commit to user 26
candi telah berubah dari tempat pemujaan menjadi tempat wisata. Hal ini berbeda dengan kondisi dari Candi Borobudur, dimana pada hari Waisak
masih digunakan bersama bagi pemeluk agama Budha. Candi di kawasan Dieng tidak lagi sebagai tempat pemujaan melainkan hanya sebagai tempat
untuk sembahyang bagi masyarakat Hindu, khususnya masyarakat Bali. Tidak adanya kaitan spiritual antara masyarakat dengan candi yang berada
di kawasan tersebut maka dapat menimbulkan kendala bagi pemeliharaan situs tersebut, oleh karena itu perlu dikembangkan pemeliharaan dan pelestarian
candi bagi masyarakat di kawasan tersebut sebagai kawasan bersejarah dan kawasan wisata.
E. Tinjauan budaya dan kesenian masyarakat terhadap kegiatan
kepariwisataan.
Potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat dalam menjaga dan ikut mengembangkan budaya masyarakat dapat menjadi kekuatan dalam
meningkatkan peran budaya dan kesenian masyarakat bagi penunjang keberadaan kepariwisataan. Kepariwisataan tidak akan berhasil apabila tidak
didukung oleh masyarakat setempat sebagai subyek pembangunan. Masyarakat perlu dikembangkan untuk dapat menjual berbagai potensi
daerahnya, seperti kesenian, produk kerajinan, produk sumber daya alam, produk perkebunan dan lain sebagainya. Untuk kepariwisataan harus dapat
memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan demikian, secara langsung masyarakat akan tetap memelihara budayanya
Wawancara dengan Bapak Oni Wiyono, 5 Februari 2009.
commit to user 27
Masyarakat telah dapat mengembangkan alat musik tabuhan untuk mendukung berbagai musik tradisional. Salah satu potensi yang dapat
dikembangkan adalah kegiatan mengamen dengan cara tidak mendatangi pengunjung, melainkan dengan membuka tempat untuk bermain musik.
Pengunjung yang melewati dapat memberikan uang. Tempat ngamen biasanya berada di jalur pedestrian di dalam obyek wisata. Aktivitas ini dapat dianggap
sebagai aktivitas yang mempunyai potensi untuk menarik pengunjung. Potensi ini harus dibina agar mampu meningkatkan ketrampilan bermain alat musik
dan bernyanyi, sehingga masyarakat dapat memberikan sedikit uangnya tanpa terpaksa, tapi karena merasa terhibur.
Sebagai unsur pendukung wisata tari dan musik merupakan aktivitas yang dapat diunggulkan. Untuk itu, perlunya penggarapan baik tari maupun musik
secara modern, seperti : Musik
kenthongan
,
klothekan
dan Rebana maupun tarian dapat dikembangkan menjadi acara-acara festival dan lomba di kawasan
itu untuk menarik pengunjung. Selain itu juga adanya beberapa mitoscerita rakyat yang dapat diangkat untuk mendukung pengembangan Kawasan
Dataran Tinggi Dieng sebagai obyek wisata, seperti: §
Mitos anak bajang, dikaitkan dengan buto ijo §
Legenda Gangsiran Aswatama dikaitkan dengan upaya Aswatama membunuh Raden Parikesit
§ Legenda Bimo Lukar, dikaitkan dengan Bimo yang buang air kecil dan
menghasilkan mata air Serayu §
Legenda Kawah Chandra Dimuka, dikaitkan dengan Wisanggeni dan tempat penyiksaan bagi pembangkang para dewa
commit to user 28
§ Legenda Sumur Jalatunda, dikaitkan dengan Antaboga
§ Mitos awal mula penduduk Dieng dikaitkan dengan migrasi masyarakat
tempo dulu §
Mitos khasiat tumbuhan tertentu, seperti Purwoceng §
Mitos Ondha Budha tangga lama sebagai salah satu jalan kuno yang digunakan masyarakat dulu menuju Kawasan Candi Dieng
§ Mitos Burung Belibis
Sumber: Dinas Pariwista Wonosobo
F. Kondisi Fisik Tata Ruang Kawasan Dieng