76
2. Analisis Inferensial
a. Uji Prasyarat
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan
terhadap hasil angket keyakinan siswa terhadap matematika, dan hasil pretest- posttest. Pengujian normalitas menggunakan uji One-Sample Kolmogorof Smirnov
dengan taraf signifikansi . Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
H : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H
1
: Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria keputusan
diterima jika Asymp. Sig p-value lebih dari .
Data hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 20 berikut.
Tabel 20. Uji Normalitas Data
Skor Nilai Asymp. Sig
Angket Awal
0,569 Akhir
0,991 Tes
Pretest 0,263
Posttest 0,122
Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 20 menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig pada setiap data yang dianalisis lebih besar dari
, sehingga H ditolak dan H
1
diterima yang berarti semua data yang dianalisis berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 4.4 halaman 376.
77
b. Uji Hipotesis
1 Uji Hipotesis Menjawab Rumusan Masalah Pertama
Pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk efektif ditinjau dari keyakinan siswa terhadap matematika jika memenuhi dua kriteria yaitu apabila rata-
rata skor keyakinan akhir lebih besar dari rata-rata skor keyakinan awal dan apabila rata-rata skor keyakinan akhir minimal mencapai kategori tinggi yaitu
Hasil pengujiannya dijabarkan sebagai berikut.
a Uji 1
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata skor keyakinan akhir lebih dari rata-rata skor keyakinan awal. Hipotesis statistiknya sebagai berikut.
Rata-rata skor keyakinan akhir tidak lebih besar dari rata-rata skor keyakinan awal
Rata-rata skor keyakinan akhir lebih besar dari rata-rata skor keyakinan awal
Keterangan : Rata-rata skor keyakinan awal
Rata-rata skor keyakinan akhir Pengujian ini dilakukan dengan bantuan shoftware SPSS 21 dengan statistik
uji Paired Samples t-Test dengan taraf signifikan . Kriteria keputusan yang
diambil adalah ditolak jika
uji yang dilakukan uji 2 sisi2-tailed.
Hasil pengujiannya disajikan pada Tabel 21.
78
Tabel 21. Hasil Uji Hipotesis Keyakinan Siswa terhadap Matematika dengan Paired Samples t-Test
Paired Differences t
df Sig. 2-
tailled Mean
Std. Devitiation
Std. Error Mean
95 Cnfidence Interval of the Difference
Lower Upper
15,029 9,301
1,595 11,784
18,275 9,422
33 ,000
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Paired Samples t-Test pada Tabel 21 menunjukan bahwa nilai
dimana lebih kecil dari , sehingga
ditolak dan diterima yang berarti skor rata-rata keyakinan
akhir lebih besar dari skor rata-rata keyakinan awal.
b Uji 2
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah rata-rata skor keyakinan akhir mencapai minimal kategori tinggi yaitu
. Hipotesis statistiknya sebagai berikut. Rata-rata skor keyakinan akhir tidak lebih besar dari
Rata-rata skor keyakinan akhir lebih besar dari Keterangan :
Rata-rata skor keyakinan akhir Pengujian ini menggunakan One Sample t-Test dengan batuan software SPSS
Versi 21. Taraf signifikansinya adalah Kriteria keputusan pada pengujian
ini adalah ditolak jika
dan nilai uji yang dilakukan uji 2
sisi2-tailed. Hasil uji statistikanya disajikan pada Tabel 22 berikut.
79
Tabel 22. Hasil Uji Hipotesis Keyakinan Siswa terhadap Matematika dengan One Sample t-Test
Test Value = 122,4 t
df Sig. 2-
tailled Mean
Difference 95 Cnfidence Interval of the
Difference Lower
Upper
6,360 33
,000 12,188
8,29 16,09
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan One Sample t-Test pada Tabel 22 diperoleh
dimana lebih besar dari , dan nilai
dimana lebih kecil dari , sehingga ditolak dan
diterima yang berarti rata-rata skor keyakinan akhir siswa lebih besar dari 122,4 atau mencapai
kategori tinggi.
2 Uji Hipotesis Menjawab Rumusan Masalah 2
Pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk ditinjau dari prestasi belajar siswa efektif jika memenuhi dua kriteria yaitu apabila rata-rata nilai posttest
lebih dari rata-rata nilai pretest dan apabila proporsi siswa yang memperoleh nilai
minimal kategori baik lebih dari 75. Hasil pengujiannya dijabarkan sebagai berikut. a
Uji 1
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata nilai posttest lebih dari rata-rata nilai pretest. Hipotesis statistiknya sebagai berikut.
Rata-rata nilai posttest tidak lebih besar dari rata nilai pretest Rata-rata nilai posttest lebih besar dari rata-rata nilai pretest
80 Keterangan :
Rata-rata nilai pretest Rata-rata nilai posttest
Pengujian ini dilakukan dengan bantuan shoftware SPSS 21 dengan statistik uji Paired Samples t-Test dengan taraf signifikan
. Kriteria keputusan yang diambil adalah
ditolak jika uji yang dilakukan uji 2 sisi2-tailed.
Hasil pengujiannya disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Hasil Uji Hipotesis Prestasi Belajar dengan Paired Samples t-Test Paired Differences
t df
Sig. 2- tailled
Mean Std.
Devitiation Std. Error
Mean 95 Cnfidence Interval of
the Difference Lower
Upper
21,765 16,216
2,781 16,107
27,423 7,826
33 ,000
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Paired Samples t-Test pada Tabel 23 menunjukan bahwa nilai
dimana lebih kecil dari , sehingga
ditolak dan diterima. Artinya, rata-rata nilai posttest lebih
besar dari rata-rata nilai pretest. b
Uji 2
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik lebih dari 75. Hipotesis statistiknya
sebagai berikut. proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik kurang
dari atau sama dengan 75
81 proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik lebih
dari 75 Staistika uji yang digunakan adalah Single Sample Propotion Test dengan
taraf signifikasi . Kriteria keputusan pada pengujjian ini adalah
ditolak jika
. Pada perhitungan manual diperoleh persentase siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik adalah 88,23. Hasil uji statistikanya adalah
sebagai berikut. ̂
√
√
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai yang lebih besar dari
maka keputusan ditolak dan
diterima. Artinya, proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik lebih dari
. B.
Pembahasan 1.
Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk Ditinjau dari Keyakinan Siswa Terhadap Matematika
Pada Tabel 12 halaman 69, diperoleh hasil bahwa rata-rata keyakinan siswa terhadap matematika meningkat dari
kategori sedang menjadi kategori tinggi. Peningkatan juga terjadi pada setiap aspek, bahwa secara kumulatif
82 siswa yang memiliki keyakinan terhadap matematika dengan kategori tinggi dan
sangat tinggi mengalami peningkatan Tabel 13 halaman 70. Efektivitas pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk ditinjau
dari keyakinan siswa terhadap matematika didasarkan pada kriteria keefektifan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata skor
keyakinan akhir lebih besar dari rata-rata skor keyakinan awal dan apabila rata-rata skor keyakinan akhir mencapai kategori minimal tinggi.
Pada pengujian hipotesis pertama dengan uji 1 menggunakan statistik uji Paired Sample t-Test dengan bantuan Software SPSS versi 21 diperoleh nilai
di mana lebih kecil dari , sehingga ditolak dan
diterima. Hal ini berarti skor rata-rata keyakinan akhir lebih besar dari skor rata-rata keyakinan awal. Pada pengujian hipotesis pertama dengan uji 2 menggunakan One
Sample t-Test dengan bantuan Software SPSS versi 21 diperoleh nilai , sehingga
ditolak dan diterima. Hal ini berarti rata-rata skor keyakinan
lebih besar dari 122,4 atau rata-rata skor keyakinan akhir mencapai kategori tinggi. Setelah menguji kedua kriteria keefektifan dan kedua kriteria telah terpenuhi maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika berbasis kecerdasan
majemuk efektif ditinjau dari keyakinan siswa terhadap matematika.
Hal yang menjadi penyebab pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk efektif ditinjau dari keyakinan siswa terhadap matematika karena dalam
pembelajaran guru memperhatikan perbedaan keberagaman kecerdasan siswa,
83 kegiatan pembelajarannya yang variatif, konteks dan ilustrasi permasalahan yang
beragam. Hal ini berpotensi dapat memberikan pengaruh positif terhadap keyakinan siswa terhadap matematika.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hoerr 2000: x bahwa teori kecerdasan majemuk mengajarkan setiap anak itu pasti cedas, cerdas pada ranah yang berbeda-
beda dan setiap anak mempunyai potensi. Hoerr 2000:1 juga menambahkan bahwa teori kecerdasan majemuk membantu kita untuk mendefinisikan kecerdasan siswa
dan memungkinkan kita menggunakan potensi siswa untuk membantu mereka belajar.. Cambel dan Cambel 1999:3 berpendapat bahwa teori kecerdasan majemuk
mempengaruhi keyakinan guru yaitu yakin akan kecerdasan, instruksi, dan prestasi siswa. Guru yakin bahwa setiap anak cerdas dan memiliki potensi yang berbeda-
beda, guru akan memberikan kegiatan pembelajaran yang beragam dimana memanfaatkan setiap kecerdasan siswa.
Pada aspek pertama, banyaknya siswa yang memiliki keyakinan terhadap kegunaan matematika meningkat Tabel 14 halaman 71. Hal ini karena selama
pembelajaran siswa diberi permasalahan yang beragam dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau bidang ilmu yang lain. Pada butir 36+ yang menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan butir ini meningkat adalah pada kegiatan pembelajaran peneliti memberikan motivasi pembelajaran menyangkut pajak yang
mana fungsi pajak yaitu untuk pembangunan jembatan, sekolah, jalan, dan sebagainya.
84 Pada aspek kedua Tabel 15 halaman 71 pada butir nomor 4+ tentang
pandangan bahwa matematika dapat dipelajari, mengalami penurunan. Hal yang menjadi sebab salah satunya karena masih ada siswa yang sangat bergantung pada
guru dan teman-temannya dikelas. Terlihat pada proses pembelajaran, siswa selalu menunggu jawaban dari guru atau teman yang lain karena dia merasa kesulitan setiap
ada soal matematika tanpa pernah mencoba mengerjakannya. Sedangkan pada butir 18- turun, salah satu faktor yang membuat butir ini turun karena setelah
pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dilakukan siswa menyadari bahwa setiap individu itu cerdas dan berbeda, sehingga dengan mengetahui potensinya siswa dapat
mempelajari matematika dengan gaya yang berbeda. Pada aspek ketiga Tabel 16 halaman 72 Penyebab butir 30+ turun dan butir
5- naik karena dalam penelitian ini siswa kurang diberi soal-soal yang menuntut penalaran. Sedangkan banyaknya siswa yang berpandangan bahwa matematika
adalah pelajaran yang menyenangkan butir 31 meningkat, karena kegiatan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran yang
variatif menjadikan siswa tidak bosan belajar matematika. Hal ini didukung juga dalam penelitian Gürçay 2003:97 bahwa lebih dari setengah jumlah siswa setuju
bahwa pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah pembelajaran yang sangat menyenangkan dan penuh warna.
Pada aspek keempat Tabel 17 halaman 73-74 butir nomor 22+, banyaknya siswa yang berpendapat bahwa seseorang belajar konsep matematika cenderung akan
berhasil dalam pembelajaran mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena masih ada
85 siswa yang tidak tahu dan belum sadar pentingnya memahami konsep matematika.
Sedangkan pada butir 14+ mengalami kenaikan karena selama pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk siswa diberikan soal-soal matematika melaui media
pembelajaran yang menyenangkan seperti games. Pada butir 26- mengalami penurunan karena dalam pembelajaran siswa diajarkan menghafal pelajaran atau
rumus melalui lagu. Sementara itu peningkatan terbesar terjadi pada aspek ke-4, sedangkan
peningkatan terkecil adalah pada aspek ke-2. Berdasarkan hasil observasi, hal yang menyebabkan peningkatan pada aspek ke-2 rendah adalah siswa masih cenderung
kurang yakin terhadap hasil pekerjaanya sehingga dia masih terpengaruh dengan jawaban teman.
Peningkatan terbesar yaitu pada aspek ke-4 yaitu tentang keyakinan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebelum dilakukan penelitian terhitung 15
siswa siswa memiliki keyakinan yang tinggi dan sangat tinggi terhadap proses pembelajaran matematika, setelah dilakukan penelitian jumlah siswa yang memiliki
keyakinan yang tinggi dan sangat tinggi meningkat menjadi 31 siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk memperhatikan perbedaan jenis
kecerdasan siswa, sehingga kegiatan pembelajarannya dirancang sesuai dengan jenis kecerdasan siswa yang akan diberdayakan. Dengan demikian, siswa akan memiliki
pandangan bahwa belajar matematika dapat dilakukan dengan berbagai macam kegiatan yang variatif di mana memfasilitasi kecerdasanpotensinya, sehingga siswa
lebih tertarik untuk belajar matematika. Pandangan yang positif ini mampu
86 mempengaruhi keyakinan siswa terhadap matematika, karena menurut Uysal, Ellise
dan Rasmussen 2013:1 mengungkapkan bahwa keyakinan siswa dapat mempengaruhi atau berdampak pada ketertarikannya terhadap matematika,
kenyamanannya dalam belajar matematika dan motivasi dalam kelas matematika.
2. Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk