calon Penerima Persiapan Sakramen Krisma ... 50

4) Deskripsi Statistik Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

1. Pembahasana Variabel Persiapan Sakramen Krisma Berdasarkan Data Keseluruhan ... 55

2. Aspek Program Persiapan Sakramen Krisma ... 56

3. Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma... 57

4. Aspek Calon Penerima Sakramen Krisma ... 58

5. Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 58

C. Keterbatasan Penelitian ... 59

D. Refleksi Pastoral ... 59

E. Usulan Program ... 60

1. Latar Belakang... 61

2. Tujuan Pelaksanaan Program ... 61

3. Usulan Program Pendampingan Calon Penerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan ... 62

F. Contoh Persiapan Pembekalan Bagi Calon Penerima Sakramen Krisma ... 63

1. Satuan Pertemuan I ... 63

a. Identitas Pertemuan ... 63

b. Pemikiran Dasar ... 63

c. Materi ... 64

d. Sumber Bahan` ... 64

e. Sarana ... 64


(19)

xvii

1). Pembuka ... 65

a) Doa Pembuka ... 65

b) Pengantar ... 65

2) Langkah 1 ... 65

3) Langkah 2 ... 65

4) Langkah 3 ... 66

5) Langkah 4 ... 66

6) Langkah 5 ... 66

7) Langkah 6 ... 66

5) Penutup ... 66

1) Tanya Jawab ... 67

2) Doa Penutup ... 66

2. Satuan Pertemuan II ... 67

a. Identitas Pertemuan ... 68

b. Pemikiran Dasar ... 68

c. Materi ... 68

d. Sumber Bahan` ... 68

e. Sarana ... 68

f. Metode ... 69

g. Proses Pengembangan Langkah ... 69

1). Langkah 1 ... 69

2) Langkah 2 ... 69

3) Langkah 3 ... 69

4) Langkah 4 ... 69

5) Langkah 5 ... 69

6) Langkah 6 ... 69

a) Bentuk Katerlibatan Hidup Menggereja dan Bermasyarakat ... 69

1) LEITURGIA ... 69


(20)

xviii

4) KERYGMA ... 72

7). Penutup ... 72

1) Tanya Jawab ... 72

2) Doa Penutup ... 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. KESIMPULAN ... 73

B. SARAN ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Data Hasil Penelitian ... (2)

Lampiran 3 : Hasil Analisa SPSS ... (4)


(21)

xix

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen ... 36

Tabel 2. Reliability Statistics ... 40

Tabel 3. Interval Variabel Persiapan Sakramen Krisma ... 42

Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 43

Tabel 5. Rangkuman Deskripsi Persiapan Sakramen Krisa ... 44

Tabel 6. Frekuensi Variabel Persiapan Sakramen Krisma ... 45

Tabel 7. Rangkuman Statistik Aspek Program Persiapan Sakramen Krisma ... 46

Tabel 8. Frekuensi Program Persiapan Sakramen Krisma ... 47

Tabel 9. Rangkuman Deskripsi Statistik Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma ... 48

Tabel 10. Frekuensi Pendamping Persiapan Sakramen Krisma... 49

Tabel 11. Deskripsi Statistik Aspek Calon Penerima Sakramen Krima ... 50

Tabel 12. Frekuensi Aspek Calon Penerima Sakramen Krisma ... 51

Tabel 13. Deskripsi Statistik Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 53

Tabel 14. Frekuensi Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma... 54


(22)

xx

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada para Uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979

SC : Sacrosanctum Concilium, dokumen Konsili Vatikan II tentang Liturgi suci, yang diresmikan oleh Paus Paulus IV pada 4 Desember 1963

C. Singkatan Lain Art : Artikel Bdk : Bandingkan Bpk : Bapak Dll : dan lain-lain Dsb : dan sebagainya


(23)

xxi Hal : Halaman

Kan Kanon

KHK Kitab Hukum Kanonik Kis Kisah Para Rasul KK : Kepala Keluarga

KLMTD Kaum Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia No : Nomor

OMK : Orang Muda Katolik. St : Santo


(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi dewasa baik secara jasmani maupun rohani. Seorang anak yang sudah mulai tumbuh menjadi seorang remaja akan mengalami banyak penyesuaian secara pribadi maupun sosial. Di samping itu penyesuaian dalam hal rohani pun merupakan hal yang penting dalam kehidupan.

Untuk hidup sebagai warga Gereja yang dewasa dalam iman maka Gereja telah menyiapkan Sakramen Krisma sebagai pelengkap Sakramen Baptis. Sakramen Krisma menjadikan orang yang telah menerimanya mau terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, seperti halnya yang terjadi di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan.

Umat yang berada di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan memiliki keterikatan dengan Gereja yang ditampakkan dalam keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan dan banyak dari mereka adalah orang dewasa. Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan adalah Paroki yang sangat luas dengan umat yang lumayan banyak ditambah lagi keberadaannya tepat di bawah lereng Gunung Merapi. Tradisi pedesaan yang sangat kental masih melekat dalam diri umat sendiri yang membuat umat senang terlibat dan mengikuti berbagai kegiatan Gereja sehingga persaudaraan dan kebersamaan terjalin erat didalamnya.

Kaum muda atau Orang Muda Katolik di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan juga memiliki berbagai kegiatan keagamaan maupun non keagamaan


(25)

yang sering diadakan. Dalam perayaan ekaristi seperti koor maupun petugas Ekaristi juga sering melibatkan kaum muda atau OMK namun yang menjadi keprihatinan adalah banyak kaum muda yang sulit untuk bergabung menjadi anggota OMK (Orang Muda Katolik) di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan bisa dilihat dalam perayaan Ekaristi cukup banyak kaum muda yang mengikuti namun dalam berbagai kegiatan sebagian dari mereka tidak hadir meskipun banyak diantara mereka yang sudah menerima Sakramen Krisma

Sebagai salah satu sakramen yang menghantar umat pada gerbang menuju kedewasaan, maka hanya diterimakan oleh mereka yang sudah berumur seusia SMP. Di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan pemerimaan Sakramen Krisma diadakan 2 tahun sekali bergantian dengan Sakramen Baptis, setiap akan menerimakan Sakramen terutama Sakramen Inisiasi tentu saja harus ada persiapan yang sungguh-sungguh sehingga calon penerima sakramen memiliki bekal yang cukup. Persiapan atau pelajaran untuk calon penerima Sakramen Krisma dilaksanakan setiap minggu selama enam bulan dengan minimal tiga kali absen.

Dalam persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan, biasanya guru agama yang ditunjuk sebagai pendamping dalam persiapan Sakramen Krisma. Persiapan Sakramen Krisma dikemas mirip seperti pelajaran di sekolah pada umumnya dengan materi yang telah dipersiapkan tanpa menggunakan banyak media.

Dari persiapan Sakramen Krisma yang matang diharapkan setelah menerima sakramen krisma mereka menjadi dewasa dalam iman dan dapat mempertanggungjawabkan imannya terlebih menyangkut keterlibatannya dalam hidup menggereja. Sakramen Krisma diharapkan menjadi bekal bagi remaja untuk


(26)

ikut ambil bagian dalam karya keselamatan dan menjadi saksi Kristus. Semakin mencintai imannya sehingga mampu bertumbuh dalam iman dan menjadi benih bagi Gerejanya yang suatu saat dapat berbuah dan dapat dipanen. Mengingat Krisma bukanlah sekedar syarat untuk diterima menjadi bagian dalam Gereja tetapi lebih dari itu yaitu mampu menjadi dewasa dalam iman.

Persiapan Sakramen Krisma harus dipersiapkan terlebih dahulu oleh para pendamping mulai dari aspek program yang dialamnya terdapat tujuan, materi, metode, proses dan evaluasi, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma. Untuk keberhasilan suatu persiapan pendampingan maka aspek yang terdapat dalam persiapan harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Sehubungan dengan permasalahan di atas terlebih di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan, saya ingin melihat gambaran bagaimana persiapan Krisma terutama untuk kaum muda maka saya menyusun skripsi yang berjudul PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI

SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN UPAYA

PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penulisan diatas, maka penulis merumuskan tiga masalah yang akan diungkapkan dalam skripsi ini.

1. Bagaimana proses persiapan Pendampingan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan?

2. Bagaimana kriteria untuk persiapan Pendampingan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan?


(27)

3. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan pendampingan sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari skripsi adalah:

1. Mengetahui proses persiapan persiapan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan.

2. Mengetahui bagaimana kriteria dalam persiapan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan

3. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan persiapan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan atas Latar Belakang penulisan, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penulisan, maka diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat:

1. Mendapatkan gambaran bagaimana proses persiapan pendampingan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan.

2. Mengetahui bagaimana kriteria untuk persiapan pendampingan akramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan

3. Menemukan upaya agar dapat meningkatkan persiapan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan.


(28)

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif. Dengan metode ini penulis menggambarkan mengenai masalah yang ada berdasarkan fakta yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif. Dengan kajian pustaka dan dilengkapi dengan penyebaran angket, kemudian dianalisis dan diuraikan pokok-pokok bahasannya. Melalui metode ini penulis akan memaparkan, menguraikan, serta menganalisis persiapan pendampingan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan.

F. Sistematika Penullisan

Bab I merupakan pendahuluan. Dalam pendahuluan berisi: gambaran umum latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika.

Bab II penulis memaparkan mengenai kajian pustaka. Bagian ini menguraikan empat hal yaitu mengenai Sakramen Krisma, kaum muda, persiapan Sakramen Krisma dan katekese persiapan Sakramen Krisma. Bagian pertama berisi sakramen pada umumnya, sakramen inisiasi, dan Sakramen Krisma. Bagian kedua berisi perubahan pada kaum muda. Bagian ketiga berisi kriteria persiapan Sakramen Krisma dan bagian empat berisi pentingnya katekese, dan katekese persiapan Sakramen Krisma.

Bab III beriskan metodologi penelitian persiapan pendampingan Sakramen Krisma kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan.


(29)

Bab IV berisikan analisa data dan usulan program pendampingan bagi Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Analisa data terdari dari uji validitas, uji normalitas, deskripsi data, refleksi pastoral usulan program berisi refleksi pastoral dan bab V berisakan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penulisan skripsi.


(30)

BAB II

SAKRAMEN KRISMA

A. Sakramen Pada Umumnya

Sakramen biasanya diartikan sebagai tanda dan sarana rahmat atau keselamatan, kata sakramen berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang berarti hal-hal yang berhubungan dengan yang kudus yang Ilahi. Dalam Kitab Suci muncul istilah lain dalam Bahasa Yunani mysterion yang menunjukkan sesuatu yang bersembunyi. Kata “misteri” atau “rahasia” diartikan sebagai rencana Allah mengenai akhir zaman, khususnya cara dan saat akhir zaman, yang tersembunyi bagi manusia, tetapi diberitahukan oleh Allah kepada orang-orang tertentu. (Banawiratma, 1989 : 12-13)

Sakramen sebagai peristiwa konkrit duniawi yang menandai, menampakkan, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah. Gereja merupakan suatu tanda karena di dalamnya rahasia keselamatan Allah menjadi nyata. Gereja sebagai persekutuan persaudaraan yang konkret dan di dalamnya terdapat ritus-ritus sakramen. Dalam sakramen, rahmat disampaikan secara konkret melalui tanda-tanda badaniah. (Komkat KWI, 2000 : 400)

Keselamatan karya Allah bagi manusia terungkap dalam simbol-simbol konkrit manusiawi, seperti sabda, peristiwa sejarah, pribadi utusan, barang atau tempat.

B. Sakramen Inisiasi

Menjadi orang Kristen berarti menjadi anggota Gereja. Ungkapan kata “Inisiasi Kristen” menunjukkan pengertian tentang “masuk ke dalam hidup


(31)

bersama Allah secara sakramental melalui Gereja” Ungkapan kata “Inisiasi Kristen” mau menunjukan tahap-tahap yang perlu dilewati oleh siapa saja yang berniat untuk menjadi anggota Gereja. (Da Cunha, 1991 : 5)

Menjadi anggota kristen berarti menjadi anggota Gereja. Dalam hal ini para calon anggota harus menjalani suatu inisiasi kristen, suatu masa perkenalan dan percobaan dengan syarat-syarat dan latihan-latihan tertentu. Pada awalnya Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi menjadi satu kesatuan sehingga seluruh proses itu disebut inisiasi kristen.

Tujuan yang mau dicapai dalam inisiasi kristen ialah memasukkan seorang dalam Gereja. Menggabungkan dia pada Gereja, dan menjadikan dia anggota Gereja. Ikatan yang mempersatukan para anggota Gereja ialah iman pada Kristus, maka dari itu calon anggota harus diinisiasikan kepada iman akan Kristus.(PWI – Liturgi, 1977:8)

1. Perkembangan Sakramen Baptis dan Krisma

Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi adalah satu kesatuan. Baptisan pertama-tama berarti bahwa orang dari kelompok kristen diterima masuk menjadi anggotanya. Dalam KHK 96 disebutkan bahwa dengan dibaptis orang menjadi anggota Gereja Kristus, umat Allah menjadi “persona” dengan segala hak dan kewajiban, entah oleh siapa dan ke dalam kelompok mana orang diinisiasikan. Dengan diinisiasikan jemaah Kristen dengan tegas menyatakan iman kepercayaan, iman kepercayaan kepada Yesus sebagai Tuhan, Anak Allah dan Juru selamat.

Dengan baptisan manusia dibebaskan dari dosa asal dan dosa pribadi, selain itu dengan baptisan manusia berdosa menjadi peserta dalam kekudusan


(32)

Allah. Baptisan dengan air menyimbolkan segi penyelamatan, air yang mengalir menyimbolkan hidup ilahi, yang di dalamnya orang beriman menjadi persertanya dan kekudusan Ilahi yang dikaruniakan kepada mereka yang benar-benar percaya, daya hidup dan kesuburan Ilahi adalah Roh Kudus yang disimbolkan dengan air yang mengalir.

Seiring perkembangan upacara inisiasi Kristen, lama kelamaan menjadi serangkaian upacara. Yang menjadi upacara inti adalah baptisan dengan air kemudian upacara-upacara tambahan yang biasanya disebut “sakramentele”. Dalam perkembangan historis upacara inisiasi Kristen muncul dua kelompok upacara yaitu baptisan dengan air dan upacara lainnya yang secara khusus dihubungkan dengan karunia berupa Roh Kudus, oleh Roh Kudus masing-masing orang diserupakan dengan Yesus Kristus. Roh Kudus pemberiannya disimbolkan dengan penumpangan tangan dan pengurapan dengan minyak suci.

Pada abad III, Sakramen Krisma menjadi terpisah dari Sakramen Baptis dengan air karena upacara krisma dikhususkan untuk pemimpin jemaah partikular (uskup). Sejak abad III uskuplah yang memimpin seluruh acara inisiasi, tetapi ketika jumlah jemaah-jemaah semakin bertambah namun jumlah uskup tidak seiring pertambahannya, maka uskup tidak lagi dapat mengetuai seluruh upacara inisiasi. Baptisan dengan air sejak awal pada prinsipnya dapat dijalankan setiap orang meskipun dianggap lebih baik bila dijalankan oleh ketua jemaah. Tetapi Sakramen Krisma menjadi wewanang eksklusif pemimpin jemaah (uskup). setelah itu mulai ada aturan-aturan bahwa Sakramen Krisma diterimakan setelah anak-anak menerima Komuni Pertama dan setelah mereka dianggap pantas, dapat menggunakan akal budinya serta mempertanggungjawabkan iman mereka.


(33)

Sakramen Krisma secara eksplisit mengikut-sertakan orang dalam publik jemaah. Tetapi tugas publik dan kolektif diketuai oleh pemimpin jemaah, maka wajar bagian inisiasi Sakramen Krisma dikhususkan bagi pemimpin jemaah yaitu uskup. Dalam Gereja Yunani Timur secara praktis tidak semua kelompok jemaah memiliki uskup maka pemimpin jemaah setempat (pastor) diberi wawenang untuk menyelenggarakan upacara inisasi, tetapi pada bagian upacara Sakramen Krisma hanya dapat dijalankan dengan minyak yang sudah diberkati oleh uskup. Konsili Vatikan II kembali menekankan kesatuan inisiasi. Upacara Krisma hendaknya ditinjau kembali juga supaya nampak lebih jelas hubungan erat Sakramen itu dengan seluruh inisiasi kristen. Maka dari itu pembaharuan janji-janji Baptis seyogyanya mendahului penerimaan Sakramen Krisma. (SC. 71)

Pada saat Konsili Vatikan II dan sesudahnya, anak menerima komuni pertama dan dengan upacara tersendiri walaupun tetap merupakan bagian utuh dari inisiasi kristen. Dalam Lumen Gentium art.11 disebutkan bahwa Sakramen Penguatan menjadikan orang yang telah dibaptis dan menerima komuni, terikat secara sempurna pada Gereja. (Banawiratma, 1989 : 92-97)

2. Sakramen Baptis

“Baptis” berasal dari kata Yunani “baptizein” yang berarti membenamkan, mencelupkan, menenggelamkan ke dalam air. Pembaptisan adalah pintu masuk menuju kehidupan Roh oleh karena itu sakramen baptis merupakan dasar seluruh kehidupan kristiani dan merupakan pintu gerbang sakramen-sakramen lainnya yang perlu untuk keselamatan.


(34)

Yang boleh menerima sakramen Baptis adalah semua orang yang belum dibaptis, mengakui iman kristiani, memerima ajaran-ajaran Gereja dan tidak terkena halangan kanonik.

Berkat Sakramen Baptis manusia dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah, menjadi anggota-anggota tubuh Kristus, dimasukkan dalam Gereja dan ikut serta dalam tugas perutusannya, memperolah hidup kekal, hidup baru dan menerima karunia Roh Kudus.(Banawiratma, 1989 :79-82)

3. Sakramen Ekaristi

Dikatakan bahwa Ekaristi merupakan sakramen utama. Dalam Lumen Gentium 11 disebutkan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Ekaristi bukan hanya salah satu sakramen melainkan Ekaristi adalah bagian dari sakramen itu sendiri yaitu tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan dengan umat manusia.

Sakramen Ekaristi ditetapkan oleh Yesus sendiri dalan hari Kamis Putih saat Ia merayakan perjamuan malam terkahir. Saat itu Yesus memecah-mecah roti dan memberikannya kepada mereka sambil berkata, “Ambillah ini dan makankah, inilah tubuh-Ku yang Ku serahkan bagimu.” Kemudian, Ia mengambil piala berisi anggur dan berkata, “Ambillah ini dan minumlah. Inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal yang akan ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku.” Karena ini Ekaristi disebut pula kenangan akan korban Kristus. Kenangan bukan hanya


(35)

sekedar menyangkut peringatan peristiwa masa lampau tetapi mengungkapkan kehadiran dan aktualisasi apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada Bapa di kayu salib. (Katekese Inisiasi, 2012 : 34-35)

4. Sakramen Krisma

Dalam Sakramen Krisma atau Sakramen Penguatan Allah menganugerahkan karunia khusus yaitu penerimaan Roh Kudus, penerimaan Roh Kudus dalam sakramen Krisma tidak berarti pemisahan dan pemutusan mutlak antara Sakramen Pembaptisan dan Sakramen Penguatan. Ada kesamaan dasar antara kedua sakramen tersebut. Baik dalam Sakramen Pembaptisan maupun Sakramen Penguatan, keduanya mengantar seseorang untuk masuk dalam kesatuan jemaat sebagai anggota baru.

C. Sakramen Krisma 1. Arti Sakramen Krisma

Sakramen Krisma merupakan kelanjutan dari Sakramen Baptis dalam keseluruhan proses Inisiasi Kristiani yang terdiri dari Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi dan Sakramen Krisma. Baptis menempatkan orang ke dalam Geraja menjadi warganya sedangkan Sakramen Krisma menempatkan warga baru yang telah di Baptis ke dalam perutusan untuk bersaksi dan berwarta berdasarkan hidup baru yang sudah diterimanya.

“Sakramen penguatan, yang memberikan materai dan dengan nama orang-orang yang telah dibaptis melanjutkan perjalanan inisiasi kristiani, diperkaya dengan anugerah Roh Kudus serta dipersatukan lebih sempurna


(36)

dengan Gereja; sakramen penguatan itu juga menguatkan dan semakin mewajibkan mereka untuk dengan kata dan perbuatan menjadi saksi-saksi Kristus, menyebarkan dan membela iman” (KHK, kan. 879)

Sakramen Penguatan disebut juga sebagai Sakramen Krisma, disebut Sakramen Krisma karena sakramen ini menggunakan minyak krisma, bahan yang dipakai untuk pengurapan. Krisma sendiri berarti pengurapan. Pengurapan ini menjelaskan nama Kristus yang berarti „yang terurapi‟ yang dapat kita lihat kesempurnaannya pada diri Yesus Kristus, yang diurapi Allah dengan Roh Kudus-Nya (Kis 10:38). Jadi Krisma bagi kita adalah pengurapan yang menjadikan kita seperti Kristus, dengan menerima pengurapan Roh Kudus yang sama seperti yang diterima oleh Kristus. Orang yang menerimanya disiapkan untuk turut ambil bagian dalam karya perutusan Gereja dengan semangat misioner yang bersumber dari Allah Sendiri selain itu Sakramen Penguatan bertujuan untuk menguatkan dan memperkokoh rahmat Sakramen Baptis.

Menurut buku liturgi, “ proses inisiasi Kristen dilanjutkan dalam sakramen Krisma. Dalam Sakramen Krisma orang beriman menerima Roh Kudus yang pada hari Pentekosta diutus Tuhan kepada para rasul. Berkat anugerah Roh Kudus ini, orang beriman menjadi lebih serupa dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan tubuhNya dalam iman dan cinta kasih”

Dalam Sakramen Krisma Roh Kudus sebagai kekuatan Gereja. Gereja itu memberi wujud historis kelihatan kepada tugas dan karya publik Kristus, yang tertuju kepada seluruh dunia. Roh Kudus menyanggupkan orang yang


(37)

diinisiasikan untuk secara aktif turut serta dalam tugas misioner dan publik jemaat Kristen.

2. Kekhasan Sakramen Krisma

Dalam Sakramen Baptis, orang sudah dihapus dosanya, diberi rahmat pengkudusan dan keutamaan Ilahi serta moral. Dalam Sakramen Krisma anggota jemaat oleh Roh Kristus disanggupkan untuk ikut serta dalam tugas penyelamatan jemaat Kristus agar di dunia ini turut membangun jemaat Kristus demi keselamatan umat manusia.

mengatakan bahwa “Dengan sakramen Krisma seorang anggota jemaat dinyatakan dan dalam rangka “persona publica”, yang sepenuh-penuhnya terlibat dalam penyelamatan jemaat. Dengan karunia Roh Kudus anggota jemaat dikuatkan dan diperteguh sehingga anggota jemaat menjadi sadar bahwa dirinya sudah terlibat dalam aktivitas penyelamatan jemaat. (Banawiratma, 1989 : 100-10)

3. Materai Krisma

Tugas serta kesanggupan tersebut sekali untuk selama-lamanya dan secara kelihatan diberikan dalam Sakramen Krisma. Sakramen Krisma memberi “materai yang tak terhapuskan” yang disebut sebuah “tanda rohani”. Materai yang yang disebutkan adalah seseorang dilantik dan ditugaskan dalam rangka jemaat Kristus serta disanggupkan untuk turut serta dalam tugas penyelamatan jemaat. (Banawiratma, 1989 : 100-101)


(38)

4. Liturgi Sakramen Krisma

Sakramen Krisma atau penguatan diberikan oleh uskup atau yang mendapat delegasi dari uskup. Secara liturgis Sakramen Krisma diberikan dalam perayaan Ekaristi, diberikan setelah Liturgi Sabda. Adapun urutan perayaan penerimaan Sakramen Krisma adalah sebagai berikut (Katekese Inisiasi, 2012 : 42)

a. Pembaharuan janji Baptis yang memperlihatkan hubungan Sakramen Krisma dengan Sakramen Penguatan

b. Penumpangan tangan dan doa oleh uskup. Dengan tangan terkatub, uskup berdoa bagi turunnya Roh Kudus, lalu dengan mengulurkan tangan ke arah calon, ia memohon tujuh karunia Roh Kudus.

c. Pengurapan dengan minyak Krisma. Uskup mengoleskan ibu jari kanan ke dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada dahi calon sambil berkata “Terimalah tanda karunia Roh Kudus”. Ini merupakan tanda turunnya karunia Roh Kudus dan menerima materai yang tak terhapuskan, yaitu suatu tanda dari Tuhan, setelah penerimaan Sakramen Krisma, dilanjutkan dengan Liturgi Ekaristi.

5. Makna Simbol Sakramen Krisma

Dalam Penerimaan Sakramen Krisma ada beberapa simbol yang digunakan, simbol yang merupakan materia dan tata gerak (Katekese Inisiasi, 2012: 43)


(39)

a. Minyak Krisma

Penerimaan Sakramen Penguatan menggunakan minyak krisma sebagai materianya. Minyak krisma terbuat dari minyak buah zaitun dan dicampur sedikit balsam. Minyak krisma diberkati oleh uskup pada saat misa krisma, sehari sebelum Hari Raya Kamis Putih. Minyak krisma merupakan simbol pengudusan oleh Roh Kudus yang hadir dalam bentuk bau wangi.

b. Penumpangan Tangan Uskup

Penumpangan tangan menjadi simbol turunnya Roh Kudus bagi para calon, Roh itu akan menjadi Roh yang mendewasakan iman para calon dan mengguatkan mereka. Penumpangan tangan pada bahu para calon penerima Sakramen Krisma menggambarkan bahwa penumpangan itu dikaitkan dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab baru yang harus dipikul yaitu tugas perutusan sebagai saksi Kristus.

c. Pengurapan Minyak Krisma

Setelah penumpangan tangan oleh uskup, calon penerima Sakramen Krisma menerima urapan minyak krisma pada dahi mereka. Pengurapan ini menjadi simbol pemberian anugerah Allah yang menguatkan, melantik, menguduskan dan menjadikan seseorang memiliki tugas baru dalam hidupnya. Pengurapan juga menumbuhkan semangat serta ketetapan hati pada diri seseorang yang menerima dengan bantuan Roh Kudus.


(40)

d. Tepuk pada pipi penerima Sakramen Krisma

Uskup menepuk pipi penerima Sakramen Krisma sebagai tanda pemberian restu dan semangat agar penerima Sakramen Krisma berjuang menjadi saksi Kristus dengan mantap dan berani.

e. Pemberian Nama Krisma

Nama krisma menjadi simbol semangat baru yang dimiliki santo-santa yang telah dipilih oleh para calon penerima Sakramen Krisma. Nama santo-santa yang telah dipilih menjadi teladan dan menghayati perutusan sebagai saksi Kristus.

6. Pelayan Sakramen Krisma

Sakramen Krisma memberikan penugasan dan pengangkatan resmi menjadi persona publica dalam jemaat, maka penerimaan Sakramen Krisma menjadi wewenang khusus pemimpin mandiri jemaat yaitu uskup. Dalam Kitab Hukum Kanonik juga disebutkan bahwa yang menjadi pelayan Sakramen Krisma adalah Uskup, namun sakramen itu juga dapat diberikan sah oleh imam yang memiliki kewenangan (Kan.882). kewenangan itu memiliki syarat sebagai berikut (Kan.883) :

a. Dalam batas-batas wilayah kekuasaaannya, mereka yang dalam hukum disamakan dengan Uskup diosesan.

b. Uskup sudah memberi mandat kepada imam.

c. Orang yang akan menerima Sakramen Krisma sedang dalam bahaya maut. Selain itu, dalam keadaan darurat Uskup diosesan bisa mengusahakan penerimaan Sakramen Krisma diberikan oleh Uskup lain atau kewenangan kepada


(41)

beberapa imam tertentu dan untuk memberikan penguatan secara licit kepada keuskupan lain, Uskup membutuhkan izin dari Uskup diosesan (Kan 884-886).

7. Persayaratan Calon Penerima Sakramen Krisma

Sesuai dengan yang teracantum dalam Kitab Hukum Kanonik Calon penerima Sakramen Krisma harus memenuhi syarat yaitu yang menerima Sakramen Penguatan adalah semua dan hanya yang telah dibaptis serta belum pernah menerimanya (Kan. 889). Di luar bahaya maut Sakramen Penguatan hendaknya diberikan kepada umat beriman pada sekitar usia dapat menggunakan akal, dari segi usia, usia remaja setingkat SLTP merupakan usia minimal untuk dapat menerima Sakramen Krisma dikarenakan usia remaja lebih sesuai dengan maksud dan makna penguatan. Mereka dituntut untuk diajar secukupnya, berdisposisi baik dan dapat memperbaharui janji-janji baptis. Disamping itu Sakramen Krisma dapat diberikan dalam bahaya maut atau jika menurut penilaian pelayan sakramen, ada alasan berat yang menganjurkan lain (Kan. 891).

8. Penanggungjawab Sakramen Krisma a. Tanggung Jawab penerima Sakramen Krisma

Umat beriman wajib menerima Sakramen Krisma tepat pada waktunya. Seorang yang telah menerima Sakramen Krisma maka ia memiliki tanggung jawab menjadi warga Gereja sepenuhnya karena dengan sakramen Krisma ia telah secara penuh menjadi anggota Gereja yang harus terlibat aktif memikul tanggung jawab dan mempuyai hak dan peranan yang sama dengan semua anggota Gereja yang lain yang sudah dewasa. Para calon penerima Sakramen Krisma diajak pula


(42)

memahani bahwa Sakramen Krisma mengandung suatu panggilan untuk menjadi saksi Kristus.

Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima Sakramen Krisma diikutsertakan dalam aneka tugas liturgi seperti lektor, misdinar, pemazmur, koor atau tugas lainnya.

b. Tanggung Jawab Orang Tua

Orang tua bertanggung jawab untuk mendampingi anaknya dengan memberikan pendidikan iman terutana di rumah. Orang tua juga wajib mendukung anaknya dalam dari persiapan Sakramen Krisma hingga sesudah penerimaan Sakramen Krisma.

c. Tanggung Jawab Gereja

Gereja bertanggung jawab agar umatnya dapat menyambut Sakramen Krisma tepat pada waktunya. Selain itu Gereja mengusahakan dan memperhatikan agar umat beriman memiliki pemahaman dan penghayatan yang memadai mengenai Sakaramen Krisma.

d. Tanggung Jawab Umat Setempat

Umat setempat hendaknya menerima dan mendukung mereka dalam berbagai kegiatan, mengajak mereka untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan maupun pertemuan-pertemuan lingkungan.

e. Tanggung Jawab Wali Krisma

Wali krisma adalah pihak yang mendampingi dan membimbing calon penerima krisma. Wali krisma diharapkan mampu menunjukkan jalan kepada calon penerima krisma untuk menerapkan Injil dalam hidupnya sendiri dan dalam hubungannya dengan masyarakat. Wali krisma harus menolong dalam


(43)

keragu-raguannya dan kebimbangannya. Wali krisma bertugas mengusahakan agar yang telah menerima penguatan bertindak sebagai saksi Kristus yang sejati dan dengan setia memenuhi kewajiban-kewajiban yang melekat pada sakramen itu.

Syarat untuk menjadi seorang wali krisma tidak jauh berbeda dengan wali baptis, yaitu (Kan.874) :

1) Ditunjuk oleh calon penerima Sakramen Krisma atau orangtuanya atau oleh orang yang mewaliki mereka selain itu ia cakap dan mau melaksanakan tugas itu.

2) Berumur genap enambelas tahun, kecuali umur lain ditentukan oleh Uskup diosesan atau ada kekecualian.

3) Seorang katolik yang telah menerima penguatan dan Sakramen Ekaristi. 4) Tidak terkena suatu hukum kanonik.

5) Bukan ayah atau ibu dari calon penerima Sakramen Krisma. f. Tanggung Jawab Katekis

Katekis harus siap memberikan katekese kepada calon penerima Sakramen Krisma. Katekis akan mengajar, melatih dan meneguhkan untuk menjadi katolik. Dengan kesungguhkan hati katekis diharapkan mampu mendampingi para calon penerima Sakramen Krisma dan bahka menjadi teladan bagi para calon.

9. Bidang Perutusan Sakramen Krisma

Setiap orang yang menerima Sakramen Krisma dianggap sudah dewasa baik dalam cara berpikir maupun bertindak. Ia bisa dilibatkan dalam aneka tugas perutusan Gereja.


(44)

Ada empat bidang tugas Gereja yang bisa menjadi medan perutusan orang-orang yang telah menerima Sakramen Krisma (Katekese Inisiasi, 2012: 47-48) . a. Leiturgia

Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima Sakramen Krisma diutus untuk terlibat dalam aneka tugas liturgi misalnya menjadi misdinar, lektor, pemazmur, koor atau tugas-tugas lainnya. Partisipasi yang dimaksud bukan karena diajak orang melainkan suatu dorangan dari dalam untuk turut serta menggembangkan Gereja. Sebab yang telah menerimakan Sakramen Krisma, ia turut bertanggung jawab atas mati dan hidupnya, tumbuh dan berkembangnya Gereja dalam aneka kehidupan.

Sebagai wujud keterlibatan, partisipasi juga dapat dalam bentuk aneka tugas liturgi sesuai dengan kemampuannya. Kehadirannya tentu akan turut membawa kemajuan dalam bidang liturgi. Namun lebih dari itu, seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma juga dimungkinkan untuk menjadi pionir-pionir dalam kehidupan liturgi. Tidak hanya berpartisipasi, tetapi justru menjadi pemikir yang kreatif, inovatif dan motivator bagi majunya kegiatan-kegiatan liturgi.

b. Koinonia

Panggilan Tuhan bukan panggilan secara personal antara manusia dengan Tuhan, tetapi panggilan Tuhan juga diarahkan untuk menggembangkan persekutuan (koinonia) antar umat beriman dalam kesatuan iman akan Tuhan.

Setiap orang yang telah menerima Sakramen Krisma didorong untuk masuk dalam persekutuan dan terlibat didalamnya. Tidak hanya menjadi anggota persekutuan, tetapi juga diharapkan turut memikirkan dan mengembangkan


(45)

persekutuan agar lebih hidup dan tumbuh menjadi persekutuan yang sehati sejiwa dalam iman dan kasih.

Sebagai seseorang yang telah dewasa imannya, orang yang telah menerima Sakramen Krisma diharapkan mengembangkan sikap-sikap yang perlu untuk mendukung persekutuan dan sekaligus membuang sikap-sikap yang bisa merusak persekutuan. Sikap-sikap yang mengembangkan persekutuan adalah kesediaan diri untuk hadir dalam acara-acara bersama, terlibat dalam tugas-tugas bersama, membangun sikap yang ramah, lemah lembut dan penuh dan penuh pengertian. Sedangkan sikap yang merusak persekutuan antara lain mudah berpikir negatif dan tertutup terhadap kehadiran orang lain. Sikap-sikap semacam ini perlu dihindari agar persekutuan tetap terjaga dan tumbuh menjadi medan setiap pribadi untuk mengambangkan iman dan kasih.

c. Diakonia

Kehadiran Gereja di tengah umatnya dan masyarakat adalah untuk meneladan Yesus Kristus yaitu melayani, khususnya melayani mereka yang termasuk dalam kelompok KLMTD. Pelayanan itu bisa terwujud dalam bentuk pelayanan spontan, pelayanan karitatif dan pelayanan pemberdayaan. Pelayanan spontan adalah pelayanan yang diberikan kepada orang lain secara spontan dan dengan tulus. Misalnya menolong orang kecelakaan atau membantu orang mengerjakan sesuatu. Pelayanan karitatif adalah pelayanan yang diberikan dalm bentuk uang atau dana. Dana itu diberikan untuk kebutuhan mendesak misalnya pengobatan, beasiswa atau bencana. Sedangkan pelayanan pemberdayaan adalah bantuan yang diberikan untuk tujuan pemberdayaan orang dalam hidup dan usaha. Misalnya, memberikan dana untuk modal usaha atau untuk suatu pelatihan


(46)

ketrampilan. Melalui pelayanan diakonia, diharapkan mereka yang telah menerima Sakramen Krisma menyadari bahwa diriya dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain melalui pelayanan-pelayanan yang diberikan. Sebagai seorang yang telah menerima Sakarmen Krisma, bisa mendukung kegiatan diakonia dengan hidup saling membantu dan berbagi kepada orang lain yang membutuhkan.

d. Kerygma

Setiap orang yang menerima Sakramen Krisma dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan. Ia tidak hanya menerima pewartaan tetapi juga turut menjadi pewarta bagi yang lain. Misalnya, ia ikut membahas Kitab Suci, memimpin pendalam iman, dan memberikan renungan dalam suatu kelompok tertentu. Pewartaan juga disampaikan secara personal, yakni pada orang-orang yang ingin bertanya dan mendalami sesuatu.

Untuk mendukung tugas ini, seseorang perlu membekali diri terus menerus. Pembekalan itu bisa dilakukan dengan membaca Kitab Suci, ajaran-ajaran Gereja atau buku-buku yang berisi pendalaman iman.

D. Gambaran Remaja Pada Umumnya

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usianya maupun peranannya tidak terlalu jelas. Pubertas yang pada dianggap sebagai tanda suatu awal dari keremajaan ternyata tidak valid lagi dijadikan sebagai patokan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi di awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda


(47)

keremajaan namun sering kali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai aspek kehidupan dalam diri mereka. (Hurlock, 1990:207-215)

1. Perubahan Fisik

Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual. Perbedaan seks sangat jelas. Perubahan ini berpengaruh dalam perkembangan jiwa remaja. Perubahan-perubahan fisik menyebabkan seorang remaja menjadi canggung karena harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada pada dirinya. Banyak dari remaja mengalami ketidakpuasan dengan tubuhnya ini merupakan salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurang harga diri selama masa remaja.

Keperihatinan muncul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial, mereka meyakini bahwa yang menarik biasanya diperlakukan lebih baik.

2. Perubahan Sosial

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial, penyesuaian diri dengan meningkatkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan


(48)

sosial yang baru, nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi kepemimpinan.

yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, kelompok sebaya memberikan dunia tempat kaum muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya.

Yang paling menonjol dari perubahan sikap dan perilaku adalah hubungan heteroseksual. Perubahan hubungan heteroseksual ini sangat radikal, yaitu perubahan dari remaja yang bersangkutan menyukai dan memperhatikan kawan lawan jenis, yang sebelumnya merasa tidak mereka sukai ataupun perhatikan sama sekali.

3. Perubahan Moral

Ketika memasuki masa remaja, mereka tidak lagi menerima kode moral dari orang tua, guru, bahkan teman-teman sebaya. Mereka membentuk kode moral sendiri berdasarkan konsep tentang benar dan salah yang telah diubah dan diperbaikinya agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang.

Pada perkembangan kesadaran moral remaja, terjadi perubahan moral yang terjadi pada mereka. Mereka lebih peka terhadap harapan dan pandangan orang lain dalam masyarakat sekitarnya. Reputasi orang menjadi perhatian, sedang aspek moral dari reputasi itu dipandang sebagai bagian utama reputasi. Sehubungan dengan hal ini mereka mulai menyadari bahwa orang lain


(49)

mengharapkan adanya sikap tanggung jawab pada orang lain, khususnya kepada mereka yang dekat hubungannya dengan dirinya. Mewujudkan tanggung jawab bukanlah hanya hidup sesuai dengan harapan orang lain dalam hubungan sosial, namun perlu pula untuk meraih reputasi dan memperkuat jati dirinya.

E. Persiapan Sakarmen Krisma

Untuk menerima Sakramen Krisma, calon perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh dengan pengajaran oleh seorang katekis. Agar calon memahami keutuhan Sakramen inisiasi perlu dilakukan rekatekisasi untuk Sakramen Baptis dan Ekaristi. Setelah itu calon baru diajak untuk memahami Sakramen Krisma itu sendiri. dalam meteri Sakramen Krisma peserta diajak untuk memahami Sakramen Krisma sebagai bagian dari Sakramen inisiasi.

Dalam pendampingan ini diharapkan supaya calon semakin mensyukuri Sakramen yang diterimanya dan merasakan buah-buah yang ada di dalamnya. Kedua, berkat Roh Kudus mereka semakin dikuatkan sehingga sanggup untuk mengemban tugas perutusan mereka di dalam Gereja maupun di tengah masyarakat. Ketiga, mereka semakin berani menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari dengan tantangan yang mereka hadapi. Atau dengan kata lain, Sakramen Krisma diharapkan penerimanya beriman mendalam (dalam penghayatan dan pemahamannya) dan tangguh dalam menghadapi pergulatan hidup dan tantangan dari luar. (Katekese Inisiasi, 2015 : 38)


(50)

F. Kriteria Persiapan Sakramen Krisma

Dalam suatu pendampingan program kerja mempunyai peranan penting yang di dalamya terdapat tujuan, metode, sarana, materi dan proses kegiatan. Selain itu didalam pendampingin tentu terdapat pendamping, calon penerima Krisma dan pada akhir pendampingan dilaksanakan evaluasi. Dalam persiapan pendampingan maka aspek di atas harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu : 1. Tujuan - Diarahkan pada pemahaman siswa dan

kemampuan mereka untuk memaknai dan menghayati sakramen

2. Materi - Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan, akurat, rasional, praktis, relevan dengan kebutuhan calon, mengandung segi-segi etik, dan bersumber dari buku yang baku

3. Metode - Dirumuskan untuk mencapai tujuan, sesuai dengan keadaan para calon, dan membantu calon dalam berdinamika

4. Sarana - Menunjang tujuan yang telah dirumuskan, tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari, ketersediaan, bermutu, dan terdapat interaksi antara pendamping dan calon


(51)

5. Proses Kegiatan - Membantu siswa untuk memaknai sakramen Krisma yang akan diterimanya dan terdapat tahap-tahap yang jelas

6. Pendamping - Katekis yang memiliki sertifikat, siap untuk memberikan katekese kepada para calon, memiliki wawasan tentang sakramem Krisma, memiliki ketrampilan untuk memimpin, mampu membimbing siswa untuk menghayati sakramen

7. Calon penerima Sakramen - Aktif dalam kegiatan rohani di Gereja ataupun di lingkungan, aktif dalam kegiatan bermasyarakat, rajin membaca Kitab Suci, aktif dalam proses pendampingan, mengikuti tridium

8. Evaluasi - Mengukur secara jelas hasil belajar yang sudah dipelajari, mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan dan dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan


(52)

G. Katekese Persiapan Sakramen Krisma 1. Pentingnya Katekese

Remaja merupakan aset yang sangat berharga bagi masa depan Gereja, pada masa remaja seseorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa inilah seringkali muncul banyak permasalahan yang pelik dalam kehidupan mereka, di antaranya dalam hidup iman dan rohaninya. Dalam keadaan inilah katekis dan orang tua mempunyai peran yang besar bagi perkembangan hidup remaja itu sendiri. Salah satu jalan yang perlu ditempuh oleh katekis sebagai tenaga pastoral Gereja adalah memberikan suatu pendampingan imam atau katekese, seperti yang tertera dalam anjuran apostolik Bapa Paus Yohanes II mengenai penyelenggaraan Katekese (Catechesi Tradendae) yang berbunyi :

Menyusul masa pancaroba (masa puber) dan masa remaja, dengan segala keagungan dan bahaya yang ada padanya. Itulah masa anak menemukan diri serta dunia batinnya sendiri, masa munculnya rencana-rencana yang mencerminkan idealisme, masa perasaan mencintai, disertai naluri-naluri biologis seksualituas, masa anak menginginkan kebersamaan, masa kegembiraan yang intensif secara khas berkaitan dengan penemuan hidup yang membawa kesegaran, akan tetapi masa pancaroba sering pula merupakan tahap munculnya pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam, masa mencari dalam kecemasan atau bahkan disertai frustasi, masa kecurigaan tertentu terhadap sesama dan intropeksi yang berbahaya, dan ada kalanya masa pengalaman-pengalaman kemunduran dan kekecewaan, katekese tidak mengizinkan sikap acuh tak acuh terhadap aspek-aspek yang berubah-ubah selama periode kehidupan yang rumit itu. katekese yang mampu membimbing anak remaja untuk memeriksa hidupnya yang menjalin dialog, katekese yang tidak mengacuhkan soal-soal besar kaum remaja, pemberian diri, iman kepercayaan, cinta kasih dan sarana-sarana untuk mengungkapkannya berupa seksualitas, katekese semacam ini sangat menentukan. Perwahyuan Yesus Kristus sebagai sahabat, pembimbing dan teladan yang dapat dikagumi tetapi juga dicontoh; pewartaab amanat-Nya, yang memberikan jawaban terhadap soal-soal yang mendasar, pengungkapan rencana Kristus Sang Penyelamat yang penuh kasih sayang sebagai penjelmaan satu-satunya cinta kasih yang


(53)

otentikm dan sebagai kemungkinan untuk menyatukan umat manusia – semua itu memberikan dasar pendidikan iman yang sejati. (CT. No. 38)

2. Katekese Inisiasi

Dengan katekese inisiasi, para calon merasa didampingi dan diteguhkan dalam proses. Dalam prosesnya para calon mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang Allah dan karya keselamatan-Nya serta tentang ajaran Gereja, tentu saja memerlukan waktu yang memadai hingga akhirnya terjadi pengendapan iman dalam hidupnya sehingga apa yang sudah diajarkan dapat diinternalisasikan dan dapat menjadi landasan dalam berpikir, berbicara, bersikap dan bertindak. Katekese memberi jaminan bahwa orang yang akan menerima sakramen adalah orang yang sudah dianggap mengetahui ajaran agama katolik, menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari dan mengungkapkannya dalam doa dan ibadat. (Katekese Inisiasi, 2012: 11)

3. Katekese Persiapan Sakramen Krisma

Salah satu usaha persiapan adalah dengan katekese yang bertujuan supaya calon krisma dapat menyadari peranan dari kehadiran Roh Kudus dalam hidup mereka, tanggung jawab mereka sebagai anggota Gereja, perlunya pembinaan iman yang terus menerus, kewajiban merasul dan menjadi saksi Kristus di tengah dunia.

Model katekese yang digunakan adalah Katekese Umat. Katekese Umat adalah sebuah model katekese yang memfokuskan perhatiannya terutama pada umat baik dari segi pelaksanaan, sumber dan tujuan katekesenya (dari, oleh dan untuk umat). dalam katekesenya ini katekis tidak bertindak sebagai pengajar


(54)

agama, katekis adalah fasilitator komunikasi iman atau dialog pengalaman iman di mana komunikasi yang berjalan adalah komunikasi dua arah. Harapannya supaya dengan dialog keterlibatan aktif mereka akhirnya dapat menyadari, menemukan nilai-nilai iman dalam keterlibatannya dalam hidup masyarakat.

4. Tujuan Katekese Persiapan Sakramen Krisma

Katekese Sakramen Krisma bertujuan untuk lebih menyadari kehadiran dan peranan Roh Kudus dalam diri mereka, lebih menyadari tanggung jawab sebagai warga Gereja, lebih menyadari pentingnya pembinaan terus-terusan di bidang iman dan lebih menyadari kewajiban merasul/menjadi saksi Kristus. Melalui proses katekisasi, seorang calon dibimbing untuk semakin mengenal jati dirinya sebagai seorang beriman dan sekaligus tanggung jawab yang harus dipikulnya. (Katekese Inisiasi, 2012: 12)

5. Subjek Katekese Persiapan Sakramen Krisma

Subjek Katekese adalah mereka yang sudah dibaptis, sudah menerima komuni pertama dan telah mendaftarkan diri sebagai calon penerima Sakramen Krisma.

6. Pendamping Katekese Sakramen Krisma

Pendamping atau katekis harus siap memberikan katekese kepada calon penerima sakramen. Katekis diharapkan memiliki bekal yang cukup agar dapat mendampingi para calon dengan kesungguhan hati. Dengan wawasan pengajaran,


(55)

metode, maupun isi diharapkan katekis mampu mengajar, meneguhkan, dan bahkan menjadi saksi teladan bagi para calon.

H. Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan mengenai persiapan yang dilaksanakan sebelum penerimaan Sakramen Krisma, apakah persiapan pendampingan sudah memenuhi kriteria mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan evaluasi.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan, metodologi penelitian meliputi desain penelitian, variabel penelitian, pengontrolan variabel yang meliputi materi dan evaluasi yang diberikan. Bab ini membahas mengenai perlakuan, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, dan uji coba instrumen. Secara singkat hal-hal di atas akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, hingga pada penyajian data, untuk menjukkan gambaran variabel X (persiapan Sakramen Krisma).

B. Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan tujuan penelitian ini, penelitian bersifat deskriptif, desain penelitian deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang ada, yang sedang berlangsung saat ini maupun yang lampau.


(57)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Penelitian dilaksanakan di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan yang berada di dusun Somohitan, Girikerto Turi Sleman Yogyakarta. Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kaum muda yang sudah pernah mendapatkan persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sejumlah 60 orang. Table for determining needed sizes of a randomly chosen sample from a given finite population of N cases such that the sample proportion p will be within 0,05 of the population proportion P with a 95 percent level of confidence Et. Jika populasi sejumlah 60 maka sample 52.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik penggumpulan data dengan menggunakan kuisoner (angket) dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

1. Variabel Penelitian a. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah “persiapan Sakramen Krisma”


(58)

b. Definisi Konseptual Variabel

Persiapan Krisma merupakan upaya Gereja dalam bentuk pendampingan untuk mempersiapan calon penerima Sakramen Krisma supaya para calon penerima Sakramen Krisma siap menerima Sakramen Krisma.

c. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Persiapan Sakramen Krisma merupakan interaksi antara pendamping dengan calon penerima Sakramen Krisma, yang melalui suatu program yang terdiri dari tujuan, materi, metode, sarana, pendamping, calon penerima dan evaluasi.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dengan bentuk multiple choice (pilihan ganda). Multiple choice menyediakan beberapa jawaban atau alternatif dan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.

Instrumen dalam bentuk multiple choice meliputi pertanyaan tertulis mengenai persiapan Sakramen Krisma. Adapun rincian pertanyaan masing-masing sebanyak 40 butir pertanyaan tertulis mengenai persiapan Sakramen Krisma. Adapun rincian pertanyaan variabel sebanyak 40 butir pertanyaan.


(59)

3. Kisi-kisi Penelitian

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen.

Variabel Aspek Indikator No.

Butir Variabel Deskriptif (X) Persiapan Sakramen Krisma Program :  Tujuan  Materi  Metode Program :

 Diarahkan pada

pemahaman siswa dan kemampuan mereka untuk memaknai dan menghayati sakramen

 Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan

 Akurat  Rasional  Praktis

 Relevan dengan

kebutuhan calon

 Mengandung segi-segi etik

 Bersumber dari buku yang baku

 Dirumuskan untuk mencapai tujuan

 Sesuai dengan keadaan para calon

 Membantu calon dalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11


(60)

 Sarana

 Proses Kegiatan

berdinamika

 Menunjang tujuan yang telah dirumuskan

 Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari

 Ketersediaan  Bermutu

 Terdapat interaksi antara pendamping dan calon

 Membantu siswa untuk memaknai sakramen Krisma yang akan diterimanya

 Terdapat tahap-tahap yang jelas 12 13 14 15 16,17 18 19,20,21,22

Pendamping  Katekis yang memiliki sertifikat

 Siap untuk memberikan katekese kepada para calon

 memiliki wawasan tentang sakramem Krisma

 memiliki ketrampilan untuk memimpin

 mampu membimbing 23

24

25

26


(61)

siswa untuk menghayati sakramen

Calon penerima Sakramen

 Aktif dalam kegiatan rohani di Gereja ataupun di lingkungan  Aktif dalam kegiatan

bermasyarakat

 Rajin membaca Kitab Suci

 Aktif dalam proses pendampingan

 Mengikuti tridium

28

29

30 31,32,33,

34

Evaluasi  Mengukur secara jelas hasil belajar yang sudah dipelajari

 Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan

 Dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan

35,36

37,38

39,40

4. Pengembangan Instrumen a. Uji Coba Terpakai

Uji coba instrumen penelitian ini bersifat uji coba terpakai yang berarti paneliti hanya satu kali menyebarkan instrumen dan data diperoleh digunakan


(62)

untuk penelitian. Butir instrumen yang telah diisi oleh responden diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang memiliki nilai validitas dan reliabilitas rendah tidak layak dipakai dalam analisa data. Instrumen yang memenuhi syarat dalam uji validitas dan reliabilitas akan digunakan dalam analisa data dan uji hipotesis.

b. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendiskripsikan suatu variabel (Sujarweni dan dan Poly Endrayanto, 2012:177). Alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas.

Uji validitas dalam penelitian ini perhitungannya dibantu dengan program SPSS 16.0 for windows. Melalui uji coba terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf signifikan 0.05 dengan N 52 orang, untuk menentukan kevalidan item dapat diketahui. Bila signifikansi kurang dari 0.05 maka item valid, namun bila signifikansi lebih dari 0.05 maka item tidak valid.

Hasil validitas pada variabel persiapan Sakramen Krisma dari 40 soal terdapat 34 soal yang valid sedangkan 6 soal tidak valid. Adapun soal yang tidak valid yaitu nomer 2, 5, 16, 23 dan 34 dengan rentang signifikansi 0.071-0.708. Dengan demikian, ada 34 dari 40 soal yang layak dianalisa lebih lanjut.

c. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen sudah


(63)

dianggap baik. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan atau konsistensi alat ukur, apakah alat ukur dapat digunakan akan tetap konsisten bila pengukuran dilakukan kembali. Menurut Sekaran (dalam Duwi Priyatno, 2012:120) reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima, dan diatas 0.8 adalah baik.

Tabel 2. Reliability Statistics.

Cronbach's Alpha N of Items

.882 40

Dalam penelitian ini, uji coba reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s Alpha. Keterangan di atas menunjukan bahwa 40 item instrumen variabel persiapan Sakramen Krisma telah memenuhi kriteria reliabilitas dan dapat disebut reliabel. Reliabilitas instrumen ini ditunjukan dengan kolom Cronbach’s Alpha sebesar 0.882 yang berarti baik.

F. Teknik Analisa Data 1. Uji Prasyarat Analisa

Setelah mendapatkan data dari responden lalu diuji validitas dan reliabilitasnya, langkah selanjutnya adalah melakukan uji prasyarat analisis. Adapun uji prasyarat analisis ini mencakup uji normalitas dengan menggunakan aplikaso SPSS for windows versi 16.0. jenis data yang digunakan adalah skala


(64)

ordinat, yakni data perihal persiapan Sakramen Krisma yang didasarkan pada jenjang dari paling tinggi hingga paling rendah

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas distribusi menjadi syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis, bertujuan untuk mengetahui apakah data dapat berdistribusi dengan normal. Normalitas data penting, karena data yang terdistribusi dengan normal dianggap data yang mewakili suatu populasi.

Uji normalitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0 yakni menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka kesimpulannya data tidak normal. Tetapi jika nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka data berdistribusi normal.

2. Analisa Deskriptif

Analisa deskriptif digunakan untuk menggambarkan statistik data seperti rata-rata (mean), skor total (sum), standar deviasi, variance, rentang skor (range), serta mengukur distribusi data dengan skewness dan kurtosis (Duwi Priyanto, 2012:25).

a. Variabel Persiapan Sakramen Krisma

Deskripsi data untuk tiap butir pada aspek ditentukan dengan rumus berikut :

Smak – Smin 4


(65)

Keterangan :

Smak : Skor Maksimal Smin : Skor Minimal

N : Rentang skala tiap item

Berdasarkan 35 soal dengan skala 1 – 4, skor maksimum yang diperoleh adalah 140, skor minimum 35, dengan rentang skala 4.

Tabel 3. Interval Variabel Persiapan Sakramen Krisma.

Kriteria Interval

Selalu 113.76-140

Sering 87.6-113.75

Jarang Sekali 61.26-87.5


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Uji Prasyarat Analisa

Uji prasyarat analisis mencakup uji normalitas dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0. berikut uraian uji prasyarat analisis.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas menjadi syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dapat berdistribusi dengan normal. Normalitas data penting, karena data yang terdistribusi dengan normal dianggap data yang mewakili suatu populasi.

Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Persiapan Sakramen Krisma

N 52

Normal Parametersa Mean 132.23

Std. Deviation 10.089

Most Extreme Differences

Absolute .058

Positive .058

Negative -.053

Kolmogorov-Smirnov Z .416

Asymp. Sig. (2-tailed) .995


(67)

Berdasarkan hasil uji normalitas menurut teknik Kolmogorov-Smirnov pada SPSS for windows 16.0 diketahui bahwa nilai signifikan variabel persiapan Sakramen Krisma sebesar 0,995. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2. Deskripsi Data

a. Persiapan Sakramen Krisma

Tabel 5. Rangkuman Deskripsi Persiapan Sakramen Krisma.

Statistics Persiapan

N Valid 52

Missing 0

Mean 115.692

Std. Error of Mean 1.34802

Median 116.502

Mode 122.00

Std. Deviation 9.72068

Variance 94.492

Skewness -.300

Std. Error of Skewness .330

Kurtosis .307

Std. Error of Kurtosis .650

Range 50.00

Minimum 88.00

Maximum 138.00


(68)

Melalui tabel statistik, dapat dilihat N valid 52 responden dengan jumlah instrumen 35 butir, diketahui bahwa rata-rata persiapan Sakramen Krisma dengan harga mean 132.232, standar deviasi 1.008901. Sedangkan range adalah 52 dengan skor minimum 104 dan skor maksimum 156. Nilai tengah (median) adalah 133.002, nilai yang sering muncul (mode) adalah 128.00 dan sum 6876.

Tabel 6. Frekuensi Varibel Persiapan Sakramen Krisma.

Kriteria Interval Jumlah anak Presentase

Selalu 113.76-140 31 60%

Sering 87.6-113.75 21 40%

Jarang sekali 61.26-87.5 0 0%

Tidak pernah 35-61.25 0 0%

Jumlah 52 100%

60% 40%

0% 0%

Diagram 1. Frekuensi Variabel Persiapan Sakramen Krisma. Selalu Sering Jarang Sekali Tidak Pernah


(69)

Berdasarkan analisa frekuensi, berikut klasifikasi variabel persiapan Sakramen Krisma, keterangan gambar diatas menunjukan bahwa 31 responden (60%) penerima Sakramen Krisma setuju bahwa persiapan Sakramen Krisma selalu dilaksanakan dengan baik dan 21 responden (40%) setuju menjawab bahwa persiapan Sakramen Krisma sering dilaksanakan dengan baik.

1) Deskripsi Statistik Aspek Program Persiapan Sakramen Krisma

Tabel 7. Rangkuman Statistik Aspek Program Persiapan Sakramen Krisma.

Statistics program persiapan

N Valid 52

Missing 0

Mean 63.8846

Std. Error of Mean .75640

Median 64.0000

Mode 64.00a

Std. Deviation 5.45446

Variance 29.751

Skewness -.189

Std. Error of Skewness .330

Kurtosis .354

Std. Error of Kurtosis .650

Range 26.00

Minimum 49.00

Maximum 75.00


(1)

(7)

9. Apakah metode yang dipakai dalam persiapan Sakrmen Krisma membantu anda untuk memaknai dan menghayati sakramen Krisma?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

10.Apakah metode yang digunakan dalam persiapan Sakramen Krisma mampu untuk anda laksanakan?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

11.Apakah metode yang digunakan membantu anda dalam proses persiapan Sakramen Krisma?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

12.Apakah sarana yang digunakan menunjang anda dalam memaknai dan menghayati Sakramen Krisma?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

13.Apakah sarana yang digunakan dalam proses persiapan Sakramen Krisma berguna dan dapat membantu ada memahami bahan yang dipelajari?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu


(2)

(8)

14.Apakah sarana yang digunakan dalam persiapan Sakramen Krisma tersedia di Gereja atau mudah untuk anda temukan?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

15.Apakah pendamping menggunakan sarana dengan keadaan yang baik? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

16.Apakah sarana yang digunakan membuat anda berkomunikasi dengan teman yang lain? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

17.Apakah dalam proses persiapan Sakramen Krisma terdapat komunikasi antara pendamping dengan anda?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

18.Apakah proses persiapan membantu anda dalam menghayati Sakramen Krisma? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

19.Apakah dalam proses persiapan Sakramen Krisma dibuka dan ditutup dengan doa? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu


(3)

(9)

20.Apakah dalam proses persiapan Sakramen Krisma ada pengantar dari pendamping? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

21.Apakah dalam proses persiapan Sakramen Krisma terdapat pendamping menjelaskan materi persiapan dengan jelas dan waktu yang cukup?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

22.Apakah dalam proses persiapan Sakramen Krisma anda dapat mengerti inti dari materi yang telah dibahas?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

23.Apakah anda didampingi oleh seorang katekis? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

24.Apakah pendamping mempersiapkan sebelum memulai pendampingan persiapan Sakramen Krisma ?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

25.Apakah pendamping terlihat memiliki wawasan yang luas mengenai Sakramen Krisma? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering


(4)

(10) d. Selalu

26.Apakah pendamping terampil dalam mengkomunikasikan bahan persiapan Sakramen Krisma?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

27.Apakah pendamping membimbing anda untuk menghayati Sakramen Krisma? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

28.Apakah selama masa persiapan Sakramen Krisma anda menghayati kehidupan menggereja?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

29.Apakah selama masa persiapan Sakramen Krisma anda aktif dalam kegiatan masyarakat?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

30.Apakah anda membaca kitab suci di rumah sebelum mengikuti pertemuan persiapan Sakramen Krisma?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu


(5)

(11)

31.Apakah dalam proses pendampingan diarahkan untuk kegiatan diskusi, anda aktif mengutarakan pendapat?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

32.Apakah dalam proses pendampingan diarahkan untuk bersharing pengalaman, apakah anda juga ikut serta dalam bersharing?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

33.Apakah dalam proses pendampingan persiapan Sakramen Krisma saat ada materi yang belum ada pahami anda akan bertanya kepada pendamping?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

34.Apakah tridium yang anda ikuti bermanfaat untuk anda? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

35.Apakah setelah persiapan Sakaramen Krisma berakhir ada penilaian kembali untuk materi yang telah dipelajari?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

36.Apakah penilaian diberikan menyangkut bahan yang telah dibahas? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu


(6)

(12)

37. Apakah anda dapat menjawab pertanyaan dengan baik dari penilaian yang diberikan ? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

38.Apakah penilaian yang diberikan membantu anda mengingat materi yang dibahas saat persiapan Sakrmane Krisma?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

39.Apakah anda mendapatkan hasil yang baik dari penilaian yang diberikan? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu

40.Apakah anda puas dengan hasil yang anda terima? a. Tidak pernah

b. Jarang sekali c. Sering d. Selalu


Dokumen yang terkait

Fungsi Dan Peranan Gondang Dalam Penerimaan Sakramen Krisma Di Gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan: Sebuah Kajian Deskriptif

1 73 73

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI AJARAN GEREJA DALAM PERNIKAHAN KELUARGA KATOLIK DI WILAYAH PAROKI SANTO YOHANES RASUL WONOGIRI.

0 1 7

IMPLEMENTASI AJARAN GEREJA DALAM PERNIKAHAN IMPLEMENTASI AJARAN GEREJA DALAM PERNIKAHAN KELUARGA KATOLIK DI WILAYAH PAROKI SANTO YOHANES RASUL WONOGIRI.

0 1 15

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo.

4 72 183

Hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.

1 36 163

Evaluasi sistem akuntansi penerimaan kas dan pengeluaran kas berdasarkan petunjuk teknis keuangan dan akuntansi paroki : studi kasus Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung.

0 0 203

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo

1 28 181

Evaluasi sistem akuntansi penerimaan kas dan pengeluaran kas berdasarkan petunjuk teknis keuangan dan akuntansi paroki studi kasus Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung

2 16 201

Usulan pengembangan pendampingan calon penerima krisma remaja di Paroki Santo Petrus dan Pulus Minomartani Yogyakarta - USD Repository

0 1 235

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 8 175