Potensi dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo DWI ANDRIYANI

(1)

commit to user

POTENSI DAN PENGEMBANGAN WISATA ALAM

DAN BUDAYA DATARAN TINGGI DIENG

DI WONOSOBO

diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

DWI ANDRIYANI C 9405085

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING UNTUK DIUJIKAN

Judul Laporan Tugas Akhir : POTENSI DAN PENGEMBANGAN

WISATA ALAM DAN BUDAYA

DATARAN TINGGI DIENG DI

WONOSOBO

Nama : DWI ANDRIYANI

NIM : C 9405085

Drs. Supariadi, M.Hum Pembimbing I

(……….)

Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum Pembimbing II


(3)

commit to user

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Judul Laporan Tugas Akhir : POTENSI DAN PENGEMBANGAN

WISATA ALAM DAN BUDAYA

DATARAN TINGGI DIENG DI

WONOSOBO

Nama : DWI ANDRIYANI

NIM : C 9405085

Pada Tanggal :

DITERIMA DAN DISETUJUI OLEH PANITIA PENGUJI TUGAS AKHIR, DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

Dra.Isnaini W.W. M.Pd

Ketua Penguji (……….)

Insiwi Febriary Setiasih, SS Sekertaris Penguji

(……….)

Drs. Supariadi, M.Hum Penguji Utama

(……….)

Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum Penguji Pembantu

(……….)

Surakarta, Dekan

Drs. Sudarno, MA NIP. 195303141985061001


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya : Nama : DWI ANDRIYANI NIM : C 9405085

Sebagai mahasiswa program Diploma III Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan ini menyatakan bahwa tugas karya Tulis Akhir ini adalah bukan merupakan jiplakan dari karaya orang lain.

Dalam tugas karya tulis akhir ini tidak ada karya yang sama untuk memperoleh gelar ahli madya disuatu perguruan tinggi, dan sepengetahuan saya juga tidak terdaopat karya yang pernah diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Surakarta,


(5)

commit to user

MOTTO

Jangan pernah bilang tidak bisa sebelum kita berusaha melakukannya

kerena bila kita tidak mencoba maka kita tidak akan pernah tahu

seberapa kemampuan kita.

(Penulis)


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Sepenuh hati, sepenuh rasa tulus dan ikhlas Kupersembahkan karya ini untuk :


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan segala rahmat, karunia serta kasihNya sehingga penulis bias menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi guna menyelesaikan program studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan member kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

2. Drs. Suharyana, M.Pd. selaku Ketua Progaram Diploma III Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikan masukan bagi penulis.

3. Drs. Sri Wahyuningsih, M. Hum. Selaku sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pembantu yang telah memberikan nasehat-nasehatnya. 4. Drs. Supariadi, M.Hum. selaku pembimbing utama yang telah berkenan


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah member ilmunya.

6. Teman-teman DIII Usaha Perjalanan Wisata angkatan 2005 dan 2006 yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penilis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik dan saran dari pembaca akan di terima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.

Surakarta,


(9)

commit to user

ABSTRAK

Dwi Andriyani C.9405085, 2009 Potensi Dan Pengembangan Wisata Alam Dan Budaya Dataran Tinggi Dieng Di Wonosobo. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang potensi dan pengembangan wisata alam dan budaya di dataran tinggi dieng. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang dipertanyakan yaitu potensi dan pengembangan wisata alam ban budayanya, usaha-usaha yang ditempuh, kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo

Metode penulisan yang penulis ambil adalah dari pengumpulan data, yaitu dengan pengamatan secara langsung ke beberapa obyek di Kawasan Dieng, wawancara langsung dengan staf Dinas Pariwisata, serta pengunjung dan dengan mengunakan studi dokumen dan studi pustaka yaitu dari buku, brosur, juga dari refrensi-refrensi yang sudah ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo.

Untuk analisis data yang diperoleh akan di klasifikasikan atau di kategorikan sesuai fungsi masing-masing kemudian di olah dan di tampilkan dalam bentuk laporan diskriptif kualitatif yaitu data di laporkan dalam bentuk kalimat.

Kesimpulan yang dapat diambil dari potensi dan pengembangan wisata alam dan budaya dari dataran tinggi dieng patut dikembangkan, dimana agar kita tahu kendala – kendala yang dihadapi pengela dan usaha apa saja yang dilakukan oleh pelaku pariwisata. Agar mampu mengatasi setiap permasalahan baik pengembangannya maupun menerapkan peranannya dalam pengembangan pariwisata Wonosobo.


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….……… HALAMAN PENGEDAHAN PEMBIMBING ……….……….. HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN……….. HALAMAN PERNYATAAN………... HALAMAN MOTTO……… HALAMAN PERSEMBAHAN……… HALAMAN PENGANTAR……….. ABSTRAK………..……….. DAFTAR ISI……….. i ii iii iv v vi vii ix x BAB I. BAB II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……… B. Rumusan Masalah……….………… C. Tujuan Penulisan………...……… D. Manfaat Penulisan……….……… E. Tinjauan Pustaka……… F. Metode Penulisan………...……… G. Sistematika Penulisan……… GAMBARAN WILAYAH DATARAN TINGGI DIENG

A.Gambaran Umum Daerah Wonosobo……… B.Gambaran Khusus Dataran Tinggi Dieng………. C.Tinjauan Sosial Masyarakat Terhadapa Kepariwisataan dan Pelestarian

Alam……… 1 4 4 5 5 11 13 15 16 23


(11)

commit to user BAB III.

BAB IV.

D.Tinjauan Spiritual Masyarakat Terhadap Candi dan Kepariwisataan… E.Tinjuauan Budaya Dan Kesenia Masyarakat Terhadap Kegiatan

Kepariwisataan……….. F.Kondisi Fisik Tata Ruang Dieng……… G.Makanan dan Oleh-oleh Khas Wonosobo………. H.Fasilitas Penunjang Wisata Kabupaten Wonosobo……… ANALISIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN KAWASAN WISATA DIENG

A.Atraksi Wisata Kawasan Dieng……….. B.Aksesibilitas Kawasan Dieng………..……….. C.Fasilitas Penunjang Wisata………..……….. D.Aktivitas Penunjang Wisata……….……….. E.Analisis Potensi Masing-Masing Objek Wisata Kawasan Wisata Dieng

dengan Pendekatan 4A………... F.Analisis Pasar Kawasan Wisata Dieng……….. G.Analisis Fisik Tata Ruang Kawasan Wisata Dieng……….………….. H.Strategi Dan Rencana Pengembangan Kelembagaan……… I. Analisis SWOT Kawasan Wisata Dieng……….. J. Hasil Wawancara Dengan Pengunjung Objek Wisata Dataran Tinggi

Dieng………. K.Retribusi Dan Tiket Masuk Kawasan Wisata Dieng………. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan………..……….. B. Saran………. 25 26 28 29 32 36 60 64 65 66 67 71 76 84 90 91 93 94


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user DAFTAR PUSTAKA


(13)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Informan dan Responden ………... Lampiran 2. Peta Aksebilitas Menuju Kawasan Dieng ………. Lampiran 3. Brosur Wisata Wonosobo (Depan) ………... Lampiran 4. Brosur Wisata Wonosobo (Belakang) ………... Lampiran 5. Tourism Road Map ………... Lampiran 6. Foto-foto ………... Lampiran 7. Tiket & Retribusi Wisata ……….. PAKET WISATA ONE DAY TOUR ………... PAKET WISATA TWO DAYS ONE NIGHT………..

96 97 98 99 100 101 107 108 110


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata adalah suatu industri yang bisa menghasilkan banyak devisa bagi suatu negara. Pariwisata adalah industri tanpa asap yang menyerap tenaga kerja, karena bagaimanapun majunya pariwisata tidak akan meninggalkan sumber daya manusia sebagai pelaku utama yang tidak bisa tergantikan oleh mesin-mesin. Pariwisata tetap akan merupakan industri padat karya. Dikatakan juga industri tanpa asap karena kebanyakan industri akan menghasilkan asap yang menghasilkan polusi bagi udara sedangkan industri pariwisata tidak (Yhani Astanto , 2007:1).

Sektor pariwisata mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Saat ini sektor pariwisata masih menjadi sumber pemasukan non migas terbesar untuk indonesia. Pariwisata menjadi salah satu industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang. Sektor pariwisata bisa menjadi penyelamat bagi perekonomian negara yang sedang terpuruk di saat sektor industri perdagangan, jasa, ilmu pengetahuan dan teknologi masih mendapat hambatan krisis multi dimensi ini (Yhani Astanto, 2007:1).

Pembangunan sektor pariwisata seharusnya diarahkan menjadi sektor andalan dalam perekonomian Indonesia. Sehingga pariwisata mampu meningkatkan perekonomian termasuk di sektor lain yang terkait demi meningkatkan pendapatan atau devisa negara. Kepariwisataan diharapkan


(15)

commit to user

mampu memperluas kesempatan untuk berusaha dan bekerja, serta mampu mendorong pembangunan daerah demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga potensi pariwisata yang sebelumnya terabaikan harus mulai ditangani secara insentif, karena industri ini memiliki dampak yang sangat luas terhadap sektor-sektor lain.

Indonesia memiliki banyak pulau yang tersebar serta dilatarbelakangi oleh keindahan alam dan budaya, sehingga Indonesia juga memiliki beragam adat dan tradisi yang berbeda-beda serta memiliki banyak objek wisata, baik wisata alam maupun wisata budaya. Di Jawa Tengah sendiri memiliki banyak keaneka ragaman budaya dan banyak objek wisata alamnya. Seperti di Kabupaten Wonosobo yang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, Kabupaten ini memiliki kekayaan alam dan budaya yang lain dari daerah lain. Di Kabupaten Wonosobo terdapat bermacam-macam objek wisata, sarana wisata, tradisi, kesenian tradisional dan tidak kalah menarik adalah keindahan alamnya.

Di Kabupaten Wonosobo terdapat beberapa objek wisata yang sangat menarik untuk di kunjungi, seperti Telaga Warna dan Pengilon, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Dieng Plateo Theater yang oleh pihak dinas pariwisata dijadikan objek wisata poros di Kabupaten Wonosobo.

Namun saat ini obyek wisata dataran tinggi Dieng masih belum dikembangkan secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari masih minimnya pemasaran obyek wisata ini baik kepada wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara dengan tidak tersedianya informasi yang cukup menarik minat seperti brosur-brosur, keterangan-keterangan dari biro perjalanan, dinas


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pariwisata dan sebagainya. Selain itu dengan semakin meningkatnya tuntutan wisatawan akan kualitas layanan serta ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai maka perlu dibuat suatu rencana pengembangan yang berkesinambungan untuk pada akhirnya bisa membuat Dieng menjadi salah satu tujuan utama wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Pengembangan Kawasan Wisata Dieng telah diupayakan suatu perencanaan yang berkesinambungan, dimulai dengan pemetaan dan telaah potensi yang terdapat di kawasan tersebut. Hasil pemetaan dan telaah potensi menunjukkan bahwa kawasan tersebut memiliki banyak sumber daya potensial yang amat strategis untuk mendukung pengembangan pariwisata daerah. Namun, mengingat cakupan kawasan wisata Dieng yang cukup luas, dimana secara administratif dikelola oleh dua kabupaten yaitu kabupaten Wonosobo dan kabupaten Banjarnegara, sehingga diperlukan perencanaan pengembangan yang lebih terfokus yang diarahkan pada cakupan wilayah spesifik berupa zona-zona pengembangan kawasan. Di kawasan wisata Dieng terdapat empat zona pengembangan di mana urutan zona ini juga merupakan urutan prioritas pengembangannya, adapun prioritas utama adalah pengembangan zona I ( Telaga Warna, Telaga Pengilon, Candi Arjuna, Dieng Plateo Theater ) yang merupakan obyek wisata poros sebagai lokomotif penarik bagi obyek-obyek wisata jeruji kemudian disusul dengan pengembangan obyek-obyek wisata yang ada di Zona berikutnya yang merupakan jeruji ( Telaga Menjer, Agrowisata Tambi, Air terjun Sikarim, Telaga Cebong, Ondho Budho, Gardu Pandang Tieng, Gua jimat, Gua Jaran, Gua Sumur, Gua Semar).


(17)

commit to user

Agar pengembangan pariwisata di Kawasan wisata Dieng dapat dilakukan secara terarah untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan adanya penyusunan rancangan makro yang jelas dan komprehensif. Hal ini juga dimaksudkan agar pengembangan pariwisata di kawasan wisata Dieng dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh kawasan tersebut sehingga dapat diberdayagunakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengembangkan perekonomian wilayah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang Masalah dan berbagai potensi yang ada, maka rumusan masalah yang diajukan sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi pariwisata di Dataran Tinggi Dieng ?

2. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh pelaku pariwisata (Kantor Pariwisata, Pengelola) dalam mengelola dan mengembangkan potensi Dataran Tinggi Dieng ?

3. Apa kendala-kendala yang ada pada pengembangan Dataran Tinggi Dieng sebagai penunjang pariwisata di Wonosobo ?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui informasi apa saja tentang usaha-usaha yang di tempuh Dinas Pariwisata dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo terutama pada Dataran Tinggi Dieng.

1. Untuk mengetahui potensi-potensi dari Dataran Tinggi Dieng dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo.


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh pelaku pariwisata dalam mengelola dan mengembangkan potensi Dataran Tinggi Dieng.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala serta informasi tentang strategi-strategi yang digunakan pihak Dinas Pariwisata dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul melestarikan kekayan alam, sejarah dan kebudayan di Dataran Tinggi Dieng.

D. Manfaat Penulisan

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis

a. Memperluas pengetahuan dibidang pariwisata. b. Dapat menjadi khasanah budaya di daerah lain 2. Manfaat Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan pihak lain yang ingin mengetahui ragam budaya dan keindahan alam daerah lain.

E. Tinjauan Pustaka

1.Konsep Potensi Pariwisata

Secara umum kepariwisataan adalah semua kegiatan dan unsur yang ada kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan pemerintah, swasta maupun masyarakat, secara khusus kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata


(19)

commit to user

serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan wisata. Potensi adalah kemampuan yang memounyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kemampuan, kesangupan daya. Potensi didaerah tujuan wisata dipengaruhi oleh adanya 4 pendekatan yang dikenal dengan istilah 4A, antara lain: atraksi, aksesibilitas, amenitas, aktifitas.

Dalam hal ini Wonosobo khususnya dataran tinggi dieng mempunyai potensi yang besar sebagai salah satu objek wisata yang mampu bersaing dengan objek wisata lain yang ada di Jawa Tengah dan mampu menjadi salah satu aset pariwisata yang skan menambah pendapatan asli daerah (PAD) jika objek wisata di Wonosobo dikembangkan secara terrencana dan konsisten.

2.Pengertian Obyek Wisata

Menurut Gamal Suwantoro dalam Dasar-Dasar Pariwisata (1997:19). Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan meliputi 5 unsur yaitu:

a. Obyek dan daya tarik wisata b. Prasarana wisata

c. Sarana wisata d. Tata laksana

e. Masyarakat dan lingkungan

Menurut Musanef dalam bukunya Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia (1995:190) menjelaskan bahwa obyek wisata adalah tempat atau keindahan alam yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan, dalam hal ini sebagai suatu obyek wisata.

3. Pengertian Pariwisata

Bicara mengenai potensi adan obyek wisata, tentu saja tidak lepas dari suatu kegiatan pariwisata. Nyoman S Pendhit menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor pariwisata lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri kerajinan tanggan dan cindera mata, penginapan, transpotasi, yang secara ekonomis juga dipandang sebagai industri.

Apabila ditinjau dari kegiatannya, pariwisata adalah kepergian orang-orang semrntara dalam jangka waktu yang pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata atau eksekusi (Nyoman S Pendhit,1994:35).

4. Pengertian Wisatawan

Pariwisata tidak lepas dari wisatawan. Untuk mengetahui tentang wisatawan lebih banyak, diberi batasan-batasan dalam Intruksi Presiden Republik Indonesia No.9 Tahun 1969. Disebut bahwa “Wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tingalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan ini”. Batasan ini dinilai masih terlalu luas sehingga dipakai istilah pengunjung yang kemudian


(21)

commit to user

dikategorikan menjadi dua, yaitu wisatawan dan pelancong.

Menurut rekomendasi PATA (Pasifik Asia Travel Association) yang didasarkan atas batasan league of Nations tahun 1936 menetapkan pengertian pariwisata adalah pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dengan tidak ada maksud mencari nafkah. Sedangkan pelancong adalah pengunjung sementara yang tinggal di negara yang dikunjungi kurang dari 24 jam (Oka A. yoeti,1983:124).

Secara garis besar, terdapat 4 faktor penting yang dapat mendasari pengertian pariwisata, antara lain:

a. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu.

b. Perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain. c. Perjalanan yang apapun bentuknya kaitanya dengan rekreasi.

d. Orang yang melakukan perjalanan tidak bermaksud mencari nafkah. Untuk menjadikan suatu daerah menjadi tujuan wisata, ada 3 kebutuhan utama yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Memiliki atraksi dan obyek yang menarik. b. Mudah dicapai dengan alat kendaraan.

c. Menyediakan tempat tinggal untuk sementara (Nyoman S. Pendhit,1986:65-66).

Wisatawan adalah seseorang yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengetahui bila ia membayar sesuatu yang tidak sesuai (Musanef, 1996:14).


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginnya(Soekadijo, 1996:3).

Wisatawan menurut Nyoman S. Pendhit meliputi:

a. Orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, dsb.

b. Orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau di dalam hubungan sebagai utusan berbagai badan organisasi (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, olah raga, keagamaan,dsb).

c. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis.

d. Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta keluarganya yang diposkan disuatu negara lain, hendaknya jangan dimaksukan dalam kategori ini, tapi apabila mereka mengadakan perjalanan ke negara lain maka hai itu dapat digolongkan sebagai wisatawan (Nyoman S. Pendhit, 1994:38-39).

5. Kriteria penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata a. Kemudahan (aksesibilitas).

b. Potensi pasar (pengunjung). c. Kondisi lingkungan.

d. Sarana wisata.

e. Pengelolaan / pengusahaan. f. Prasarana dasar.


(23)

commit to user h. Kondisi iklim.

Suatu obyek wisata memiliki 5 unsur yang sangat terkait. Semua unsur ini diperlukan agar para wisatawan dapat menikmati suatu perjalanan yang memuaskan. Kelima unsur tersebut antara lain:

a. Atraksi Wisata

Segala sesuatu yang menarik perhatian wisatawan sehingga mereka ingin mengunjungi.

b. Fasilitas

Adanya fasilitas-fasilitas yang diperlukan para wisatawan, seperti: penginapan, restoran, souvenir, pemandu daerah, festival dan fasilitas rekreasi.

c. Infrastruktur

Infrastruktur termasuk semua kontraksi di bawah dan di atas tanah dari suatu wilayah atau daerah, antara lain:

1. Sistem pengairan 2. Jaringan komunikasi 3. Fasilitas kesehatan

4. Terminal-terminal pengangkutan 5. Sumber listrik dan energi

6. Sistem prmbuangan kotoran / pembuangan air 7. Jalan

8. Keamanan


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Adanya jasa-jasa pengangkutan memudahkan para wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata yang mereka inginkan.

e. Keramah tamahan dan keamanan

Kebutuhan besar akan keamanan dan perlindungan harus di pertimbangkan dan disediakan supaya calon wisatawan merasa aman sebelum dan selama perjalanan dan liburan (James J. Spillane, S.J, 1994: 63-73).

F. Metode Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Tugas Akhir ini adalah obyek wisata yang ada di Dataran Tinggi Dieng yang ada di Kabupaten Wonosobo. Adapun obyek wisata yang akan diteliti adalah wisata poros (Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Telaga Warna dan Pengilon, Dieng Plateau Theater).

Selain itu, penelitian juga dilakukan di Kantor Pariwisata Kabupaten Wonosobo untuk mendapat data-data yang lebih lengkap.

b.Tehnik Pengumpulan Data

Di dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini, digunakan beberapa metode dalam pengumpulan data. Metode-metode tersebut antara lain: 1. Wawancara

Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan cara menanyakan langsung kepada informan atau narasumber. Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait untara lain dengan berbagai pegawai / staf seksi


(25)

commit to user

pemasaran dan seksi obyek wisata Kantor Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan beberapa pengunjung wisata Dataran Tinggi Dieng.

2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengunakan jalan mengamati, meneliti, atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung, dengan cara ini data yang diperoleh adalah data yang faktual dan aktual. Dalam artian data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung.

Dalam hal ini digunakan pendekatan kebudayaan dan kepariwisataan. Pendekatan kebudayaan digunakan untuk mengungkap budya dan latar belakang dataran tinggi dieng. Adapun pendekatan kepariwisataan digunakan untuk mengetahui potensi-potensi apa saja yang dimiliki dieng, kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan, dan usaha apa saja yang dilakukan oleh insan pariwisata untuk mengembangkan potensi yang ada di dataran tinggi dieng, Kabupaten Wonosobo.

3. Dokumen

Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang diperoeh dari dokumen atau arsip berupa brosur, pamplet, peta, foto-foto obyek yang ada kaitanya dengan penulisan.

4. Studi Pustaka

Suatu metode pengumpulan data dan informasi dengan cara pengumpulan data-data dan informasi dengan cara mempelajari


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

berbagai buku yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yang dikaji. Adapun buku-buku yang digunakan sebagai panduan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah buku tentang kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo, dan referensi buku lain untuk menambah kelengkapan penulisan ini.

c. Tehnik Analisis

Penyusunan Tugas Akhir ini mengunakan analisis yang digmbarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Tehnik analisa yang akan penulis gunakan yaitu tehnik analisis deskriptip kulitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk mendiskripsikan mengenai situasi-situasi atas kejadian-kejadian (Sumadi Suryo Subroto, 1994:8).

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui materi ada beberapa bagian yang diurutkan secara sistematis. Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan juga sistematis penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM WONOSOBO DAN DATARAN

TINGGI DIENG SECARA KHUSUS

Berisi tentang : letak geografis wonosobo dan dataran tinggi dieng, serta profil dataran tinggi Dieng.


(27)

commit to user

BAB III POTENSI DAN PENGEMBANGAN DATARAN TINGGI

DIENG

Berisi tentang : Analisis Pengembangan Kepariwisatan Kawasan Dieng, Analisis pasar kawasan Dieng, Analisis fisik tataruang Dieng, strategi dan perencanan pengembangan kawasan Dieng.

BAB IV PENUTUP

Berisi tentang : merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan isi yang dusertai pula dengan saran – saran bagi pengembangan potensi wisata di dataran tinggi dieng.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 BAB II

GAMBARAN WILAYAH DATARAN TINGGI DIENG

A. Gambaran Umum Daerah Wonosobo

Kabupaten Wonosobo, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Wonosobo. Yang berjarak 66 km dari Magelang dan 120 km dari Semarang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara. Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro. Kyai Moh. Ngampah, yang membantu Diponegoro, diangkat sebagai bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Seconegoro. Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter). Di sebelah selatan, terdapat Waduk Wadaslintang. Ibukota Kabupaten Wonosobo berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten, yang merupakan daerah hulu Kali Serayu. Wonosobo dilintasi jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Purwokerto. (sumber: google // wonosobo)


(29)

commit to user

B. Gambaran Khusus Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua di dunia setelah Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa. Dieng terletak pada posisi geografis 7012¢ Lintang Selatan dan 1090 54¢ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl. Suhu udara rata-rata 150C, pada bulan Juli-Agustus, suhu turun sampai di bawah 00C. Secara administratif Kawasan Dieng terbagi menjadi dua kawasan yaitu Kawasan Dieng Kulon (Dieng Barat) yang terletak di wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan Kawasan Dieng Wetan (Dieng Timur) yang terletak di wilayah Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.

Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung api terdiri dari Bisma, Seroja, Binem, Pangonan, Merdada, Pangerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil, Kunir dan Prambanan. Lapangan fumarola

(cairan belerang) terdiri atas Kawah Sikadang, Kawah Kumbang, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Sigladah dan Kawah Sileri.

Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah plateau (dataran tinggi) yang terjadi karena letusan dahsyat sebuah gunung api. Dengan demikian kondisi geologisnya sampai sekarang relatif labil, bahkan sering terjadi gerakan-gerakan tanah. Beberapa bukti yang menunjukkan hal tersebut adalah; peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Suharjo-Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Kawasan yang disebut sebagai Dataran Tinggi Dieng sendiri sesungguhnya terbagi atas beberapa dataran tinggi, yaitu :

1. Dataran pertama yang mempunyai ketinggian kurang lebih 2090 Meter di atas permukaan laut yang dikelilingi oleh rangkaian gunung; Gunung Perahu, Gunung Jurang Grawah yang berada di sebelah selatan, serta Gunung Pangonan dan Gunung Sipandu, yang berada dibagian barat. 2. Dataran kedua terletak disebelah barat dataran tinggi yang pertama,

dengan ketinggian kurang lebih 1950 Meter, yang diapit oleh Gunung Nagasari, Gunung Pangamun – amun, dan Gunung Gajah Mungkur.

3. Dataran yang ketiga dengan ketinggian kurang lebih 1630 sampai dengan 1772 Meter.

Posisi demikian, wajar jika Dataran Tinggi Dieng memiliki banyak kekayaan sekaligus keunikan dan kekhasan, baik kekayaan dan keunikan alamnya sendiri yang beraneka rupa tempat dan bentuk yang sangat bagus bagi peziarahan; memuaskan batin; wisatawan yang menyukai tempat – tempat yang indah, tenang dan teduh, untuk kembali berekreasi, kekayaan flora dan fauna, kekayaan sejarah dan kekayaan budaya yang lainnya. (sumber : Buku Panduan Wisata Jawa Tenggah Tahun 2000).


(31)

commit to user

a. Kondisi Geologi

Peta a

Peta Vukanologi Kawasan Wisata Dieng

Sumber : google // geologi Wonosobo

Dataran Tinggi Dieng terjadi karena letusan suatu gunung berapi. Letusan itu hasilnya bisa dilihat antara lain dari :


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

· Bukit-bukit yang terbentuk bersama-sama dengan batu-batu besar dan kecil.

· Adanya kawah-kawah yang masih aktif dan adanya telaga-telaga yang merupakan lembah atau cekungan yang tergenang air yang terdapat banyak ikan di dalamnya dan dapat digunakan sebagai mata pencaharian sambilan oleh penduduk dataran tinggi diaeng.

Kondisi lahan di dataran tinggi dieng itu masih sangat labil, tetapi keadaan tanahnya cukup subur. Akibat keadaan ini hingga saat ini masih ada geseran tanah seperti yang pernah terjadi dengan peristiwa hilangnya desa legetang, terpotong jalan tanahnya antara jurusan Banjarnegara menuju ke Karangkobar dan jalan antara Sukorejo menuju Ngadirojo.

Gunung Dieng juga disebut Gunung Parahu yang terletak di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian Gunung Dieng 2565 m.dpl. Tipe Gunung api Strato (awan panas). Ancaman yang terjadi bila Gunung Dieng meletus adalah Gas Beracun, adapun kawah yang berbahaya mengeluarkan gas adalah ”Kawah Sileri, Sikidang, Sikendang, Sigluduk, dan Sinila”. Saat ini Gunung Dieng mengalami peningkatan aktifitas dan dalam keadaan status waspada sehinga banyak wisatawan di himbau untuk lebih berhati-hati saat berwisata ke Kawasan Dieng tapi dengan berubahnya status ini tidak mengurangi jumlah kedatangan pengunjung secara derastis.


(33)

commit to user

T

Taabbeell22..11 S

SeejjaarraahhLLeettuussaannGGuunnuunnggDDiieenngg

Tahun Nama Gunung Aktivitas Letusan Produk Letusan Korban

1450 Pakuwojo Letusan normal Abu/ pasir

1825/ 1826

Pakuwojo Letusan normal Abu/pasir

1883 Sikidang/Banteg Peningkatan Lumpur kawah

1884 Sikidang Letusan normal

1895 Siglagak Pembentukan celah Uap belerang

1928 Batur Letusan normal Lumpur dan batu

1939 Batur Letusan normal Uap dan lumpur 5 meninggal

1944 Sileri Gempa dan letusan Lumpur 59 org

meninggal, 38 org luka-luka, 55 org hilang

1964 Sileri Letusan normal Lumpur

1965 Condradimuko/ Telaga Dringo

Hembusan

fumarola, lumpur

Uap air dominan

1979 Sinila Hembusan gas

racun

Gas CO2, CO,

CH4,

149

meninggal

1990 Dieng Kulon Letusan Freatik Lumpur

Sumber : Disparta Kab. Wonosobo.

b. Kondisi Hidrologi

Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu dengan sumber air dari Bima Lukar yang merupakan hulu dari Kali Tulis dengan sumber air dari kaki Gunung Perahu.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Air sungai ini dipergunakan untuk keperluan pertanian, adapun letak kedua sungai ini adalah sebagai berikut:

1. Kali Tulis, yang merupakan batas antara daerah Dieng Wetan di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo dengan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Debit air sungai ini sekitar 120 liter/detik pada saat minimum.

2. Sungai Serayu yang mempunyai mata air di desa Dieng Wetan yang dikenal dengan Tuk Bimolukar, dengan debit air 541 liter/detik pada saat maksimal dan 324 liter/detik pada saat minimum.

c. Kondisi Masyarakat.

Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdiri dari Suku Jawa Pegunungan, yang pada umumnya memeluk agama Islam. Meskipun demikian, mereka tidak menutup diri terhadap pengaruh modernisasi dalam kehidupan sehari-hari, tapi mereka masih egan untuk melepaskan cara hidup tradisional.

Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng menggantungkan hidup dari hasil pertanian. Tapi karena pesatnya kemajuan perekonomian sekarang, maka sebagian dari mereka sudah mengalihkan mata pencaharian ke bidang lain seperti bidang perdagangan atau kepegawaian sebagai karyawan di kantor-kantor Pemerintah.

Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan asing di Kawasan Dataran Tinggi Dieng, maka pada umumnya penduduk di sekitar daerah wisata ini mendapat keuntungan / penghasilan tambahan dari hasil pertanian ataupun bekerja pada perusahaan-perusahaan yang melayani


(35)

commit to user

kepentingan wisatawan tersebut, seperti misalnya bekerja di hotel-hotel, restoran dan lain-lain.

d. Kondisi Vegetasi

Kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki keanekaragaman flora yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional maupun diolah oleh industri. Beberapa yang sudah dikenal adalah Carica dan Jamur Merang. Keanekaragama flora tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: pohon-pohonan yang berejenis pakis haji, kayu dampul, akasia, pohon puspa, pohon cemara, pohon pinus, dan pohon carica. Selain itu juga ada kelompok semak belukar yaitu glagak, kiriyuh, pring ampal gading, kenatus, pakis jebul, lumbung, asem-aseman, andan-andanan, serunen, racunan, pringondani. Ada juga tumbuhan tanah yaitu kumis kucing, rendeng, gandapura, pancal kadang, adon arum,, jupang putih, campean, jupang sindep, sendakan, kentang, jamur merang. Dari jenis tumbuhan air yaitu endong, endong wlingi, ganggang, lumut, lempuyangan, karisan, dan kehingan. Sayuran dan obat-obatan jenisnya yaitu purwoceng, jarak, gandum, jagung, kayu putih, gondopuro, pernacery, tengsek dan cemeti. Dan terahir adalah jenis buah-buahan yaitu apel, persik, pruimen, anggur, peer noten, jambu brasil, arbeyen, terong belanda, pepaya, belimbing, dan jeruk. (Sumber: Dinas Pariwista Wonosobo).

e. Kondisi Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk di kawasan Dieng selama lima tahun terakhir cenderung mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Berikut dapat dicermati data rinci mengenai pola pertambahan penduduk kawasan Dieng.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Kawasan Dieng

No Desa Jumlah Penduduk

2000 2001 2002 2003 2004

1 Dieng Kulon 3.037 3.070 3.104 3.130 3.159

2 Karangtengah 4.536 4.546 4.579 4.595 4.608

3 Dieng Wetan 1.836 1.859 1.887 1.910 1.945

4 Jojogan 1.212 1.232 1.255 1.268 1.274

Jumlah penduduk kawasan Dieng 10.621 10.707 10.825 10.903 10.986

% pertambahan penduduk 0,81 1,10 0,72 0,76

rata-rata % pertambahan penduduk 0,85 Sumber : Kecamatan Kejajar, 2000-2004

Kecamatan Batur, 2000-2004

Pertambahan penduduk relatif sedikit sehingga kebutuhan dan fasilitas pelayanan masih terpenuhi dengan fasilitas yang ada. Dengan penggunaan lahan, dengan kemiringan lahan, sebaiknya tidak ada penambahan bangunan kawasan Dieng meski kemiringan lahan di beberapa segmen relatif datar (dapat dibudidayakan atau dikembangkan menjadi kawasan permukiman). Fungsi kawasan Dieng sebagai daerah resapan. Sehingga seminimal mungkin didirikan bangunan di atas kawasan Dieng, terutama bangunan-bangunan yang langsung terletak di atas tanah.

C. Tinjauan sosial masyarakat terhadap kepariwisataan dan pelestarian alam

Masyarakat Dieng yang mempunyai karakteristik agraris terbentuk oleh aktivitas pertanian yang dilakukan. Hubungan antar masyarakatnya mempunyai ikatan yang cukup kuat dalam hubungan spiritualitas mereka


(37)

commit to user

(terutama agama Islam) namun keterbatasan pandangan dan kesadaran terhadap lingkungan, kemiskinan, dan kebutuhan yang meningkat mengakibatkan kondisi masyarakat yang tidak mampu dalam menjaga lingkungannya.

Kepariwisataan yang berkembang di kawasan Dieng memberikan perubahan terhadap pandangan dan kebutuhan hidup masyarakat Dieng, meskipun masih dalam taraf yang rendah. Hal ini perlu disadari sejak awal bahwa keterbukaan masyarakat Dieng terhadap wisatawan dan pemiat wisata sangat terbatas tergantung tingkat pendidikan, spiritualitas, pola hidup dan sebagainya. Apabila hal ini tidak disadari maka gesekan akan mengakibatkan dua hal :

§ Masyarakat semakin termarjinalkan dan tidak dapat turut berperan dalam pengembangan kepariwisataan secara menyeluruh.

§ Timbulnya penolakan dan penentangan terhadap berkembangnya kepariwisataan di kawasan Dieng yang selanjutnya akan berdampak pada pengembangan kepariwisataan di Dieng itu sendiri.

Bertitik tolak dari keadaan tersebut perlu dicermati dan diperhatikan bagaimana masyarakat dapat berperan aktif secara mentalitas tanpa menimbulkan dampak yang merugikan. Mentalitas masyarakat perlu dikembangkan menjadi bagian integral dari kepariwisataan, sehingga kepariwisataan menjadi kebutuhan primer selain pertanian (Wawancara dengan Bapak Oni Wiyono, 5 Februari 2009).


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

D. Tinjauan spiritualitas masyarakat terhadap eksistensi candi dan kepariwisataan

Perkembangan kawasan Dieng menjadi salah satu tujuan wisata di Provinsi Jawa Tengah, secara langsung akan mengakibatkan pergesekan budaya antara masyarakat setempat dengan para wisatawan khususnya bagi wisatawan mancanegara. Pergesekan antar budaya dalam dan budaya luar perlu dikelola secara baik agar mentalitas masyarakat setempat dapat siap menerima perubahan-perubahan tersebut tanpa menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan kepariwisataan itu sendiri.

Bagi wisatawan diharapkan untuk tetap menjaga nilai-nilai yang dapat diterima bagi masyarakat setempat, sedangkan pihak pemerintah turut membina masyarakat agar dapat beradaptasi perubahan yang terjadi. Kerjasama antara pemerintah, investor dan tokoh masyarakat diperlukan untuk dapat saling mempersiapkan diri apabila kawasan Dieng menjadi kawasan wisata.

Menurut sejarah masyarakat Dieng adalah masyarakat yang beragama Hindu. Hal ini dilihat dari adanya candi sebagai tempat pemujaan. Selanjutnya, terjadi perubahan pada agama masyarakat Dieng. Sebagian besar, masyarakat Dieng penganut agama Islam. Dengandemikian, tidak ada hubungan spiritualitas antara agama yang dipeluk oleh masyarakat Dieng dengan keberadaan Candi.

Keberadaan Candi di kawasan Dieng berada di bawah koordinasi Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), dimana kawasan candi berada dibawah peraturan pemerintah tentang pelestarian cagar budaya. Obyek wisata


(39)

commit to user

candi telah berubah dari tempat pemujaan menjadi tempat wisata. Hal ini berbeda dengan kondisi dari Candi Borobudur, dimana pada hari Waisak masih digunakan bersama bagi pemeluk agama Budha. Candi di kawasan Dieng tidak lagi sebagai tempat pemujaan melainkan hanya sebagai tempat untuk sembahyang bagi masyarakat Hindu, khususnya masyarakat Bali.

Tidak adanya kaitan spiritual antara masyarakat dengan candi yang berada di kawasan tersebut maka dapat menimbulkan kendala bagi pemeliharaan situs tersebut, oleh karena itu perlu dikembangkan pemeliharaan dan pelestarian candi bagi masyarakat di kawasan tersebut sebagai kawasan bersejarah dan kawasan wisata.

E. Tinjauan budaya dan kesenian masyarakat terhadap kegiatan kepariwisataan.

Potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat dalam menjaga dan ikut mengembangkan budaya masyarakat dapat menjadi kekuatan dalam meningkatkan peran budaya dan kesenian masyarakat bagi penunjang keberadaan kepariwisataan. Kepariwisataan tidak akan berhasil apabila tidak didukung oleh masyarakat setempat sebagai subyek pembangunan. Masyarakat perlu dikembangkan untuk dapat menjual berbagai potensi daerahnya, seperti kesenian, produk kerajinan, produk sumber daya alam, produk perkebunan dan lain sebagainya. Untuk kepariwisataan harus dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan demikian, secara langsung masyarakat akan tetap memelihara budayanya (Wawancara dengan Bapak Oni Wiyono, 5 Februari 2009).


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Masyarakat telah dapat mengembangkan alat musik tabuhan untuk mendukung berbagai musik tradisional. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah kegiatan mengamen dengan cara tidak mendatangi pengunjung, melainkan dengan membuka tempat untuk bermain musik. Pengunjung yang melewati dapat memberikan uang. Tempat ngamen biasanya berada di jalur pedestrian di dalam obyek wisata. Aktivitas ini dapat dianggap sebagai aktivitas yang mempunyai potensi untuk menarik pengunjung. Potensi ini harus dibina agar mampu meningkatkan ketrampilan bermain alat musik dan bernyanyi, sehingga masyarakat dapat memberikan sedikit uangnya tanpa terpaksa, tapi karena merasa terhibur.

Sebagai unsur pendukung wisata tari dan musik merupakan aktivitas yang dapat diunggulkan. Untuk itu, perlunya penggarapan baik tari maupun musik secara modern, seperti : Musik kenthongan, klothekan dan Rebana maupun tarian dapat dikembangkan menjadi acara-acara festival dan lomba di kawasan itu untuk menarik pengunjung. Selain itu juga adanya beberapa mitos/cerita rakyat yang dapat diangkat untuk mendukung pengembangan Kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai obyek wisata, seperti:

§ Mitos anak bajang, dikaitkan dengan buto ijo

§ Legenda Gangsiran Aswatama dikaitkan dengan upaya Aswatama membunuh Raden Parikesit

§ Legenda Bimo Lukar, dikaitkan dengan Bimo yang buang air kecil dan menghasilkan mata air Serayu

§ Legenda Kawah Chandra Dimuka, dikaitkan dengan Wisanggeni dan tempat penyiksaan bagi pembangkang para dewa


(41)

commit to user

§ Legenda Sumur Jalatunda, dikaitkan dengan Antaboga

§ Mitos awal mula penduduk Dieng dikaitkan dengan migrasi masyarakat tempo dulu

§ Mitos khasiat tumbuhan tertentu, seperti Purwoceng

§ Mitos Ondha Budha (tangga lama) sebagai salah satu jalan kuno yang digunakan masyarakat dulu menuju Kawasan Candi Dieng

§ Mitos Burung Belibis

(Sumber: Dinas Pariwista Wonosobo)

F. Kondisi Fisik Tata Ruang Kawasan Dieng

Berdasarkan data statistik yang ada, jenis penggunaan lahan di ke-empat desa dalam wilayah perencanaan relatif sama, dengan intesitas yang berbeda. Secara keseluruhan luas tegalan relatif dominan yaitu seluas 619.215 Ha. Area tegalan terluas ada di Desa Karangtengah seluas 341.06 Ha, sedangkan luasan terkecil adalah rawa/telaga.

Kawasan Dieng berada pada ketinggian 2.093 M dpl. Dan merupakan kawasan penyangga. Fungsi sebagai kawasan penyangga tersebut adalah bahwa kawasan yang berada pada ketinggian 2000 diatas permukaan laut atau lebih adalah merupakan kawasan lindung, tanpa dilakukan skoring. Namun sejauh mata memandang, wilayah perencanaan didominasi oleh area pertanian kentang yang berlangsung melalui proses penjarahan dan perambahan hutan.

Berdasarkan kemiringan lahan, kemiringan lahan di kawasan Dieng cukup tajam yaitu sampai dengan 60 derajat, namun pada daerah tertentu


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

wilayah perencanaan memiliki kemiringan yang bervariasi. Sekitar SPBU di desa Karangtengah memiliki kemiringan lahan sekitar 6%. Kelompok candi Arjuna dan sekitarnya merupakan kawasan yang relatif datar dengan kemiringan lahan 0,3% - 8,3%. Telaga Merdada dikelilingi bukit dengan kemiringan rerata sekitar 40%.

Fungsi kawasan Dieng sebagai kawasan penyangga menunjukan bahwa kawasan ini merupakan daerah resapan. Keberadaan bangunan dan pola pertanian kentang yang tidak ramah lingkungan memperlemah peran dan fungsi kawasan Dieng sebagai kawasan penyangga dan daerah resapan.

G. Makanan dan Oleh-oleh Khas Wonosobo 1.Mie ongkok dan Sate Sapi

Mi Ongklok (bakmi ongklok) adalah makanan khas Kabupaten Wonosobo berupa mi rebus yang dibuat dengan racikan khusus menggunakan kol, daun kucai, dan kuah yang disebut loh. Paling pas disajikan hangat bersama sate sapi dan tempe kemul.

Beberapa pedagang mi ongklok yang terkenal adalah mi ongklok Longkrang, mi ongklok Pak Muhamad (depan Rumah Makan Wana Boga). 2.Carica

Pepaya gunung atau karika (sering ditulis carica, Vasconcellea cundinamarcensis, syn. Carica pubescens) adalah kerabat pepaya yang menyukai keadaan dataran tinggi basah, 1.500-3.000 m di atas permukaan laut. Daerah asalnya adalah dataran tinggi Andes, Amerika Selatan.


(43)

commit to user

Tumbuhan mirip pohon walaupun sesungguhnya adalah terna raksasa, karena batangnya tidak membentuk jaringan kayu (lignin). Tinggi dapat mencapai 10m dengan sedikit cabang. Buahnya berbentuk peluru dengan panjang 6-15cm dan lebar diameter 3-8cm, dengan lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung; sewaktu muda berwarna hijau dan menjadi kuning atau jingga di saat masak. Buahnya (mesokarp) dapat dimakan segar walau agak sepat, namun biasanya diawetkan dalam cairan sirup atau dimasak sebagai sayuran. Seperti pepaya, buahnya mengandung banyak papain, enzim yang mampu mendegradasi protein ("proteolitik").

Pepaya gunung diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng. Sekarang "carica" menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu.

Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida "Babaco", sejenis pepaya yang populer di Amerika Selatan.

3.Purwaceng

Purwaceng (Pimpinella Pruatjan) tumbuhan herbal dari genus Apiaceae. Terkenal karena khasiatya yang dapat meningkatkan stamina bagi si peminum. Biasanya diolah dalam bentuk bubuk purwaceng, kopi purwaceng dan susu purwaceng.

4.Tempe Kemul

Tempe Kemul adalah makanan ringan yang terbuat dari tempe yang digoreng dengan dibalut gandum. Kemul dalam bahasa Jawa berarti selimut. Makanan ini umumnya disuguhkan dalam keadaan panas. Di beberapa daerah, tempe


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

kemul dikenal dengan istilah tempe mendoan, hanya saja kalau mendoan umumnya dimasak dalam keadaan setengah matang.

Di Wonosobo, tempe kemul banyak dijual di kaki lima, seperti misalnya bakso atau mi ongklok tetapi terkadang juga dijual tersendiri. Makanan ini sangat digemari masyarakat Wonosobo termasuk juga turis, baik mancanegara atau domestik.

5.Opak

Opak dibuat dari singkong rebus yang ditumbuk, diberi garam dan daun kucai, dibentuk tipis-tipis, dijemur lalu digoreng. Namun tidak semua opak diberi daun kucai. Opak adalah kerupuk khas Wonosobo. Pusat produksinya ada di desa Jolontoro kecamatan Sapuran. Di pasaran dijual matang maupun mentah. Jika anda menggoreng sendiri, jangan sampai gosong. Sebab dengan minyak yang cukup panas, opak mentah kering akan matang hanya dalam waktu kira-kira 7 detik. Sekali goreng, kira kira satu genggam. Opak cocok untuk hidangan di rumah, lebih enak sambil minum teh.

Ada yang menjual per kilogram, ini opak yang diurai. Ada juga opak yang dirangkai dengan tali bambu. Harganya pun berbeda-beda. Yang bagus ada yang Rp. 7.000,- per/kg. Satu kilogram opak mentah jika digoreng semua, bisa mengembang menjadi dua atau tiga toples besar.

Mungkin anda belum kenal kucai. Kucai adalah tanaman sayur hijau, mirip daun loncang namun kecil seperti rumput. Aromanya khas, apalagi setelah matang. Di Wonosobo sering dijumpai di pasar tradisional maupun di supermarket. Di supermarket kota-kota besar juga banyak yang jual.


(45)

commit to user

Opak dapat anda beli di pertokoan yang menyediakan makanan oleh-oleh. Paling banyak di kecamatan Kertek, di pinggir jalan raya utama Semarang-Puwokerto. Namun jika anda sempat, di supermarket atau di pasar tradisional banyak dijual

6.Kripik Jamur

Sesuai dengan namanya, keripik jamur adalah jamur yang dibuat menjadi keripik. Di Wonosobo, sejak dulu budidaya jamur sudah tidak asing lagi. Selain sebagai bahan makanan basah, kini masyarakat Wonosobo sudah lebih inovatif dengan mengolah jamur menjadi keripik

H. Fasilitas Penunjang Wisata Kabupaten Wonosobo 1.Hotel

Sebagai daerah tujuan wisata, Wonosobo memiliki banyak hotel. Ada banyak pilihan, mulai dari hotel berbintang sampai hotel melati. Sebagian besar hotel-hotel ini terletak di dalam kota Wonosobo. Dengan demikian ketika menginap di hotel ini, anda dapat menikmati suasana kota Wonosobo sambil jalan-jalan. Berikut ini daftar hotel yang ada di Wonosobo. Untuk booking atau informasi lebih lanjut, dapat hubungi hotel yang kita inginkan.

Nama Hotel Type/Star Alamat Phone (0286) Kamar Bed

1 Kresna Bintang IV Jl. Pasukan Ronggolawe No. 30 324111 115 193

2 Surya Asia Bintang II Jl. A. Yani No.137 322992 58 98

3 Bhima Bintang I Jl. a. Yani 321233 49 98

4 Sri Kencana Bintang I Jl. A. Yani No. 81 321551 40 80

5 Parama Bintang I Jl. A. Yani No. 112 321788 35 70

6 Arjuna Bintang I Jl. Sindoro 321389 20 40

7 Dewi Bintang III Jl. A. Yani 321813 55 300


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

9 Nirwana Melati III Jl. Resimen 18 No. 36 321066 25 46

10 Duta Melati II Jl. R S U No. 3 321674 14 21

11 Petra Melati II Jl. A. Yani No.97 321447 20 36

12 Dieng Melati I JL. Bayangkara No. 39 322035 7 14

13 Asri Melati I Jl. Resimen 18 322476 3 6

14 Familiy Melati I Jl. Sumbing No. 16 321396 12 27

15 Pendawa Lima Melati I Jl. Resimen 18 No. 46 321257 18 44

16 Sindoro Melati I Jl. Sumbing No. 14 321179 20 44

17 Widuri Melati I Jl. Resimen 18 No. 44 - 10 16

18 Surya Melati I Jl. A. Yani No.6 - 6 12

19 Surabaya Melati I Jl. Raya Dieng 321181 23 45

20 Jawa Tengah Melati I Jl. A. Yani No. 62 - 5 11

21 Asri Dieng Melati I Jl. Telaga Warna, Dieng - 16 25

22 Rahayu Melati I Jl. Resimen 18 No. 50 322431 12 17

23 Bu Djono Melati I Dieng - 6 11

24 Lestari Melati I Dieng - 5 5

25 Mandala Wangi Melati II Jl. Bambang Sugeng Km 4 Mendolo 321813 27 44

26 Dieng Plateau Melati II Jl. Raya Dieng No. 16 - 10 12

27 Slamet Melati I Jl. M. Bambang Sugeng - 12 15

Sumber: Dinas Pariwisata Wonosobo 2.Restoran dan Warung Makan

Di Kabupaten Wonosobo dapat kita jumpai banyak sekali restoran atau warung makan dengan berbagai pilihan masakan. Karena Wonosobo menjadi salah satu tempat tujuan wisata maka usaha tempat makan di sini sangat berkembang cepat, restoran dan warung makan yang dapat kita jumpai di sini antara lain :

No Rumah Makan/Restoran Alamat No. Telephone Masakan 1 Restoran Asia Jl. Angkatan 45 No. 43 (0286) 21165

Eropa, Cina, Indonesia

2 Dieng Kledung Pass Jl. Parakan Km. 17 (0286) 21266-21433

Eropa, Cina, Indonesia

3 Shanti Rahayu Jl. Ahmad Yani (0286) 21337

Eropa, Cina, Indonesia

4 Gudeg Jl. Ahmad Yani No. 143 (0268) 21443 Indonesia

5 Mirasa Jl. Jl. Ahmad Yani (0286) 21165

Eropa, Cina, Indonesia

6 Citra Minang Jl. Ahmad Yani (0286) 21154

Indonesia Padang


(47)

commit to user

7 Cicilia Jl. Sumbing No. 84 (0286) 22652 Indonesia

8 Eco Jl. Resimen 18 Indonesia

9 Sari Rasa Jl. Bhayangkara (0286) 21475 Indonesia

10 Mbak Us Jl. S. Parman Indonesia

11 Mbak Tri Jl. S. Parman Indonesia

12 Sate Banyumas Jl. Sumbing No. 84 (0286) 21504 Indonesia

13 Gayatri Jl. Parakan Km. 10 Indonesia

14 Senang Jl. Jl. Dieng Kejajar Indonesia

15 Madekur Jl. Jl. Dieng Indonesia

16 Selera Jl. Jl. Dieng (Kalianget) (0286) 22345 Indonesia 17 Belimbing

Jl. Raya Banjarnegara Krasak

Selomerto Km. 8 Indonesia

18 Sederhana

JL. Raya Banjarnegara Selomerto

Km. 6 Indonesia

19 Tumbuh Lagi

Jl. Raya Banjarnegara Selomerto

(Km. 6) (0286) 23415 Indonesia

20 Inti Sari Jl. Ahmad Yani (0286) 21415 Indonesia

21 Asri Jl. Mayjen Bambang Sugeng Indonesia

22 Argopeni Jl. Argipeni No. 2 (0286) 21415 Indonesia 23 Tawang Jl. Raya Banjarnegara Km. 3 (0286) 21769 Indonesia

24 Pak Muhadi Jl. Ahmad Yani Indonesia

25 Murah Meriah Jl. Raya Magelang Km. 6 Kertek Indonesia

26 Sate Sari Rasa

Jl. Jl. Raya Magelang Km. 5

Kertek (0286) 321415 Indonesia

27 Barokah Jl. Raya Banjarnegara Km. 6 Selomerto

Indonesia

28 Cita Rasa Jl. Ahmad Yani No. 94 (0286) 321384 Indonesia

29 Mie Ongklok Jl. Pasukan Ronggolawe Indonesia

30 Sileri Jl. Raya Dieng Bugangan Indonesia

31 Bu Hari Jl. Masjid Indonesia

32 Langgeng Jl. Masjid Indonesia

33 Sukasari Jl. Raya Banyumas Km. 3 Indonesia

34

Warung Tenda dan

Jajanan di sepanjang jalan Pramuka Indonesia

(buka Pukul 16.00-21.00)

35 Sate Sari Rasa Jl. Raya Magelang Km. 5 Kertek Indonesia 36 Sate Mekar Sari Jl. Raya Magelang Km. 5 Kertek Indonesia 37 Barokah

Jl. Raya Banjarnegara Km. 6

Selomerto Indonesia

38 Cita Rasa Jl. Ahmad Yani No. 94 (0286) 321384 Indonesia

39 Sari Raos Jl. Raya magelang Km. 5 Bojasari Indonesia

40 Bu Hari Jl. Masjid Indonesia

41 Langgeng Jl. Masjid Indonesia

42 Sukasari Jl. Raya Banyumas Km. 3 Indonesia

43 Ayam Goreng Bu Titik Bogangan Indonesia


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Dari daftar Hotel dan Restoran diatas maka kita tidak akan merasa kesulitan ataupun bingung saat kita berwisata di Wonosobo, karena banyak sekali pilihan Hotel dan Restoran yang dapat menjadi pilihan kita sesuai dengan selera kita.


(49)

commit to user

BAB III

ANALISIS PENGEMBANGAN

KEPARIWISATAAN KAWASAN WISATA DIENG

A. Atraksi Wisata Kawasan Wisata Dieng.

Atraksi adalah daya tarik wisata atau segala sesuatu yang bisa membuat turis tertarik untuk mengunjungi suatu tempat wisata dan merupakan alasan utama wisatawan asing melakukan perjalanan ke tempat tersebut, sehingga atraksi merupakan faktor penarik utama dalam kegiatan pariwisata. Atraksi ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Atraksi Wisata Alam

Atraksi alam adalah atraksi yang ada secara alami dan bukan merupakan ciptaan dari manusia. Ketika berbicara mengenai atraksi alam ini Kawasan Wisata Dieng mempunyai banyak sekali obyek wisata alam seperti Telaga, Kawah, Gua, Sumber Air Panas, Air Terjun dan sebagainya. Obyek-obyek wisata alam di Kawasan Wisata Dieng ini tersebar di dua kabupaten yaitu Wonosobo dan Banjarnegara. Adapun obyek – obyek wisata alam tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini

a. Tuk Bima Lukar

Merupakan objek sumber mata air dari sungai Serayu, konon pada waktu itu antara Pendawa dan Astina bersama-sama mengadakan perlombaan mencari mata air. Tuk Bima Lukar adalah mata air yang ditemukan oleh pihak Pendawa sedangkan Astina menemukan mata air sungai Bogowonto di


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

daerah Wonosobo pula.

Tatkala sang Bima dari Pendawa menemukan Tuk Bima Lukar dilihatnya ada seorang gadis cantik yang sedang mandi di sana, karena terpesona melihat kecantikan sang puteri berkatalah dia Siro Ayu yang artinya kamu cantik dari kata Siro Ayu tersebuttimbullah kata Serayu untuk memberi nama aliran mata air itu hingga sampai sekarang sungai itu masih tetap mengalir dan mengunakan nama yang sama. (sumber : Buku pa ndua n wisata Ja wa Tengah ta hun 2000).

b. Kawah Si Kidang

Merupakan lubang yang berisi gas dan cairan belerang panas, kawah ini selalu berpindah-pindah dari waktu ke waktu. Alkisah tersebutlah seorang raja yang berbadan manusia dan berkepala kidang berkuasa di sana ketika pada suatu peperangan akibat ekspansi dari kerajaan tetangganya dia mengalami kekalahan. Oleh raja yang menang dia mendapatkan hukuman yang sangat berat yakni di perintahkan untuk membuat sumur yang digalinya sendiri. Karena ia inggin membalas dendam atas perlakuan yang diterimanya, bertapalah raja itu dalam tanah. Oleh dewa dia diharuskan bertapa selama 100 hari, setelah itu retaklah sumur itu sedikit demi sedikit yang ahirnya menjadi ledakan yang dasyat dan keluarlah lahar dari sana. Itulah sebabnya yang hingga sekarang di beri nama Si Kidang. (sumber : Buku panduan wisata Ja wa Tenga h ta hun 2000).

c. Telaga Warna dan Telaga Pengilon

Letaknya berada di kompleks Cagar Alam Dieng, warna yang ada disana adalah diakibatkan adanya air belerang yang muncul di permukaan air.


(51)

commit to user

Kedua Telaga ini dahulu merupakan satu telaga saja, karena terbentungnya sungai Tulis oleh Lava maka telaga ini terpisah menjadi dua sampai sekarang. (sumber : Buku pa nduan wisata Ja wa Tengah tahun 2000).

d. Telaga Cebong

Terletak di desa sambungan ( desa tertinggi di jawa tengah ) ±2300m dari permukaan laut. Bentuknya seperti cebong(anak katak) luasnya 10ha. Telaga ini merupakan cekungan dikelilingi oleh permukaan bukit antara lain : Gunung Pakuwajo, Gunung Prambanan, dan Gunung Sidede terjadi karena pemunculan air tanah. (sumber : Buku panduan wisata Ja wa Tengah tahun 2000).

e. Batu Semar

Terletak di kompleks Hutan Wisata Dieng merupakan batu besar dengan ukuran 36M³ dan di situ secara ilmiah terukir sebuah profil yakni profil manusia, sehingga batu tersebut ada yang memberi nama batu Semar. Di samping itu konon di sana pernah ditemukan sebuah prasasti yang bertuliskan huruf sansekerta dengan demikian pula nama lain dari batu tadi adalah batu tulis. (sumber : Buku pa nduan wisata Ja wa Tengah tahun 2000).

f. Gua Sumur

Letaknya bersebelahan dengan Gua Semar. Sebelum orang bertapa di Gua Semar terlebih dahulu harus membersihkan diri(mandi) di dalam sumur yang ada di dalam gua, dengan demikian tak lupa membakar dupa, menabur bunga talon , dan uang logam. (sumber : Buku pa nduan wisata Ja wa Tenga h tahun 2000).


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

g. Gua Semar

Terletak di Hutan Wisata Dieng. Gua ini sering digunakan untuk bertapa di samping itu bagi mereka yang menginginkan segala permohonannya terkabul bias juga melalui juru kunci yang ada di sana. (sumber : Buku panduan wisata Ja wa Tenga h ta hun 2000).

h. Gua Jaran

Berdekatan dengan Gua Sumur. Konon pada saat itu ada seekor kuda betina yang karena kemalaman berada di dekat gua dan menginap disana. Dengan tak disadari sekeluar dari gua tersebut kedapatan kuda tersebut telah mengandung. Oleh sementara orang yang belum dikaruniai putera, gua jaran tersebut sering digunakan untuk memohon dengan jalan agar segera punya anak. (sumber : Buku pa ndua n wisata Ja wa Tenga h ta hun 2000).

i. Telaga Menjer

Merupakan telaga alami terluas di Kabupaten Wonosobo, berada pada ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut dengan luas 70 hektar dan kedalaman air mencapai 45 meter. Telaga Menjer terletak di desa Maron kec. Garung 12 Km sebelah utara kota Wonosobo.

Sisi utara telaga ini berupa pegunungan yang ditumbuhi tanaman hijau termasuk kebun teh. Sementara itu di sisi selatan dibatasi oleh tanah miring berbatu-batu. Sepintas lalu jika diamati, kemungkinan pada jaman purba ini merupakan kawah dan saat ini sudah tidak aktif sehingga air tertampung di dalamnya.

Dengan air yang luas dan jernih, alam yang tenang dan pegunungan yang mengelilinginya, Telaga ini menyuguhkan suasana damai. Lebih indah lagi


(53)

commit to user

ketika langit cerah dipagi hari dibarengi oleh tiupan angin segar perlahan-lahan. Di tepian telaga banyak ditanam pohon pinus, sehingga suasana semakin indah. Di telaga ini, anda dapat naik rakit berkeliling telaga.

Telaga ini sering dikunjungi anak-anak muda baik lokal maupun dari luar kota. Memang letaknya dekat dengan kota Wonosobo. Mereka biasanya berombongan naik sepeda motor. Sepeda motor merupakan sarana yang paling mudah untuk menuju tempat ini.

Banyak juga mereka yang hobi memancing menyalurkan hobinya di telaga ini. Sebagian penduduk sekitar juga ada yang mencari ikan di telaga ini. Air dari telaga ini cukup besar, oleh sebab itu air dari telaga ini digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, dikenal dengan PLTA Garung. (sumber :

Buku panduan wisa ta Ja wa Tengah tahun 2000).

2. Atraksi Wisata Budaya

Atraksi budaya merupakan daya tarik yang berupa hasil olah budi manusia, seperti kesenian (seni pertunjukan dan seni kerajinan), peninggalan bersejarah, adat istiadat masyarakat (upacara tradisional, tata kehidupan sehari-hari),. Adapun aneka atraksi budaya kawasan dataran tinggi Dieng adalah :

a. Hari Jadi Kota Wonosobo

Peringatan hari jadi kota Wonosobo jatuh pada tanggal 24 Juli, selalu dimeriahkan dengan festival dan karnaval dari instansi pemerintahan dan masyarakat Wonosobo sendiri, selain itu juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi wisata antara lain prosesi kirab, lomba seni, ruwatan, lepas balon udara tradisional dan lain-lain.


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

b. Tenong Suran

Ini adalah upacara tradisi yang di rayakan sebagai upacara peringatan hari jadi dusun Gianti, Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto. Upacara ini dilaksanakan pada bulan sura dilaksanakan dengan merdi desa yang disertai upacara tenongan kemudian dilanjutkan dengan pagelaran seni tradisional semalam suntuk.

c. Tradisi Cukur Gembel

Anak – anak berambut gembel terbilang langka dan jarang kita jumpai seantero wilayah Nusantara ini. Sebagian besar dapat kita temukan di wilayah Kabupaten Wonosobo dan sebagian di Kabupaten Banjarnegara serta di lereng Merbabu. Ruwatan Cukur Rambut Gembel secara tradisional hingga kini masih berjalan turun temurun, terutama di Dataran Tinggi Dieng dan Lereng Sindoro Sumbing. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo meramu kegiatan tradisi ini menjadi aset budaya daerah melalui kegiatan tahunan Subdin. Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Anak berambut gembel memiliki karakter dan perilaku yang berbeda dari kebiasaan anak seusianya. Kalau tidak energik, nakal, berjiwa heroik, suka mengatur akan muncul perilaku yang diam, pemalu, susah bergaul dengan dunia luar. Kondisi kejiwaan ini diyakini masyarakat lebih pada kekuatan mitos dimana gejala kejiwaan yang muncul sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik rambut yang tumbuh gembel. Lebih jauh berpangkal pada mitos menceritakan bahwa rambut gembel itu merupakan “ TITIPAN “. Sudah barang tentu karena itu hanya merupakan titipan suatu saat akan diambil kembali oleh yang empunya. Kecenderungan tipe sikap demikian yang


(55)

commit to user

terbelenggu oleh daya nalar yang terbatas terbentuklah sikap menerima dengan sepenuh hati. Van Peursen menyebutnya dengan istilah “ sikap mistis “ dimana sikap manusia yang merasakan dirinya terbelenggu oleh kekuatan – kekuatan gaib disekitarnya.

Kondisi anak yang begitu selanjutnya disebut anak “ SUKERTA “ yaitu anak yang di cadangkan menjadi mangsa Batharakala(pengaruh budaya wayang).Untuk melepaskan dan mengangkat kembali anak dari kondisi sialnya itu atau membersihkan sesukernya(gembelnya) harus dilakukan upacara Ruwatan.

Ruwatan berasal dari kata Ruwat yang artinya melepaskan yaitu melepaskan dari nasib sialnya, dari kondisi terbelenggu adat, melepaskan dari karakteristik anak yang cenderung aneh agar kembali tumbuh normal sebagaimana anak yang lain. Acara Ruwatan tidak dapat dipaksakan oleh orang tuanya tetapi setelah anak mengajukan permintaan sebagai persyaratan khusus yang disebut “BEBANA“ atau permintaan. Dari pengalaman masa lalu yang pernah dilakukan Dinas Pariwisata sangatlah beragam bebana yang dimintanya, dan kitapun sebagai pelayan hanya mengiyakan dan berusaha memenuhinya. Sebab kalau tidak dipenuhi rambut gembel yang telah dicukurnya akan tumbuh kembali dan kondisi kesehatan akan terganggu, badan akan terasa panas dingin bahkan sampai ada yang mengigau dan kejang – kejang.

Pada situasi demikian muncul bayangan seperti dikejar – kejar ular raksasa yang siap menerkamnya, tak khayal kalau kemudian “clemang – clemong “ (mengigau) muncul sederetan kata – kata diluar kontrol yang itu justru


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dipercayai sabda sang gaib. Kalau sudah demikian orang tua dan sesepuh hanya akan takut, bingung dan mencermati, mendengarkan serta berusaha untuk memenuhi agar anaknya selamat. Ular hanya akan takut dengan api, maka dalam asesoris yang nampak pada lokasi pelaksanaan ritual itu ada tiga buah naga raksasa suatu penggambaran bentuk perwujudan binatang yang sering mengganggu. Di dalam sendang dipancangkan lima bola api yang mengandung makna dari “Keblat Papat Kalima Pancer“ telah di tangkal dengan api agar tidak mengganggu jalannya upacara ritual terlebih anak yang akan diruwat.

Dipilihnya tempat pelaksanaan di Sendang Kaligondang karena dilokasi ini diyakini penduduk setempat merupakan cikal bakal berdirinya Desa Sendangsari, kecuali itu sendang ini lazim digunakan ritual – ritual lain, airnya jernih tetapi berasa asam. Pemilihan nama desa itupun mengalami pergantian hingga tiga kali. Pada mulanya dinamakan Kaputihan, dalam kurun waktu sekian lama diganti dengan Wiladabanyu dan akhirnya dipilih hingga sekarang dengan nama Sendangsari.

Tipe rambut gembel dapat dibedakan dari dua golongan besar yaitu menurut jenis rambut dan letak tumbuhnya.

Menurut Jenis rambutnya ada tiga model :

1.“Gembel Pari“ yaitu model gembel yang tumbuh memanjang membentuk ikatan rambut kecil – kecil menyerupai bentuk padi. Tipe ini berasal dari jenis rambut lurus dan tipis.


(57)

commit to user

2.“Gembel Jatha“ yaitu corak gembel yang merupakan kumpulan rambut gembel yang besar – besar tetapi tidak lekat menjadi satu. Jenis ini berasal dari rambut lurus dan tebal.

3.“Gembel Wedhus/Gembel Debleng“ yaitu model gembel yang merupakan kumpulan rambut besar – besar menjadi satu menyerupai bulu domba. Tipe ini berasal dari rambut berombak / kriting.

Sedangkan menurut letak tumbuhnya :

1. “Gembel Gombak“ yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya dibagian belakang kepala.

2. “Gembel Pethek“ yaitu tipe gembel yang tumbuhnya dibagian samping kepala diatas telinga.

3. “Gembel Kuncung“ yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya di daerah ubun – ubun bagian tengah agak kedepan bagian kepala.

(sumber: Dinas Pa riwisata Wonosobo)

d. Tari Jaran Kepang

Biasanya dibawakan oleh 7 orang penari, satu penari sebagai plandang (pemimpin) dan enam lainnya sebagai prajurit. Tarian ini didasarkan pada Legenda Raden Panji Asmoro Bangun yang sedang mencari kekasihnya yang bernama Dewi Sekartaji.

Para penari menaiki jaran (kuda) yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Pemimpin tari biasanya membawa pecut/cemeti atau cambuk yang biasa digunakan alat bantu dalam mengendalikan kuda. Tarian ini disebut juga jathilan.


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

e. Tari Lengger

Berasal dari kata "le", panggilan untuk anak laki-laki dan "ger" dari kata geger yang artinya gaduh. Tarian lengger ini mulanya dibawakan oleh laki-laki yang dirias seperti wanita dan dibawakan oleh sembilan penari. Ada sejenis tarian lain serupa yaitu "Gambyong Lengger" yang biasanya disajikan sebagai tari untuk sambutan

f. Tari Angguk

Tari Angguk merupakan tarian dimana penarinya mengangguk-anggukkan kepala. Kostum yang dipakai mirip kostum prajurit Belanda tempo dulu. Tarian dan lagu yang dibawakan bernafaskan Islam. Jenis tarian ini mirip sekali dengan tari Ndolalak di Kabupaten Purworejo dan Kulon Progo Yogyakarta.

g. Peningalan Bersejarah

Kompleks candi Arjuna terletak di tengah-tengah dataran. Tentunya dahulu sangat sulit untuk membangunnya, karena letaknya di daerah rendah yang sebelumnya penuh air. Lagi pula bangunan-bangunan candi di kompleks Arjuna ini didirikan langsung di atas permukaan tanah, meskipun tanah yang dimaksud tanah keras berupa konglomerat kompak. Sedangkan pada umumnya bangunan candi selalu didirikan dengan pondasidibawah tanah, karena bangunan dibuat dari bahan batu, yang tentu sangat berat. Dengan demikian dapat diduga bahwa para pendiri candi ini adalah orang-orang yang sangat ahli dalam kontruksi.

Yang menarik dari Komplek Candi Arjuna ini adalah candi-candi yang berdiri berderet kea rah utara-selatan dan memiliki arsitektur yang


(59)

berbeda-commit to user

beda. Candi-candi tersebut adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Sedangkan Candi Semar berdiri di depan Candi Arjuna.

1. Candi Arjuna

Candi Arjuna terdapat di barisan paling utara dari kelompok Candi Arjuna. Candi ini mempunyai denah bujur sangkar 6 x 6 m, pembuatannya memakai batu andesit. Pintu masuk berada di sebelah barat, dihiasi dengan kepala kala di bagian atasnya. Dan di bagian pipi tangga candi juga terdapat hiasan berupa kala makara. Di dinding tubuh candi terbagi menjadi tiga bidang yang dibatasi oleh pilaster-pilaster dan dindig ini mempunyailima relung. Diatas relung di hiasi dengan ka la ma rka, sedangkan dibawah relungnya terdapat lapik arca. Namun sekarang ini arcanya sudah tidak ditemukan lagi. Di bawah relung bagian utara terdapat jaladwara yang berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air suci yang telah digunakan untuk membasuh arca yang ada di dalam bilik candi tersebut. Di dalam candi ditemukan yoni, tapi lingga atau arca yang diatasnya sudah tidak ditemukan lagi. Atap Candi Arjuna terdiri atas tiga tingkat. Dan masing, tingkat satu dan dua di masing-masing sisinya terdapat relung yang dihiasi kala makara.bingkai atas dihiasi antefiks, dan pada bagian sudut dihiasi dengan menara sudut. Puncak atap tidak diketahui, karena sudah runtuh. Suasana keseluruhan candi karena telah bocor (rembes) sehingga lembab dan berlumut, sehingga kian terasa suasana magisnya. Di Candi ini masih sering ditemukan bunga dan sisa pembakaran kemenyan(dupa).(sumber : Buku Dieng Poros Dunia )


(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi arjuna. Berdenah segi panjang dengan ukuran 7 x 3,50 m, terbuat dari batu andesit. Pintu masuk candi ini menghadap ke arak timur dan pintu tersebut mempunyai hiasan ka la ma kara. Sedangkan pada bagian kaki berupa pa dma tidak memiliki hiasan. Dinding tubuh candi yang panjang memiliki tiga bidang penghias. Pada bagian tengah masing-masing bidang memiliki relung, sementara itu bilik candinya dalam keadaan kosong. Berdasarkan bentuknya diperkirakan bilik candi itu dahulunya berfungsi sebagai tempat untuk berbagai alat upacara. Sedangkan atap candi berbentuk melengkung ke atas menyerupai padma yang besar dan bingkai atasnya dihiasi antefiks. Bagian puncak atas, tidak diketahui bentuknya lagi, karena dibagian tersebut sudah mengalami keruntuhan. Melihat bentuk bangun arsitekturalnya yang sederhana, candi ini dimungkinkan merupakan candi tertua di antara candi-candi lainnya. Meski ada pendapat yang menyatakan Candi Arjuna yang paling tua.(sumber: Buku Dieng Poros Dunia )

3. Candi Srikandi

Candi ini masih termasuk dalam komplek Candi Arjuna. Candi ini berdenah bujur sangkar dengan ukuran 3,84 x 3,84 m. bagian bagian batur candi ini tidak memiliki hiasan dan penampil, sedangkan bagian depan candi posisinya agak menjorok keluar yang fungsiny sebagai tanda masuk candi. Kondisi tangga dan pintu masuk candi, sudah rusak tetapi masih tetap kelihatan bagian ambang pintu atas dan bawahnya. Di atas pintu masuk terdapat hiasan berupa kepala kala. Sedangkan diantara bagian kaki dan tubuh candi dipisahkan oleh pelipit yang memanjang. Pada bagian tubuh candi trdapat


(61)

commit to user

hiasan berupa pilar-pilar yang bentunya menyerupai tiang pada sebuah bangunan kayu. Sisi bagian barat digunakan sebagai pintu masuk, sedangkan sisi bagian utara, timur dan selatan digunakan untuk meletakkan tiga tokoh dewa. Yakni Dewa Wishnu, Dewa Shiwa dan Dewa Brahma. Ketiga dewa itu dipahatkan dalam bentuk relief tinggi yamg terletak pada bagian tenggah tubuh candi. Ketiga relief tersebut adalah : a) relief Dewa Wishnu terdapat pada dinding tubuh candi bagian utara, b) Dewa Shiwa terdapat pada dinding tubuh candi sisi timur. Keadaan relief ini sudsh rusak. Namun masih dapat diamati melalui beberapa atribut yang disandangnya, c) relief Dewa Brahma terdapat pada dinding candi sebelah selatan. Bilik candi keadaannya sudah kosong. Sedangkan lantai dasar candi sudah hilang. Dan diatas permukaan tanah candi tersebut yakni pada sisi utara bagian tenggahnya terdapat sebuah lobang yang bisa menembus dinding tubuh candi. Batas antara bagian tubuh dan atap candi berupa pelipit. Pelipit dasar bagian utama memuat pahatan antefiks pada bagian tenggahnya yang diapit oleh hiasan ceplok bunga dan bagian bidang-bidang kaki candi dihiasi dengan bentuk belah ketupat yang diisi dengan hiasan bunga. Di sisi tenggara candi juga terdapay sebuah puncak yang sudah runtuh dan diperkirakan bahwa puncak tersebut sebagai puncak dari candi Srikandi. (sumber : Buku Dieng Poros Dunia )

4. Candi Puntadewa

Candi ini terletak di sebelah selatan Candi Srikandi, berdenah buur sangkar dengan ukuran 4,4 x 4,4 m. Candi ini memiliki bentuk kaki yang tinggi, sehingga secara keseluruhan bangunan candi ii kelihatan tinggi dan langsing. Kondisi candi yang demikian juga disebabkan oleh beberapa batu kaki candi


(1)

commit to user

o Minimnya aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan di Kawasan wisata

Dieng menyebabkan lama tinggal wisatawan di ODTW cenderung singkat sehingga uang yang mereka keluarkan juga tidak banyak.

J. Hasil Wawancara Dengan Pengunjung Objek Wisata Dataran Tinggi

Dieng

Dari hasil wawancara dengan tiga pengunjung di objek wisata yang berbeda.yang pertama dengan Bpk. Mulyo dari Bogor yang sedang berkunjung di kawasa candi Dieng, menuurt Bapak Mulyo bahwa harga tiket masuk kawasan Dieng cukup terjangkau dan mempermudah pengunjung karena hanya menggunakan sistem 1 tiket untuk beberapa kawasan objek wisata dengan ditunjang dengan kondisi jalan yang cukup bagus dan lebar, tapi ada sepanjang jalan antara wonosobo menuju Dieng udara tercemar dengan bau pupuk organik ( pupuk kandang).

Berbeda dengan pendapat Bapak Budi dari Jogjakarta yang berkunjung di Telaga Warna menyebutkan jalan akses menuju Dieng kurang lebar dan banyak hambatan karena adanya pasar tumpah dan banyaknya kendaraan yang parkir di pinggir jalan, selain itu petunjuk jalan kurang jelas sehingga membingungkan. Dieng Teaternya bagus/lumayan tetapi kawasan terlalu kotor, apalagi ketika masuk ke Dieng, langsung melihat sampah disamping kiri jalan ( Bau Lemi ), jalan kanan kiri wisata rusak.

Sedangkan menuru Imam wisatawan dari magelang, objek wisata Telaga Warna bagus, Cuma agak sedikit kotor, sedangkan di komplek Candi arjuna bersih dan indah, jalan menuju ke Kawasan Dieng juga sudah lumayan bagus,


(2)

commit to user

tapi bau pupuk kandang di sekeliling jalan menuju Kawasan wisata dieng sangat tidak menyengat sekali.

Menurut wawancara dengan Ibu Atin dari serang yang sudah dua kali mengunjungi objek wisata Dieng menyebutkan bahwa objek wisatanya bagusan dulu waktu pertama dia mengunjungi objek tersebut, selain itu juga kotor dan tidak terurus, tapi masalah tiket masih terjangkau.

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa banyak sekali yang perlu dibenahi oleh pemerintah setempat agar wisatawan menjadi nyaman dan betah saat berkunjung ke Wonosobo terlebih lagi di Kawasan wisata Dieng. Masalah yang perlu dibenahi antara lain kurang jelasnya penunjuk arah, dijaganya kebersihan objek wisata, serta sosialisasi terhadap masyarakat terhadap pupuk kandang agar tidak terlalu bau dan agar tidak mengangu perjalanan wisatawan yang ingin berkunjung ke kawasan Dieng

K. Retribusi Dan Tiket Masuk Kawasan Dieng

Untuk memasuki Kawasan Dieng para wisatawan harus membayar retridusi dan tiket masuk kawasan dieng tersebut. Tapi retribusi dan tiket masuk tersebut sangat terjangkau bagi para wisatawan kita hanya mengeluarkan Rp 2000,00 untuk membayar retribusi untuk satu orang dan untuk satu kali kunjungan itu sudah termasuk asuransi jiwa, setelah itu kita membayar tiket terusan sebesar Rp 12.000,00 tiket ini digunakan untuk memasuki empat kawasan wisata yaitu Komplek Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Telaga Warna dan Pengilon, dan Dieng Plateo Theater. Khusus untuk Telaga Warna kita membayar tiket masuk lagi sebesar Rp 2.000,00


(3)

commit to user

selain itu juga untuk menonton film di dalam Dieng Plateo Theater kita membayar tiket sebesar Rp 3.000,00. Ini adalah harga yang terjangkau bagi wisatawan, karna dengan harga tiket yang relatif terjangkau kita bisa menikmati dan melihat pemandangan alam yang sangat indah.


(4)

commit to user 93 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa dataran Tinggi Dieng mampu menarik minat wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara, hal tersebut berpengaruh terhadap pendapatan kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo. Dengan banyaknya jumlah pengunjung berarti pendapatan semakin meningkat baik di daerah Dieng maupun daerah sekitar objek wisata tersebut.

Dataran Tinggi Dieng mempunyai peranan penting dalam pengembangan wisata alam dan budaya di Kabupaten Wonosobo dengan berbagai aneka keragaman dan keunikan yang di sajikan Dataran Tinggi Dieng untuk menarik wisatawan.

Permasalahan yang dihadapi Kawasan Wisata Dieng sebagian besar mengarah pada perbaikan atraksi dan pengadaan infrastuktur yang mendukung aktifitas pariwisata, selain itu juga kurangnya informasi dan promosi mengakibatkan banyak wisatawan yang berkunjung mengeluh karena tidak adanya informasi yang dapat menemani perjalanan atau aktifitas selama berwisata di Kawasan Dieng serta kurangnya infirmasi atau publikasi mengenai waktu diadakannya acara-acara budaya sehingga wisatawan tidak bias mengikuti acara budaya-budaya tersebut.


(5)

commit to user B. Saran

Dari hasil anailisa mengenai kajian Kawasan Wisata Dieng, berikut ini adalah beberapa saran yang dapat digunakan untuk perbaikan pengembangan Kawasan Wisata Dieng.

1. Pengelola harus lebih bekerja keras lagi untuk semakin mengembangkan

potensi objek wisata Kawasan Dieng

2. Perlu dilakukannya promosi-promosi untuk meningkatkan kunjungan

wisatawan

3. Semakin di perbaikinya fasilitas serata sarana penunjang yang ada di

kawasan Dieng dan sekitarnya.

4. Dibuat buku panduan praktis bagi wisatawan mengenai objek wisata di

kawasan Dieng yang semakin mempermudah serta memberikan penjelasan tentang mitos, cerita dan sejarah di kawasan Wisata Dieng.

5. Perlu lebih diperhatikan lagi tentang kebersihan dan perawatan sarana

wisata yang ada, karena ini mempengaruhi dalam kenyamanan pengunjung.

6. Adanya agenda-agenda khusus tentang event-event wisata seperti

peringatan Tenong 1 Sura, Tradisi Cukur Gembel serta atraksi-atraksi wisata lainnya sebagai suguhan bagi para wisatawan.

7. Tingkat keselamatan bagi wisatawan pada obyek wisata yang di angap

rawan bagi keselamatan seperti pada Kawah atau Telaga.

8. Adanya took-toko souvenir dan makanan khas Wonosobo sebagai


(6)

commit to user

Dengan begitu Dataran tinggi Dieng dalam peranannya terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya menjadi meningkat. Serta menjadikan daerah Wonosobo dan Dataran Tinggi Dieng menjadi salah satu daerah Tujuan Wisata yang menarik serta diminati oleh wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan manca Negara. Dengan begitu dapat meningkatkan angaran penghasilan daerah yang dapat digunakan untuk mengelola Daerah Tujuan Wisata tersebut serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar.