Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang penduduknya terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang religius, yang setiap kehidupannya selalu berdasarkan pada ajaran yang dianutnya. Oleh karena itu, setiap manusia harus memiliki agama dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing. Agama 1 terdiri dari dua suku kata, yaitu A yang berarti tidak, dan Gamma artinya kacau, jadi agama berarti tidak kacau. Dengan adanya agama diharapkan dapat membuat suatu keadaan yang damai. Baik ajaran, rumah ibadah, tata ibadah tiap-tiap agama berbeda antara yang satu dengan yang lain. Penulis akan mengangkat salah satu ajaran agama yang akan dituliskan dalam skripsi ini yaitu agama Katolik. . Katolik berarti umum, yang memiliki pengertian terbuka secara umum bagi siapa saja tanpa memandang suku, warna kulit, latar belakang dan kebudayaannya kebiasaannya. 1 Agama berarti tidak kacau Universitas Sumatera Utara Umat Katolik biasanya melakukan ibadah disebuah rumah ibadah yang dinamakan gereja. Gereja di pandang sebagai persekutuan orang beriman, dimana di rumah ini mereka melaksanakan ajaran agama seperti berdoa, bernyanyi dan bermazmur setiap hari minggu dan hari-hari lain ditentukan. Banyak perbedaan antara ajaran Katolik dengan ajaran agama Kristen lainnya. Baik dalam tata cara ibadah maupun lagu-lagu pujian. Gereja Katolik memiliki dua versi ibadah yaitu: 1 Misa Kudus; misa kudus berarti suatu ibadah dimana dalam ibadah ini tubuh dan darah kristus yang dilambangkan dalam rupa roti dan anggur menjadi suatu persembahan yang sangat sakral. Dan misa ini hanya boleh dibawakan oleh kaum biarawan seperti paus, Uskup, maupun Pastor. 2 Ibadah Sabda; ibadah sabda berarti suatu ibadah kecil. Dalam ibadah ini, darah Kristus yang dilambangkan dalam rupa anggur tidak ikut dipersembahkan. Ibadah sabda ini biasanya dibawakan oleh frater 2 maupun kaum awam yang disebut prodiakon 3 . Tata cara ibadah dalam gereja Katolik diatur dalam sebuah buku liturgi sebagai suatu peribadatan gereja. Dalam gereja Katolik dikenal ada empat warna liturgi yang melambangkan masa-masa pada liturgi itu. Warna hijau digunakan pada masa biasa, warna merah 2 Frater adalah seseorang yang masih sekolah di sekolah Pastoral dan dididik untuk menjadi seorang Pastor 3 Prodiakon adalah orang awam yang ditugaskan oleh Uskup untuk membantu menerimakan Tubuh Tuhan komuni dalam Perayaan Ekaristi. . Universitas Sumatera Utara digunakan pada masa pra-paskah, warna putih digunakan pada masa natal dan paskah, dan warna unggu digunakan pada masa adven. Dan pemakaian empat warna itu diatur dalam suatu kalender yang disebut kalender liturgi 4 . Dalam ajaran agama Katolik juga dikenal adanya Sakramen 5 yaitu suatu tanda rahmat Allah dicurahkan kepada setiap orang melalui roh kudus yang terdiri dari tujuh 7 sakramen yaitu: 1. Sakramen permandian babtis; sakramen ini biasanya diterima pada saat masih balita. Sakramen ini biasanya dilambangkan dengan air yang dicucurkan diatas kepala sebagai lambang bahwa manusia terbebas dari dosa asal. 2. Sakramen ekaristi; sakramen ini merupakan sakramen dimana kita boleh menerima tubuh dan darah kristus, sakramen ini diterimakan oleh seorang Pastor. 3. Sakramen krisma atau penguatan; sakramen ini merupakan sakramen pendewasaan iman dan penguatan dengan Roh kudus untuk menjadi saksi Kristus. 4. Sakramen perkawinan; sakramen ini seyogianya mendapatkan perhatian dalam kaitan dengan upaya untuk menyadari kesucian hidup berkeluarga dan menekankan kehadiran Allah dalam ikatan janji suami-istri. 4 Kalender liturgi adalah satu buku penanggalan liturgi yang disusun untuk satu tahun. 5 Sakramen adalah suatu tanda rahmat Allah yang dicurahkan kepada setiap orang melalui roh kudus Universitas Sumatera Utara 5. Sakramen tobat; sakramen tobat merupakan tanda dan sarana rekonsiliasi dengan Tuhan dan gereja-Nya, dapat lebih dihargai apabila kesadaran akan dosa dan kebutuhan akan pengampunan. 6. Sakramen perminyakan orang sakit; sakramen ini lebih diberi tempat : pertama-tama sebagai ungkapan iman, yaitu bahwa dalam penderitaan yang paling beratpun umat Katolik ingat akan penyelamatan Allah 7. Sakramen imamat; sakramen ini sama dengan sakramen penthabisan imam dan hanya boleh diterima oleh seorang imam. Sakramen Permandian babtis, Penguatan atau Krisma dan Ekaristi merupakan sakramen inisiasi. Sakramen krisma adalah sakramen pendewasaan iman, dimana sipenerima sakramen krisma harus bisa bertanggung jawab akan iman yang ada padanya dan lebih bertanggung jawab akan keyakinannya kepada Tuhannya. Sakramen krisma ini boleh diterima oleh seorang Katolik yang telah melewati dua sakramen yaitu sakramen permandian babtis dan sakramen ekaristi, penerima sakramen krisma haruslah memiliki usia lima belas 15 tahun keatas dikarenakan pada usia dianggap telah dapat lebih bertanggung jawab akan imannya sendiri. Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, para krismawan akan menyembah marsomba kepada orang tuanya untuk memimta maaf kepada orang tua mereka dan juga menyembah marsomba kepada Tuhan melalui bunyi-bunyian musik yang dilantunkan dari alat musik batak toba. Universitas Sumatera Utara Pada tahapan inkulturasi, konsili vatikan membuka pintu untuk menerima latar musik lain dalam ibadat, untuk penyesuaian liturgi dan musik liturgi pada kebudayaan setempat. E.Martasudjita,Pr 1999 84-85. Ada beberapa tahapan inkulturasi yang dikemukakan oleh P.Schneller dan dituliskan oleh E.Martasudjita,Pr yaitu: 1 Tahapan pertama; pengedropan Yang dimaksudkan dengan pengedropan adalah bahwa teologi dan liturgi asing dipakai dan digunakan begitu saja secara utuh didaerah lain, misalnya liturgi eropa dirayakan persis dan lengkap menurut tata cara dan bahasa aslinya tanpa disesuaikan dan diubah sama sekali. 2 Tahapan kedua ; penerjemahan Dengan penerjemahan sebuah tahapan inkulturasi sudah dimulai. Penerjemahan teks liturgi dari bahasa asing latin kebahasa pribumi. 3 Tahap ketiga; penyesuaian Penyesuaian satu langkah lebih maju dari pada penerjemahan. Pada penyesuaian ini bersangkutan dengan menyesuaikan tata cara ibadat. 4 Tahap keempat ; inkulturasi Yang merupakan tahapan paling puncak adalah merupakan penyesuaian yang memiliki struktur dan unsur yang khas menurut budaya setempat dan bermakna kristiani. Inkulturasi adalah penyesuaian liturgi dan musik liturgi pada kebudayaan dan kebiasaan setempat. Universitas Sumatera Utara Musik gereja menurut konsili vatikan II mengatakan bahwa musik gereja mendapatkan tempat yang sangat penting dalam liturgi . Musik sebagai bagian dari liturgi tampak jelas dalam bagian nyanyian, seperti kyrie, gloria, mazmur tanggapan , kudus yang termasuk bagian liturgi sabda dan ekaristi. Peranan musik dalam liturgi sangat penting dan dapat dirumuskan secara sistematis kedalam tiga poin dimensi yaitu : 1. Dimensi liturgis yaitu musik sebagai bagian liturgi itu sendiri 2. Dimensi eklesiologis yaitu musik mengungkapkan partisipasi aktif umat 3. Dimensi kristologis yaitu musik memperjelas misteri Kristus Dalam tulisan skripsi ini saya akan mengangkat satu sakramen yang saya tuliskan yaitu, upacara penerimaan sakramen krisma. Dalam penerimaan sakramen krisma diiringi dengan beberapa alat musik batak toba, seperti; taganing, suling, sarune dan gong. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi jalannya upacara tersebut dan mengiringi beberapa lagu yang dibawakan dengan gaya batak toba. Seketika rombongan Bapak Uskup datang, gondang panomunomuanpun dimulai. Panomunomuan Bapak Uskup, Pastor dan didampingi para pengurus gereja dan tetua gereja dan di tomu-tomu oleh para ibu untuk mengatar Bapak Uskup ke dalam gereja, sementara umat sudah menunggu di dalam gereja sambil manortor di tempat masing-masing. Perarakan dimuai dengan susunan : misdinar, petugas lector, prodiakon, Pastor, dan Uskup, sementara umat masih tetap manortor ditempat masing-masing. Setelah gondang panomunomuan dilanjutkan dengan gondang mula. Setelah gondang mula selesai Uskup mendupai altar dengan dupa yang terbuat dari Universitas Sumatera Utara minyak kemenyan yang dibakar dengan bara api sembari menyanyikan lagu pembukaan. Penyerahan calon krismawan oleh dewan stasi kepada Uskup. Calon krisma berdiri Oleh Dewan Stasi 6: “Yang Mulia Bapak Uskup, hari ini kami umat di stasi Santo Diego Martoba menghantarkan warga kami ingin menerima sakramen krisma, mereka telah disiapkan dengan seksama oleh para pembina. Dan dari pengamatan kami, mereka memang pantas untuk menerima sakramen krisma sebagai kepenuhan inisiasi dan dengan demikian dikukuhkan keanggotaannya dalam kristus. Maka kami mohon dengan rendah hati, sudilah Bapak Uskup dalam upacara ini menerimakan sakramen krisma kepada mereka”. Oleh Uskup: “Terimakasih kepada seluruh umat paroki, khususnya kepada para pembina, yang dengan tekun telah menyiapkan warga-warga muda ini dan membimbing mereka sampai pada kepenuhan yang akan terlaksana pada hari ini. Anda telah sungguh-sungguh berpartisipasi dalam karya pembinaan iman gereja, dalam karya kegembalaan kami. Maka dengan senang hati kami mengabulkan permohonan saudara”. Pengurapan para krismawan dengan minyak krisma oleh Bapak Uskup. Dengan mengurapi dahi dengan minyak dan menampar pipi sebelah kanan krismawan sambil berkata: 6 Dewan Stasi adalah pengurus gereja setempat yang berkedudukan di stasi Universitas Sumatera Utara U=…..nama calon krisma, TERIMALAH TANDA KARUNIA ROH KUDUS. C=Amin setelah dijawab amin oleh krismawan lalu Uskup menampar pipi kanannya. U=Damai Kristus. C= Terimakasih. Secara susunan struktural yang bertugas pada upacara penerimaan sakramen krisma terdiri dari; Uskup, Pastor, Misdinar, Prodiakon, Petugas Lektor pembaca bacaan, pemazmur, pembaca doa permohonan, dan kolektor. Perayaan sakramen krisma dilakukan menurut kebutuhan dari umat yang ada di gereja tersebut yang dilihat oleh para pengurus gereja setempat dan dikarenakan yang menerimakan sakramen tersebut hanya boleh diterimakan oleh seorang Uskup dan penerimaan sakramen ini jarang dilakukan, biasanya perayaan ini bisa dilakukan satu kali dalam empat tahun dan bahkan satu kali dalam lima tahun. Setelah selesai serah terima antara dewan stasi dengan Uskup upacara penerimaan sakramen krismapun di mulai. Upacara penerimaan sakramen krisma di bagi menjadi empat 4 bagian yaitu : 1. Liturgi pembukaan, dimana liturgi ini di mulai dari berbunyinya gondang panomunomuan, kemudian mula gondang, lagu pembukaan, penyerahan calon krismawan, gondang malim hasesahan ni dosa, dan doa pembukaan. 2. Liturgi sabda, dimulai dengan gondang perarakan sabda Tuhan gondang puji-pujian, upacara penerimaan sakramen krisma dimulai dengan gondang somba, kemudian adanya pembaharuan janji babtis dan tanya jawab antara Universitas Sumatera Utara Bapak Uskup dengan calon krismawan, dan pengurapan dengan minyak krisma. 3. Liturgi ekaristi; persembahan, doa damai, komuni; dimana para krismawan menerima komuni dua rupa yaitu roti dan anggur. Setelah komuni selesai kemudian gondang parsaoran. 4. Upacara penutupan; amanat perutusan, berkat oleh Bapak Uskup, dan kemudian untuk perarakan pulang diiringi dengan gondang sitio- tiohasahatan. Setelah upacara penerimaan sakramen krisma selesai kemudian dilanjutkan dengan makan bersama antara krismawan dengan Bapak Uskup, Pastor dan para tetua gereja, dan para undangan, serta umat yang hadir kemudian di lanjutkan dengan hiburan dalam bentuk koor yang dinyanyikan bersama oleh para krismawan. Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, alat musik batak toba juga di gunakan untuk mengiringi lagu ordynarium dan juga mengiringi tor-tor. Adapun lagu-lagu yang diiringi adalah lagu –lagu ordynarium yaitu : Tuhan Kasihani, Kemuliaan, Kudus, dan Anak Domba Allah. Dan tor-tor yang diiringi adalah : ketika manomunomu Bapak Uskup, saat perarakan masuk, saat mohon pengampunan dosa kepada Tuhan; dengan gondang malim, saat perarakan sabda; gondang puji-pujian, saat persiapan upacara krisma; gondang somba, saat menghantarkan persembaha; gondangsakti, dan saat perarakan pulang; gondang hasahatansitio-tio. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk membahasnya secara detail dalam sebuah skripsi dengan judul : FUNGSI DAN PERANAN GONDANG DALAM PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK SANTO DIEGO MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN; SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF.

1.2 Pokok Permasalahan