Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2009

(1)

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN

TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN

MASUK 2009

OLEH :

ALBERT

090100212

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TAHUN MASUK 2009

KARYA TULIS ILMIAH

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh: ALBERT 090100212

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2009 Nama : Albert

NIM : 090100212

Pembimbing Penguji I

(dr. Dedi Ardinata, M.Kes) (dr. Wan Naemah,Sp.PA) NIP : 19681227 199802 1 002 NIP : 19601001 198712 2 001

Penguji II

(dr. Aliandri Sp THT-KL) NIP : 19660309 200012 1 007

Medan, 8 Januari 2013

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

iii

ABSTRAK

Latar belakang: Kualitas tidur menjadi sangat penting di dunia kesehatan karena keluhannya menjadi semakin sering belakangan ini dan kualitas tidur yang buruk dapat dijadikan gejala yang penting untuk penyakit lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara kualitas tidur yang buruk dengan kerentanan dalam mengalami hipertensi. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah penting untuk mencegah komplikasi yang timbul seperti penyakit kardiovaskuler, ginjal, dan lain-lain.

Tujuan: Penelitian ini dirancang bertujuan menganalisis hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2009.

Metode: Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat analitik. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta mengisi kuesioner untuk melihat kualitas tidurnya lalu dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali menggunakan sphygmomanometer Riester yang telah dikalibrasi dan stetoskop Litmann. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Kolgomorov Smirnov.

Hasil : Sampel yang diperoleh sebanyak 40 orang kemudian disilangkan data kualitas tidur dan tekanan darah responden. Hasil uji Kolgomorov Smirnov antara kualitas tidur dengan tekanan darah memberikan nilai P <0.05.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2009.


(5)

iv

ABSTRACT

Background: Sleep quality become very important in medical world because nowadays complaint about sleep quality are common and poor sleep quality can be an important symptom for many medical disorders. Several studies have shown an association between poor sleep quality with the vulnerability in experiencing hypertension. Knowledge about factors that affect hypertension is important to prevent its complication such as cardiovascular and kidney diseases, etc

Objective: This study was designed to analyze the relationship between sleep quality with blood pressure in 2009 badge medical student Faculty of Medicine, University of North Sumatra.

Methods: This study design is analytic cross-sectional studies. Respondents who have signed the letter of consent after received an explanation were asked to fill a questionaire to see respondents’ sleep quality then the blood pressure is measured two times using calibrated sphygmomanometer Riester and stethoscope Litmann. The data obtained were analyzed using Kolgomorov Smirnov test.

Results: Samples are obtained as many as 40 people and then the data of sleep quality was crossed with data of blood pressure. The results of Kolgomorov Smirnov test between sleep quality and blood pressure gives a P value< 0.05.

Conclusion: There is an association between sleep quality and blood pressure in 2009 badge medical student Faculty of Medicine, University of North Sumatra.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. Bapak dr. Dedi Ardinata,M Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi banyak arahan dan masukan yang sangat berharga kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang

dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.

5. Rekan-rekan satu dosen pembimbing dari penulis, Citra Novilia dan Subhash, yang telah saling memberikan masukan terhadap karya tulis ilmiah ini.

6. Lovely Christan, Denny Suwanto, Joanita Kurniadi, Welas Bestari, Sylvia dan Cassandra Etania yang memberikan masukan selama penulisan karya tulis ilmiah ini.


(7)

vi

7. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2009 yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberi saran, kritik, dukungan materi, dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 8 Desember 2012

Albert (NIM: 090100212)


(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur ... 4

2.1.2. Tahap dan Siklus Tidur ... 4

2.1.3. Mekanisme Tidur dan Bangun ... 7

2.2. Kualitas Tidur 2.2.1. Definisi Kualitas Tidur... ... 9

2.2.2. Metode Pengukuran ... 10

2.3. Gangguan Tidur 2.3.1. Etiologi Gangguan Tidur... 10

2.3.2. Klasifikasi Gangguan Tidur ... 12 2.4. Hipertensi


(9)

viii

2.4.1. Definisi Hipertensi ... 16

2.4.2. Etiologi Hipertensi ... 16

2.4.3. Klasifikasi Hipertensi ... 17

2.4.4. Faktor Resiko Hipertensi... 18

2.4.5. Patogenesis Hipertensi ... 19

2.4.6. Komplikasi Hipertensi ... 20

2.5. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah...21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 22

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 22

3.2. Defenisi Operasional ... 22

3.2.1. Kualitas Tidur ... 22

3.2.2. Tekanan Darah ... 22

3.3. Hipotesis ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Desain Penelitian ... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.3.1. Populasi ... 24

4.3.2. Sampel ... 24

4.3.3. Kriteria Sampel ... 26

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi lokasi Penelitian ... 28

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 28

5.1.3. Distribusi Kualitas Tidur Responden ... 30


(10)

ix

5.1.5. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah ... 31

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1. Kualitas Tidur Responden ... 32

5.2.2. Tekanan Darah Responden ... 32

5.2.3. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1. Kesimpulan ... 36

6.2. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA...38 LAMPIRAN


(11)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO ISH 1999 ... 17

Tabel 2.2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII ... 17

Tabel 5.1. Distribusi Responden ... 29

Tabel 5.2. Distribusi Kualitas Tidur Responden ... 30

Tabel 5.3. Distribusi Tekanan Darah Responden... 30


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembaran Persetujuan setelah Penjelasan / Informed Consent Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance Lampiran 6 Data Induk Penelitian Lampiran 7 Hasil Analisis Data SPSS


(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kualitas tidur sangat penting terhadap dunia kesehatan karena dua alasan yang utama. Pertama, keluhan terhadap kualitas tidur menjadi semakin sering. Survei epidemiologi mengindikasi bahwa 15-35% dari populasi remaja dan orang dewasa mengeluhkan gangguan kualitas tidur yang sering mereka alami, seperti gangguan memasuki tidur atau gangguan mempertahankan tidur sehingga durasi tidur menjadi memendek (Karakan, et al, 1976). Kedua, kualitas tidur yang buruk dapat dijadikan simptom dan gejala yang penting untuk banyak penyakit tidur dan penyakit medis lainnya (Kripke, et al, 1979).

Beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara kualitas tidur yang buruk sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi selain obesitas, stres, kurang berolahraga. Meskipun penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, beberapa teori menyatakan bahwa kualitas tidur yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan metabolik dan endokrin. Beberapa penelitian bahkan melaporkan bahwa buruknya kualitas tidur seseorang dapat menyebabkan impaired glucose intolerance yang dapat berujung kepada penyakit diabetes mellitus (Javaheri, et al,2008).

Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan angka kematian yang cukup tinggi terutama di perkotaan negara berkembang seperti Indonesia dan negara-negara maju. Di Indonesia, angka prevalensi hipertensi berkisar antara 0,65-28,6%. Hipertensi juga dikenal sebagai silent killer karena tidak menimbulkan gejala seperti pada penyakit-penyakit lainnya sehingga kebanyakan pasien pada umumnya tidak mengetahui bahwa dirinya sedang menderita hipertensi dan kebanyakan pasien mengetahui dirinya menderita hipertensi secara kebetulan ketika memeriksa penyakit lain ke dokter. Selain itu, peningkatan tekanan darah tidak atau jarang menunjukkan gejala patologik yang


(15)

2

spesifik selama beberapa tahun terjadinya hipertensi kecuali apabila telah timbul hipertensi yang kronis (Darmojo, 2001).

Survei menunjukkan 43,9 persen penderita hipertensi tidak mengetahui mereka sedang menderita hipertensi (Parsudi dan Darmojo, 1988).

Tekanan darah tinggi merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor individu seperti umur, jenis kelamin, faktor genetik serta faktor lingkungan seperti obesitas, stres, kualitas tidur, asupan garam, alkohol, dan lain-lain (Kaplan, 1993).

Tekanan darah secara normal menurun ketika sedang tidur normal (sekitar 10-20% masih dianggap normal) dibandingkan ketika sedang kita dalam keadaan sadar, dan keadaan ini dihubungkan karena penurunan aktifitas simpatis pada keadaan tidur. Apabila tidur mengalami gangguan, maka tidak terjadi penurunan tekanan darah saat tidur sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi yang berujung kepada penyakit kardiovaskular. Setiap 5% penurunan normal yang seharusnya terjadi dan tidak dialami oleh seseorang, maka kemungkinan 20% akan terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu salah satu faktor dari kualitas tidur yang buruk yaitu kebiasaan durasi tidur yang pendek juga dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah terutama pada kalangan remaja. Insomnia dengan durasi tidur singkat yang objektif juga dihubungkan dengan resiko hipertensi. Selain itu masih banyak gangguan tidur yang dikaitkan dengan hipertensi, seperti obstructive sleep apneu syndrome (OSAS), restless legs syndrome (RLS), dan lain-lain (Calhoun dan Harding, 2012).

