commit to user
BAB III ANALISIS PENGEMBANGAN
KEPARIWISATAAN KAWASAN WISATA DIENG
A. Atraksi Wisata Kawasan Wisata Dieng.
Atraksi adalah daya tarik wisata atau segala sesuatu yang bisa membuat turis  tertarik  untuk  mengunjungi  suatu  tempat  wisata  dan  merupakan  alasan
utama  wisatawan  asing  melakukan  perjalanan  ke  tempat  tersebut,  sehingga atraksi merupakan faktor penarik utama dalam kegiatan pariwisata. Atraksi  ini
dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Atraksi Wisata Alam
Atraksi  alam  adalah  atraksi  yang  ada  secara  alami  dan  bukan merupakan ciptaan  dari  manusia.  Ketika  berbicara  mengenai  atraksi  alam  ini  Kawasan
Wisata  Dieng  mempunyai  banyak  sekali  obyek  wisata  alam  seperti  Telaga, Kawah,  Gua,  Sumber  Air  Panas,  Air  Terjun  dan  sebagainya.  Obyek-obyek
wisata  alam  di  Kawasan  Wisata  Dieng  ini  tersebar  di  dua  kabupaten  yaitu Wonosobo  dan  Banjarnegara.  Adapun  obyek  –  obyek  wisata  alam  tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini a.
Tuk Bima Lukar Merupakan objek sumber mata air dari sungai Serayu, konon pada waktu itu
antara Pendawa dan Astina bersama-sama mengadakan perlombaan mencari mata  air.  Tuk  Bima  Lukar  adalah  mata  air  yang  ditemukan  oleh  pihak
Pendawa  sedangkan  Astina  menemukan  mata  air  sungai  Bogowonto  di
36
commit to user
daerah Wonosobo pula. Tatkala sang Bima dari Pendawa menemukan Tuk Bima Lukar dilihatnya ada
seorang  gadis  cantik  yang  sedang  mandi  di  sana,  karena  terpesona  melihat kecantikan sang puteri berkatalah dia Siro Ayu yang artinya kamu cantik dari
kata  Siro  Ayu  tersebuttimbullah  kata  Serayu  untuk  memberi  nama  aliran mata  air  itu  hingga  sampai  sekarang  sungai  itu  masih  tetap  mengalir  dan
mengunakan nama yang sama.
sumber : Buku pa ndua n wisata Ja wa  Tengah ta hun 2000.
b. Kawah Si Kidang
Merupakan  lubang  yang  berisi  gas  dan  cairan  belerang  panas,  kawah  ini selalu  berpindah-pindah  dari  waktu  ke  waktu.  Alkisah  tersebutlah  seorang
raja  yang  berbadan  manusia  dan  berkepala  kidang  berkuasa  di  sana  ketika pada  suatu  peperangan  akibat  ekspansi  dari  kerajaan  tetangganya  dia
mengalami  kekalahan.  Oleh  raja  yang  menang  dia  mendapatkan  hukuman yang sangat berat yakni di perintahkan untuk membuat sumur yang digalinya
sendiri. Karena ia inggin membalas dendam atas perlakuan yang diterimanya, bertapalah  raja  itu  dalam  tanah.  Oleh  dewa  dia  diharuskan  bertapa  selama
100  hari,  setelah  itu  retaklah  sumur  itu  sedikit  demi  sedikit  yang  ahirnya menjadi  ledakan  yang  dasyat dan  keluarlah  lahar  dari  sana.  Itulah  sebabnya
yang  hingga  sekarang  di  beri  nama  Si  Kidang.
sumber  :  Buku  panduan wisata  Ja wa  Tenga h ta hun 2000.
c. Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Letaknya  berada  di  kompleks  Cagar  Alam  Dieng,  warna  yang  ada  disana adalah  diakibatkan  adanya  air  belerang  yang  muncul  di  permukaan  air.
commit to user
Kedua  Telaga  ini  dahulu  merupakan  satu  telaga  saja,  karena  terbentungnya sungai  Tulis  oleh  Lava  maka  telaga  ini  terpisah  menjadi  dua  sampai
sekarang
. sumber : Buku pa nduan wisata  Ja wa  Tengah tahun 2000.
d. Telaga Cebong
Terletak  di  desa  sambungan    desa  tertinggi  di  jawa  tengah    ±2300m  dari permukaan laut. Bentuknya seperti cebonganak katak luasnya 10ha. Telaga
ini  merupakan  cekungan  dikelilingi  oleh  permukaan  bukit  antara  lain  : Gunung  Pakuwajo,  Gunung  Prambanan,  dan  Gunung  Sidede  terjadi  karena
pemunculan  air  tanah.
sumber  :  Buku  panduan  wisata   Ja wa   Tengah tahun 2000.
e. Batu Semar
Terletak  di  kompleks  Hutan  Wisata  Dieng  merupakan  batu  besar  dengan ukuran  36M³  dan  di  situ  secara  ilmiah  terukir  sebuah  profil  yakni  profil
manusia,  sehingga  batu  tersebut  ada  yang  memberi  nama  batu  Semar.  Di samping  itu  konon  di  sana  pernah  ditemukan  sebuah  prasasti  yang
bertuliskan  huruf  sansekerta  dengan  demikian  pula  nama  lain  dari  batu  tadi adalah batu tulis.
sumber : Buku pa nduan wisata  Ja wa  Tengah tahun 2000.
f. Gua Sumur
Letaknya  bersebelahan  dengan  Gua  Semar.  Sebelum  orang  bertapa  di  Gua Semar terlebih dahulu harus membersihkan dirimandi di dalam sumur yang
ada di dalam gua, dengan demikian tak lupa membakar dupa, menabur bunga talon , dan uang logam.
sumber : Buku pa nduan wisata  Ja wa  Tenga h tahun 2000.
commit to user
g. Gua Semar
Terletak  di  Hutan  Wisata  Dieng.  Gua  ini  sering  digunakan  untuk  bertapa di samping itu bagi mereka yang menginginkan segala permohonannya terkabul
bias  juga  melalui  juru  kunci  yang  ada  di  sana.
sumber  :  Buku  panduan wisata  Ja wa  Tenga h ta hun 2000.
h. Gua Jaran
Berdekatan dengan Gua Sumur. Konon pada saat itu ada seekor kuda betina yang  karena  kemalaman  berada  di  dekat  gua  dan menginap  disana.  Dengan
tak  disadari  sekeluar  dari  gua  tersebut  kedapatan  kuda  tersebut  telah mengandung. Oleh sementara orang yang belum dikaruniai putera, gua jaran
tersebut  sering  digunakan  untuk  memohon  dengan  jalan  agar  segera  punya anak.
sumber :  Buku pa ndua n wisata  Ja wa  Tenga h ta hun 2000.
i. Telaga Menjer
Merupakan  telaga  alami  terluas  di  Kabupaten  Wonosobo,  berada  pada ketinggian  1.300  m  di  atas  permukaan  laut  dengan  luas  70  hektar  dan
kedalaman air mencapai 45 meter. Telaga Menjer terletak di desa Maron kec. Garung 12 Km sebelah utara kota Wonosobo.
Sisi  utara  telaga  ini  berupa  pegunungan  yang  ditumbuhi  tanaman  hijau termasuk kebun teh. Sementara itu di sisi selatan dibatasi oleh tanah miring
berbatu-batu.  Sepintas  lalu  jika  diamati,  kemungkinan  pada  jaman  purba  ini merupakan  kawah  dan  saat  ini  sudah  tidak  aktif  sehingga  air  tertampung  di
dalamnya. Dengan  air  yang  luas  dan  jernih,  alam  yang  tenang  dan  pegunungan  yang
mengelilinginya,  Telaga  ini  menyuguhkan  suasana  damai.  Lebih  indah  lagi
commit to user
ketika  langit  cerah  dipagi  hari  dibarengi  oleh  tiupan  angin  segar  perlahan- lahan.  Di  tepian  telaga  banyak  ditanam  pohon  pinus,  sehingga  suasana
semakin indah. Di telaga ini, anda dapat naik rakit berkeliling telaga. Telaga  ini  sering  dikunjungi  anak-anak  muda  baik  lokal  maupun  dari  luar
kota.  Memang  letaknya  dekat  dengan  kota  Wonosobo.  Mereka  biasanya berombongan  naik  sepeda  motor.  Sepeda  motor  merupakan  sarana  yang
paling mudah untuk menuju tempat ini. Banyak  juga  mereka  yang  hobi  memancing  menyalurkan  hobinya  di  telaga
ini. Sebagian penduduk sekitar juga ada yang mencari ikan di telaga ini. Air  dari  telaga  ini  cukup  besar,  oleh  sebab  itu  air  dari  telaga  ini  digunakan
sebagai  pembangkit  tenaga  listrik,  dikenal  dengan  PLTA  Garung.
sumber  : Buku panduan wisa ta Ja wa  Tengah tahun 2000
.
2. Atraksi Wisata Budaya
Atraksi  budaya  merupakan  daya  tarik  yang  berupa  hasil  olah  budi manusia,  seperti  kesenian  seni  pertunjukan  dan  seni  kerajinan,  peninggalan
bersejarah,  adat  istiadat  masyarakat  upacara  tradisional,  tata  kehidupan sehari-hari,.  Adapun  aneka  atraksi  budaya  kawasan  dataran  tinggi  Dieng
adalah : a.
Hari Jadi Kota Wonosobo Peringatan  hari  jadi  kota  Wonosobo  jatuh  pada  tanggal  24  Juli,  selalu
dimeriahkan  dengan  festival  dan  karnaval  dari  instansi  pemerintahan  dan masyarakat  Wonosobo  sendiri,  selain  itu  juga  dimeriahkan  dengan  berbagai
atraksi wisata antara lain prosesi kirab, lomba seni, ruwatan, lepas balon udara tradisional dan lain-lain.
commit to user
b. Tenong Suran
Ini adalah upacara tradisi yang di rayakan sebagai upacara peringatan hari jadi dusun  Gianti,  Desa  Kadipaten,  Kecamatan  Selomerto.  Upacara  ini
dilaksanakan  pada  bulan  sura  dilaksanakan  dengan  merdi  desa  yang  disertai upacara  tenongan  kemudian  dilanjutkan  dengan  pagelaran  seni  tradisional
semalam suntuk. c.
Tradisi Cukur Gembel Anak  –  anak  berambut  gembel  terbilang  langka  dan  jarang  kita  jumpai
seantero  wilayah  Nusantara  ini.  Sebagian  besar  dapat  kita  temukan  di wilayah Kabupaten Wonosobo dan sebagian di Kabupaten Banjarnegara serta
di  lereng  Merbabu.  Ruwatan  Cukur  Rambut  Gembel  secara  tradisional hingga kini masih berjalan turun temurun, terutama di Dataran Tinggi Dieng
dan  Lereng  Sindoro  Sumbing.  Pemerintah  Daerah  Kabupaten  Wonosobo meramu  kegiatan  tradisi  ini  menjadi  aset  budaya  daerah  melalui  kegiatan
tahunan Subdin. Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Anak  berambut  gembel  memiliki  karakter  dan  perilaku  yang  berbeda  dari
kebiasaan  anak  seusianya.  Kalau  tidak  energik,  nakal,  berjiwa  heroik,  suka mengatur  akan  muncul  perilaku  yang  diam,  pemalu,  susah  bergaul  dengan
dunia  luar.  Kondisi  kejiwaan  ini  diyakini  masyarakat  lebih  pada  kekuatan mitos dimana gejala  kejiwaan yang muncul sangat dipengaruhi oleh kondisi
fisik  rambut  yang  tumbuh  gembel.  Lebih  jauh  berpangkal  pada  mitos menceritakan  bahwa  rambut  gembel  itu  merupakan  “  TITIPAN  “.  Sudah
barang  tentu  karena  itu  hanya  merupakan  titipan  suatu  saat  akan  diambil kembali  oleh  yang  empunya.  Kecenderungan  tipe  sikap  demikian  yang
commit to user
terbelenggu  oleh  daya  nalar  yang  terbatas  terbentuklah  sikap  menerima dengan sepenuh hati. Van Peursen menyebutnya dengan istilah “ sikap mistis
“ dimana sikap manusia yang merasakan dirinya terbelenggu oleh kekuatan – kekuatan gaib disekitarnya.
Kondisi anak yang begitu selanjutnya disebut anak “ SUKERTA “ yaitu anak yang  di  cadangkan  menjadi  mangsa  Batharakalapengaruh  budaya
wayang.Untuk  melepaskan  dan  mengangkat  kembali  anak  dari  kondisi sialnya  itu  atau  membersihkan  sesukernyagembelnya  harus  dilakukan
upacara Ruwatan. Ruwatan berasal dari kata Ruwat yang artinya melepaskan yaitu melepaskan
dari  nasib  sialnya,  dari  kondisi  terbelenggu  adat,  melepaskan  dari karakteristik  anak  yang  cenderung  aneh  agar  kembali  tumbuh  normal
sebagaimana  anak  yang  lain.  Acara  Ruwatan  tidak  dapat  dipaksakan  oleh orang tuanya tetapi setelah anak mengajukan permintaan sebagai persyaratan
khusus  yang  disebut  “BEBANA“  atau  permintaan.  Dari  pengalaman  masa lalu yang pernah dilakukan Dinas Pariwisata sangatlah beragam bebana yang
dimintanya,  dan  kitapun  sebagai  pelayan  hanya  mengiyakan  dan  berusaha memenuhinya.  Sebab  kalau  tidak  dipenuhi  rambut  gembel  yang  telah
dicukurnya  akan  tumbuh  kembali  dan  kondisi  kesehatan  akan  terganggu, badan  akan  terasa  panas  dingin  bahkan  sampai  ada  yang  mengigau  dan
kejang – kejang. Pada  situasi  demikian  muncul  bayangan  seperti  dikejar  –  kejar  ular  raksasa
yang  siap  menerkamnya,  tak  khayal  kalau  kemudian “clemang  –  clemong “ mengigau  muncul  sederetan  kata  –  kata  diluar  kontrol  yang  itu  justru
commit to user
dipercayai  sabda  sang  gaib.  Kalau  sudah  demikian  orang  tua  dan  sesepuh hanya  akan  takut,  bingung  dan  mencermati,  mendengarkan  serta  berusaha
untuk  memenuhi  agar  anaknya  selamat.  Ular  hanya  akan  takut  dengan  api, maka dalam asesoris yang nampak pada lokasi pelaksanaan ritual itu ada tiga
buah  naga  raksasa  suatu  penggambaran  bentuk  perwujudan  binatang  yang sering  mengganggu.  Di  dalam  sendang  dipancangkan  lima  bola  api  yang
mengandung  makna  dari  “Keblat  Papat  Kalima  Pancer“  telah  di  tangkal dengan api agar tidak mengganggu jalannya upacara ritual terlebih anak yang
akan diruwat. Dipilihnya  tempat  pelaksanaan  di  Sendang  Kaligondang  karena  dilokasi  ini
diyakini  penduduk  setempat  merupakan  cikal  bakal  berdirinya  Desa Sendangsari,  kecuali  itu  sendang  ini  lazim  digunakan  ritual  –  ritual  lain,
airnya  jernih  tetapi  berasa  asam.  Pemilihan  nama  desa  itupun  mengalami pergantian  hingga  tiga  kali.  Pada  mulanya  dinamakan  Kaputihan,  dalam
kurun  waktu  sekian  lama  diganti  dengan  Wiladabanyu  dan  akhirnya  dipilih hingga sekarang dengan nama Sendangsari.
Tipe  rambut  gembel  dapat dibedakan  dari  dua  golongan  besar  yaitu menurut jenis rambut dan letak tumbuhnya.
Menurut Jenis rambutnya ada tiga model : 1.
“Gembel Pari“ yaitu model gembel yang tumbuh memanjang membentuk ikatan rambut kecil – kecil menyerupai bentuk padi. Tipe ini berasal dari
jenis rambut lurus dan tipis.
commit to user
2. “Gembel  Jatha“  yaitu  corak  gembel  yang  merupakan  kumpulan  rambut
gembel yang besar – besar tetapi tidak lekat menjadi satu. Jenis ini berasal dari rambut lurus dan tebal.
3. “Gembel WedhusGembel Debleng“ yaitu model gembel yang merupakan
kumpulan  rambut  besar  –  besar  menjadi  satu  menyerupai  bulu  domba. Tipe ini berasal dari rambut berombak  kriting.
Sedangkan menurut letak tumbuhnya : 1.
“Gembel  Gombak“  yaitu  tipe  gembel  yang  letak  tumbuhnya  dibagian belakang kepala.
2. “Gembel Pethek“ yaitu tipe gembel yang tumbuhnya dibagian samping
kepala diatas telinga. 3.
“Gembel Kuncung“ yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya di daerah ubun – ubun bagian tengah agak kedepan bagian kepala.
sumber: Dinas Pa riwisata  Wonosobo
d. Tari Jaran Kepang
Biasanya  dibawakan  oleh  7  orang  penari,  satu  penari  sebagai  plandang pemimpin  dan  enam  lainnya  sebagai  prajurit.  Tarian  ini  didasarkan  pada
Legenda  Raden  Panji  Asmoro  Bangun  yang  sedang  mencari  kekasihnya yang bernama Dewi Sekartaji.
Para  penari  menaiki  jaran  kuda  yang  terbuat  dari  anyaman  bambu  atau kepang.  Pemimpin  tari  biasanya  membawa pecutcemeti  atau  cambuk yang
biasa  digunakan  alat  bantu  dalam  mengendalikan  kuda.  Tarian  ini  disebut juga jathilan.
commit to user
e. Tari Lengger
Berasal  dari  kata  le,  panggilan  untuk  anak  laki-laki  dan  ger  dari  kata geger yang artinya gaduh. Tarian lengger  ini mulanya dibawakan oleh  laki-
laki  yang  dirias  seperti  wanita  dan  dibawakan  oleh  sembilan  penari.  Ada sejenis  tarian  lain  serupa  yaitu  Gambyong  Lengger  yang  biasanya
disajikan sebagai tari untuk sambutan f.
Tari Angguk Tari  Angguk  merupakan  tarian  dimana  penarinya  mengangguk-anggukkan
kepala.  Kostum  yang  dipakai  mirip  kostum  prajurit  Belanda  tempo  dulu. Tarian  dan  lagu  yang  dibawakan  bernafaskan  Islam.  Jenis  tarian  ini  mirip
sekali  dengan  tari  Ndolalak  di  Kabupaten  Purworejo  dan  Kulon  Progo Yogyakarta.
g. Peningalan Bersejarah
Kompleks  candi  Arjuna  terletak  di  tengah-tengah  dataran.  Tentunya dahulu sangat  sulit  untuk  membangunnya,  karena  letaknya  di  daerah  rendah  yang
sebelumnya  penuh  air.  Lagi  pula  bangunan-bangunan  candi  di  kompleks Arjuna ini didirikan langsung di atas permukaan tanah, meskipun tanah yang
dimaksud  tanah  keras  berupa  konglomerat  kompak.  Sedangkan  pada umumnya  bangunan  candi  selalu  didirikan  dengan  pondasidibawah  tanah,
karena  bangunan  dibuat  dari  bahan  batu,  yang  tentu  sangat  berat.  Dengan demikian dapat diduga bahwa para pendiri candi ini adalah orang-orang yang
sangat ahli dalam kontruksi. Yang  menarik  dari  Komplek  Candi  Arjuna  ini  adalah  candi-candi  yang
berdiri  berderet  kea  rah  utara-selatan  dan  memiliki  arsitektur  yang  berbeda-
commit to user
beda.  Candi-candi  tersebut  adalah  Candi  Arjuna,  Candi  Srikandi,  Candi Puntadewa,  dan  Candi  Sembadra.  Sedangkan  Candi  Semar  berdiri  di  depan
Candi Arjuna. 1.
Candi Arjuna Candi  Arjuna  terdapat di  barisan  paling  utara  dari  kelompok  Candi  Arjuna.
Candi ini mempunyai denah bujur sangkar 6 x 6 m, pembuatannya memakai batu andesit. Pintu masuk berada di sebelah barat, dihiasi dengan kepala kala
di  bagian  atasnya.  Dan  di  bagian  pipi  tangga  candi  juga  terdapat  hiasan berupa kala makara. Di dinding tubuh candi terbagi menjadi tiga bidang yang
dibatasi  oleh  pilaster-pilaster  dan  dindig  ini  mempunyailima  relung.  Diatas relung  di  hiasi  dengan
ka la   ma rka
,  sedangkan  dibawah  relungnya  terdapat lapik  arca.  Namun  sekarang  ini  arcanya  sudah  tidak  ditemukan  lagi.  Di
bawah relung bagian utara terdapat jaladwara yang berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air suci yang telah digunakan untuk membasuh arca yang
ada di dalam bilik candi tersebut. Di dalam candi ditemukan yoni, tapi lingga atau  arca  yang  diatasnya  sudah  tidak  ditemukan  lagi.  Atap  Candi  Arjuna
terdiri atas tiga tingkat. Dan masing-masing, tingkat satu dan dua di masing- masing sisinya terdapat relung yang dihiasi  kala makara.bingkai atas dihiasi
antefiks,  dan  pada  bagian  sudut  dihiasi  dengan  menara  sudut.  Puncak  atap tidak diketahui, karena sudah runtuh. Suasana keseluruhan candi karena telah
bocor rembes sehingga  lembab dan berlumut, sehingga kian terasa suasana magisnya. Di Candi  ini masih sering ditemukan bunga dan sisa pembakaran
kemenyandupa.
sumber : Buku Dieng Poros Dunia
2. Candi Semar
commit to user
Candi ini  letaknya berhadapan dengan Candi arjuna.  Berdenah segi panjang dengan  ukuran  7  x  3,50  m,  terbuat  dari  batu  andesit.  Pintu  masuk  candi  ini
menghadap ke arak timur dan pintu tersebut mempunyai hiasan
ka la  ma kara
. Sedangkan  pada  bagian  kaki  berupa
pa dma
tidak  memiliki  hiasan.  Dinding tubuh candi yang panjang memiliki tiga bidang penghias. Pada bagian tengah
masing-masing  bidang  memiliki  relung,  sementara  itu  bilik  candinya  dalam keadaan  kosong.  Berdasarkan  bentuknya  diperkirakan  bilik  candi  itu
dahulunya berfungsi sebagai tempat untuk berbagai alat upacara. Sedangkan atap candi berbentuk melengkung ke atas menyerupai padma yang besar dan
bingkai  atasnya  dihiasi  antefiks.  Bagian  puncak  atas,  tidak  diketahui bentuknya  lagi,  karena  dibagian  tersebut  sudah  mengalami  keruntuhan.
Melihat  bentuk  bangun  arsitekturalnya  yang  sederhana,  candi  ini dimungkinkan  merupakan  candi  tertua  di  antara  candi-candi  lainnya.  Meski
ada pendapat yang menyatakan Candi Arjuna yang paling tua.
sumber: Buku Dieng Poros Dunia
3. Candi Srikandi
Candi ini masih termasuk dalam komplek Candi Arjuna. Candi ini berdenah bujur  sangkar  dengan  ukuran  3,84  x  3,84  m.  bagian  bagian  batur  candi  ini
tidak memiliki hiasan dan penampil, sedangkan bagian depan candi posisinya agak  menjorok  keluar  yang  fungsiny  sebagai  tanda  masuk  candi.  Kondisi
tangga  dan  pintu  masuk  candi,  sudah  rusak  tetapi  masih  tetap  kelihatan bagian ambang pintu atas dan bawahnya. Di atas pintu masuk terdapat hiasan
berupa  kepala  kala.  Sedangkan  diantara  bagian  kaki  dan  tubuh  candi dipisahkan  oleh  pelipit  yang  memanjang.  Pada  bagian  tubuh  candi  trdapat
commit to user
hiasan  berupa  pilar-pilar  yang  bentunya  menyerupai  tiang  pada  sebuah bangunan kayu. Sisi bagian barat digunakan sebagai pintu masuk, sedangkan
sisi  bagian  utara,  timur  dan  selatan  digunakan  untuk  meletakkan  tiga  tokoh dewa. Yakni Dewa Wishnu, Dewa Shiwa dan Dewa Brahma. Ketiga dewa itu
dipahatkan  dalam  bentuk  relief  tinggi  yamg  terletak  pada  bagian  tenggah tubuh  candi.  Ketiga  relief  tersebut  adalah  :  a  relief  Dewa  Wishnu  terdapat
pada dinding tubuh candi bagian utara, b Dewa Shiwa terdapat pada dinding tubuh  candi  sisi  timur.  Keadaan  relief  ini  sudsh  rusak.  Namun masih  dapat
diamati melalui beberapa atribut yang disandangnya, c relief Dewa  Brahma terdapat  pada  dinding  candi  sebelah  selatan.  Bilik  candi  keadaannya  sudah
kosong.  Sedangkan  lantai  dasar  candi  sudah  hilang.  Dan  diatas  permukaan tanah candi tersebut yakni pada sisi utara bagian tenggahnya terdapat sebuah
lobang yang bisa menembus dinding tubuh candi. Batas antara bagian tubuh dan  atap  candi  berupa  pelipit.  Pelipit  dasar  bagian  utama  memuat  pahatan
antefiks  pada  bagian  tenggahnya  yang  diapit  oleh  hiasan  ceplok  bunga  dan bagian  bidang-bidang  kaki  candi  dihiasi  dengan  bentuk  belah  ketupat  yang
diisi  dengan  hiasan  bunga.  Di  sisi  tenggara  candi  juga  terdapay  sebuah puncak  yang  sudah  runtuh dan diperkirakan  bahwa  puncak  tersebut  sebagai
puncak dari candi Srikandi.
sumber : Buku Dieng Poros Dunia
4. Candi Puntadewa
Candi  ini  terletak  di  sebelah  selatan  Candi  Srikandi,  berdenah buur  sangkar dengan  ukuran  4,4  x  4,4  m.  Candi  ini  memiliki  bentuk  kaki  yang  tinggi,
sehingga secara keseluruhan bangunan candi ii kelihatan tinggi dan langsing. Kondisi candi yang demikian juga disebabkan oleh beberapa batu kaki candi
commit to user
yang telah runtuh, sehingga kaki candi hampir sama tinggimya dengan tubuh candi.  Kaki  candi  ini  terdiri  atas  padma  dan  bidang  penghias  yang  bagian
atas  dan  bawahnya  dihiasi  denga  beberapa  antefiks  dan  ratna.  Bidang penghiasnya  terbagi  menjadi  beberapa  bidangyang  masing-masing  dibatasi
oleh    tiang  dibagian  sisinya.  Candi  Puntadewa  memiliki  penampilan  yang secara  keseluruhan  penampang  sisinya  sama  dengan  tubuh  candi.  Pada
bingkai  bawah  dan  atas  tubuh  candi  dihiasi  dengan  antefiks  yang  indah. Sedang dindingnya dihiasi dengan relung yang menjorok keluar dan besarnya
sama dengan ukuran tubuh candi. Diatas relung dihiasi dengan kala markara, sedangkan  didalamnya  dihiasi  dengan  relung  kecil.  Bidang  penghias  di
sebelah  kiri  dan  kanan  relung  serta  di  sebelah  kiri  dan  kanan  pintu  masuk dibatasi  dan  dihiasi  dengan  tiang,  yang  pada  puncaknya  terdapat  dua  ekor
makara. Semua bidang penghias didinding tubuh candi tidak berhias, kecuali dinding bagian depan yang hiasannya berupa relung berpuncak segitiga yang
didalamnya  terdapat  tempat  duduk  yang  diperindah  dengan  hiasan  berupa daun-daun.  Untuk  memasuki  bilik  candi  harus  melalui  dua  tangga  atas
berbentuk  ikal  besar    valut  dan  tangga  bawah  yang berhiaskan  arca  singa. Pintu  gerbang  candi  ini  sudah  rusak,  tetapi  berdasarkan  sisa-sisanya  dapat
diketahui  bahwa  pintu  masukya  dihiasi  dengan  kala  markara.  Bangunan penampil  yang  menghubungkan  tangga  dengan  bilik  candi,  sebagian  telah
rusak.  Tetapi masih terlihat adanya dua relung yang berbentuk persegi pada sisinya.  Atap  bilik  candi  yang  juga  merupakan  sebagian  dari  atap  candi  ini
berbentuk  persegi  delapan.  Atas  candi  terdiri  dari  bilik  padma, bidang  yang menjorok  masuk  dan  keluar  pada  puncak  atap.  Tingkatan  atap  pertana
commit to user
berbentuk  persegi  dan  masing-masing  sisinya  dihiasi  dengan  relung-relung yang  ada  kala  makaranya.  Dan  pada  bagian  masing-masing  sudut  tingkatan
atap  pertama,  terdapat  menara  sudut  yang  memiliki  persamaan  bentuk dengan  keseluruhan  candi.  Tingkatan  atap  kedua  yang  lebih  kecil  telah
hilang.  Dan  berdasarkan  bentuk  menara  sudutnya  diperkirakan  puncak  atas candi puntadewa bentuknya seperti puncak atap sudut, yaitu berbentuk buah
keben.
sumber : Buku Dieng Poros Dunia
5. Candi Sembadra
Candi  ini  memiliki  denah  bujur  sangkar  denagn  ukuran  3,2  X3,2  m.  bagian penampil  dihiasi  dengan  dua  buah  relung.  Pintu  masuk  kedalam  blik  candi
berhiaskan kala markara. Sedangkan bagian kaik candi tidak memliki bidang penghias.  Namun  bidang penghias  itu  terdapat di  bagian  atas  bagian  tengah
yang  diapit  oleh  dua  padma.  Tubuh  candi  hanya  terdiri  dari  bagian  dasar, tengah  dan  atas  yang  dihiasi  dengan  padma.  Bagian  tengah  masing-masing
sisi  candi  terdapat  bagian  yang  menjorok.  Dan  yang  terbesar  adalah  bagian depan  pintu  masuk,  yakni  bagian  penampil.  Tubuh  candi  tidak  memiliki
relung,  tetapi  tiga  bidang  penghias  bagian  tengah  bidang  penghias  tersebut berupa  relief  tinggi  tinggi  yang  terdapat  di  sis  kiri,  kanan  dan  belakang.
Relief tinggi tersebut menggambarka tokoh-tokoh para dewa tersebut adalah Dewa  Wishnu  di  sisi  utara,  Dewa  Brahma  berkepala  empatdi  is  selatan  dan
Dewa  Shiwa  Mahadewa  yang  bermahkota  candra-kepala  di  sisi  barat.  Cara penempatan  ketiga  dewa  Trimurti  di  candi  ini  memiliki  persamaan  dengan
dewa Trimurti di candi Prambanan. Ini memungkinkan bahwa candi wangsa sanjaya  bisa  sejaman  dengan  atau  sesudah  pembangunan  candi  Prambanan.
commit to user
Di  bagian  sudut  antara  tubuh  candi  dan  bagian  penampil  terdapat  hiasan berupa  tiang-tiang  berbentuk  segi  lima.  Bilik  candi  berbentuk  segi  delapan
yang semakin ke atas semakin mengecil, namun sayang keadaan sudah rusak. Sedangkan atap candi mempunyai denah bujur sangkar, dan lagi keadaannya
sudah  rusak.  Bidang  penghias  atap  terdiri  dari  hiasan  berupa  ketupat  dan roseta. Di atas bagian itu terdapat tingkat atap tang pertama, dari sisa-sisanya
dapat diidentifikasi bahwa di candi ini terdapat menara sudutnya. Sedangkan di bagian atas atap tingkatan pertama candi terdapat dasar atap kedua. Puncak
candi  dimungkinkan  sudah  rusak  dan  tidak  dapat  diketahui  lagi.
sumber  : Buku Dieng Poros Dunia
6. Candi Gatutkaca
Candi  ini  terdapat  di  sebelah  barat  Telaga  Ble  Kambang  dan  berdekatan dengan gunung Pangonan. Candi ini berdenah bujur sangkar dan mempunyai
penampil  di  masing-masing  sisinya,  yang  terbuat  dari  batu  andesit.  Pintu candi  berada  di  sebelah  barat  dan  tidak  memiliki  hiasan.  Sedangkan  bagian
dasar  dan  kaki  candi  berupa  padma.  Sekarang  ini  sebagian  dari  kaki  candi tersebut  telah  hilang.  Sehingga  menyulitkan  dalam  identifikasi  selanjutnya.
Secara  keseluruhan  bentuk  bangunan  candi  Gatutkaca  ini  sederhana  sekali jika  dibandingkan  dengan  candi-candi  dieng  lainnya.  Kontruksi  tubuh  candi
ini  mempunyai  kaki  candi,  namun  pada  tubuh  candi  tidak  memiliki  bidang penghias. Kecuali pada bagian tubuh bagian tengah yang menjorok keluar. Di
dalam  bagian  yang  menjorok  ke  luar  tersebut  terdapat  reling  yang  memiliki lapik  arca,  sedangkan  di  dalam  bilik  candi  ditemukan  yoni,  namun  sudah
rusak.  Secara  umum,  susunan  candi  ini  terkesan  bersih  dan  masih  kokoh,
commit to user
karena tidak bocor lembab. Namun secara umum, suasana candi ini kurang memiliki daya penghidup lagi.
sumber : Buku Dieng Poros Dunia
7. Candi Bima
Candi  ini  terdapat  di  sebelah  selatan  Dataran  Tinggi  Dieng.  Dan  berada  di dekat  gunung  Pangonan,  berada di  sebelah  timur  jalan  masuk  ke  Kawah  Si
Kidang. Candi ini memiliki keunikan tersendiri, yang berbeda dengan candi- candi  yang  ada  di  Dataran  Tinggi  Dieng  serta  bila  dibandingkan  dengan
candi-candi  lain  yang  ada  di  Indonesia.  Dalam  segi  arsitekturalnya  candi Bima memperlihatkan adanya perpaduan gaya India Utara dan India Selatan.
Candi  Bima  memiliki  denah  segi  delapan  dan  didirikan  di  atas  dasar  yang juga  merupakan  bagian  tubuh  candi  yang  berbentuk  segi  empat,  dengan
ukuran 4,43 x 4,93 m. sebagian dari dasar penguat candi telah hilang, kecuali pada bagian padmanya. Sedangkan kaki candi berupa bidang yang diapit dua
padma.  Pintu  masuk  candi  berada  di  sebelah  timur  dengan  terlebih  dahulu melalui  tangga  yang  dihubungkan  dengan  penampil  berukuran  2,07  x  3,  25
m. penampang sisi tubuh candi bentuknya seperti kaki candi yang diapit oleh dua  padma  atas dan bawah,  dan di  dalamnya  terdapat  bilik  yang  berukuran
2,80  x  3,14  m.  tubuh  candi  ini  juga  memiliki  bangunan  penampil  yang berukuran  1,22  x  1,71  m,  dan  masih  ada  hubungannya  dengan  bilik  candi.
Pintu  masuk  penampil  di  hiasi  oleh  kala  makara,  dan  di  dalam  relung penampil tersebut ditemukan arca yang sudah rusak yang diduga merypakan
arca Kuwera.  Bagian atap penampil merupakan dasar dari atap bangunan di Candi  Bima  secara  keseluruhan.  Dasar  atap  candi  memiliki  persamaan
dengan  kaki  candi,  yang  diakhiri  dengan
padma sa na
ganda.  Di  atasnya
commit to user
merupakan  bagian  atap  sesungguhnya  dan  memiliki  tiga  tingkatan  yang masing-masing  sudutnya  dihiasi  dengan  menara  sudut,  sedangkan  bagian
puncak  atapnya  telah  hilang.  Atap  candi  Bima  dihiasi  dengan  sejumlah relung yang disusun sedemikian rupa sehingga relung atas lebih ke belakang
letaknya  dari  pada  relung  yang  di  bawahnya,  sehingga  bentuk  atapnya semakin ke atas makin kecil ukurannya. Selain itu juga terdapat empat relung
sudut  yang  dihiasi  dengan  manikam  atau  kuncup  bunga  yang  ditempatkan diatas  lapik    padma.  Keempat  relung  sudut  itu  hanya  terdapat  di  dua
tingkatan  atap  saja  dan  keempat  relung  sudut  itu  bersama-sama  dengan menara  sudut  yang  ada  di  atasnya  merupakan  bagian  puncak  yang  tidak
terlepas dari bagunan candi. Relung-relung bagian bagian atap  bagian bawah dihiasi dengan dengan kepala arca yang menunjukkan corak wajah Indonesia
asli,  dan  telah  dipengaruhi  oleh  seni  arca  dari  India.  Bentuk  arca mengesankan  seni  topeng  yang  dikenal  di  Jawa,  yakni  dengan  bentuk
mukanya  yang  bulat  telur  dan  bibirnya  yang  memperlihatkan  senyum  yang menyerupai  topeng  panji  atau  sosok  ksatria.  Arca  itu  juga  memperlihatkan
sifat-sifat  kedewataan.  Beberapa  ahli  berpendapat  bahwa  candi  bima  mirip dengan  kuil
bhita rgaon,
khususnya  dalam  bentuk  dan  ornamen  langit- langitnya. Sebagaimana kuil Bhitargaon, atap Candi Bima menunjukan Gaya
Sikhara  India  Utara  yang  menunjukkanbangunan  atap  yang  menyerupai menara  yang  tinggi.  Pada  setiap  sudutnya  dan  dan  puncak  atap  itu  dihiasi
dengan
a ma la ka .
Cekungan-cekungan  pada  atap  Candi  Bima  erat berhubungan apa yang disebut-sebut “kudus” di India selatan atau
ga va ksa
di India  Utara.  Bentuknya  seperti  sepatu  kuda  ladam  dan  bentuk-bentuk
commit to user
kepala  manusia  seperti  orang-orang  yang  melihat  dari  jendela.  Akan  tetapi tidak  ditemukan  lagi  persamaan-persamaan  detail-detail  dekorasi,  elemen-
elemen  arsitektural  dan  sebagainya  berbeda dari  kuil-kuil  Bhitargoan  secara umum,  candi  ini  terkesan  megah  dan magis,  penuh  wibawa.
sumber  :  Buku Dieng Poros Dunia
8. Candi Dwarawati
Candi  ini  menghadap  ke  arah  barat.  Bentuk  serta  bagian-bagian  umumnya memiliki  kesamaan dengan Candi Gatutkaca. Candi ini memiliki denah bujur
sangkar  dan  memiliki  bagian  yang  menjorok  kedepan  di  sisi  tengah.  Pada bagian  kaki  candi  memiliki  bingkai  tengah  yang  diapit  oleh  dua  padma.
Relung pada tubuh candi berbentuk memanjang dan ramping. Sedangkan dan puncaknya  di  hiasi  dengan  pola  dedaunan.  Di  sisi  kanan  dan  kiri  relung
tersebut terdapat hiasan setengah tiang yang puncaknya di hiasi dengan relung untuk  menempatkan  arca.  Atap  candi  di  hiasi  dengan  menara  sudut  lengkap
dengan hisan antefiksnya. Sedangkan bentuk atapnya melengkung dan bingkai atap  di  hiasi  dengan  antefiks  yang  di  dalamnya  dihias  pula  dengan  kepala
orang.  Tingkatan  atap  ditempatkan  di  dasar  atap,  yang  diperindah  dengan relung-relung  yang  memiliki  hiasan  daun-daun.  Di  dekat  Candi  Dwarawati
dahulu terdapat Candi Parikesit yang sempat di potret oleh seorang penjelajah dari  Belanda.  Di  mana  candi  tersebut  tinggal  reruntuhannya.  Dan  lebih
sayangnya  lagi  reruntuhan  candi  tersebut  di  ambili  dan  dipergunakan  oleh masyarakat  sekitar,  maka  bangunan  Candi  Perikesit  sekarang  tidak
diketahuinlagi.
sumber : Buku Dieng Poros Dunia
Kawasan  Wisata  Dieng  memiliki  kekayaan  budaya  yang  unik  dan
commit to user
jumlahnya cukup banyak sehingga dapat menjadi suatu daya tarik pariwisata. Tapi hal  ini masih kurang dimanfaatkan secara baik,  karena masih kurangnya
informasi-informasi mengenai waktu diadakannya acara-acara budaya tersebut sehingga  turis  tidak  bisa  ikut  menikmati  acara-acara  budaya  tersebut.  Selain
itu,  tidak  adanya  informasi  yang  cukup  akurat  mengenai  cerita  dari  adat istiadat  dan  peninggalan  bersejarah  tersebut  mengakibatkan  tidak  adanya
pembuatan cerita – cerita, mitos, atau sejarah dan proses penceritaan cerita – cerita, mitos atau sejarah yang dapat dijadikan sebagai tambahan aktivitas bagi
wisatawan  ketika  mendengarkan  cerita  dan  makna  dari  adat  istiadat  dan peninggalan  bersejarah  tersebut.  Sangat  disayangkan  ketika  wisatawan
berkunjung  di  Kawasan  Wisata  Dieng  banyak  yang  mengeluh  karena  tidak adanya  informasi  yang  dapat  menemani  perjalanan  atau  beraktivitas  selama
berwisata di Kawasan Wisata Dieng.
3. Atraksi Wisata Buatan
Atraksi  wisata  buatan  adalah  daya  tarik  wisata  yang  diciptakan  oleh manusia.  Adapun  yang  merupakan  atraksi  buatan  yang  berada  di  Kawasan
Wisata  Dieng  adalah  Dieng  plateau  Theater,  Gardu  Pandang  Tieng,  Musium purbakala, Agro Wisata Tambi.
Wisata  buatan  di  Kawasan  Wisata  Dieng  sudah  cukup.  Tapi  yang  perlu mendapatkan  perhatian  antara  lain  adalah  masih  kurangnya  pemeliharaan
obyek  wisata  buatan  tersebut,  seperti  gardu  pandang  Tieng  yang  kondisi fisiknya  kurang  terawat.  Disisi  lain  terdapat  obyek  wisata  buatan yang  dapat
menjadi  ikon  atau  penggerak  aktivitas  pariwisata  di  Kawasan  Wisata  Dieng, yaitu :
commit to user
1. Peningalan Di Gedung Koleksi Arca
Gedung  koleksi  arca  Dieng  ini  merupakan  gedung  untuk  menyimpan arca-arca  atau  benda  cagar  budaya  antara  lain  :  arca,  lingga,  yoni,  prasasti,
kotak peripih, dan komponen bangunan candi Di gedung ini terdapat sekitar 370  buah  koleksi,  yang  sebagian  kecil  di  tata  di  ruang  pamer,  dan sebagian
besar  masih  di  simpan  di  gedung,  karena  ruang  pamer    belum  memadai benba-benda tersebut diperkirakan banyak yang berasal dari bangunan candi.
Tetapi  belum  diketahui  dari  candi  yang  mana  benda-benda  tersebut titempatkan.
Koleksi  yang  ada banyak  menarik,  karena  ada  beberapa  koleksi  masih langka ditemukan di tempat lain, antara lain :
a. Arca Siwa Tri Sirah
Siwa adalah salah satu dari dewa Trimurti  dewa Siwa, Wisnu, Brahma yang  merupakan  dewa  utama  dalam  agama  Hindu.  Dewa  Siwa  pada
umumnya  digambarkan  dalam  bentuk  manusia  normal.  Tetapi  gedung koleksi  ini memiliki arca Siwa dengan tiga kepala. Maka dari itu dinamakan
Siwa  Tri  Sirah  atau  Siwa  dengan  tiga  kepala.  Arca  ini  sangat  jarang ditemukan.  Pengambaran  arca  semacam  ini  mencerminkan  tiga  dewa  utama
yang  berada  dalam  satu  tubuh.  Yang  dapat  diartikan  bahwa  kelompok pemeluk agama hindu membuat arca ini lebih mementingkan dewa Siwa dari
pada dua dewa lainnya. Arca  ini  dalam  kondisi  baik,  kecuali  tangan  kiri  belakang  sudah  agak
aus.  Arca  duduk  sila  diatas  lapikpadmasana  dengan  sikap  semedi.  Tiga kepala  siwa  digambarkan  tegak  satu  menghadap  depan,  dua  lainnya
commit to user
menghadap  kanan  dan  kiri,  dan  masing-masing  memiliki  mahkota.  Tinggi arca  82,5cm dan lebar  56cm.
sumber: Buku  Pa nduan  Wisata  Ja wa  Tengah ta hun 2000
b. Arca Siwa dan Uma
Arca  ini  juga  merupakan  pengambaran  lain  dari  dewa  Siwa,  yang  juga langka  ditemukan.  Dewa  Siwa  yang  sedang  berdampingan  dengan  istrinya
Uma  atau  Parwati.  Arca  ini  tidak  besar  yaitu  tinggi  68cm,  dan  lebarnya 36cm.  kedua  Dewa  suami    istri  ini  tampak  sedang  berdiri  dalam  sikap
semedi.  Satu-satunya  persamaan  dengan  srca  ini  adalah  arca  siwa  parwati yang  terbuat  dari  emas,  ditemukan  di  Gua  Seplawan,  Purworejo.
sumber: Buku Pa ndua n Wisata  Ja wa  Tenga h tahun 2000
c. Arca No.Inv.257
Arca  ini  namanya  belum  diketahui  tetapi  sangat  erotis,  yaitu mengambarkan  seorang  laki-laki  dan  perempuan,  telanjang  dan  saling
berpelukan.  Seolah-olah  sedang  bermain  asmara.  Tokoh  laki-laki  tampak sedang  duduk,  sedang  tokoh  perempuan  duduk  dengan  kaki  trlipat  di
sampingnya.  Tokoh  perempuan  mempunyai  buah  dada  yang  montok  dan salah  satunya  ditempelkan  di  tokoh  laki-laki.  Pengambaran  arca  ini  besar
kemungkinan  tidak  dimaksudkan  menonjolkan  pornografi,  melainkan berhubungan  dengan  salah  satu  sekte  keagamaan.  Tinggi  arca  50cm  dan
lebarnya 40cm.
sumber: Buku Pa ndua n Wisata  Ja wa  Tenga h tahun 2000
d. Arca Singa
Arca  singa  banyak  dijumpai  di  candi-candi  lain,  tetapi  arca  singa  di gedung  koleksi  ini  memiliki  keunukan  tersendiri.  Singa  memiliki  tubuh
commit to user
pendek dalam posisi duduk. Matanya melotot dengan mulut terbuka sehingga terkesan  galak.  Yang  menarik  adalah  arca  ini  memiliki  kelamin  seperti
manusia  dari  jenis  laki-laki,  dan  digambarkan  secara  naturalis.  Penampilan kelamin  ini  mengingatkan  pada  arca  di  candi  Sukuh,  yang  juga  memiliki
kelamin  yang  menonjol.  Kemungkinan  si  pembuat  arca  ini  adalah  orang Hindu yang telah terpengaruh sekte tertentu, seperti halnya candi Sukuh. Arca
ini berukuran 44cm dan lebarnya 28cm.
sumber: Buku Pa nduan Wisata  Ja wa Tengah tahun 2000
2. Gardu Pandang Tieng
Gardu  pandang  ini  terletak  beberapa  kilometer  sebelum  Dieng  Plateu. Anda  dapat  naik  ke  gardu  ini  sambil  beritirahat.  Dari  tempat  ini  tampak
pemandangan  yang  sangat  indah.  Dibawahnya  ada  lembah  yang  curam sehingga  rumah-rumah  di  pedesaan  nampak  kecil-kecil.  Ke  arah  tenggara
tampak  Gunung  Sindoro  yang  biru.  Lokasi  ini  terletak  1.800  m  di  atas permukaan  laut.  Berarti  ketinggiannya  hanya  terpaut  beberapa  ratus  meter
dibanding gunung Sindoro. Dari  gardu  ini,  pagi-pagi  benar  jika  langit  cerah,  akan  tampak  matahari
muncul di atas awan. Nampak sangat indah  berwarna keemasan, oleh sebab itu  sering  disebut  dengan  Golden  Sun  Rise.
sumber:  google    wisata wonosobo
3. Argo Wisata Tambi
Agro  wisata  Tambi  merupakan  obyek  wisata  berupa  tempat  wisata  buatan dan  terutama  kebun  teh.  Perlu  anda  ketahui  bahwa  di  Wonosobo  terdapat
perusahaan  teh  yang  sudah  sejak  lama  berdiri,  yang  memproduksi  teh
commit to user
kualitas  eksport.  Sudah  barang  tentu  memiliki  kebun  teh  yang  sangat  luas. Kebun teh ini sangat indah dan sejuk.
Terhampar  luas  di  lereng  gunung  Sindoro, dengan  ketinggian  1.200  -  2.000 m di atas permukaan laut. Suhu udara antara 15-24 C. PT Tambi mengelola
3 unit perkebunan teh yang terletak di desa Bedakah,  Tanjungsari serta desa Tambi  dengan  luas  area  mencapai  829  Ha  yang  dilengkapi  fasilitas  pondok
wisata,  Kolam  Pemancingan,  Lapangan  Tenis,  Taman  Bermain,  Kebun  dan Pabrik Teh.
Kebun  teh  yang  ditanam  tidak  hanya  di  lereng  gunung  Sindoro,  melainkan juga  di  sebelah  barat  gunung  Sumbing,  tepatnya  di  desa  Tanjungsari,
kecamatan Sapuran. Di  Tanjungsari  juga  telah  dibangun  agrowisata.  Lokasinya  di  pinggir  jalan
antara  desa  Tanjungsari  dan  Sapuran.  Sarana  yang  ada  berupa  kebun  teh, taman bermain dan tempat istirahat.
sumber: googl  wisata  wonosobo.
Tambi Home Stay :
JL.Raya Wonosobo – Dieng Km.15 Desa Tambi, Tlp.0286 321077. 321088. 322177. Wonosobo 56354
Tarif Sewa Home Stay Tambi : Melati III: Standart A : Rp. 400.000,00
Standart B : Rp. 350.000,00 Standart C : Rp. 280.000,00
Standart D : Rp. 250.000,00 Paket Walk Tea : 20.000 orang
Paket Out Bone : 85.000 orang minimal 20 orang
commit to user
4. Dieng Pletau Theater
Ini adalah banguna Dieng Pletau Theater adalah bangunan yang di buat untuk wisatawan yang berminat melihat film-film dokumenter tentang terbentuknya
Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bangunan ini masih sangat baru karena baru saja  diresmikan  pada  tahun  2005  kemaren  oleh  Presiden  Indonesia  Bapak
Susilo Bambang Yudoyono. Bangunan ini terletak di kawasan Telaga Warna yaitu di bukit atas Telaga sehinga bila kita naik ke atas kita akan bisa melihat
telaga dari atas.
sumber: google  wisata  wonosobo.
B. Aksesibilitas Kawasan Wisata Dieng