Atraksi Wisata Kawasan Wisata Dieng.

commit to user

BAB III ANALISIS PENGEMBANGAN

KEPARIWISATAAN KAWASAN WISATA DIENG

A. Atraksi Wisata Kawasan Wisata Dieng.

Atraksi adalah daya tarik wisata atau segala sesuatu yang bisa membuat turis tertarik untuk mengunjungi suatu tempat wisata dan merupakan alasan utama wisatawan asing melakukan perjalanan ke tempat tersebut, sehingga atraksi merupakan faktor penarik utama dalam kegiatan pariwisata. Atraksi ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Atraksi Wisata Alam

Atraksi alam adalah atraksi yang ada secara alami dan bukan merupakan ciptaan dari manusia. Ketika berbicara mengenai atraksi alam ini Kawasan Wisata Dieng mempunyai banyak sekali obyek wisata alam seperti Telaga, Kawah, Gua, Sumber Air Panas, Air Terjun dan sebagainya. Obyek-obyek wisata alam di Kawasan Wisata Dieng ini tersebar di dua kabupaten yaitu Wonosobo dan Banjarnegara. Adapun obyek – obyek wisata alam tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini a. Tuk Bima Lukar Merupakan objek sumber mata air dari sungai Serayu, konon pada waktu itu antara Pendawa dan Astina bersama-sama mengadakan perlombaan mencari mata air. Tuk Bima Lukar adalah mata air yang ditemukan oleh pihak Pendawa sedangkan Astina menemukan mata air sungai Bogowonto di 36 commit to user daerah Wonosobo pula. Tatkala sang Bima dari Pendawa menemukan Tuk Bima Lukar dilihatnya ada seorang gadis cantik yang sedang mandi di sana, karena terpesona melihat kecantikan sang puteri berkatalah dia Siro Ayu yang artinya kamu cantik dari kata Siro Ayu tersebuttimbullah kata Serayu untuk memberi nama aliran mata air itu hingga sampai sekarang sungai itu masih tetap mengalir dan mengunakan nama yang sama. sumber : Buku pa ndua n wisata Ja wa Tengah ta hun 2000. b. Kawah Si Kidang Merupakan lubang yang berisi gas dan cairan belerang panas, kawah ini selalu berpindah-pindah dari waktu ke waktu. Alkisah tersebutlah seorang raja yang berbadan manusia dan berkepala kidang berkuasa di sana ketika pada suatu peperangan akibat ekspansi dari kerajaan tetangganya dia mengalami kekalahan. Oleh raja yang menang dia mendapatkan hukuman yang sangat berat yakni di perintahkan untuk membuat sumur yang digalinya sendiri. Karena ia inggin membalas dendam atas perlakuan yang diterimanya, bertapalah raja itu dalam tanah. Oleh dewa dia diharuskan bertapa selama 100 hari, setelah itu retaklah sumur itu sedikit demi sedikit yang ahirnya menjadi ledakan yang dasyat dan keluarlah lahar dari sana. Itulah sebabnya yang hingga sekarang di beri nama Si Kidang. sumber : Buku panduan wisata Ja wa Tenga h ta hun 2000. c. Telaga Warna dan Telaga Pengilon Letaknya berada di kompleks Cagar Alam Dieng, warna yang ada disana adalah diakibatkan adanya air belerang yang muncul di permukaan air. commit to user Kedua Telaga ini dahulu merupakan satu telaga saja, karena terbentungnya sungai Tulis oleh Lava maka telaga ini terpisah menjadi dua sampai sekarang . sumber : Buku pa nduan wisata Ja wa Tengah tahun 2000. d. Telaga Cebong Terletak di desa sambungan desa tertinggi di jawa tengah ±2300m dari permukaan laut. Bentuknya seperti cebonganak katak luasnya 10ha. Telaga ini merupakan cekungan dikelilingi oleh permukaan bukit antara lain : Gunung Pakuwajo, Gunung Prambanan, dan Gunung Sidede terjadi karena pemunculan air tanah. sumber : Buku panduan wisata Ja wa Tengah tahun 2000. e. Batu Semar Terletak di kompleks Hutan Wisata Dieng merupakan batu besar dengan ukuran 36M³ dan di situ secara ilmiah terukir sebuah profil yakni profil manusia, sehingga batu tersebut ada yang memberi nama batu Semar. Di samping itu konon di sana pernah ditemukan sebuah prasasti yang bertuliskan huruf sansekerta dengan demikian pula nama lain dari batu tadi adalah batu tulis. sumber : Buku pa nduan wisata Ja wa Tengah tahun 2000. f. Gua Sumur Letaknya bersebelahan dengan Gua Semar. Sebelum orang bertapa di Gua Semar terlebih dahulu harus membersihkan dirimandi di dalam sumur yang ada di dalam gua, dengan demikian tak lupa membakar dupa, menabur bunga talon , dan uang logam. sumber : Buku pa nduan wisata Ja wa Tenga h tahun 2000. commit to user g. Gua Semar Terletak di Hutan Wisata Dieng. Gua ini sering digunakan untuk bertapa di samping itu bagi mereka yang menginginkan segala permohonannya terkabul bias juga melalui juru kunci yang ada di sana. sumber : Buku panduan wisata Ja wa Tenga h ta hun 2000. h. Gua Jaran Berdekatan dengan Gua Sumur. Konon pada saat itu ada seekor kuda betina yang karena kemalaman berada di dekat gua dan menginap disana. Dengan tak disadari sekeluar dari gua tersebut kedapatan kuda tersebut telah mengandung. Oleh sementara orang yang belum dikaruniai putera, gua jaran tersebut sering digunakan untuk memohon dengan jalan agar segera punya anak. sumber : Buku pa ndua n wisata Ja wa Tenga h ta hun 2000. i. Telaga Menjer Merupakan telaga alami terluas di Kabupaten Wonosobo, berada pada ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut dengan luas 70 hektar dan kedalaman air mencapai 45 meter. Telaga Menjer terletak di desa Maron kec. Garung 12 Km sebelah utara kota Wonosobo. Sisi utara telaga ini berupa pegunungan yang ditumbuhi tanaman hijau termasuk kebun teh. Sementara itu di sisi selatan dibatasi oleh tanah miring berbatu-batu. Sepintas lalu jika diamati, kemungkinan pada jaman purba ini merupakan kawah dan saat ini sudah tidak aktif sehingga air tertampung di dalamnya. Dengan air yang luas dan jernih, alam yang tenang dan pegunungan yang mengelilinginya, Telaga ini menyuguhkan suasana damai. Lebih indah lagi commit to user ketika langit cerah dipagi hari dibarengi oleh tiupan angin segar perlahan- lahan. Di tepian telaga banyak ditanam pohon pinus, sehingga suasana semakin indah. Di telaga ini, anda dapat naik rakit berkeliling telaga. Telaga ini sering dikunjungi anak-anak muda baik lokal maupun dari luar kota. Memang letaknya dekat dengan kota Wonosobo. Mereka biasanya berombongan naik sepeda motor. Sepeda motor merupakan sarana yang paling mudah untuk menuju tempat ini. Banyak juga mereka yang hobi memancing menyalurkan hobinya di telaga ini. Sebagian penduduk sekitar juga ada yang mencari ikan di telaga ini. Air dari telaga ini cukup besar, oleh sebab itu air dari telaga ini digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, dikenal dengan PLTA Garung. sumber : Buku panduan wisa ta Ja wa Tengah tahun 2000 .

2. Atraksi Wisata Budaya

Atraksi budaya merupakan daya tarik yang berupa hasil olah budi manusia, seperti kesenian seni pertunjukan dan seni kerajinan, peninggalan bersejarah, adat istiadat masyarakat upacara tradisional, tata kehidupan sehari-hari,. Adapun aneka atraksi budaya kawasan dataran tinggi Dieng adalah : a. Hari Jadi Kota Wonosobo Peringatan hari jadi kota Wonosobo jatuh pada tanggal 24 Juli, selalu dimeriahkan dengan festival dan karnaval dari instansi pemerintahan dan masyarakat Wonosobo sendiri, selain itu juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi wisata antara lain prosesi kirab, lomba seni, ruwatan, lepas balon udara tradisional dan lain-lain. commit to user b. Tenong Suran Ini adalah upacara tradisi yang di rayakan sebagai upacara peringatan hari jadi dusun Gianti, Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto. Upacara ini dilaksanakan pada bulan sura dilaksanakan dengan merdi desa yang disertai upacara tenongan kemudian dilanjutkan dengan pagelaran seni tradisional semalam suntuk. c. Tradisi Cukur Gembel Anak – anak berambut gembel terbilang langka dan jarang kita jumpai seantero wilayah Nusantara ini. Sebagian besar dapat kita temukan di wilayah Kabupaten Wonosobo dan sebagian di Kabupaten Banjarnegara serta di lereng Merbabu. Ruwatan Cukur Rambut Gembel secara tradisional hingga kini masih berjalan turun temurun, terutama di Dataran Tinggi Dieng dan Lereng Sindoro Sumbing. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo meramu kegiatan tradisi ini menjadi aset budaya daerah melalui kegiatan tahunan Subdin. Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Anak berambut gembel memiliki karakter dan perilaku yang berbeda dari kebiasaan anak seusianya. Kalau tidak energik, nakal, berjiwa heroik, suka mengatur akan muncul perilaku yang diam, pemalu, susah bergaul dengan dunia luar. Kondisi kejiwaan ini diyakini masyarakat lebih pada kekuatan mitos dimana gejala kejiwaan yang muncul sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik rambut yang tumbuh gembel. Lebih jauh berpangkal pada mitos menceritakan bahwa rambut gembel itu merupakan “ TITIPAN “. Sudah barang tentu karena itu hanya merupakan titipan suatu saat akan diambil kembali oleh yang empunya. Kecenderungan tipe sikap demikian yang commit to user terbelenggu oleh daya nalar yang terbatas terbentuklah sikap menerima dengan sepenuh hati. Van Peursen menyebutnya dengan istilah “ sikap mistis “ dimana sikap manusia yang merasakan dirinya terbelenggu oleh kekuatan – kekuatan gaib disekitarnya. Kondisi anak yang begitu selanjutnya disebut anak “ SUKERTA “ yaitu anak yang di cadangkan menjadi mangsa Batharakalapengaruh budaya wayang.Untuk melepaskan dan mengangkat kembali anak dari kondisi sialnya itu atau membersihkan sesukernyagembelnya harus dilakukan upacara Ruwatan. Ruwatan berasal dari kata Ruwat yang artinya melepaskan yaitu melepaskan dari nasib sialnya, dari kondisi terbelenggu adat, melepaskan dari karakteristik anak yang cenderung aneh agar kembali tumbuh normal sebagaimana anak yang lain. Acara Ruwatan tidak dapat dipaksakan oleh orang tuanya tetapi setelah anak mengajukan permintaan sebagai persyaratan khusus yang disebut “BEBANA“ atau permintaan. Dari pengalaman masa lalu yang pernah dilakukan Dinas Pariwisata sangatlah beragam bebana yang dimintanya, dan kitapun sebagai pelayan hanya mengiyakan dan berusaha memenuhinya. Sebab kalau tidak dipenuhi rambut gembel yang telah dicukurnya akan tumbuh kembali dan kondisi kesehatan akan terganggu, badan akan terasa panas dingin bahkan sampai ada yang mengigau dan kejang – kejang. Pada situasi demikian muncul bayangan seperti dikejar – kejar ular raksasa yang siap menerkamnya, tak khayal kalau kemudian “clemang – clemong “ mengigau muncul sederetan kata – kata diluar kontrol yang itu justru commit to user dipercayai sabda sang gaib. Kalau sudah demikian orang tua dan sesepuh hanya akan takut, bingung dan mencermati, mendengarkan serta berusaha untuk memenuhi agar anaknya selamat. Ular hanya akan takut dengan api, maka dalam asesoris yang nampak pada lokasi pelaksanaan ritual itu ada tiga buah naga raksasa suatu penggambaran bentuk perwujudan binatang yang sering mengganggu. Di dalam sendang dipancangkan lima bola api yang mengandung makna dari “Keblat Papat Kalima Pancer“ telah di tangkal dengan api agar tidak mengganggu jalannya upacara ritual terlebih anak yang akan diruwat. Dipilihnya tempat pelaksanaan di Sendang Kaligondang karena dilokasi ini diyakini penduduk setempat merupakan cikal bakal berdirinya Desa Sendangsari, kecuali itu sendang ini lazim digunakan ritual – ritual lain, airnya jernih tetapi berasa asam. Pemilihan nama desa itupun mengalami pergantian hingga tiga kali. Pada mulanya dinamakan Kaputihan, dalam kurun waktu sekian lama diganti dengan Wiladabanyu dan akhirnya dipilih hingga sekarang dengan nama Sendangsari. Tipe rambut gembel dapat dibedakan dari dua golongan besar yaitu menurut jenis rambut dan letak tumbuhnya. Menurut Jenis rambutnya ada tiga model : 1. “Gembel Pari“ yaitu model gembel yang tumbuh memanjang membentuk ikatan rambut kecil – kecil menyerupai bentuk padi. Tipe ini berasal dari jenis rambut lurus dan tipis. commit to user 2. “Gembel Jatha“ yaitu corak gembel yang merupakan kumpulan rambut gembel yang besar – besar tetapi tidak lekat menjadi satu. Jenis ini berasal dari rambut lurus dan tebal. 3. “Gembel WedhusGembel Debleng“ yaitu model gembel yang merupakan kumpulan rambut besar – besar menjadi satu menyerupai bulu domba. Tipe ini berasal dari rambut berombak kriting. Sedangkan menurut letak tumbuhnya : 1. “Gembel Gombak“ yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya dibagian belakang kepala. 2. “Gembel Pethek“ yaitu tipe gembel yang tumbuhnya dibagian samping kepala diatas telinga. 3. “Gembel Kuncung“ yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya di daerah ubun – ubun bagian tengah agak kedepan bagian kepala. sumber: Dinas Pa riwisata Wonosobo d. Tari Jaran Kepang Biasanya dibawakan oleh 7 orang penari, satu penari sebagai plandang pemimpin dan enam lainnya sebagai prajurit. Tarian ini didasarkan pada Legenda Raden Panji Asmoro Bangun yang sedang mencari kekasihnya yang bernama Dewi Sekartaji. Para penari menaiki jaran kuda yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Pemimpin tari biasanya membawa pecutcemeti atau cambuk yang biasa digunakan alat bantu dalam mengendalikan kuda. Tarian ini disebut juga jathilan. commit to user e. Tari Lengger Berasal dari kata le, panggilan untuk anak laki-laki dan ger dari kata geger yang artinya gaduh. Tarian lengger ini mulanya dibawakan oleh laki- laki yang dirias seperti wanita dan dibawakan oleh sembilan penari. Ada sejenis tarian lain serupa yaitu Gambyong Lengger yang biasanya disajikan sebagai tari untuk sambutan f. Tari Angguk Tari Angguk merupakan tarian dimana penarinya mengangguk-anggukkan kepala. Kostum yang dipakai mirip kostum prajurit Belanda tempo dulu. Tarian dan lagu yang dibawakan bernafaskan Islam. Jenis tarian ini mirip sekali dengan tari Ndolalak di Kabupaten Purworejo dan Kulon Progo Yogyakarta. g. Peningalan Bersejarah Kompleks candi Arjuna terletak di tengah-tengah dataran. Tentunya dahulu sangat sulit untuk membangunnya, karena letaknya di daerah rendah yang sebelumnya penuh air. Lagi pula bangunan-bangunan candi di kompleks Arjuna ini didirikan langsung di atas permukaan tanah, meskipun tanah yang dimaksud tanah keras berupa konglomerat kompak. Sedangkan pada umumnya bangunan candi selalu didirikan dengan pondasidibawah tanah, karena bangunan dibuat dari bahan batu, yang tentu sangat berat. Dengan demikian dapat diduga bahwa para pendiri candi ini adalah orang-orang yang sangat ahli dalam kontruksi. Yang menarik dari Komplek Candi Arjuna ini adalah candi-candi yang berdiri berderet kea rah utara-selatan dan memiliki arsitektur yang berbeda- commit to user beda. Candi-candi tersebut adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Sedangkan Candi Semar berdiri di depan Candi Arjuna. 1. Candi Arjuna Candi Arjuna terdapat di barisan paling utara dari kelompok Candi Arjuna. Candi ini mempunyai denah bujur sangkar 6 x 6 m, pembuatannya memakai batu andesit. Pintu masuk berada di sebelah barat, dihiasi dengan kepala kala di bagian atasnya. Dan di bagian pipi tangga candi juga terdapat hiasan berupa kala makara. Di dinding tubuh candi terbagi menjadi tiga bidang yang dibatasi oleh pilaster-pilaster dan dindig ini mempunyailima relung. Diatas relung di hiasi dengan ka la ma rka , sedangkan dibawah relungnya terdapat lapik arca. Namun sekarang ini arcanya sudah tidak ditemukan lagi. Di bawah relung bagian utara terdapat jaladwara yang berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air suci yang telah digunakan untuk membasuh arca yang ada di dalam bilik candi tersebut. Di dalam candi ditemukan yoni, tapi lingga atau arca yang diatasnya sudah tidak ditemukan lagi. Atap Candi Arjuna terdiri atas tiga tingkat. Dan masing-masing, tingkat satu dan dua di masing- masing sisinya terdapat relung yang dihiasi kala makara.bingkai atas dihiasi antefiks, dan pada bagian sudut dihiasi dengan menara sudut. Puncak atap tidak diketahui, karena sudah runtuh. Suasana keseluruhan candi karena telah bocor rembes sehingga lembab dan berlumut, sehingga kian terasa suasana magisnya. Di Candi ini masih sering ditemukan bunga dan sisa pembakaran kemenyandupa. sumber : Buku Dieng Poros Dunia 2. Candi Semar commit to user Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi arjuna. Berdenah segi panjang dengan ukuran 7 x 3,50 m, terbuat dari batu andesit. Pintu masuk candi ini menghadap ke arak timur dan pintu tersebut mempunyai hiasan ka la ma kara . Sedangkan pada bagian kaki berupa pa dma tidak memiliki hiasan. Dinding tubuh candi yang panjang memiliki tiga bidang penghias. Pada bagian tengah masing-masing bidang memiliki relung, sementara itu bilik candinya dalam keadaan kosong. Berdasarkan bentuknya diperkirakan bilik candi itu dahulunya berfungsi sebagai tempat untuk berbagai alat upacara. Sedangkan atap candi berbentuk melengkung ke atas menyerupai padma yang besar dan bingkai atasnya dihiasi antefiks. Bagian puncak atas, tidak diketahui bentuknya lagi, karena dibagian tersebut sudah mengalami keruntuhan. Melihat bentuk bangun arsitekturalnya yang sederhana, candi ini dimungkinkan merupakan candi tertua di antara candi-candi lainnya. Meski ada pendapat yang menyatakan Candi Arjuna yang paling tua. sumber: Buku Dieng Poros Dunia 3. Candi Srikandi Candi ini masih termasuk dalam komplek Candi Arjuna. Candi ini berdenah bujur sangkar dengan ukuran 3,84 x 3,84 m. bagian bagian batur candi ini tidak memiliki hiasan dan penampil, sedangkan bagian depan candi posisinya agak menjorok keluar yang fungsiny sebagai tanda masuk candi. Kondisi tangga dan pintu masuk candi, sudah rusak tetapi masih tetap kelihatan bagian ambang pintu atas dan bawahnya. Di atas pintu masuk terdapat hiasan berupa kepala kala. Sedangkan diantara bagian kaki dan tubuh candi dipisahkan oleh pelipit yang memanjang. Pada bagian tubuh candi trdapat commit to user hiasan berupa pilar-pilar yang bentunya menyerupai tiang pada sebuah bangunan kayu. Sisi bagian barat digunakan sebagai pintu masuk, sedangkan sisi bagian utara, timur dan selatan digunakan untuk meletakkan tiga tokoh dewa. Yakni Dewa Wishnu, Dewa Shiwa dan Dewa Brahma. Ketiga dewa itu dipahatkan dalam bentuk relief tinggi yamg terletak pada bagian tenggah tubuh candi. Ketiga relief tersebut adalah : a relief Dewa Wishnu terdapat pada dinding tubuh candi bagian utara, b Dewa Shiwa terdapat pada dinding tubuh candi sisi timur. Keadaan relief ini sudsh rusak. Namun masih dapat diamati melalui beberapa atribut yang disandangnya, c relief Dewa Brahma terdapat pada dinding candi sebelah selatan. Bilik candi keadaannya sudah kosong. Sedangkan lantai dasar candi sudah hilang. Dan diatas permukaan tanah candi tersebut yakni pada sisi utara bagian tenggahnya terdapat sebuah lobang yang bisa menembus dinding tubuh candi. Batas antara bagian tubuh dan atap candi berupa pelipit. Pelipit dasar bagian utama memuat pahatan antefiks pada bagian tenggahnya yang diapit oleh hiasan ceplok bunga dan bagian bidang-bidang kaki candi dihiasi dengan bentuk belah ketupat yang diisi dengan hiasan bunga. Di sisi tenggara candi juga terdapay sebuah puncak yang sudah runtuh dan diperkirakan bahwa puncak tersebut sebagai puncak dari candi Srikandi. sumber : Buku Dieng Poros Dunia 4. Candi Puntadewa Candi ini terletak di sebelah selatan Candi Srikandi, berdenah buur sangkar dengan ukuran 4,4 x 4,4 m. Candi ini memiliki bentuk kaki yang tinggi, sehingga secara keseluruhan bangunan candi ii kelihatan tinggi dan langsing. Kondisi candi yang demikian juga disebabkan oleh beberapa batu kaki candi commit to user yang telah runtuh, sehingga kaki candi hampir sama tinggimya dengan tubuh candi. Kaki candi ini terdiri atas padma dan bidang penghias yang bagian atas dan bawahnya dihiasi denga beberapa antefiks dan ratna. Bidang penghiasnya terbagi menjadi beberapa bidangyang masing-masing dibatasi oleh tiang dibagian sisinya. Candi Puntadewa memiliki penampilan yang secara keseluruhan penampang sisinya sama dengan tubuh candi. Pada bingkai bawah dan atas tubuh candi dihiasi dengan antefiks yang indah. Sedang dindingnya dihiasi dengan relung yang menjorok keluar dan besarnya sama dengan ukuran tubuh candi. Diatas relung dihiasi dengan kala markara, sedangkan didalamnya dihiasi dengan relung kecil. Bidang penghias di sebelah kiri dan kanan relung serta di sebelah kiri dan kanan pintu masuk dibatasi dan dihiasi dengan tiang, yang pada puncaknya terdapat dua ekor makara. Semua bidang penghias didinding tubuh candi tidak berhias, kecuali dinding bagian depan yang hiasannya berupa relung berpuncak segitiga yang didalamnya terdapat tempat duduk yang diperindah dengan hiasan berupa daun-daun. Untuk memasuki bilik candi harus melalui dua tangga atas berbentuk ikal besar valut dan tangga bawah yang berhiaskan arca singa. Pintu gerbang candi ini sudah rusak, tetapi berdasarkan sisa-sisanya dapat diketahui bahwa pintu masukya dihiasi dengan kala markara. Bangunan penampil yang menghubungkan tangga dengan bilik candi, sebagian telah rusak. Tetapi masih terlihat adanya dua relung yang berbentuk persegi pada sisinya. Atap bilik candi yang juga merupakan sebagian dari atap candi ini berbentuk persegi delapan. Atas candi terdiri dari bilik padma, bidang yang menjorok masuk dan keluar pada puncak atap. Tingkatan atap pertana commit to user berbentuk persegi dan masing-masing sisinya dihiasi dengan relung-relung yang ada kala makaranya. Dan pada bagian masing-masing sudut tingkatan atap pertama, terdapat menara sudut yang memiliki persamaan bentuk dengan keseluruhan candi. Tingkatan atap kedua yang lebih kecil telah hilang. Dan berdasarkan bentuk menara sudutnya diperkirakan puncak atas candi puntadewa bentuknya seperti puncak atap sudut, yaitu berbentuk buah keben. sumber : Buku Dieng Poros Dunia 5. Candi Sembadra Candi ini memiliki denah bujur sangkar denagn ukuran 3,2 X3,2 m. bagian penampil dihiasi dengan dua buah relung. Pintu masuk kedalam blik candi berhiaskan kala markara. Sedangkan bagian kaik candi tidak memliki bidang penghias. Namun bidang penghias itu terdapat di bagian atas bagian tengah yang diapit oleh dua padma. Tubuh candi hanya terdiri dari bagian dasar, tengah dan atas yang dihiasi dengan padma. Bagian tengah masing-masing sisi candi terdapat bagian yang menjorok. Dan yang terbesar adalah bagian depan pintu masuk, yakni bagian penampil. Tubuh candi tidak memiliki relung, tetapi tiga bidang penghias bagian tengah bidang penghias tersebut berupa relief tinggi tinggi yang terdapat di sis kiri, kanan dan belakang. Relief tinggi tersebut menggambarka tokoh-tokoh para dewa tersebut adalah Dewa Wishnu di sisi utara, Dewa Brahma berkepala empatdi is selatan dan Dewa Shiwa Mahadewa yang bermahkota candra-kepala di sisi barat. Cara penempatan ketiga dewa Trimurti di candi ini memiliki persamaan dengan dewa Trimurti di candi Prambanan. Ini memungkinkan bahwa candi wangsa sanjaya bisa sejaman dengan atau sesudah pembangunan candi Prambanan. commit to user Di bagian sudut antara tubuh candi dan bagian penampil terdapat hiasan berupa tiang-tiang berbentuk segi lima. Bilik candi berbentuk segi delapan yang semakin ke atas semakin mengecil, namun sayang keadaan sudah rusak. Sedangkan atap candi mempunyai denah bujur sangkar, dan lagi keadaannya sudah rusak. Bidang penghias atap terdiri dari hiasan berupa ketupat dan roseta. Di atas bagian itu terdapat tingkat atap tang pertama, dari sisa-sisanya dapat diidentifikasi bahwa di candi ini terdapat menara sudutnya. Sedangkan di bagian atas atap tingkatan pertama candi terdapat dasar atap kedua. Puncak candi dimungkinkan sudah rusak dan tidak dapat diketahui lagi. sumber : Buku Dieng Poros Dunia 6. Candi Gatutkaca Candi ini terdapat di sebelah barat Telaga Ble Kambang dan berdekatan dengan gunung Pangonan. Candi ini berdenah bujur sangkar dan mempunyai penampil di masing-masing sisinya, yang terbuat dari batu andesit. Pintu candi berada di sebelah barat dan tidak memiliki hiasan. Sedangkan bagian dasar dan kaki candi berupa padma. Sekarang ini sebagian dari kaki candi tersebut telah hilang. Sehingga menyulitkan dalam identifikasi selanjutnya. Secara keseluruhan bentuk bangunan candi Gatutkaca ini sederhana sekali jika dibandingkan dengan candi-candi dieng lainnya. Kontruksi tubuh candi ini mempunyai kaki candi, namun pada tubuh candi tidak memiliki bidang penghias. Kecuali pada bagian tubuh bagian tengah yang menjorok keluar. Di dalam bagian yang menjorok ke luar tersebut terdapat reling yang memiliki lapik arca, sedangkan di dalam bilik candi ditemukan yoni, namun sudah rusak. Secara umum, susunan candi ini terkesan bersih dan masih kokoh, commit to user karena tidak bocor lembab. Namun secara umum, suasana candi ini kurang memiliki daya penghidup lagi. sumber : Buku Dieng Poros Dunia 7. Candi Bima Candi ini terdapat di sebelah selatan Dataran Tinggi Dieng. Dan berada di dekat gunung Pangonan, berada di sebelah timur jalan masuk ke Kawah Si Kidang. Candi ini memiliki keunikan tersendiri, yang berbeda dengan candi- candi yang ada di Dataran Tinggi Dieng serta bila dibandingkan dengan candi-candi lain yang ada di Indonesia. Dalam segi arsitekturalnya candi Bima memperlihatkan adanya perpaduan gaya India Utara dan India Selatan. Candi Bima memiliki denah segi delapan dan didirikan di atas dasar yang juga merupakan bagian tubuh candi yang berbentuk segi empat, dengan ukuran 4,43 x 4,93 m. sebagian dari dasar penguat candi telah hilang, kecuali pada bagian padmanya. Sedangkan kaki candi berupa bidang yang diapit dua padma. Pintu masuk candi berada di sebelah timur dengan terlebih dahulu melalui tangga yang dihubungkan dengan penampil berukuran 2,07 x 3, 25 m. penampang sisi tubuh candi bentuknya seperti kaki candi yang diapit oleh dua padma atas dan bawah, dan di dalamnya terdapat bilik yang berukuran 2,80 x 3,14 m. tubuh candi ini juga memiliki bangunan penampil yang berukuran 1,22 x 1,71 m, dan masih ada hubungannya dengan bilik candi. Pintu masuk penampil di hiasi oleh kala makara, dan di dalam relung penampil tersebut ditemukan arca yang sudah rusak yang diduga merypakan arca Kuwera. Bagian atap penampil merupakan dasar dari atap bangunan di Candi Bima secara keseluruhan. Dasar atap candi memiliki persamaan dengan kaki candi, yang diakhiri dengan padma sa na ganda. Di atasnya commit to user merupakan bagian atap sesungguhnya dan memiliki tiga tingkatan yang masing-masing sudutnya dihiasi dengan menara sudut, sedangkan bagian puncak atapnya telah hilang. Atap candi Bima dihiasi dengan sejumlah relung yang disusun sedemikian rupa sehingga relung atas lebih ke belakang letaknya dari pada relung yang di bawahnya, sehingga bentuk atapnya semakin ke atas makin kecil ukurannya. Selain itu juga terdapat empat relung sudut yang dihiasi dengan manikam atau kuncup bunga yang ditempatkan diatas lapik padma. Keempat relung sudut itu hanya terdapat di dua tingkatan atap saja dan keempat relung sudut itu bersama-sama dengan menara sudut yang ada di atasnya merupakan bagian puncak yang tidak terlepas dari bagunan candi. Relung-relung bagian bagian atap bagian bawah dihiasi dengan dengan kepala arca yang menunjukkan corak wajah Indonesia asli, dan telah dipengaruhi oleh seni arca dari India. Bentuk arca mengesankan seni topeng yang dikenal di Jawa, yakni dengan bentuk mukanya yang bulat telur dan bibirnya yang memperlihatkan senyum yang menyerupai topeng panji atau sosok ksatria. Arca itu juga memperlihatkan sifat-sifat kedewataan. Beberapa ahli berpendapat bahwa candi bima mirip dengan kuil bhita rgaon, khususnya dalam bentuk dan ornamen langit- langitnya. Sebagaimana kuil Bhitargaon, atap Candi Bima menunjukan Gaya Sikhara India Utara yang menunjukkanbangunan atap yang menyerupai menara yang tinggi. Pada setiap sudutnya dan dan puncak atap itu dihiasi dengan a ma la ka . Cekungan-cekungan pada atap Candi Bima erat berhubungan apa yang disebut-sebut “kudus” di India selatan atau ga va ksa di India Utara. Bentuknya seperti sepatu kuda ladam dan bentuk-bentuk commit to user kepala manusia seperti orang-orang yang melihat dari jendela. Akan tetapi tidak ditemukan lagi persamaan-persamaan detail-detail dekorasi, elemen- elemen arsitektural dan sebagainya berbeda dari kuil-kuil Bhitargoan secara umum, candi ini terkesan megah dan magis, penuh wibawa. sumber : Buku Dieng Poros Dunia 8. Candi Dwarawati Candi ini menghadap ke arah barat. Bentuk serta bagian-bagian umumnya memiliki kesamaan dengan Candi Gatutkaca. Candi ini memiliki denah bujur sangkar dan memiliki bagian yang menjorok kedepan di sisi tengah. Pada bagian kaki candi memiliki bingkai tengah yang diapit oleh dua padma. Relung pada tubuh candi berbentuk memanjang dan ramping. Sedangkan dan puncaknya di hiasi dengan pola dedaunan. Di sisi kanan dan kiri relung tersebut terdapat hiasan setengah tiang yang puncaknya di hiasi dengan relung untuk menempatkan arca. Atap candi di hiasi dengan menara sudut lengkap dengan hisan antefiksnya. Sedangkan bentuk atapnya melengkung dan bingkai atap di hiasi dengan antefiks yang di dalamnya dihias pula dengan kepala orang. Tingkatan atap ditempatkan di dasar atap, yang diperindah dengan relung-relung yang memiliki hiasan daun-daun. Di dekat Candi Dwarawati dahulu terdapat Candi Parikesit yang sempat di potret oleh seorang penjelajah dari Belanda. Di mana candi tersebut tinggal reruntuhannya. Dan lebih sayangnya lagi reruntuhan candi tersebut di ambili dan dipergunakan oleh masyarakat sekitar, maka bangunan Candi Perikesit sekarang tidak diketahuinlagi. sumber : Buku Dieng Poros Dunia Kawasan Wisata Dieng memiliki kekayaan budaya yang unik dan commit to user jumlahnya cukup banyak sehingga dapat menjadi suatu daya tarik pariwisata. Tapi hal ini masih kurang dimanfaatkan secara baik, karena masih kurangnya informasi-informasi mengenai waktu diadakannya acara-acara budaya tersebut sehingga turis tidak bisa ikut menikmati acara-acara budaya tersebut. Selain itu, tidak adanya informasi yang cukup akurat mengenai cerita dari adat istiadat dan peninggalan bersejarah tersebut mengakibatkan tidak adanya pembuatan cerita – cerita, mitos, atau sejarah dan proses penceritaan cerita – cerita, mitos atau sejarah yang dapat dijadikan sebagai tambahan aktivitas bagi wisatawan ketika mendengarkan cerita dan makna dari adat istiadat dan peninggalan bersejarah tersebut. Sangat disayangkan ketika wisatawan berkunjung di Kawasan Wisata Dieng banyak yang mengeluh karena tidak adanya informasi yang dapat menemani perjalanan atau beraktivitas selama berwisata di Kawasan Wisata Dieng.

3. Atraksi Wisata Buatan

Atraksi wisata buatan adalah daya tarik wisata yang diciptakan oleh manusia. Adapun yang merupakan atraksi buatan yang berada di Kawasan Wisata Dieng adalah Dieng plateau Theater, Gardu Pandang Tieng, Musium purbakala, Agro Wisata Tambi. Wisata buatan di Kawasan Wisata Dieng sudah cukup. Tapi yang perlu mendapatkan perhatian antara lain adalah masih kurangnya pemeliharaan obyek wisata buatan tersebut, seperti gardu pandang Tieng yang kondisi fisiknya kurang terawat. Disisi lain terdapat obyek wisata buatan yang dapat menjadi ikon atau penggerak aktivitas pariwisata di Kawasan Wisata Dieng, yaitu : commit to user 1. Peningalan Di Gedung Koleksi Arca Gedung koleksi arca Dieng ini merupakan gedung untuk menyimpan arca-arca atau benda cagar budaya antara lain : arca, lingga, yoni, prasasti, kotak peripih, dan komponen bangunan candi Di gedung ini terdapat sekitar 370 buah koleksi, yang sebagian kecil di tata di ruang pamer, dan sebagian besar masih di simpan di gedung, karena ruang pamer belum memadai benba-benda tersebut diperkirakan banyak yang berasal dari bangunan candi. Tetapi belum diketahui dari candi yang mana benda-benda tersebut titempatkan. Koleksi yang ada banyak menarik, karena ada beberapa koleksi masih langka ditemukan di tempat lain, antara lain : a. Arca Siwa Tri Sirah Siwa adalah salah satu dari dewa Trimurti dewa Siwa, Wisnu, Brahma yang merupakan dewa utama dalam agama Hindu. Dewa Siwa pada umumnya digambarkan dalam bentuk manusia normal. Tetapi gedung koleksi ini memiliki arca Siwa dengan tiga kepala. Maka dari itu dinamakan Siwa Tri Sirah atau Siwa dengan tiga kepala. Arca ini sangat jarang ditemukan. Pengambaran arca semacam ini mencerminkan tiga dewa utama yang berada dalam satu tubuh. Yang dapat diartikan bahwa kelompok pemeluk agama hindu membuat arca ini lebih mementingkan dewa Siwa dari pada dua dewa lainnya. Arca ini dalam kondisi baik, kecuali tangan kiri belakang sudah agak aus. Arca duduk sila diatas lapikpadmasana dengan sikap semedi. Tiga kepala siwa digambarkan tegak satu menghadap depan, dua lainnya commit to user menghadap kanan dan kiri, dan masing-masing memiliki mahkota. Tinggi arca 82,5cm dan lebar 56cm. sumber: Buku Pa nduan Wisata Ja wa Tengah ta hun 2000 b. Arca Siwa dan Uma Arca ini juga merupakan pengambaran lain dari dewa Siwa, yang juga langka ditemukan. Dewa Siwa yang sedang berdampingan dengan istrinya Uma atau Parwati. Arca ini tidak besar yaitu tinggi 68cm, dan lebarnya 36cm. kedua Dewa suami istri ini tampak sedang berdiri dalam sikap semedi. Satu-satunya persamaan dengan srca ini adalah arca siwa parwati yang terbuat dari emas, ditemukan di Gua Seplawan, Purworejo. sumber: Buku Pa ndua n Wisata Ja wa Tenga h tahun 2000 c. Arca No.Inv.257 Arca ini namanya belum diketahui tetapi sangat erotis, yaitu mengambarkan seorang laki-laki dan perempuan, telanjang dan saling berpelukan. Seolah-olah sedang bermain asmara. Tokoh laki-laki tampak sedang duduk, sedang tokoh perempuan duduk dengan kaki trlipat di sampingnya. Tokoh perempuan mempunyai buah dada yang montok dan salah satunya ditempelkan di tokoh laki-laki. Pengambaran arca ini besar kemungkinan tidak dimaksudkan menonjolkan pornografi, melainkan berhubungan dengan salah satu sekte keagamaan. Tinggi arca 50cm dan lebarnya 40cm. sumber: Buku Pa ndua n Wisata Ja wa Tenga h tahun 2000 d. Arca Singa Arca singa banyak dijumpai di candi-candi lain, tetapi arca singa di gedung koleksi ini memiliki keunukan tersendiri. Singa memiliki tubuh commit to user pendek dalam posisi duduk. Matanya melotot dengan mulut terbuka sehingga terkesan galak. Yang menarik adalah arca ini memiliki kelamin seperti manusia dari jenis laki-laki, dan digambarkan secara naturalis. Penampilan kelamin ini mengingatkan pada arca di candi Sukuh, yang juga memiliki kelamin yang menonjol. Kemungkinan si pembuat arca ini adalah orang Hindu yang telah terpengaruh sekte tertentu, seperti halnya candi Sukuh. Arca ini berukuran 44cm dan lebarnya 28cm. sumber: Buku Pa nduan Wisata Ja wa Tengah tahun 2000 2. Gardu Pandang Tieng Gardu pandang ini terletak beberapa kilometer sebelum Dieng Plateu. Anda dapat naik ke gardu ini sambil beritirahat. Dari tempat ini tampak pemandangan yang sangat indah. Dibawahnya ada lembah yang curam sehingga rumah-rumah di pedesaan nampak kecil-kecil. Ke arah tenggara tampak Gunung Sindoro yang biru. Lokasi ini terletak 1.800 m di atas permukaan laut. Berarti ketinggiannya hanya terpaut beberapa ratus meter dibanding gunung Sindoro. Dari gardu ini, pagi-pagi benar jika langit cerah, akan tampak matahari muncul di atas awan. Nampak sangat indah berwarna keemasan, oleh sebab itu sering disebut dengan Golden Sun Rise. sumber: google wisata wonosobo 3. Argo Wisata Tambi Agro wisata Tambi merupakan obyek wisata berupa tempat wisata buatan dan terutama kebun teh. Perlu anda ketahui bahwa di Wonosobo terdapat perusahaan teh yang sudah sejak lama berdiri, yang memproduksi teh commit to user kualitas eksport. Sudah barang tentu memiliki kebun teh yang sangat luas. Kebun teh ini sangat indah dan sejuk. Terhampar luas di lereng gunung Sindoro, dengan ketinggian 1.200 - 2.000 m di atas permukaan laut. Suhu udara antara 15-24 C. PT Tambi mengelola 3 unit perkebunan teh yang terletak di desa Bedakah, Tanjungsari serta desa Tambi dengan luas area mencapai 829 Ha yang dilengkapi fasilitas pondok wisata, Kolam Pemancingan, Lapangan Tenis, Taman Bermain, Kebun dan Pabrik Teh. Kebun teh yang ditanam tidak hanya di lereng gunung Sindoro, melainkan juga di sebelah barat gunung Sumbing, tepatnya di desa Tanjungsari, kecamatan Sapuran. Di Tanjungsari juga telah dibangun agrowisata. Lokasinya di pinggir jalan antara desa Tanjungsari dan Sapuran. Sarana yang ada berupa kebun teh, taman bermain dan tempat istirahat. sumber: googl wisata wonosobo. Tambi Home Stay : JL.Raya Wonosobo – Dieng Km.15 Desa Tambi, Tlp.0286 321077. 321088. 322177. Wonosobo 56354 Tarif Sewa Home Stay Tambi : Melati III: Standart A : Rp. 400.000,00 Standart B : Rp. 350.000,00 Standart C : Rp. 280.000,00 Standart D : Rp. 250.000,00 Paket Walk Tea : 20.000 orang Paket Out Bone : 85.000 orang minimal 20 orang commit to user 4. Dieng Pletau Theater Ini adalah banguna Dieng Pletau Theater adalah bangunan yang di buat untuk wisatawan yang berminat melihat film-film dokumenter tentang terbentuknya Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bangunan ini masih sangat baru karena baru saja diresmikan pada tahun 2005 kemaren oleh Presiden Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudoyono. Bangunan ini terletak di kawasan Telaga Warna yaitu di bukit atas Telaga sehinga bila kita naik ke atas kita akan bisa melihat telaga dari atas. sumber: google wisata wonosobo.

B. Aksesibilitas Kawasan Wisata Dieng