1 Komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas.
2 Keterbukaan dan konsistens terhadap tindakan dan kepercayaan.
3 Tindakan yang jujur untuk mendapatkan hubungan timbal balik
dan goodwiil kemauan baik 4
Komunikasi dua arah dilakukan secara kontinyu untuk mencegah alienasi pengucilan dan membangun hubungan.
5 Evaluasi penelitian dan lingkungan untuk menentukan tindakan
dan penyesuaian yang diperlukan bagi hubungan sosial yang harmonis dalam Seitel, 1992 : 10.
2
B. Marketing Public Relations.
Alat dan teknis public relations yang sering digunakan untuk menunjang marketing dan sasaran penjualan suatu bisnis disebut “
Komunikasi Marketing ” atau
“ Marketing Public Relations ”
. Staff PR yang bekerja dibidang ini biasanya tergabung dalam divisi
marketing. Public Relations yang berorientasi marketing dibentuk oleh suatu divisi baru, yakni “ Komunikasi dan Marketing ” Wilcox, et al.
1992 : 339. Public relations PR dapat memperluas peranannya dalam
bidang pemasaran produk atau jasa pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an di Amerika serikat. Banyak pengelola marketing menerapkan
PR sebagai pendukung unsur promosi dalam
Marketing Mix
bauran pemasaran terdiri dari
product , price , place , promotion
Seitel. 1992 : 215.
2
Ibid. Hal : 14-15.
Masuknya bidang PR kedalam marketing , karena peningkatan kebutuhan dan minat konsumen ; harga semakin kompetitif , perlu
memperluas distribusi , banyaknya promosi dari produk jasa sejenis. Berubahnya cara marketing dengan memasukkan PR
kedalamnya , bagi dunia kerja di Amerika , disebabkan : 1.
Adanya sikap kritis konsumen dan ketatnya pengawasan pemerintah.
2. Penarikan berbagai produk, selalu menghiasi berita utama di
media massa. 3.
Adanya kesan negatif konsumen kepada setiap produk yang ditawarkan.
4. Perlunya
pemasangan iklan
dengan muatan
yang mencerminkan kebutuhan sosial dan tanggung jawab produsen.
5. Seringkali bermunculan berbagai isu produk dan perusahaan.
6. Masalah citra parusahaan dan produk yang selalu harus
dipelihara dan ditingkatkan.
3
PR dapat menjadi efektif menopang fungsi marketing, harus terlebih dahulu diperjelas dalam perencanaan marketing. Perencanaan
harus matang dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yaitu dengan menerapan strategi dan taktik promosi untuk penjualan suatu
produk. PR digunakan dalam perencanaan marketing untuk mencapai
sejumlah sasaran : 1.
Membantu perusahaan dan nama produknya agar lebih dikenal. 2.
Membantu mengenalkan produk baru atau peningkatan produk.
3
Drs. Sholeh Soemirat, M.S. dan DRS. Elvinaro Ardianto, M,Si. Dasar-dasar PUBLIC RELATIONS
. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung . 2002. Hal : 153 – 154.
3. Membantu meningkatkan suatu produk
life style,
contohnya menyempurnakan pesan iklan dan promosi penjualan dengan
menambah informasi baru. 4.
Mencari pasang pasar baru dengan memperluas keberadaannya. 5.
Memantapkan semua image citra yang positif bagi produk dan usahanya.
Begitu erat dan pentingnya kerjasama antara bidang Public Relations dan marketing, sehingga ada istilah untuk menggabungkan
aktifitas keduannya yang disebut dengan Marketing Public Relations MPR.
Thomas M. Harris dalam bukunya
The Marketer’s Guide to Publuc Relations ,
mengemukakan definisi MPR merupakan proses dari perencanaan , pelaksanaan , dan evaluasi program-program yang
mendorong minat beli serta kepuasan konsumen , melalui penyampaian informasi dan kwsan yang meyakinkan dalam usaha memperlihatkan
bahwa perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan , keinginan , kepentingan , dan minat konsumen Harris, 1991 : 12.
MPR memperkuat fungsi manajemen perusahaan dan mendukung tujuan pemasaran
. Coorporate Public Relations
CPR memiliki fungsi sebagai fungsi manajemen perusahaan dan mendukung tujuan perusahaan.
Kaitan antara MPR dan CPR adalah suatu kemitraan yang saling mempengaruhi. Hal ini tidak akan tercapai bila MPR dan CPR sama-sama
melihat sebagai lawan bukan sekutu.
Hermawan Kartajaya, dalam Bisnis Indonesia 23111995, “ Mengapa Perlu Power dan Public Relations, ” mengatakan konsep
Marketing Mix product, price , place , promotion
pertama kali di perkenalkan oleh Jeromme McCarthy, bukan Philip Kotler. Tapi seolah
konsep itu diciptakan oleh Philip Kotler , karena Kotler-lah yang mempopulerkan
marketing mix
. Dalam buku Diktat MPR
Interstudi School Public Relations
disebutkan
Public Relations PR as marketing tool
PR sebagai fungsi atau alat pemasaran.
Sebagai PR yang tidak luput dari strategi, MPR senantasa memperhatikan strategi pemasaran, diikuti pengembangan sarana dan hasil
secara langsung berhubungan dengan pembelian dan penjualan. Namun diatas semua itu , yang paling penting adalah bahwa
strategi marketing selalu ditekankan pada titik pandang PR, yang melengkapi suatu
blueprint detail plan of action
rencana rinci kegiatan, yang sesungguhnya bisa diikuti oleh siapapun juga, baik berpengalaman
ataupun tidak sama sekali dalam bidang pemasaran. Prosedur-prosedur PR dilukiskan guna mencapai tujuan strategis
yang dalam banyak contoh adalah efektif serta lebih kuat dibanding pendekatan marketing tradisional. Yang menyoroti pentingnya peran PR
dalam
marketing communications mix
. Menurut Kasali , pertanyaan yang sering mengacaukan bagi para
praktisi PR adalah PR sama dengan marketing ? Kalangan praktisi
pemasaran dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini memang sering menilai bahwa kampanye PR merupakan suatu pengembangan baru bagi
kampanye pemasaran. Pendapat ini memang tidak salah 100 , karena Philip Kolter , tokoh sentral pemasaran yang buku-buku teksnya dipakai
secara luas diseluruh dunia, pernah menulus di dalam
Harvard Business Review
bahwa PR merupakan bagian dari
mega marketing
. Dalam artikel tersebut Kolter menyebutkan bahwa PR merupakan
salah satu unsur dari marketing mix bersama dengan 4P lainnya dan power. Tentu saja Kolter menyebut itu karena melihat adanya pihak-pihak
yang kurang berkenan terhadap produk-produk Amerika yang diekspor ke mancanegara. Untuk memasuku pasar itu Kolter berpendapat bahwa ada
pihak-pihak lain, selain “targer market” yang perlu dibina agar produk tersebut dapat diekspor dengan mulus.
Gatekeepers
disebut Kotler sebagai :
“ legsilator , goverment agencies , political perties , labor union , public interest group and churches. “
Kolter percaya bahwa PR bersama konsep mega marketing mampu membuka negara-negara yang tertutup. Kolter mendefinisikan mega
marketing sebagai sebagai : “ Aplikasi koordinasi secara terencana atas unsur-unsur ekonomi , psikologi , politik, dan keterampilan PR untuk
memperoleh simpati kerjasama dari pihak-pihak yang terkait agar dapat beroperasi atau masuk kepasar tertentu.
Pendapat ini pernah diperdebatkan oleh para ahli PR, karena khalayak sasaran kedua konsep ini sangat berbeda yang satu mempunyai
sasaran tembak target market dan yang lain mempunyai sasaran target publik.
Untuk meluruskan perbedaan pendapat ini, ungkap Kasali , Thomas L. Harris, guru besar jurnalisme pada
Kellog School of Journalism
mengembangkan konsep yang disebut MPR. Dengan melihat praktek- praktek pada kegiatan pemasaran, Harris menyarankan agar praktisi dapat
memisahkan kegiatan yang menjadi bagian dari marketing MPR dan bagian yang menjadi bagian dari koorporat CPR.
Pengamatan dan konsep Harris ini menurut pendapat Kasali , sangat penting karena pemakaian konsep PR dalam pemasaran telah
berkembang demikian pesatnya untuk mendorong kegiatan pemasaran. Menurut penelitian yang dilakukan oleh konsultan PR terkemuka
Shandwick pada tahun 1989 , anggaran MPR berkisar dari seluruh biaya PR di seluruh dunia.
Untuk menghindari kerancuan berpikir , Kasali menggunakan konsep Harris sekaligus menempatkan siapa yang bertanggung jawab atas
setiap kegiatan serupa didalam suatu perusahaan. MPR adalah bagian dari kegiatan pemasaran , penanggung jawab tertinggi adalah manajer
pemasaran , dan
objective
dari kegiatan PR adalah mendukung
objective
di bidang pemasaran.
Untuk menjalankan kegiatannya, orang-orang pemasaran bisa meminta bantuan CPR karena keahlian CPR memang murni di bidang PR.
MPR berada dibawah manajer marketing , bergantung dari strukturnya ,
bisa berada dibawah direktur utama , presiden direktur atau CEO. Di negara-negara maju ,
Manajemen Chief Exsecutive Officer
jauh lebih berkuasa dari pemilik saham , karena saham perusahaan dilepas kepasar
modal. Pemegan saham mayoritas umumnya memiliki
share
dibawah 15. Di Indonesia meski sudah
go pulic
konsentrasi itu masih ada , sehingga pemilik amat berkuasa. Sedangkan CPR adalah suatu staff
khusus dibawah CEO atau direktur utama atau presiden direktur. Dengan menggunakan pemikiran Harris , tugas seorang CPR akan
lebih ringan karena sebagian pekerjaannya yang menyangkut consumer confidence and trust telah didelegasikan kepada bagian pemasaran Kasali,
1994 : 11-14.
4
C. Fungsi dan Tugas Humas