lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
http:onrongmarokinarisal.blogspot.com201106kelebihan-dan- kelemahan-model.html
Dari uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan
kerjasama antarsiswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung
dari keberhasilan individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar
kelompok. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi. Guru tidak
hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Metode Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan teman- teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman
di Universitas John Hopkins Trianto, 2009: 73.
Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji zigsag, yaitu siswa melakukan suatu
kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Rusman, 2011: 217.
Menurut Rusman 2011: 218 model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
tanggungjawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang
lain. Seperti yang diungkapkan oleh Lie dalam Rusman 2011: 218, bahwa “pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang
secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab secara mandiri”.
Menurut Arends dalam Lora Purnamasari 2010:24 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain di dalam kelompoknya. Pembelajan kooperatif tipe jigsaw merupakan metode pembelajaran
kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dalam kelompok dan bekerjasama saling ketergantungan yang
positif serta anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat
menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Menurut Lie dalam Rosi Ayu Mirnasari 2009: 25 menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Jadi keunggulan kooperatif tipe
Jigsaw meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang yang diberikan, akan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota
kelompoknya yang lain. Namun demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki keterbatasan, misalnya tidak dapat digunakan di kelas
yang kemampuan sosialisasinya rendah.
Jhonson and Jhonson dalam Rusman 2011: 219 melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukan
bahawa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah :
a. Meningkatkan hasil belajar; b. Meningkatkan daya ingat;
c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; d. Mendorong tumbuhnya motivasi instrinsik kesadaran individu;
e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru; h. Meningkatkan harga diri anak;
i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan j. Meningkatkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Pembelajaran model Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang
berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita
sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Rusman 2011: 219.
Stephen, Sikes and Snapp dalam Rusman 2011: 220 mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut :
1. Siswa dikelompokan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim; 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagiansub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka;
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan saksama;
6. Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; 7. Guru memberi evaluasi;
8. Penutup.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa
terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan
mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok
siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain kelompok asal yang
ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut,
Kelompok Asal 5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan
Kelompok Ahli tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal
Gambar 1 : Ilustrasi yang menunjukan tim Jigsaw Trianto, 2009:74 Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki
kelebihan dan kekurangan, di antara kelebihannya, yaitu:
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain
Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan
Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya
Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain Ibrahim, dkk. 2000: 70.
Sedangkan kekurangannya, yaitu :
Membutuhkan waktu yang lama
Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang
pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya ◙ ◙ ◙
● ◙ ◙ ◙
◙ ◙ ◙ ●
◙ ◙ ◙ ◙ ◙ ◙
● ◙ ◙ ◙
◙ ◙ ◙ ●
◙ ◙ ◙
● ● ● ●
● ● ●
yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya Ibrahim, 2000 : 71.
http:aadesanjaya.blogspot.com201101pembelajaran-kooperatif- tipe-jigsaw.html
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para
siswa harus memiliki tanggungjawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan
masalah yang diberikan. http:gurupkn.wordpress.comcategorypembelajaranmodel-
modelpage3 Jadi pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri
dari 4-6 orang sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap sub topik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari dua atau
tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam hal. Pertama, siswa belajar dan menjadi ahli dalam subtopik
bagiannya dan selanjutnya siswa merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu
siswa tersebut kembali kepada kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya
juga bertindak serupa sehingga seluruh siswa bertanggungjawab untuk menunjukan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan
oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT