Marketing Public Relations. Dra. Christina Tri Hendriyani, Msi

1 Komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas. 2 Keterbukaan dan konsistens terhadap tindakan dan kepercayaan. 3 Tindakan yang jujur untuk mendapatkan hubungan timbal balik dan goodwiil kemauan baik 4 Komunikasi dua arah dilakukan secara kontinyu untuk mencegah alienasi pengucilan dan membangun hubungan. 5 Evaluasi penelitian dan lingkungan untuk menentukan tindakan dan penyesuaian yang diperlukan bagi hubungan sosial yang harmonis dalam Seitel, 1992 : 10. 2

B. Marketing Public Relations.

Alat dan teknis public relations yang sering digunakan untuk menunjang marketing dan sasaran penjualan suatu bisnis disebut “ Komunikasi Marketing ” atau “ Marketing Public Relations ” . Staff PR yang bekerja dibidang ini biasanya tergabung dalam divisi marketing. Public Relations yang berorientasi marketing dibentuk oleh suatu divisi baru, yakni “ Komunikasi dan Marketing ” Wilcox, et al. 1992 : 339. Public relations PR dapat memperluas peranannya dalam bidang pemasaran produk atau jasa pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an di Amerika serikat. Banyak pengelola marketing menerapkan PR sebagai pendukung unsur promosi dalam Marketing Mix bauran pemasaran terdiri dari product , price , place , promotion Seitel. 1992 : 215. 2 Ibid. Hal : 14-15. Masuknya bidang PR kedalam marketing , karena peningkatan kebutuhan dan minat konsumen ; harga semakin kompetitif , perlu memperluas distribusi , banyaknya promosi dari produk jasa sejenis. Berubahnya cara marketing dengan memasukkan PR kedalamnya , bagi dunia kerja di Amerika , disebabkan : 1. Adanya sikap kritis konsumen dan ketatnya pengawasan pemerintah. 2. Penarikan berbagai produk, selalu menghiasi berita utama di media massa. 3. Adanya kesan negatif konsumen kepada setiap produk yang ditawarkan. 4. Perlunya pemasangan iklan dengan muatan yang mencerminkan kebutuhan sosial dan tanggung jawab produsen. 5. Seringkali bermunculan berbagai isu produk dan perusahaan. 6. Masalah citra parusahaan dan produk yang selalu harus dipelihara dan ditingkatkan. 3 PR dapat menjadi efektif menopang fungsi marketing, harus terlebih dahulu diperjelas dalam perencanaan marketing. Perencanaan harus matang dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yaitu dengan menerapan strategi dan taktik promosi untuk penjualan suatu produk. PR digunakan dalam perencanaan marketing untuk mencapai sejumlah sasaran : 1. Membantu perusahaan dan nama produknya agar lebih dikenal. 2. Membantu mengenalkan produk baru atau peningkatan produk. 3 Drs. Sholeh Soemirat, M.S. dan DRS. Elvinaro Ardianto, M,Si. Dasar-dasar PUBLIC RELATIONS . PT. Remaja Rosdakarya. Bandung . 2002. Hal : 153 – 154. 3. Membantu meningkatkan suatu produk life style, contohnya menyempurnakan pesan iklan dan promosi penjualan dengan menambah informasi baru. 4. Mencari pasang pasar baru dengan memperluas keberadaannya. 5. Memantapkan semua image citra yang positif bagi produk dan usahanya. Begitu erat dan pentingnya kerjasama antara bidang Public Relations dan marketing, sehingga ada istilah untuk menggabungkan aktifitas keduannya yang disebut dengan Marketing Public Relations MPR. Thomas M. Harris dalam bukunya The Marketer’s Guide to Publuc Relations , mengemukakan definisi MPR merupakan proses dari perencanaan , pelaksanaan , dan evaluasi program-program yang mendorong minat beli serta kepuasan konsumen , melalui penyampaian informasi dan kwsan yang meyakinkan dalam usaha memperlihatkan bahwa perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan , keinginan , kepentingan , dan minat konsumen Harris, 1991 : 12. MPR memperkuat fungsi manajemen perusahaan dan mendukung tujuan pemasaran . Coorporate Public Relations CPR memiliki fungsi sebagai fungsi manajemen perusahaan dan mendukung tujuan perusahaan. Kaitan antara MPR dan CPR adalah suatu kemitraan yang saling mempengaruhi. Hal ini tidak akan tercapai bila MPR dan CPR sama-sama melihat sebagai lawan bukan sekutu. Hermawan Kartajaya, dalam Bisnis Indonesia 23111995, “ Mengapa Perlu Power dan Public Relations, ” mengatakan konsep Marketing Mix product, price , place , promotion pertama kali di perkenalkan oleh Jeromme McCarthy, bukan Philip Kotler. Tapi seolah konsep itu diciptakan oleh Philip Kotler , karena Kotler-lah yang mempopulerkan marketing mix . Dalam buku Diktat MPR Interstudi School Public Relations disebutkan Public Relations PR as marketing tool PR sebagai fungsi atau alat pemasaran. Sebagai PR yang tidak luput dari strategi, MPR senantasa memperhatikan strategi pemasaran, diikuti pengembangan sarana dan hasil secara langsung berhubungan dengan pembelian dan penjualan. Namun diatas semua itu , yang paling penting adalah bahwa strategi marketing selalu ditekankan pada titik pandang PR, yang melengkapi suatu blueprint detail plan of action rencana rinci kegiatan, yang sesungguhnya bisa diikuti oleh siapapun juga, baik berpengalaman ataupun tidak sama sekali dalam bidang pemasaran. Prosedur-prosedur PR dilukiskan guna mencapai tujuan strategis yang dalam banyak contoh adalah efektif serta lebih kuat dibanding pendekatan marketing tradisional. Yang menyoroti pentingnya peran PR dalam marketing communications mix . Menurut Kasali , pertanyaan yang sering mengacaukan bagi para praktisi PR adalah PR sama dengan marketing ? Kalangan praktisi pemasaran dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini memang sering menilai bahwa kampanye PR merupakan suatu pengembangan baru bagi kampanye pemasaran. Pendapat ini memang tidak salah 100 , karena Philip Kolter , tokoh sentral pemasaran yang buku-buku teksnya dipakai secara luas diseluruh dunia, pernah menulus di dalam Harvard Business Review bahwa PR merupakan bagian dari mega marketing . Dalam artikel tersebut Kolter menyebutkan bahwa PR merupakan salah satu unsur dari marketing mix bersama dengan 4P lainnya dan power. Tentu saja Kolter menyebut itu karena melihat adanya pihak-pihak yang kurang berkenan terhadap produk-produk Amerika yang diekspor ke mancanegara. Untuk memasuku pasar itu Kolter berpendapat bahwa ada pihak-pihak lain, selain “targer market” yang perlu dibina agar produk tersebut dapat diekspor dengan mulus. Gatekeepers disebut Kotler sebagai : “ legsilator , goverment agencies , political perties , labor union , public interest group and churches. “ Kolter percaya bahwa PR bersama konsep mega marketing mampu membuka negara-negara yang tertutup. Kolter mendefinisikan mega marketing sebagai sebagai : “ Aplikasi koordinasi secara terencana atas unsur-unsur ekonomi , psikologi , politik, dan keterampilan PR untuk memperoleh simpati kerjasama dari pihak-pihak yang terkait agar dapat beroperasi atau masuk kepasar tertentu. Pendapat ini pernah diperdebatkan oleh para ahli PR, karena khalayak sasaran kedua konsep ini sangat berbeda yang satu mempunyai sasaran tembak target market dan yang lain mempunyai sasaran target publik. Untuk meluruskan perbedaan pendapat ini, ungkap Kasali , Thomas L. Harris, guru besar jurnalisme pada Kellog School of Journalism mengembangkan konsep yang disebut MPR. Dengan melihat praktek- praktek pada kegiatan pemasaran, Harris menyarankan agar praktisi dapat memisahkan kegiatan yang menjadi bagian dari marketing MPR dan bagian yang menjadi bagian dari koorporat CPR. Pengamatan dan konsep Harris ini menurut pendapat Kasali , sangat penting karena pemakaian konsep PR dalam pemasaran telah berkembang demikian pesatnya untuk mendorong kegiatan pemasaran. Menurut penelitian yang dilakukan oleh konsultan PR terkemuka Shandwick pada tahun 1989 , anggaran MPR berkisar dari seluruh biaya PR di seluruh dunia. Untuk menghindari kerancuan berpikir , Kasali menggunakan konsep Harris sekaligus menempatkan siapa yang bertanggung jawab atas setiap kegiatan serupa didalam suatu perusahaan. MPR adalah bagian dari kegiatan pemasaran , penanggung jawab tertinggi adalah manajer pemasaran , dan objective dari kegiatan PR adalah mendukung objective di bidang pemasaran. Untuk menjalankan kegiatannya, orang-orang pemasaran bisa meminta bantuan CPR karena keahlian CPR memang murni di bidang PR. MPR berada dibawah manajer marketing , bergantung dari strukturnya , bisa berada dibawah direktur utama , presiden direktur atau CEO. Di negara-negara maju , Manajemen Chief Exsecutive Officer jauh lebih berkuasa dari pemilik saham , karena saham perusahaan dilepas kepasar modal. Pemegan saham mayoritas umumnya memiliki share dibawah 15. Di Indonesia meski sudah go pulic konsentrasi itu masih ada , sehingga pemilik amat berkuasa. Sedangkan CPR adalah suatu staff khusus dibawah CEO atau direktur utama atau presiden direktur. Dengan menggunakan pemikiran Harris , tugas seorang CPR akan lebih ringan karena sebagian pekerjaannya yang menyangkut consumer confidence and trust telah didelegasikan kepada bagian pemasaran Kasali, 1994 : 11-14. 4

C. Fungsi dan Tugas Humas