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah, serta diperlukan untuk memberi informasi apakah pencegahan hipertensi harus juga diperhatikan pada faktor mengoptimalisasikan kualitas tidur selain faktor-faktor lain yang sudah jelas seperti mencegah obesitas, meningkatkan latihan-latihan fisik, mengurangi stres, dan lain-lain.

Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009 karena penelitian tentang kualitas tidur pada mahasiswa fakultas kedokteran masih sangat terbatas dan menurut


(16)

3

peneliti, kemungkinan pola hidup mahasiswa fakultas kedokteran seperti belajar hingga tengah malam dapat menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh informasi lebih lanjut.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah berupa: “Apakah ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009?”

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kualitas tidur mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009.

2. Mengetahui tekanan darah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

a) Memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah.

b) Memberikan pengetahuan, wawasan, kepada peneliti apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan perubahan tekanan darah.


(17)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tidur

2.1.1. Definisi Tidur

Tidur adalah keadaan dimana terjadi perubahan kesadaran atau ketidaksadaran parsial dimana seorang individu dapat dibangunkan (Tortora dan Derrickson, 2009). Tidur juga dapat diartikan sebagai periode istirahat untuk tubuh dan pikiran, yang selama masa ini kemauan dan kesadaran ditangguhkan sebagian atau seluruhnya dan fungsi-fungsi tubuh sebagian dihentikan. Selain itu,tidur juga telah dideskripsikan sebagai status tingkah laku yang ditandai dengan posisi tak bergerak yang khas dan sensitivitas reversibel yang menurun, tapi siaga terhadap rangsangan dari luar (Dorland, 2002).

2.1.2. Tahap dan Siklus Tidur

Selama malam hari, seseorang melalui dua stadium tidur yang saling bergantian, yaitu tidur paradoksikal atau tidur Rapid Eye Movement(REM) dan tidur gelombang lambat atau tidur Non-Rapid Eye Movement(NREM). Keseluruhan tidur yang terjadi ialah tidur gelombang lambat yang dialami pada jam pertama tidur setelah bangun selama berjam-jam sedangkan tidur paradoksikal terjadi pada 25% dari waktu tidur yang berulang secara periodik setiap 90 menit. Tipe tidur ini umumnya disertai dengan mimpi (Guyton, 2006).

Tidur NREM terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Tahap 1 adalah tahap transisi antara keadaan bangun (terjaga) dan tidur, yang dalam keadaaan normal berlangsung antara 1-7 menit, Dalam tahap ini, orang ini dalam keadaan relaksasi dengan mata tertutup dan pikiran yang belum tidur sepenuhnya. Apabila orang ini dibangunkan pada tahap ini, maka mereka akan mengatakan bahwa mereka belum tertidur.


(18)

5

2. Tahap 2 atau tidur ringan adalah tahap pertama orang dalam keadaan benar-benar tertidur.

3. Tahap 3 adalah periode tidur dalam yang sedang. Suhu tubuh dan tekanan darah menurun, dan menjadi sulit untuk membangunkan orang pada tahap ini. Tahap ini berlangsung kira-kira 20 menit setelah tertidur.

4. Tahap 4 adalah level terdalam dari tidur. Meskipun metabolisme otak menurun secara significant dan suhu tubuh menurun sedikit pada tahap ini, kebanyakan refleks masih terjadi, dan hanya terjadi sedikit penurunan tonus otot (Tortora dan Derrickson, 2009). Pada tahap ini orang akan sangat sulit dibangunkan, hanya suara yang sangat keras yang dapt membangunkan orang tersebut .Apabila pada tahap keempat orang ini dibangunkan, maka orang tersebut akan terlihat grogi dan bingung (Carlson,2005).

Tahap 1 ditandai dengan aktivitas theta pada EEG (electroencephalogram). Aktivitas theta adalah aktivitas EEG dgn frekuensi 3,5-7,5 Hz yang terjadi secara intermitten selama tahap awal tidur NREM dan tidur REM. Setelah kira-kira 10 menit, maka akan memasuki tahap 2 tidur NREM yang ditandai dengan aktivitas theta, sleep spindles dan K kompleks. Sleep spindles adalah gelombang pendek dengan frekuensi 12-14 Hz yang berlangsung sekitar dua hingga lima kali per menit yang ditemukan selama tahap 1 hingga tahap 4 tidur NREM. Sleep spindles ini diyakini merepresentasi aktifitas dari mekanisme yang terlibat menjaga orang agar tetap dalam keadaan tertidur. K kompleks adalah gelombang tajam, tejadi secara tiba-tiba, terjadi kira-kira satu kali dalam semenit, biasanya dipicu oleh suara bising, dan hanya terdapat pada tahap kedua tidur NREM dan tidak ditemukan pada tahap tidur lainnya. Tahap tidur ketiga dan keempat ditandai oleh aktivitas delta beramplitudo tinggi serta berfrekuensi lebih kecil dari 3,5 Hz. Perbedaan tahap ketiga dan keempat tidur NREM hanya ditentukan dari jumlah gelombang delta, pada tahap ketiga, aktifitas delta yang ditemukan sekitar 20-50 persen, sedangkan pada tahap keempat lebih dari 50 persen. Oleh karena


(19)

6

ditemukan gelombang delta pada tahap ketiga dan keempat tidur NREM, maka tahap ketiga dan keempat inilah yang sering disebut sebagai tidur gelombang lambat (Carlson, 2005).

Setelah tahap keempat tidur NREM, maka tidur akan memasuki tahap tidur REM, demikian yang akan terus berlangsung secara bergantian dan terus-menerus sepanjang tidur berlangsung, Satu siklus berlangsung selama 90 menit, dengan tidur REM hanya berlangsung sekitar 20-30 menit saja. Normalnya tidur REM harus didahului oleh tidur gelombang lambat. Gambaran EEG tidur REM mirip dengan gambaran EEG tahap 1 tidur NREM, hanya saja selain terdiri dari aktifitas theta seperti pada tahap 1 tidur NREM, pada tidur REM juga dijumpai adanya aktivitas beta pada EEG. Aktifitas beta adalah aktifitas listrik iregular 13-30 Hz yang direkam dari otak, yang biasanya dijumpai pada keadaan sadar(awake). Apabila orang sudah memasuki tidur REM, orang tersebut bahkan sudah tidak berespon terhadap suara bising terhadapnya, tetapi dapat dengan mudah dibangunkan dengan rangsangan yang bermakna, seperti memanggil nama orang tersebut. Dan, ketika orang tersebut bangun, akan terlihat dalam keadaan waspada dan sadar sepenuhnya (Carlson,2005).

Tidur REM , ditandai dengan hilangnya ketegangan otot batang tubuh, dan EEG desinkronisasi (cepat dan gelombang tidak teratur). Aktivitas serebral (misalnya, konsumsi oksigen, aliran darah, dan perangsangan neural) meningkat pada banyak struktur otak, dan secara umun terjadi peningkatan pada aktivitas sistem saraf otonom (misalnya pada tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan). Selain itu, selalu dijumpai juga ereksi klitoris atau penis dengan tingkatan tertentu, serta ditemukan juga pergerakan bola mata secara cepat dengan kondisi mata tertutup( bola mata di bawah kelopak mata). Juga ditemukan korelasi yang sangat kuat antara tidur REM dengan mimpi (Pinel, 2009).


(20)

7

Fungsi dari tidur gelombang lambat adalah untuk memberi waktu kepada otak untuk beristirahat, sedangkan fungsi dari tidur REM adalah untuk perkembangan otak dan proses pembelajaran ( Carlson, 2005).

Tidur adalah proses aktif, bukan sekedar tidak terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Selama stadium-stadium tidur tertentu, penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat terjaga normal. Siklus tidur-jaga adalah variasi siklis normal dalam kesadaran mengenai keadaan sekitar. Berbeda dengan keadaan terjaga, orang yang sedang tidur tidak secara sadar waspada akan dunia luar, tetapi tetap memiliki pengalaman kesadaran dalam batin seperti mimpi. Selain itu, mereka dapat dibangunkan oleh rangsangan eksternal, misalnya bunyi alarm (Sherwood, 2001).

2.1.3. Mekanisme Tidur dan Bangun

Mekanisme pengaturan tidur dan bangun diatur oleh beberapa mekanisme, diantaranya :

1) Kontrol sistem kimia dari tidur

Sebuah neurotransmitter nukleosida, adenosine, mempunyai peranan yang penting dalam pengaturan tidur. Nutrien utama dari otak adalah glukosa, yang diangkut oleh darah ke otak. Suplai darah yang cukup biasanya akan memberikan jumlah glukosa yang cukup, tetapi bila beberapa daerah di otak menjadi lebih aktif, sel-sel yang berada pada bagian itu akan mengkonsumsi glukosa lebih cepat daripada yang disuplai darah. Pada kasus demikian, nutrient glukosa yang kekurangan ini akan disuplai oleh astrosit dengan cara memecah glikogen yang terdapat pada astrosit tersebut. Metabolisme dari glikogen akan meningkatkan level adenosine, sebuah neuromodulator yang mempunyai efek inhibisi. Akumulasi dari adenosine akan meningkatkan aktivitas delta pada saat tidur pada malam berikutnya. Setelah itu sel di daerah otak itu akan beristirahat,dan astrosit akan memperbaharui stok glikogennya. Oleh


(21)

8

karena itu, jelas bahwa adenosine berpengaruh terhadap tidur. Cafeine (adenosine antagonist) yang terdapat pada kopi akan menghambat adenosine sehingga akan mengilangkan efek tidur dan meningkatkan keadaan tejaga (Carlson,2005).

2) Kontrol sistem saraf dari keadaan bangun

Ada sedikit lima sistem neuron berbeda yang penting dalam mengatur keadaan bangun (terjaga) yaitu : sitem asetilkolinergik dari area peribrachial pons dan basal forebrain, sistem noradrenergik dari locus coeruleus, sistem serotonergik dari raphe nuclei, neuron histaminergic dari nukleus tuberomammilary dan sistem hipocretinergik dari lateral hipotalamus (Carlson, 2005).

Tidur tipe gelombang lambat terjadi ketika neuron di ventrolateral preoptic area (VLPA) aktif. Neuron-neuron ini menginhibisi neuron-neuron histaminergic dari nukleus tuberomammilary, neuron noradrenergik dari locus coeruleus, dan neuron-neuron serotonergik dari raphe nuclei. Sedangkan, VLPA diinhibisi oleh area yang merangsang keadaan bangun d\i otak, sehingga akan terjadi hubungan timbal balik (flip-flop) yang akan membuat kita sadar atau jatuh tertidur. Akumulasi dari adenosine juga dapat menginisiasi tidur dengan cara menghambat neuron-neuron acetilkolinergik di basal forebrain dan mengaktifkan neuron-neuron VLPA. Adenosine juga terbukti menghambat sistem hipocretinergik yang berfungsi menbuat orang dalam keadaan terjaga (Carlson, 2005).

Pengaruh hormon terhadap siklus tidur juga dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal Corticotropin Hormone (ACTH), Growth Hormone (GH) dan Luteneizing Hormone (LH). Hormon-hormone ini secara teratur disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini ssecara terus menerus mempengaruhi


(22)

9

pengeluaran neurotransmitter serotonin, histamine, noradrenaline yang sangat berpengaruh mengatur siklus bangun dan tidur.

2.2. Kualitas Tidur

2.2.1. Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai domain, antara lain, penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa laten tidur, disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur, kualitas tidur, penggunaan obat tidur. Jadi apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur (Buysee,et al,1989).

Pada penilaian terhadap lama waktu tidur yang dinilai adalah waktu dari tidur yang sebenarnya yang dialami seseorang pada malam hari. Penilaian ini dibedakan dengan waktu yang dihabiskan di ranjang. Pada penilaian terhadap gangguan tidur dinilai apakah seseorang terbangun tidur pada tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, bangun untuk pergi ke kamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau mendengkur keras, merasa kedinginan, merasa kepanasan, mengalami mimpi buruk, merasa sakit, dan alasan lain yang mengganggu tidur (Buysee, et al, 1989) .

Penilaian terhadap masa laten tidur dinilai berapa menit yang dihabiskan seseorang di tempat tidur sebelum akhirnya dapat tertidur dan apakah orang tersebut tidak dapat tidur selama 30 menit. Selanjutnya, penilaian terhadap disfungsi tidur pada siang hari dinilai apakah selama sebulan yang lalu, seberapa sering timbul masalah yang mengganggu anda tetap terjaga sadar saat mengendarai kendaraan, makan, dan beraktifitas sosial, serta dinilai juga berapa banyak masalah yang membuat seseorang tidak antusias untuk menyelesaikannya dalam sebulan. Pada penilaian terhadap efisiensi tidur dinilai waktu seseorang biasanya mulai tidur pada malam hari selama sebulan,dan waktu seseorang biasanya bangun pada pagi hari selama sebulan, serta dinilai juga waktu seseorang tertidur pulas pada malam hari selama sebulan. Pada penilaian terhadap kualitas tidur dinilai bagaimana seseorang menilai rata-rata kualitas tidurnya. Penilaian terhadap penggunaan kualitas tidur hanya ditujukan pada penilaian seberapa sering seseorang mengkonsumsi obat-obat untuk membantu tidur dalam sebulan yang lalu (Buysee,et al,1989).


(23)

10

2.2.2. Metode Pengukuran

Pengukuran kualitas tidur dapat dilakukan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI terdiri dari 19 pertanyaan yang dijawab sendiri dan 5 pertanyaan yang dijawab oleh teman sekamar (hanya pertanyaan yang dijawab sendiri yang digunakan dalam penilaian) (Buysee et al,1989).

PSQI menghasilkan tujuh skor yang berkorenspondensi dengan domain-domain kualitas tidur. Skor setiap komponen dimulai dari 0 (tidak sulit) sampai 3 (sangat sulit). Skor dari setiap komponen akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total (antara 0-21). Bila skor total dari PSQI >5, maka kualitas tidur dari pasien adalah buruk, demikian sebaliknya.

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner PSQI, dibutuhkan waktu 5-10 menit untuk menyelesaikannya. PSQI ini sendiri telah divalidasi oleh University of Pittsburgh dengan sensitivitas 89.6% dan spesifisitas 86.5%. Reliabilitas dari kuesioner ini juga telah diuji dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.83 (Buysse,et al 1989).

2.3. Gangguan Tidur

2.3.1. Etiologi Gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktik. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut (Japardi,2002).

Oleh karena itu, perlu diketahui beberapa macam penyebab terjadinya gangguan tidur. Tiga penyebab utama yang paling berpengaruh menyebabkan gangguan tidur yaitu kondisi medis, kondisi psikiatri, dan kondisi lingkungan sekitar seseorang.

1. Kondisi medis

Berbagai kondisi medis yang buruk dari seseorang dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan tidur. Misalnya gangguan pada paru yang menyebabkan gangguan nafas seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis. Akibat gangguan pernafasan yang dialami, maka seseorang


(24)

11

tentunya saja akan mengalami gangguan tidur. Kondisi jantung yang juga berpengaruh meyebabkan gangguan tidur pada seseorang seperti iskemia dan gagal jantung kongestif. Berbagai penyakit neurologis seperti stroke, kerusakan saraf perifer, apnea tidur tipe sentral dan gangguan endokrinologis seperti pada kehamilan, gangguan siklus menstruasi, hipertiroid juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Selain itu, kondisi gastrointestinal yang sangat mengganggu tidur yaitu gastroesophageal reflux disease (GERD) karena asam lambung yang naik ke esophagus akan menyebabkan rasa yang mengganggu.

2. Kondisi psikiatri

Kondisi psikiatri seperti depresi dapat menyebabkan gangguan tidur tipr REM. Gangguan stres post trauma sering menyebabkan gangguan tidur teror pada malam hari. Selain itu, gangguan anxietas, panic disorder paling sering menyebabkan insomnia atau sulit tidur pada banyak pasien. Selain itu, juga perlu diketahui bahwa, penggunaan obat-obatan pada kondisi psikiatri seperti anti depresan dapat mengganggu tidur pola tidur REM. Obat-obat benzodiazepin yang terlalu sering digunakan dan dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan rebound insomnia (gangguan untuk tertidur akibat pemakaian obat sehingga apabila obat dihentikan, pasien menjadi merasa sulit tertidur).

3. Kondisi lingkungan

Gangguan tidur sering disebabkan lingkungan yang bising atau oleh karena suhu lingkungan yang tidak nyaman. Pertukaran jam kerja yang tidak teratur sering menyebabkan gangguan siklus tidur, seperti halnya yang juga terjadi pada jetlag akibat bepergian ke tempat yang mempunyai waktu yang tidak cocok dengan daerah asal. Pergantian ketinggian yang signifikan juga dapat menyebabkan gangguan tidur (Lubit,2012).


(25)

12

2.3.2. Klasifikasi gangguan tidur

Berdasarkan klasifikasi dari International Classification of Sleep Disorders, gangguan tidur terbagi atas :

1. Dissomnia

• Gangguan tidur intrinsik

Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik.

• Gangguan tidur ekstrinsik

Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik, ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant.

• Gangguan tidur irama sirkadian

Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.

2. Parasomnia

• Gangguan arousal

Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror. • Gangguan antara bangun-tidur

Gerak tiba-tiba, tidur berbicara, kramkaki, gangguan gerak berirama. • Berhubungan dengan fase REM

Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest. • Parasomnia lain-lainnya

Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan, distonia parosismal.

3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan / pskiatri • Gangguan mental

Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat), alkohol. • Berhubungan dengan kondisi kesehatan


(26)

13

Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple sklerosis), epilepsi, status epilepsi, nyeri kepala, Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la tourette sindroma.

• Berhubungan dengan kondisi kesehatan

Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus, sindroma fibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK).

4. Gangguan tidur yang tidak terklasifikasi (Japardi, 2002).

(i) Dissomnia

Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur (falling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi (Japardi,2002) a. Gangguan tidur spesifik

- Narkolepsi

Narkolepsi mempunyai empat ciri-ciri yang ditandai dengan tanda-tanda mengantuk yang berlebihan pada pagi atau siang hari, katapleksi ( kehilangan tonus otot / kelemahan otot sebagian atau seluruhnya yang bersifat sementara), sleep paralisis ( kehilangan kontrol pergerakan volunter secara cepat dan sementara baik pada saat tidur maupun terjaga), dan hypnagogic halusinasi (persepsi seperti mimpi yang terjadi pada saat onset tidur,persepsi yang terjadi sering menakutkan yang dideskripsikan sebagai sesuatu yang nyata, dapat berupa halusinasi taktil, visual dan auditorik).

Narkolepsi umunya tidak diketahui, dan umumnya terdapat perbedaan sekitar sepuluh tahun antara onset mula terjadinya penyakit dan diagnosa. Gangguan ini dapat menyebabkan gangguan bersosialisasi dan penurunan prestasi akademis

(Bozorg,2010).

- Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik / mioklonus nokturnal.


(27)

14

- Gangguan bernafas saat tidur / sleep apnea

Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya.

Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam. Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat dominan.

Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan intermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi oksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada batang otak atau hiperkapnia.

Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM (Japardi,2002).

b. Gangguan tidur irama sirkadian

Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.

Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah sebagai berikut :


(28)

15

- Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang-orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder).

- Tipe Jet lag ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu.

- Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal. - Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukun pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup untuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai (Japardi,2002).

(ii). Parasomnia

Parasomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan fenomena motorik, verbal dan experiental yang tidak diinginkan yang terjadi baik pada tahap-tahap tidur, maupun pada tahap transisi antara tidur dan terjaga, Parasomnia terdiri dari :

1. Gangguan tidur teror 2. Gangguan tidur berjalan 3. Nightmare disorders

4. Gangguan tidur berkaitan dengan fase REM (Bienenfeld,2012).


(29)

16

2.4. Hipertensi

2.4.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140mmHg, dan atau tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg, atau pasien sedang dalam pengobatan anti hipertensi (JNC VII,2003).

2.4.2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan , yaitu : 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, dan lain-lain (Mansjoer,skk,2001).

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. (Monsjoer,dkk,2001)

Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh : 1. Penyakit ginjal :

a. Penyakit ginjal polikistik b. Penyakit ginjal kronis c. Obstruksi traktus urinarius d. Tumor ginjal

2. Penyakit vaskular : a. Koarktasio aorta b. Vaskulitis

c. Penyakit kolagen-vaskular 3. Gangguan hormonal :

a. Penggunaan steroid berlebihan b. Hiperaldosteronisme primer c. Sindroma Cushing


(30)

17

4. Penyakit saraf a. Tumor otak

b. Hipertensi intrakranial c. Poliomielitis bulbar 5. Obat-obatan :

a. Alkohol b. Kokain

c. Obat anti inflamasi non steroid

d. Dekongestan yang mengandung efedrin (Riaz,2012).

2.4.3. Klasifikasi Hipertensi

a. Klasifikasi hipertensi berdasarkan WHO/ISH : Tabel 2.1.

Kategori Sistolik(mmHg) Diastolic(mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

High-normal 130-139 85-89

Grade 1 hipertensi (ringan) 140-159 90-99 Subgroup: borderline 140-149 90-94 Grade 2 hipertensi (sedang) 160-179 100-109 Grade 3 hipertensi (berat) > 180 > 110 Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90 Subgroup: borderline 140-149 < 90

Catatan : Ketika tekanan darah sistolik dan diastolik pasien berada pada kategori yang berbeda, maka kategori tertinggi yang kita gunakan. (WHO,1999)

b. Klasifikasi berdasarkan JNC VII : Tabel 2.2.

Kategori Sistolik(mmHg) Diastolic(mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 > 160 > 100


(31)

18

Catatan : Pasien tidak sedang sakit atau minum obat hipertensi. Jika tekanan sistolik dan diastolik berada dalam kategori berbeda, masukkan dalam kategori yang lebih tinggi. Berdasarkan dari rata-rata dua atau lebih pembacaan yang diambil dari dua atau lebih kunjungan setelah skrining awal (JNC VII,2003).

2.4.4. Faktor resiko hipertensi

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi diantaranya yaitu : riwayat keluarga, individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Obesitas, hal ini disebabkan karena lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Stress, atau situasi yang dapat menimbulkan distress dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Dobrian et al, 2001).

Faktor-faktor resiko lain yang juga berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah adalah umur, jenis kelamin, peminum alkohol, kurangnya aktifitas fisik, diet tinggi natrium, diet rendah kalium, diet rendah magnesium dan kalsium, merokok, serta konsumsi lemak dan kolesterol yang tinggi. Penggunaan obat-obat kontrasepsi dan premenstrual syndrome pada beberapa wanita juga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi (Riaz,2012).

Selain itu, gangguan tidur atau kualitas tidur yang buruk seperti gangguan tidur apnea, dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Insomnia dan durasi tidur yang singkat objektif juga merupakan salah satu faktor terjadinya resiko peningkatan tekanan darah (Calhoun dan Harding,2012).

Berdasarkan faktor-faktor resiko yang telah dikemukakan di atas, maka faktor-faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain : umur, riwayat keluarga, dan jenis kelamin, sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain : obesitas, konsumsi garam yang berlebihan, penggunaan alkohol, kurangnya aktifitas fisik,


(32)

19

Tekanan darah(↑)

penggunaan pil kontrasepsi pada wanita, meningkatkan kualitas tidur dan lain-lain. Pembagian ini penting karena pada pencegahan hipertensi sangat diutamakan dalam memodifikasi faktor-faktor resiko yang dapat dimodifikasi seperti mengurangi konsumsi garam, mengurangi konsumsi alkohol, melakukan aktifitas fisik yang rutin, serta meningkatkan kualitas tidur (Riaz,2012).

2.4.5. Patogenesis Hipertensi

-PSNS (↓) -angiotansin II (↑) -α1-receptors(↑) -nitricoxide(↓) hematocrit(↑)

-SNS (↑) -Katekolamin(↑) -β2-receptors(↓) -endothelin(↑)

-Katekolamin(↑) -[H+] (↓)

-oxygen(↑)

-adenosine (↓)

- Katekolamin(↑) -prostaglandins(↓)

- SNS (↑)

- SNS (↑)

-Haus(↑) - Katekolamin(↑)

-Aldosterone(↑)

-ADH(↑) -SNS (↑)

-NP(↓) (Zamani, Williams dan Lilly,2007).

Cardiac Output(↑) Resistensi perifer(↑)

HR(↑) SV(↑) Regulasi sirkulasi Inervasi langsung Regulasi lokal Viskositas lokal

CC(↑) VR(↑)

Volume darah(↑) Tonus vena(↑) Retensi renal(↑) [Na+, H2O]


(33)

20

ADH = antidiuretik hormon

CC = cardiac contractility = kontraktilitas jantung HR = heart rate = kecepatan denyut jantung NP = natriuretic peptides = peptida natriuretik

PNSN = parasympathetic nervous system = sistem saraf parasimpatis SNS =sympathetic nervous system = sistem saraf simpatis SV = stroke volume

VR = venous return

2.4.6. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi dari hipertensi biasanya menyerang berbagai target organ spesifik, diantaranya :

1. Jantung

- Hipertrofi ventrikel kiri - Gagal jantung

- Iskemia miokard dan infark miokard 2. Cerebrovaskuler

- Stroke

3. Aorta dan pembuluh darah perifer

- Aneurisma aorta dan atau diseksi aorta - arteriosclerosis

4. Ginjal

- Nephrosclerosis - Gagal ginjal akut 5. Retina

- Penyempitan arteri

- Pendarahan, eksudasi dan papiledema (Zamani,Williams dan Lilly 2007).


(34)

21

2.5. Hubungan antara kualitas tidur dengan peningkatan tekanan darah Beberapa penelitian telah melaporkan keterkaitan bahwa gangguan tidur merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi. Meskipun mekanisme nya belum jelas, tetapi berdasarkan penelitian yang dilaporkan pada journal of the American Heart Association, telah ditemukan bahwa penurunan durasi tidur mengakibatkan gangguan metabolik dan endokrin yang sangat berpengaruh mengatur regulasi tekanan darah sehingga apabila terjadi gangguan akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Selain itu juga dilaporkan bahwa meskipun durasi tidur yang rendah dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, tetapi efisiensi tidur yang rendah dilaporkan lebih mempunyai makna menyebabkan hipertensi dibandingkan dengan durasi tidur yang rendah (Javaheri,dkk,2012).

Tidur dapat mengubah fungsi sistem saraf otonom baik simpatis maupun parasimpatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Pada saat tidur normal, akan terjadi penurunan tekanan darah relatif sekitar 10-20 persen dibandingkan dengan saat kita dalam keadaan sadar. Keadaan ini dikenal dengan nocturnal dipping oleh karena terjadinya penurunan aktifitas simpatis pada tidur yang normal. Apabila terjadi gangguan tidur, maka nocturnal dipping akan tergganggu. Kurang atau tidak terjadinya nocturnal dipping sangat berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi terutama hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal kronis, diabetes,dan-lain-lain. Selain itu, juga ditemukan pada studi bahwa pada pasien insomnia, kurang durasi tidur, dan apnea tidur sentral ditemukan prevalensi hipertensi yang meningkat (Calhoun,dkk,2012).

Pada pencegahan hipertensi pada masa yang akan mendatang, perhatian khusus terhadap kualitas tidur seperti mengoptimalisasi waktu tidur juga sangat penting selain memodifikasi gaya hidup, berolahraga yang teratur, pengaturan diet untuk mengurangi resiko hipertensi dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Javaheri,2008).


(35)

22

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah penilaian subjektif terhadap keadaan tidur berdasarkan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buysee,1989).

a. Cara Ukur : metode angket

b. Alat Ukur : kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) c. Skala : Skala ordinal

d. Hasil Pengukuran :

− Nilai PSQI >5 : Kualitas tidur buruk

− Nilai PSQI < 5 : Kualitas tidur baik (Buysee DJ, et al, 1989).

3.2.2. Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah berdasarkan kriteria JNC VII. a. Cara Ukur : Metode pengukuran langsung

b. Alat Ukur : Sphygmomanometer Riester yang sudah dikalibrasi dan stetoskop Littmann


(36)

23

c. Skala Pengukuran : ordinal

d. Hasil Pengukuran : (menurut JNC VII)

Sistolik Diastolik - Normal <120 dan < 80 - Prehipertensi 120-139 atau 80-89 - Hipertensi tingkat 1 140-159 atau 90-99 - Hipertensi tingkat 2 > 160 atau > 100

3.3. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah : ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009.


(37)

24

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain ( cross-sectional), yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoadmodjo,2010). Pada penelitian ini akan dideskripsikan hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009 dengan cara pengisian kuesioner dan pengukuran tekanan darah.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Nopember 2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena gaya hidup mahasiswa yang mendukung terjadinya penurunan kualitas tidur.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik systematic random sampling di mana penarikan sampel dilakukan secara berurutan seperti subjek setiap nomor sekian dipilih atau dengan suatu sistem tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Sistem yang digunakan adalah


(38)

25

dengan mengambil subjek yang diteliti yang memiliki nomor absensi genap.

Adapun jumlah sampel minimal yang diperlukan dihitung sesuai dengan cara uji hipotesis satu populasi dengan rumus menurut buku Wahyuni, 2007:

=

��1��2��0 (1−�0)+ �1���� (1−��)�

2

(��−�0)2

di mana:

N = jumlah sampel minimum

Z1α/2 = nilai distribusi normal baku menurut table Z pada α tertentu

Z1β = nilai distribusi normal baku menurut table Z pada β tertentu P0 = proporsi di populasi

Pa = perkiraan proporsi di populasi

Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi

Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat

kepercayaan 95%) sehingga untuk uji hipotesis satu arah diperoleh nilai Z1α/2 sebesar 1,645. Nilai β yang ditetapkan pada penelitian ini adalah

sebesar 0,2 (power penelitian 80%) sehingga untuk uji hipotesis satu arah diperoleh nilai Z1β sebesar 0,842. Menurut Notoadmodjo (2010), jika proporsi dalam populasi tidak diketahui maka nilai P0 yang digunakan adalah 0,5. Beda klinis yang dianggap penting adalah 0,2 sehingga nilai Pa adalah 0,7. Maka dengan menggunakan rumus di atas, besarnya sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

�= �1,645 �0,5 (0,5) + 0,842 �0,7(0,3)�

2

(0,7−0,5)2


(39)

26

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 36,50 orang dan dibulatkan menjadi 40 orang.

4.3.3. Kriteria Inklusi

1. Tidak sedang menggunakan obat-obatan yang dapat mempengaruhi hipertensi

2. Tidak sedang mengalami keadaan fisik dan psikis yang dapat menyebabkan hipertensi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi kualitas tidur dan tekanan darah. Pengumpulan data kualitas tidur dilakukan dengan pengisian kuesioner PQSI yang telah divalidasi oleh University of Pittsburgh dengan sensitivitas 89,6% dan spesifisitas 86,5% (Buysse, 1989). Pengambilan data tekanan darah dilakukan dengan pengukuran langsung oleh peneliti dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa dan stetoskop sebanyak dua kali.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, berupa kualitas tidur dari hasil kuesioner dan tekanan darah hasil pengukuran akan ditabulasi untuk kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) for windows.

Data kemudian dianalisis melalui perhitungan statistik untuk dilakukan uji hipotesis dan menilai hubungan kebermaknaan dengan metode Chi Square. Nilai p sebesar 0,05 (5%) atau lebih kecil dianggap bermakna atau signifikan. Metode ini dipilih karena variable bebas (kualitas tidur) dan variable terikat (tekanan darah) merupakan skala ordinal atau kategorik (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).


(40)

27

Pada awal nya, uji hipotesis pada penelitian ini direncanakan menggunakan metode chisquare karena variabel bebas dan terikat merupakan data kategorik, tetapi setelah dilakukan uji chisquare oleh peneliti, ditemukan bahwa terdapat 5 dr 8 cell (62,5%) mempunyai nilai expected count dibawah 5, padahal syarat menggunakan chisquare adalah tidak boleh terdapat 20% cell yang mempunyai nilai expected count dibawah 5. Uji hipotesis juga tidak dapat menggunakan Fisher’s Exact test karena tes tersebut hanya dapat digunakan untuk tabel berukuran 2 x 2. Oleh karena itu, uji hipotesis kemudian dilakukan peneliti menggunakan metode Kolmogorov Smirnov karena data tersebut merupakan data kategorik tidak berpasangan 2 x k (Dahlan,2009).


(41)

28

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Dr. Mansyur no 5 Medan. Universitas Sumatera Utara adalah Universitas negeri yang pertama di kota Medan, Indonesia.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara didirikan pada tanggal 20 Agustus 1952. Dalam masa perkembangan tersebut, pada tanggal 15 Januari 1970, dilaksanakan peletakan batu pertama gedung induk FK USU di jalan Dr. T Mansur Medan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Marah Halim Harahap, dan pada tanggal 28 Desember 1970, gedung induk FK USU tersebut diresmikan oleh presiden Soeharto.

Fakultas Kedokteran USU memerima lebih dari 400 mahasiswa setiap tahunnya dari berbagai jalur masuk seperti UMB, PMP, SNMPTN, Kemitraan, Mandiri, dan Internasional dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

Fakultas kedokteran Universitas Sumatera mempunyai batas sebagai berikut :

Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 40 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi.


(42)

29

Tabel 5.1. Distribusi Responden

Jumlah (orang) Persentasi (%) Jenis Kelamin

- Laki-laki

22

55,0

- Perempuan 18 45,0

Jumlah 40 100,0

Umur

- 18 1 2,5

- 19 2 5,0

- 20 12 30,0

- 21 18 45,0

- 22 3 7,5

- 23 2 5,0

- 24 2 5,0

Jumlah 40 100,0

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang (55%), sedangkan yang mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (45%).

Tabel 5.1 juga menunjukkan bahwa berdasarkan umur responden, kebanyakan umur responden adalah 21 tahun yaitu sebanyak 18 orang (45%), umur responden 20 tahun yaitu sebanyak 12 orang (30%), umur responden yang berumur 22 tahun sebanyak 3 orang (7,5%), umur responden yang berumur 19, 23 dan 24 masing-masing sebanyak 2 orang (5%), dan umur responden yang berumur 18 tahun terdapat 1 orang (2,5%).


(43)

30

5.1.3. Distribusi Kualitas Tidur Responden

Tabel 5.2. Distribusi Kualitas Tidur Responden Kualitas Tidur Jumlah (orang) Persentasi (%)

Kualitas baik 24 60,0

Kualitas buruk 16 40,0

Jumlah 40 100,0

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa berdasarkan kualitas tidur, dari total 40 orang yang menjadi sampel, diperoleh bahwa kebanyakan responden memiliki kualitas tidur yang baik yaitu sebanyak 24 orang (60%) sedangkan sebanyak 16 orang (40%) memiliki kualitas tidur yang buruk.

5.1.4. Distribusi Tekanan Darah Responden

Tabel 5.3. Distribusi Tekanan Darah Responden Tekanan Darah Jumlah (orang) Persentasi (%)

Normal 21 52,5

Prehipertensi 10 25,0

Hipertensi tingkat I 8 20,0 Hipertensi tingkat II 1 2.5

Jumlah 40 100,0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa berdasarkan tekanan darah responden, dari 40 orang diperoleh bahwa kebanyakan responden mempunyai tekanan darah yang normal yaitu sebanyak 21 orang (52,5%), responden yang berada pada klasifikasi prehipertensi adalah sebanyak 10 orang (25,0%), responden yang berada pada klasifikasi hipertensi tingkat I sebanyak 8 orang (20,0%), sedangkan responden yang berada pada klasifikasi hipertensi tingkat dua hanya terdapat 1 orang (2,5%).


(44)

31

5.1.5. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan darah

Tabel 5.4. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah

Kualitas tidur

Tekanan Darah

Jumlah

P value Normal Prehipertensi Hipertensi 1 Hipertensi 2

Baik 15 8 0 1 24 0,035

Buruk 6 2 8 0 16

Jumlah 21 10 8 1 40

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada penelitian ini dari 24 orang yang memiliki kualitas tidur baik, terdapat 15 orang (62,5%) yang mempunyai tekanan darah normal, 8 orang (33,3%) yang mempunyai tekanan darah perhipertensi, 0 orang (0%) yang mengalami hipertensi tingkat I dan 1 orang (4,2%) yang mengalami hipertensi tingkat II. Sedangkan pada 16 orang yang memiliki kualitas tidur buruk, diperoleh 6 orang (37,5%) yang memiliki tekanan darah yang normal, 2 orang (12,5%) yang mengalami prehipertensi, 8 orang (50%) yang mengalami hipertensi tingkat I dan 0 orang (0%) yang mengalami hipertensi tingkat II.

Selain itu, tabel 5.4 juga menunjukkan bahwa hasil uji variabel kualitas tidur dengan tekanan darah diperoleh nilai hitung p Kolmogorov Smirnov sebesar 0,035 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada penelitian ini.


(45)

32

5.2.Pembahasan

5.2.1 Kualitas Tidur Responden

Dari penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan responden mempunyai kualitas tidur yang baik (lihat tabel 5.2). Dari data yang didapatkan dapat terlihat jumlah responden yang mempunyai kualitas tidur yang baik sebanyak 24 orang (60%), sedangkan jumlah responden yang mempunyai kualitas tidur yang buruk sebanyak 16 orang (40%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Javaheri (2008) pada 238 remaja, juga didapatkan hasil kebanyakan responden yaitu sebanyak 177 orang (74,4%) memiliki kualitas tidur baik dan 61 responden (25,6%) mempunyai kualitas tidur yang buruk.

Tetapi, Angkat (2009), mendapatkan pada penelitiannya bahwa pada remaja SMA di Tanjung Morawa, dari 287 responden didapati bahwa 220 responden (76,7%) diantaranya mempunyai kualitas tidur yang buruk dan 67 responden (23,3%) dengan kualitas tidur yang baik.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) pada 100 responden SMA Santo Thomas 2, didapati bahwa 59 responden (59%) mempunyai kualitas tidur yang buruk dan 41 responden (41%) mempunyai kualitas tidur yang buruk.

Hasil yang agak berbeda pada penelitian ini dengan dua penelitian yang dilakukan oleh Angkat 2009 dan Putra 2011 mungkin disebabkan adanya keterbatasan dalam penilaian kualitas tidur dengan kuesioner PSQI pada penelitian ini seperti banyaknya responden yang lupa akan pola dan waktu tidurnya dalam sebulan terakhir.

5.2.2 Tekanan Darah Responden

Dari penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan responden mempunyai tekanan darah yang normal (lihat tabel 5.3). Dari data yang didapatkan dapat terlihat bahwa jumlah responden yang mempunyai tekanan darah normal sebanyak 21 orang (52,5%), responden yang mempunyai tekanan darah prehipertensi sebanyak 10 orang (25%), responden yang mengalami hipertensi


(46)

33

tingkat 1 sebanyak 8 orang (20%), dan responden yang mengalami hipertensi tingkat 2 sebanyak 1 orang (2,5%). Hal ini mungkin disebabkan karena pada remaja fungsi jantung masih lebih baik dibanding orang yang lebih tua , serta remaja cenderung mempunyai aliran darah balik ke jantung (venous return/preload) dan resistensi perifer (afterload) yang lebih rendah dibanding orang tua (Zamani,Williams dan Lilly,2007).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Angkat (2009) pada 287 orang remaja yang berusia 15-17 tahun, juga didapatkan kebanyakan tekanan darah responden berada pada kategori yang normal. Responden yang mengalami kenaikan darah sistolik (>120mmHg) hanya sebanyak 28 responden (9,8%) sedangkan sebanyak 259 responden (90,2%) berada pada kategori tekanan darah sistolik yang normal) dan yang mengalami kenaikan darah diastolik (>80mmHg) hanya sebanyak 20 responden (7%) dibandingkan dengan responden yang mempunyai kategori tekanan darah normal sebanyak 267 orang (93%).

5.2.3 Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan darah

Dari hasil penelitian ini, peneliti mendapatkan bahwa pada 16 responden dengan kualitas tidur buruk, 10 responden diantaranya mengalami peningkatan tekanan darah, dibanding dengan 6 responden dengan tekanan darah yang normal. Demikian juga pada 24 responden yang mempunyai kualitas tidur baik, ditemukan sebanyak 15 responden mempunyai tekanan darah yang normal, dibanding dengan 9 yang mengalami kenaikan tekanan darah (lihat tabel 5.4). Hal tersebut juga mendukung fakta bahwa apabila kualitas tidur orang yang semakin baik, maka tekanan darah sesorang juga lebih baik pula. Oleh karena itu, penting memperhatikan program pencegahan hipertensi di masa yang akan datang tentang mengoptimalisasi kualitas tidur, selain hanya memperhatikan faktor-faktor lain seperti riwayat keluarga, obesitas, jenis kelamin, kurangnya aktifitas fisik, penggunaan pil kontrasepsi, dan faktor diet yang sudah diketahui selama ini (Riaz,2012).

Tabel 5.5 juga menunjukkan hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah bermakna. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang


(47)

34

dilakukan oleh Javaheri et al (2008) pada 238 orang remaja dimana hasilnya menunjukkan berkurangnya durasi tidur dan efisiensi tidur yang rendah dapat meningkatkan tekanan darah masing-masing sebesar 2,8 kali dan 4,5 kali lipat dibandingkan dengan remaja yang mempunyai jumlah durasi dan efisiensi tidur yang normal, sehingga hal ini jelas memperlihatkan bahwa kualitas yang buruk jelas mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada remaja.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Calhoun dan Harding (2012) juga mendapatkan bahwa terjadi gangguan tidur yang menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk seperti insomnia, obstructive sleep apnea syndrome (OSAS) dapat menyebabkan hipertensi pada dewasa. Sekitar 50 persen orang dengan insomnia kronis telah menunjukkan resiko kuat terjadinya hipertensi menurut penelitian tersebut. Demikian juga dengan gangguan tidur OSAS, pada penelitian ini dilaporkan bahwa pada orang dengan OSAS sedang-berat terjadi peningkatan 3,2 kali lipat kejadian hipertensi dibandingkan orang yang tidak megalami gangguan tidur tersebut. Mekanisme gangguan seperti OSAS dapat menyebabkan hipertensi terdiri dari berbagai faktor seperti terjadi hipercapnia dan hypoxemia yang menyebabkan aktivasi saraf simpatis, oksidatif stres, kemudian juga terjadi peningkatan tekanan intratorakal, dan sering terbangun pada malam hari akibat usaha respirasi untuk mengkompensasi terjadinya apnea yang berulang-ulang. Selain itu pada penelitian ini juga dilaporkan durasi tidur dibawah 5 jam per hari meningkatkan insiden hipertensi pada responden 32-59 tahun sebesar 60 persen. (Calhoun dan Harding,2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Gottlieb, et al yang dilakukan pada 5910 responden lanjut usia yang berumur rata-rata 63 tahun (range umur : 40-100) juga menunjukkan hal yang sama. Penelitian ini menunjukkan hal yang serupa yakni kurangnya durasi tidur dan kualitas tidur buruk sangat jelas meningkatkan tekanan darah, hanya saja pada penelitian ini melaporkan bahwa pengurangan durasi tidur di bawah 7 atau 8 jam saja sudah dapat menyebabkan resiko terjadinya hipertensi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Calhoun dan Harding yang menunjukkan resiko hipertensi pada responden yang durasi tidurnya apabila di bawah 5 jam per hari. Tetapi pada dasarnya beberapa penelitian tersebut


(48)

35

menyatakan bahwa buruknya durasi tidur atau adanya gangguan tidur yang membuat kualitas tidur seorang menjadi buruk merupakan salah satu faktor kuat yang dapat menyebabkan hipertensi. Pada penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa penurunan kualitas tidur selain dapat menyebabkan hipertensi, juga dapat menyebabkan depresi dan gangguan kardiovaskuler. Selain itu, penelitian tersebut juga melaporkan bahwa hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah tidak jauh berbeda antara pria dan wanita. (Gottlieb,et al, 2006).

Dari ketiga penelitian yang dilakukan oleh Javaheri, et al pada remaja, Calhoun dan Harding pada dewasa, dan Gottlieb et al pada orang lanjut usia, ketiga penelitian tersebut menunjukkan hasil yang sama bahwa semakin buruk kualitas tidur seseorang maka orang tersebut mempunyai resiko terkena hipertensi lebih tinggi beberapa kali lipat dibandingkan pada orang yang kualitas tidurnya baik. Hal ini ditemukan pada penelitian baik pada remaja,orang dewasa maupun orang lanjut usia.


(49)

36

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut.

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2009 kebanyakan mempunyai kualitas tidur yang baik.

2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2009 kebanyakan mempunyai tekanan darah yang normal.

3. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2009.

6.2.Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Perlu diberitahukan kepada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah, mahasiswa juga diharapkan dapat menjaga kualitas tidur yang baik dan memperbaiki kualitas tidur yang buruk.

2. Perlu dilaksanakan penelitian yang lebih mendalam tentang topik kualitas tidur dan hipertensi pada responden di Indonesia dengan cakupan responden dan lokasi penelitian yang lebih luas agar terdapat lebih banyak informasi dan data mengenai topik tersebut.


(50)

37

3. Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik kualitas tidur dan tekanan darah untuk mengetahui bahwa apakah pencegahan hipertensi perlu juga diupayakan mengoptimalkan kualitas tidur disamping menjaga pola hidup sehat karena penelitian tentang topik tersebut masih sangat terbatas.

4. Perlu dilaksanakan upaya-upaya prevensi terhadap penyakit yang berkaitan dengan hipertensi mengingat bahwa sangat banyak komplikasi dari kenaikan tekanan darah diantaranya kerusakan pada jantung, ginjal, otak, pembuluh darah dan mata.


(51)

38

DAFTAR PUSTAKA

Angkat, D.N.S.2009. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Remaja Usia 15-17 tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Universitas Sumatera Utara. Available from : respoditory.usu.ac.id/bitstream/123456789/14277/10E00044.pdf.

[ Accessed : 16 November 2012].

Bienenfeld, D., 2012. Parasomnias. Available from

[Accessed on 12 Mei 2012].

Bozorg, A. M., 2010. Narcolepsy. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1188433-overview#showall.

[Accessed on 16 Mei 2012].

Buysse, D., Reynolds, C. F., Monk, T.H., Berman, S. R., Kupfer, D. J., 1989. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for Psychiatric Practice and Research. Psychiatric Research, 28 (2) : 193-213.

Calhoun, D.A., dan Harding,S.M., 2010. Sleep and Hypertension. American College of Chest Physicians,Inc. Journal Circulation.138:434-443. Available from

[ Accessed : 26 April 2012]

Carlson, N.R., 2005. Foundations of Psysiological psychology. 6th ed. Pearson Education,Inc , 230-256

Dahlan, M.S., 2009. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi 4. Medika Salemba, Jakarta, 123-140.


(52)

39

Darmojo.B.,2001. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia.Edisi 7, Medika, 442-448.

Dobrian.A.D., Davies, M., Russell.L.P., and Lauterio,T.J., 2000. Development of Hypertension in A Rat Model of Diet-Induced Obesity. Hypertension. Edisi: 35, 1009-1015.

Dorland, W.A., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC, Jakarta:2006-2007, 2006-2008.

Gottlieb, D.J., et,al., 2006. Association of Usual Sleep Duration with Hypertension. The Sleep Heart Health Study.126:1-6.

Available from : www.journalsleep.org/articles/290803.pdf [ Accessed :3 Mei 2012]

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology 11th ed. Philadelphia: Elsevier Inc, 305-307

Imam.R.P., dan Darmojo.B., 1988. Survei Hipertensi di Masyarakat. Edisi 8, Medika, 757-759.

Japardi, I., 2002. Gangguan Tidur. Departemen Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1948 [Accessed: 13 Mei 2012].

Javaheri, S., Isser, A.S., Rosen C.L.,dan Redline.S, 2008. Sleep Quality and Elevated Blood Pressure in Adolescents. American Heart Association,Inc. Journal Circulation.118:1034-1040.

Available from

: http://circ.ahajournals.org/content/suppl/2008/08/25/CIRCULATIONAH A.108.766410.DC1.html [ Accessed :3 Mei 2012]


(53)

40

Joint National Committee VII, 2003. Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure. Available from

:

Lubit, L H., 2012. Sleep Disorders. Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf

[Accessed : 20 Mei 2012]

Karakan, et al., 1976. Prevalence of Sleep Disturbances in a primarily urban Florida County. Social Science Medicine, 239-244

Kaplan, R.M., Sallis, J.F & Patterson, T.L., 1993. Health and human Behavior. New York: Mc Graw-Hill Book Co, 359-373.

Kripke,D.F., Simons,R.N., Garfinkiel, L., dan Hammond E.C., 1979. Short and long sleep and sleeping pills, Archieves of General Psychiatriy, 103-110

[Accessed on 20 Mei 2012].

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W., dan Setiowulan, W., 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius, 518-522

Notoadmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi I. Jakarta: Rineka Cipta, 42-46

Pinel, J., 2009. Biopsikologi. Edisi 7. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 434-465.

Putra, P.B.2011. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Intelegensia pada Siswa Kelas X SMA Santo Thomas 2. Universitas Sumatera Utara. Available from : respository.usu.ac.id/bitstream/123409874/10E00293.pdf. [Accessed : 2 September 2012].


(54)

41

Riaz, K., 2012. Hypertension. Available from:

[Accessed on 20 Mei 2012].

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta : CV. Sagung Seto, 78-80

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC, 136-140

Tortora, G.J. & Derrickson, B. 2009. Principle of Anatomy and Physiology.12th ed.

John Wiley & Sons: USA, 590-593

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 108-120

Zamani. P, Williams. G.H., and Lilly, L.S.,2007. Pathophysiology of Heart Disease. 4th ed. Lilly, Harvard faculty, 311-333.


(55)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

DATA PRIBADI

1. Nama : Albert

2. Tempat/Tanggal lahir : Medan, 26 Juli1991

3. Agama : Buddha

4. Alamat : Jalan Batangkuis no 18-D Medan

5. No Telp/HP : 08197200136

6. Alamat email : albert_ciao@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1995 – 1997 : TK Sutomo 1 Medan 2. Tahun 1997 – 2003 : SD Sutomo 1 Medan 3. Tahun 2003 – 2006 : SMP Sutomo 1 Medan 4. Tahun 2006 – 2009 : SMA Sutomo 1 Medan

5. Tahun 2009 – sekarang : Universitas Sumatera Utara Medan RIWAYAT PELATIHAN

Seminar dan Workshop Terapi Cairan dan Manajemen Luka TBM FK USU 2010

RIWAYAT ORGANISASI

1. Panitia Bakti Sosial Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kedokteran 2011 2. Koordinator Acara Bakti Sosial MIND FK USU 2012


(56)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera,

Saya, Albert, mahasiswa semester VI dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009”.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di negara-negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Penyakit ini akan menyebabkan berbagai kerusakan organ apabila tidak ditangani secara cepat dan dapat berakibat kematian. Penelitian saya ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah.

Untuk mendapatkan data penelitian ini, saya memohon kesediaan Bapak dan Ibu untuk mengisi kuesioner dan diperiksa tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Data-data yang didapatkan hanya akan digunakan dalam penelitian ini dan tidak akan disebar untuk tujuan lain

Tidak ada biaya apapun yang akan dikenakan kepada Bapak dan Ibu pada penelitian ini. Partisipasi penelitian ini bersifat bebas dan tanpa ada paksaan dan Anda berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Anda mengisi lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) yang telah saya persiapkan. Atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.

Medan, ________________ 2012 Peneliti,


(57)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

__________________________________________________________________

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009”, maka dengan ini saya mengatakan bahwa saya memahami penjelasan secara lengkap dan secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ……… 2012

Responden,


(58)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TAHUN MASUK 2009

No: Nama :

Umur : Jenis Kelamin :

Instruksi:

Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini adalah pertanyaan yang berhubungan dengan kebiasaan tidur Anda satu bulan terakhir. Jawaban yang Anda berikan adalah jawaban yang menunjukkan mayoritas malam yang Anda alami selama satu bulan terakhir.

Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

1. Selama satu bulan terakhir, jam berapakah biasanya Anda tidur di malam hari? Waktu tidur ___________

2. Selama satu bulan terakhir, berapa menit waktu yang Anda habiskan di tempat tidur sebelum tertidur setiap malam?

Jumlah menit __________

3. Selama satu bulan terakhir, jam berapakah Anda bangun di pagi hari? Jam bangun tidur ___________

4. Selama satu bulan terakhir, berapa jam Anda tidur setiap malam? (Hal ini mungkin berbeda dengan jumlah jam yang Anda habiskan di tempat tidur.)


(59)

Untuk pertanyaan di bawah ini, pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai. 5. Selama satu bulan terakhir, seberapa seringkah Anda sulit untuk tidur karena

Anda….

a. Tidak dapat tidur selama 30 menit tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

b. Bangun pada tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat tidak ada selama satu bulan terakhir

kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

c. Terbangun untuk pergi ke kamar mandi tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

d. Sulit bernafas dengan nyaman

tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu


(60)

e. Batuk atau mendengkur dengan keras tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

f. Merasa kedinginan

tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

g. Merasa kepanasan

tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

h. Bermimpi buruk

tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

i. Terasa sakit di badan

tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu


(61)

j. Alasan lain, silakan tuliskan _____________________________________________________

_____________________________________________________ Seberapa sering Anda sulit tidur karena masalah ini?

tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

6. Selama satu bulan terakhir, bagaimana Anda menilai kualitas tidur Anda secara keseluruhan?

sangat baik baik buruk

sangat buruk

7. Selama satu bulan terakhir, seberapa sering Anda mengkonsumsi obat-obatan untuk membantu Anda tidur?

tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu

8. Selama satu bulan terakhir, seberapa sering Anda kesulitan untuk tetap bangun selagi mengemudi, makan, atau beraktivitas sosial?

tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu


(62)

9. Selama satu bulan terakhir, seberapa sulitkah Anda untuk tetap antusias dalam beraktivitas?

tidak sulit agak sulit sulit sangat sulit

Jumlah Score :


(63)

Subject’s Initials ID# Date Time PM

PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX INSTRUCTIONS:

The following questions relate to your usual sleep habits during the past month only. Your answers

should indicate the most accurate reply for the majority of days and nights in the past month.

Please answer all questions.

1. During the past month, what time have you usually gone to bed at night? BED TIME ___________

2. During the past month, how long (in minutes) has it usually taken you to fall asleep each night?

NUMBER OF MINUTES ___________

3. During the past month, what time have you usually gotten up in the morning? GETTING UP TIME ___________

4. During the past month, how many hours of actual sleep did you get at night? (This may be

different than the number of hours you spent in bed.) HOURS OF SLEEP PER NIGHT ___________

For each of the remaining questions, check the one best response. Please answer all questions.

5. During the past month, how often have you had trouble sleeping because you . . a) Cannot get to sleep within 30 minutes

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ b) Wake up in the middle of the night or early morning

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ c) Have to get up to use the bathroom


(64)

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ d) Cannot breathe comfortably

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ e) Cough or snore loudly

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ f) Feel too cold

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ g) Feel too hot

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ h) Had bad dreams

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ i) Have pain

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ j) Other reason(s), please

describe__________________________________________

__________________________________________________________________ ________

How often during the past month have you had trouble sleeping because of this? Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ 6. During the past month, how would you rate your sleep quality overall? Very good ___________

Fairly good ___________ Fairly bad ___________


(65)

Very bad ___________

7. During the past month, how often have you taken medicine to help you sleep (prescribed or

"over the counter")?

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____

8. During the past month, how often have you had trouble staying awake while driving, eating

meals, or engaging in social activity?

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____

9. During the past month, how much of a problem has it been for you to keep up enough

enthusiasm to get things done? No problem at all __________

Only a very slight problem __________ Somewhat of a problem __________ A very big problem __________


(66)

(1)

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____

d) Cannot breathe comfortably

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ e) Cough or snore loudly

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ f) Feel too cold

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ g) Feel too hot

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ h) Had bad dreams

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ i) Have pain

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ j) Other reason(s), please

describe__________________________________________

__________________________________________________________________ ________

How often during the past month have you had trouble sleeping because of this? Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____ 6. During the past month, how would you rate your sleep quality overall? Very good ___________

Fairly good ___________ Fairly bad ___________


(2)

Very bad ___________

7. During the past month, how often have you taken medicine to help you sleep (prescribed or

"over the counter")?

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____

8. During the past month, how often have you had trouble staying awake while driving, eating

meals, or engaging in social activity?

Not during the Less than Once or twice Three or more

past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____

9. During the past month, how much of a problem has it been for you to keep up enough

enthusiasm to get things done? No problem at all __________

Only a very slight problem __________ Somewhat of a problem __________ A very big problem __________


(3)

(4)

Lampiran 7

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 22 55.0 55.0 55.0

perempuan 18 45.0 45.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 1 2.5 2.5 2.5

19 2 5.0 5.0 7.5

20 12 30.0 30.0 37.5

21 18 45.0 45.0 82.5

22 3 7.5 7.5 90.0

23 2 5.0 5.0 95.0

24 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

kualitastidurr

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 24 60.0 60.0 60.0

buruk 16 40.0 40.0 100.0


(5)

tekdarahkel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 21 52.5 52.5 52.5

prehipertensi 10 25.0 25.0 77.5

hipertensi 1 8 20.0 20.0 97.5

hipertensi 2 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

kualitastidurr * tekdarahkel Crosstabulation tekdarahkel

Total normal prehipertensi hipertensi 1 hipertensi 2 kualitastidur

r

baik Count 15 8 0 1 24

Expected Count 12.6 6.0 4.8 .6 24.0

% within kualitastidurr

62.5% 33.3% .0% 4.2% 100.0%

% within tekdarahkel

71.4% 80.0% .0% 100.0% 60.0%

buruk Count 6 2 8 0 16

Expected Count 8.4 4.0 3.2 .4 16.0

% within kualitastidurr

37.5% 12.5% 50.0% .0% 100.0%

% within tekdarahkel

28.6% 20.0% 100.0% .0% 40.0%

Total Count 21 10 8 1 40

Expected Count 21.0 10.0 8.0 1.0 40.0

% within kualitastidurr

52.5% 25.0% 20.0% 2.5% 100.0%

% within tekdarahkel


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 15.476a 3 .001

Likelihood Ratio 18.706 3 .000

Linear-by-Linear Association 5.551 1 .018

N of Valid Cases 40

a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

Kolgomorov Smirnov Test Statisticsa

tekdarahkel

Most Extreme Differences Absolute .458

Positive .458

Negative -.042

Kolmogorov-Smirnov Z 1.420

Asymp. Sig. (2-tailed) .035