1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Keberhasilan pendidikan bagi anak sangat ditentukan oleh berbagai unsur lingkungan yang ada dalam lingkup pendidikan anak.
Lingkungan pendidikan anak tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Perhatian terhadap aspek
lingkungan anak sangat penting, karena berkenaan dengan upaya dalam memberikan pendidikan dan pembelajaran bagi anak sejak dini.
Dengan demikian maka karakter anak akan terbentuk sejak dini dengan baik. Membangun karakter anak sejak dini, sangat penting bagi anak dan
guru, harapannya agar anak sejak dini memiliki karakter yang baik. Membangun karakter anak dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal,
informal dan non formal. Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan berbuah kemenangan. Seseorang yang
berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik.
Karakter berbeda dengan kepribadian yang tempramen. Kepribadian adalah respon atau biasa disebut etika, yang ditunjukkan ketika berada di
tengah-tengah orang banyak seperti cara berpakaian, berjabat tangan dan berjalan. Tempramen adalah sifat dasar anak yang dipengaruhi oleh kode
2
genetika orang tua, kakek nenek, dan kakek buyut dan nenek buyut. Sedangkan karakter adalah respon ketika sedang diatas atau ditinggikan.
Apakah anak putus asa, sombong, atau lupa diri. Bentuk respon itulah yang disebut karakter.
Menurut Emilia A. Rahayu 2012, karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit oleh 5 lima faktor yaitu tempramen dasar
dominan, intim, stabil dan cermat, keyakinan apa yang dipercayai, paradigma, pendidikan apa yang diketahui, wawasan kita, motivasi hidup
apa yang kita rasakan, semangat hidup, dan perjalan apa yang telah dialami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan. Megawati dalam Emilia
A. Rahayu, 2012, karakter yang dapat membawa keberhasilan yaitu empati mengasihi sesama seperti diri sendiri, tahan uji tetap tabah dan ambil
hikmah kehidupan, bersyukur dalam keadaan apapun dan beriman percaya kepada Tuhan. Ketiga karakter tersebut akan mengarahkan seseorang ke jalan
keberhasilan. Empati akan menghasilkan hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan ketekunan dan kualitas, beriman akan membuat segala sesuatu
menjadi mungkin. Pendidikan karakter adalah baik atau unggul suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut. Akan tetapi di era globalisasi saat ini seiring kemajuan teknologi, nilai-nilai kesopanan, budi pekerti seakan telah diabaikan. Yang
mengakibatkan prilaku yang peserta didik menyimpang. Hal ini dikarenakan
3
krisis karakter bangsa. Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal
rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diingkari lagi, kita dapat melihat brutalnya
remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para
remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga
motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan
hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Maraknya krisis moral dalam berbagai dimensi dewasa ini, menimbulkan keresahan dan kecemasan masyarakat dan bangsa kita.
Kejadian-kejadian tersebut mengindikasikan bahwa karakter masyarakat bermasalah. Hal ini menjadi dasar munculnya wacana untuk mengatasi
masalah-masalah krisis moral tersebut melalui jalur pendidikan. Melalui jalur pendidikan, diharapkan dapat mencetak dan membangun generasi baru
bangsa yang lebih baik dan berkarakter dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan meningkatnya kualitas generasi muda di berbagai aspek, akan
mengurangi atau memperkecil permasalahan-permasalahan krisis moral yang terjadi sekarang ini. Salah satu bentuk nyata dari kepedulian pemerintah
adalah pada kurikulum KTSP disisipkan. Pendidikan karakter bangsa disetiap
4
level sekolah. Pendidikan karakter bangsa bukan hanya sekedar diajarkan sebagai suatu mata pelajaran, tetapi harus dipahamkan, dibiasakan,
diteladankan dan berkelanjutan. Pendidikan karakter secara umum menjadi tanggung jawab semua, baik dilingkup keluarga, masyarakat, maupun bangsa.
Sekolah, merupakan bagian dari masyarakat mempunyai peran yang penting dalam pembentukan karakter peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah dapat diimplementasikan melalui proses pembelajaran dan harus terintegrasi dalam semua mata pelajaran,
termasuk setiap mata pelajaran. Melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat ditanamkan berbagai nilai karakter, diantaranya
karakter jujur, disiplin, bertanggung jawab, pantang menyerah dan karakter- karakter lain. Semua nilai-nilai karakter tersebut dapat ditanamkan melalui
tangan-tangan guru yang penuh dengan kepedulian, cermat, terampil, kreatif dan inovatif.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 16-19 Oktober 2014 didapatkan data bahwa guru di Sekolah Dasar
Karanggondang berupaya untuk melaksanakan penanaman nilai-nilai karakter dalam setiap proses pembelajaran kepada setiap siswanya. Contoh: guru
selalu menegur dan menasehati siswa supaya tidak menyontek, tidak membuang sampah di sembarang tempat, tidak mencoret-coret lingkungan
dan fasilitas sekolah seperti tembok, kursi, meja dan kamar mandi dll. Guru patuh dan taat pada agama yang dianutnya, berpakaian yang rapih dan sopan
dan pulang sekolah sesuai dengan jam kerja berakhir.
5
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikaji tentang
“Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Proses Pembelajaran Di
Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul”.
B. Identifikasi Masalah