UPAYA GURU MENANAMKAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR KARANGGONDANG SEWON BANTUL.

(1)

i

UPAYA GURU MENANAMKAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

KARANGGONDANG SEWON BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Yohanis Ndun NIM 11108249027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Baik buruknya seseorang bukan dilihat dari hartanya, tetapi dari tingkah lakunya.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

1. Ayah tercinta terima kasih atas dukungan dalam doanya.

2. Almarhum. Ibunda tercinta yang tiada henti mengirimkan doa, meneteskan keringat dan air mata demi kebahagiaanku.

3. Nenek tercinta terima kasih atas dukungan dalam doanya. 4. Almamater tercinta.


(7)

vii

UPAYA GURU MENANAMKAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

KARANGGONDANG SEWON BANTUL Oleh

Yohanis Ndun NIM.11108249027

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang Sewon Bantul.

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul. Subjek penelitian ini adalah guru tetap sebanyak 4 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses analisis data dimulai dengan mengadakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahaan data menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran seperti (1) Guru memberi teguran kepada siswa jika ketahuan menyontek dan meminjam buku tetapi tidak dikembalikan. (2) Memberi nasehat kepada siswa jika tidak melaksanakan piket kelas. (3) Guru patuh dan taat menjalankan agama yang dianut. (4) Sanksi/hukuman jika siswa terlambat ke sekolah 3 kali maka diberi sanksi/hukuman berupa denda uang. Faktor pendukung menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran adalah sekolah sudah menyediakan fasilitas yang kondusif kepada siswa. Faktor penghambat menanamkan nilai karakter pada proses pembelajaran adalah bersumber dalam diri pribadi anak, berupa anak malas, keinginan bermain yang berlebihan, sikap tidak mau dididik atau sikap melawan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan dan penulisan skripsi ini selesai dengan segala kekurangannya atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kemudahan untuk kelancaran studi saya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kemudahan untuk kelancaran studi saya. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah menyetujui pemilihan

judul karya ini.

4. Bapak Sungkono, M.Pd. sebagai dosen pembimbing atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Dosen PGSD yang telah memberikan bekal ilmu, wawasan dan semangat pada kami untuk maju.

6. Ibu Kastinah, S.Pd.SD. selaku Kepala Sekolah Sekolah Dasar Karanggondang yang telah memberikan izin penelitian.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 5

C. Pembatasan Masalah 5

D. Perumusan Masalah 5

E. Tujuan Masalah 6

F. Mamfaat Penelitian 6

G. Definisi Operasional 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Upaya Guru 8

1. Pengertian Guru 8

2. Pengertian Upaya Guru 12

B. Kajian tentang Pendidikan Karakter 14

1. Urgensi Pendidikan Karakter 14

2. Pengertian Pendidikan Karakter 15

3. Tujuan Pendidikan Karakter 17


(11)

xi

5. Manajemen Pendidikan Karakter 20

6. Pendidikan Karakter Peserta Didik 21

C. Kajian tentang Nilai-Nilai Karakter 23

1. Hakikat Nilai-Nilai Karakter 23

2. Komponen-komponen dalan Manajemen Pendidikan 26

D. Kajian tentang Pembelajaran 38

E. Kerangka Berpikir 40

F. Pertanyaan Penelitian 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian 43

B. Tempat, Setting dan Waktu Penelitian 43

C. SubjekPenelitian 44

D. Teknik Pengumpulan Data 44

E. Instrumen Penelitian 46

F. Teknik Analisis Data 47

G. Uji Keabsahan Data 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 51

B. Deskripsi Subjek Penelitian 51

C. Deskripsi Data Penelitian 46

1. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Proses

Pembelajaran 52

a. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Kejujuran 53

b. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Kedisiplin 57

c. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Peduli Lingkungan 61

d. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Religius 63

e. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Cinta Damai 66

2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Menanamkan

Nilai-Nilai Karakter Pada Proses Pembelajaran 71

a. Faktor-Faktor Pendukung 71


(12)

xii

D. Pembahasan 73

1. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Proses

Pembelajaran 73

a. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Kejujuran 74

b. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Kedisiplin 75

c. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Peduli Lingkungan 76

d. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Religius 77

e. Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Aspek

Cinta Damai 77

2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Menanamkan

Nilai-Nilai Karakter Pada Proses Pembelajaran 79

a. Faktor-Faktor Pendukung 79

b. Faktor-Faktor Penghambat 80

E. Keterbatasan Penelitian 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 82

B. Saran 83

DAFTAR PUSTAKA 84


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi 46


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model) 49


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 : Pedoman Observasi Guru 87

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara Dengan Guru, Kepala Sekolah dan siswa 89

Lampiran 3 : Hasil Observasi Guru 92

Lampiran 4 : Hasil Wawancara Kepala Sekolah, Guru dan Siswa 101 Lampiran 5 : Dokumentasi Wawancara Kepala Sekolah, Guru dan Siswa 121


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Keberhasilan pendidikan bagi anak sangat ditentukan oleh berbagai unsur lingkungan yang ada dalam lingkup pendidikan anak. Lingkungan pendidikan anak tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Perhatian terhadap aspek lingkungan anak sangat penting, karena berkenaan dengan upaya dalam memberikan pendidikan dan pembelajaran bagi anak sejak dini.

Dengan demikian maka karakter anak akan terbentuk sejak dini dengan baik. Membangun karakter anak sejak dini, sangat penting bagi anak dan guru, harapannya agar anak sejak dini memiliki karakter yang baik. Membangun karakter anak dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, informal dan non formal. Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan berbuah kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik.

Karakter berbeda dengan kepribadian yang tempramen. Kepribadian adalah respon atau biasa disebut etika, yang ditunjukkan ketika berada di tengah-tengah orang banyak seperti cara berpakaian, berjabat tangan dan berjalan. Tempramen adalah sifat dasar anak yang dipengaruhi oleh kode


(17)

2

genetika orang tua, kakek nenek, dan kakek buyut dan nenek buyut. Sedangkan karakter adalah respon ketika sedang diatas atau ditinggikan. Apakah anak putus asa, sombong, atau lupa diri. Bentuk respon itulah yang disebut karakter.

Menurut Emilia A. Rahayu (2012), karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit oleh 5 (lima) faktor yaitu tempramen dasar (dominan, intim, stabil dan cermat), keyakinan (apa yang dipercayai, paradigma), pendidikan (apa yang diketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup), dan perjalan (apa yang telah dialami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan). Megawati (dalam Emilia A. Rahayu, 2012), karakter yang dapat membawa keberhasilan yaitu empati (mengasihi sesama seperti diri sendiri), tahan uji (tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, bersyukur dalam keadaan apapun dan beriman) percaya kepada Tuhan. Ketiga karakter tersebut akan mengarahkan seseorang ke jalan keberhasilan. Empati akan menghasilkan hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan ketekunan dan kualitas, beriman akan membuat segala sesuatu menjadi mungkin.

Pendidikan karakter adalah baik atau unggul suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Akan tetapi di era globalisasi saat ini seiring kemajuan teknologi, nilai-nilai kesopanan, budi pekerti seakan telah diabaikan. Yang mengakibatkan prilaku yang peserta didik menyimpang. Hal ini dikarenakan


(18)

3

krisis karakter bangsa. Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya.

Fakta ini sudah tidak dapat diingkari lagi, kita dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.

Maraknya krisis moral dalam berbagai dimensi dewasa ini, menimbulkan keresahan dan kecemasan masyarakat dan bangsa kita. Kejadian-kejadian tersebut mengindikasikan bahwa karakter masyarakat bermasalah. Hal ini menjadi dasar munculnya wacana untuk mengatasi masalah-masalah krisis moral tersebut melalui jalur pendidikan. Melalui jalur pendidikan, diharapkan dapat mencetak dan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik dan berkarakter dalam berbagai aspek kehidupan.

Dengan meningkatnya kualitas generasi muda di berbagai aspek, akan mengurangi atau memperkecil permasalahan-permasalahan krisis moral yang terjadi sekarang ini. Salah satu bentuk nyata dari kepedulian pemerintah adalah pada kurikulum KTSP disisipkan. Pendidikan karakter bangsa disetiap


(19)

4

level sekolah. Pendidikan karakter bangsa bukan hanya sekedar diajarkan sebagai suatu mata pelajaran, tetapi harus dipahamkan, dibiasakan, diteladankan dan berkelanjutan. Pendidikan karakter secara umum menjadi tanggung jawab semua, baik dilingkup keluarga, masyarakat, maupun bangsa. Sekolah, merupakan bagian dari masyarakat mempunyai peran yang penting dalam pembentukan karakter peserta didik.

Pendidikan karakter di sekolah dapat diimplementasikan melalui proses pembelajaran dan harus terintegrasi dalam semua mata pelajaran, termasuk setiap mata pelajaran. Melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat ditanamkan berbagai nilai karakter, diantaranya karakter jujur, disiplin, bertanggung jawab, pantang menyerah dan karakter-karakter lain. Semua nilai-nilai karakter-karakter tersebut dapat ditanamkan melalui tangan-tangan guru yang penuh dengan kepedulian, cermat, terampil, kreatif dan inovatif.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 16-19 Oktober 2014 didapatkan data bahwa guru di Sekolah Dasar Karanggondang berupaya untuk melaksanakan penanaman nilai-nilai karakter dalam setiap proses pembelajaran kepada setiap siswanya. Contoh: guru selalu menegur dan menasehati siswa supaya tidak menyontek, tidak membuang sampah di sembarang tempat, tidak mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah seperti tembok, kursi, meja dan kamar mandi dll. Guru patuh dan taat pada agama yang dianutnya, berpakaian yang rapih dan sopan dan pulang sekolah sesuai dengan jam kerja berakhir.


(20)

5

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikaji tentang “Upaya Guru Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Pada Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.

1. guru selalu menegur dan menasehati siswa supaya tidak menyontek 2. Menasehati tidak membuang sampah di sembarang tempat

3. Tidak boleh mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah seperti tembok, kursi, meja dan kamar mandi dll.

4. Guru patuh dan taat pada agama yang dianutnya, 5. Selalu berpakaian yang rapih dan sopan

6. Selalu pulang sekolah sesuai dengan jam kerja berakhir. C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penelitian membatasi permasalahan pada upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran serta faktor-faktor pendukung dan pemghambat menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul. D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengkaji secara lebih mendalam sebagai berikut.

1. Bagaimana upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?


(21)

6

2. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang terdapat dalam perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul.

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan sekolah dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan selanjutnya bagi guru atau pendidik untuk lebih menekankan pada pengajaran karakter terhadap siswa.


(22)

7 3. Bagi siswa

Hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan perilaku baik siswa. G. Definisi Operasional

1. Upaya guru

Upaya guru merupakan usaha yang harus dilakukan oleh guru agar siswa itu menjadi pribadi yang disiplin.

2. Nilai-nilai karakter

Nilai karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu. Masing-masing peserta didik memiliki nilai-nilai karakter budaya yang tidak sama atau berbeda-beda. Nilai-nilai karakter suatu peserta didik yang diharapkan dalam kegiatan rutin di Sekolah seperti kejujuran, peduli lingkungan, kedisiplinan, dan cinta tanah air. Data tentang nilai-nilai karakter diperoleh melalui observasi secara langsung terhadap siswa dan wawancara kepada guru serta kepala sekolah.

3. Proses Pembelajaran

Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.


(23)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Guru 1. Pengertian Guru

Peningkatan mutu pendidikan tidak lepas dari peran guru sebagai orang dewasa mengantarkan anak didiknya menuju kedewasaan. Guru dalam proses pembelajaran di kelas dipandang dapat memainkan peran penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar.

Menurut Sardiman (2005: 125) mengemukakan bahwa “Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan”. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya senbagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan tranfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan kepada siswa dalam belajar.


(24)

9

Profesi dan jabatan guru sebagai pendidik formal di sekolah sebenarnya tidaklah dapat dipandang ringan karena menyangkut berbagai aspek kehidupan serta menuntut pertanggung jawaban moral yang berat. Inilah sebabnya dituntut berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang keguruan. Guru dalam menjalankan tugas agar berjalan dengan baik persyaratan-persyaratan yang harus di penuhi adalah meliputi kesehatan fisik, psikhis, mental, moral, dan intelektual.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 118) menyebutkan bahwa syarat-syarat menjadi guru adalah sebagai berikut:

a. Harus memiliki bakat sebagai guru. b. Harus memiliki keahlian sebagai guru.

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental yang sehat.

e. Berbadan sehat.

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik.

Berdasarkan dari uraian di atas, dijelaskan bahwa untuk menjadi guru hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup dan dapat mengetahui karakteristik setiap siswa dengan didasarkan takwa kepada Allah, sehat jasmani dan rohani, serta berkelakuan baik. Adapun rincian yang lebih persyaratan guru adalah:


(25)

10

a. Persyaratan fisik yaitu kesehatan jasmani, maksudnya seorang haruslah berbadan sehat.

b. Persyaratan psikis yaitu sehat rohaninya maksudnya tidak mengalami gangguan kelainan jiwa yang tidak memungkinkan dapat menunaikan tugasnya dengan baik,selain itu juga diharapkan memiliki bakat dan minat keguruan.

c. Persyaratan mental yaitu memiliki mental yang baik terhadap profesi keguruan, mencintai dan mengabdi dedikasi pada tugas jabatannya.

d. Persyaratan moral, yaitu sifat susila dan budi pekerti luhur. Maksudnya setiap calon guru dan pendidik adalah mereka yang sanggup berbuat kebajikan.

e. Persyaratan intelektual atau akademis mengenai pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan guru yang memberi bekal untuk menunaikan tugas mendidik.

Guru yang profesional disamping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang dimaksud dengan otonomi adalah sikap profesional yang disebut mandiri. Ia telah memiliki otonomi atau kemandirian yang dalam mengemukakan apa yang dikatakan berdasarkan keahliannya. Di sekolah pada dasarnya tugas dan peranan seorang guru bukanlah sebagai pemegang kekuasaan, tukang perintah dan melaarang serta menghukum salah satu muridnya, tetapi sebagai pembimbing anak-anak, artinya guru harus siap sedia memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dalam pertumbuhannya.


(26)

11

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 154), menjelaskan bahwa “Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewarisi nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai karena melalui proses pendidikan diusahakan terciptannya nilai-nilai baru”. Tanggung jawab guru dapat dijabarkan kedalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, yaitu sebagai berikut:

a. Tanggung jawab moral, bahwa setiap guru harus mampu menghayati prilaku dan etika sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, bahwa setiap guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum (KTSP), silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), malaksanakan pembelajaran yang efektif, menjaadi model bagi peserta didik, memberi nasehat, melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik.

c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan, bahwa setiap guru harus turut serta mensukseskan pembangunan, yang harus kompeten dalam membimbing, mengabdi, dan mengembangkan peserta didik.

d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan, bahwa setiap guru harus memajukan ilmu, terutama yang menjadi spesefikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan”.


(27)

12

Profesi guru merupakan profesi yang sangat berat dalam hal tanggung jawabnya baik di dunia maupun di akhirat. Seorang guru harus mampu manjadi suri tauladan bagi anak didiknya, baik dari segi tingkah lakunya, ucapannya dan seterunya. Hal ini seuai dengan semboyan klasik: “Guru itu untuk digugu dan ditiru artinya digugu perkatannya dan ditiru perbuatannya”.

Guru sebagai pekerja profesional, sekurang-kurangnya harus menguasai 4 (empat) kompetensi dengan baik. Empat, kompetensi itu sebagai berikut: a. Menguasai subtansi, yakni materi dan kompetensi berkaitan dengan mata

pelajaran yang dibinanya, sesuai dengan kurrrikulum yang berlaku.

b. Menguasai metode mangajar, yakni metodik khusus untuk mata pelajaran yang dibinanya.

c. Menguasai teknik evaluasi dengan baik.

d. Memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral dan kode etik guru.

Sedangkan guru yang mengerti tentang profesinya menurut Indrakusuma ada tiga macam, yaitu:

a. Persyratan jasmaninya dan kesehatan.

b. Persyaratan pengetahuan pendidikan yang baik. c. Peryaratan kepribadian (Sikap Profesional). 2. Pengertian Upaya Guru

Pengertian upaya guru adalah usaha yang harus dilakukan oleh guru agar siswa itu menjadi pribadi yang disiplin. Sebelum mengetahui tentang upaya guru dalam menumbuhkan kedisiplinan siswa. Guru harus mengetahiu


(28)

13

pribadi siswa, dimana siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Boleh dikatakan hampir semua kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya.

Boleh dikatakan hampir semua kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya. Upaya itu akan optimal jika siswa sendiri secara aktif berupaya mengembangkan diri sesuai denagn program-program yang dilakukan oleh sekolah. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal.

Berkenaan dengan manajemen kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar yang harus mendapat perhatian berikut ini:

a. Siswa harus diperlakukan sebagai objek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.

b. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.

c. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan.

d. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.


(29)

14 B. Kajian tentang Pendidikan Karakter 1. Urgensi Pendidikan Karakter

Menurut Asmani (2012: 19) Urgensi pendidikan karakter merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan manusia dimasa depan. Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat. Sedangkan mental yang kuat akan melahirkan spirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengalami proses panjang, serta menerjang arus badai yang bergelombang dan bahaya. Karakter yang kuat merupakan prasarat untuk menjadi seorang pemenang dalam medan kompetisi kuat seperti saat ini dan yang akan datang, yang terkenal dengan era kompetitif. Bagi seorang yang berkarakter lemah, tidak akan ada peluang untuk menjadi pemenang. Ia hanya menjadi pecundang dimasyarakat, teralienasi, dan termarginalkan dalam proses kompetisi yang ketat. Sebab ia mudah menyerah, tidak mempunyai prinsip, pragmatis dan oportunis. Oleh karena itu pendidikan karakter menjadi keniscayaan bagi bangsa ini untuk membangun mental pemenang bagi generasi bangsa dimasa yang akan datang. Mengingat fakta demoralisasi sudah sedemikian akurat, pendidikan sekolah selama ini bisa dikatakan gagal pada aspek karakter. Sekolah terlalu terpesona dengan target-target akademis, dan melupakan pendidikan karakter. Realitas ini membuat kreatifitas, keberanian menghadapi resiko, kemandirian, dan ketahanan melalui berbagai ujian hidup menjadi rendah. Anak mudah frustasi, menyerah, dan kehilangan semangat juang sampai titik darah penghabisan.


(30)

15

Dengan melihat kenyataan itulah, pendidikan karakter sangat mendesak untuk dilaksanakan di sekolah khususnya. Caranya adalah dengan mengoptimalkan peran sekolah sebagai pionir. Selain sekolah yang melaksanakan pendidikan karakter juga pihak lain seperti keluarga, masyarakat dan elemen-elemen lain bangsa ini untuk mensukseskan pendidikan karakter.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah upaya normatif untuk membantu orang lain berkembang ketingkat normatif lebih baik. Menurut pendapat Qodri Azizy pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. (Asmani, 2012: 19), Pendidikan dalam penelitian ini lebih bermakna luas, yakni segala usaha dan perbuatan yang bertujuan mengembangkan potensi diri menjadi lebih dewasa. Jadi bukan sekedar pendidikan formal sekolah yang terbelenggu dalam ruang kelas. (Azizy, 2004:73). Sedangkan karakter dalam Kamus Ilmiah Populer, berarti watak, tabiat, pembawaan atau kebiasaan. (Maulana, 2004: 202), Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Menurut Muclish (2011:70), Beberapa tokoh memiliki persepsi macam-macam tentang karakter, diantaranya: Menurut Simon Philips dalam Masnur Memberikan pengertian bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai


(31)

16

yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi suatu pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Menurut Koesuma (2010:80), Menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungannya, misalnya keluarga, masyarakat, atau bisa pula merupakan bawaan yang dibawa sejak lahir.

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan di lihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, misalnya korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah atas. Semua terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang di alami. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif, jadi yang diperlukan dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan pengetahuan lantas melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuan saja. Hal ini karena pendidikan karakter terkait erat dengan nilai dan norma. Oleh karena itu, harus juga melibatkan perasaan.


(32)

17

Menurut Srenco Muhaimin (2011:27), pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya sungguh-sungguh dengan cara dimana kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian, serta praktik emulasi. Anne Lockword mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktifitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa. Dari definisi Anne Lockword diatas, ternyata pendidikan karakter dihubungkan dengan sikap rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga masyarakat yang lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Wiyani (2012:57), Pendidikan karakter mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang mempunyai kedudukan sebagai mahluk individu dan sekaligus juga mahluk sosial tidak begitu saja terlepas dari lingkungannya. Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk mencapai tujuan. Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha selesai dilaksanakan. Sebagai sesuatu yang akan dicapai, tujuan mengharapkan adanya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian yang telah baik sebagaimana yang diharapkan setelah anak didik mengalami pendidikan.

Sebagaimana dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun


(33)

18

tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Menurut Kesuma (2011: 9), Secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting

dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi peserta didik yang tidak berkesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dab masyarakat dalam memerankan tanggungjawab karakter bersama.

Tujuan-tujuan pendidikan karakter yang telah dijabarkan diatas akan tercapai dan terwujud apabila komponen-komponen sekolah dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan tersebut secara konsisten. Pencapaian tujuan pendidikan karakter peserta didik di sekolah merupakan pokok dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.


(34)

19 4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (Kesuma, 2011:9)

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai berbasis karakter.

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

f. Memiliki cakupan kepada kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka untuk sukses.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

h. Memfungsikan pada seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.


(35)

20

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Prinsip-prinsip pendidikan karakter dapat dijadikan para kepala sekolah untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah agar dapat mendeteksi setiap problem dan dicarikan solusinya. (Asmani, 2013:57)

5. Manajemen Pendidikan Karakter

Menurut Hidayat (2010:1), Manajemen Secara bahasa (etimologi) manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan, dan memimpin. Kata “Management” berasal dari bahasa latin “mano” yang berarti tangan, kemudian menjadi “manus” berarti bekerja berkali-kali. Sedangkan menurut istilah (terminologi) terdapat banyak pendapat mengenai pengertian manajemen. Berikut ini disebutkan beberapa pendapat tokoh-tokoh dalam mendefinisikan arti manajemen diantaranya.

Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa manajemen merupakan sebuah proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang telah ditetapkan dan ditentukan sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.


(36)

21

Menurut Athoilah (2010: 16), Manajemen pendidikan karakter yang efektif jika terintegrasi dalam manajemen sekolah, khususnya manajemen berbasis sekolah. Dengan kata lain, pendidikan karakter disekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Menurut Wibowo (2013: 137), Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan (planning), dilaksanakan (actuating), dan dikendalikan (evaluation) dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain seperti nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan atau komponen terkait lainnya. dengan demikian manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam aplikasi pendidikan karakter di sekolah.

6. Pendidikan karakter peserta didik

Pendidikan karakter telah menjadi polemik diberbagai negara. Pandangan pro dan kontra mewarnai pendidikan karakter sejak lama, sejatinya, pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas sekolah, tetapi selama ini kurang perhatian. Akibat minimnya perhatian terhadap pendidikan karakter dalam ranah persekolahan, sebagaimana telah menyebabkan berkembanganya berbagai penyakit sosial ditengah masyarakat. Seyogyanya, sekolah tidak hanya berkewajiban meningkatkan pencapaian akademis, tetapi juga bertanggung jawab dalam pembentukan karakter yang baik merupakan dua misi integral yang harus mendapat perhatian sekolah.


(37)

22

Namun, tuntutan ekonomi dan politik pendidikan menyebabkan penekanan pada pencapaian akademis mengalahkan idealitas peranan sekolah dalam pembentukan karakter.

Menurut Zubaidi (2011: 17), Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai-nilai tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis.

Menurut Zubaidi (2011:18), Oleh karena itu penanaman pendidikan karakter tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih ilmu pengetahuan atau melatih suatu ketrampilan tertentu. Penanaman pendidikan karakter perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan (exposure) media massa. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.


(38)

23

Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Tugas guru adalah membentuk karakter peserta didik yang mencakup keteladanan, perilaku guru, cara guru menyampaikan, dan bagaimana bertoleransi.

C. Kajian tentang Nilai-Nilai Karakter 1. Hakikat Nilai-nilai Karakter

Nilai-nilai karakter bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Menurut Retno Listyarti (2012:5-8), teridentifikasi sejumlah nilai karakter yang diimplementasikan di sekolah meliputi;

a. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.


(39)

24 e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas gengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

h. Demokrasi

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya


(40)

25 k. Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi trehadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat atau komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.


(41)

26 q. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinyamaupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Menurut Wiyani (2009:49), Karakter-karakter tersebut yang harus diwujudkan dalam mewujudkan pendidikan karakter di sekolah, dan untuk mewujudkan karakter-karakter tersebut ada proses yang harus dilaksanakan.

2. Komponen-komponen dalam Manajemen Pendidikan Karakter

Komponen-komponen yang terdapat dalam manajemen pendidikan karakter di sekolah antara lain:

a. Kurikulum

Dalam pendidikan karakter, muatan kurikulum yang direncanakan tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas semata, namun perlunya penerapan kurikulum secara menyeluruh (holistik), baik dalam kegiatan eksplisit yang diterapkan dalam ekstra kurikuler, maupun kurikuler, dan pengembangan diri. Kurikulum sendiri merupakan ruh sekaligus guide dalam praktik pendidikan di lingkungan satuan sekolah. Gambaran kualifikasi yang diharapkan melekat pada setiap lulusan sekolah akan tercermin dalam racikan kurikulum yang dirancang pengelola sekolah


(42)

27

yang bersangkutan. Kurikulum yang dirancang harus berisi tentang grand design pendidikan karakter, baik berupa kurikulum formal maupun hidden kurikulum, kurikulum yang dirancang harus mencerminkan visi, misi dan tujuan sekolah yang berkomitmen terhadap pendidikan karakter. Untuk merancang kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang berkomitmen tentang pendidikan karakter harus ada nilai-nilai yang diintegrasikan, antara lain nilai keutamaan, keindahan, kerja, cinta tanah air, demokrasi, kesatuan, moral, dan nilai kemanusiaan. Menurut Wiyani (2007:139), Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan Nasional. Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum pendidikan karakter antara lain:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan pendidikan karakter 2) Merumuskan Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah

3) Merumuskan indikator perilaku peserta didik

4) Mengembangkan silabus dan rencana pembelajaran berbasis pendidikan karakter.

5) Mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan karakter keseluruh mata pelajaran.

6) mengembangkan instrumen penilaian pendidikan untuk mengukur ketercapaian program pendidikan karakter

7) membangun komunikasi dan kerjasama sekolah dengan orangtua peserta didik.


(43)

28

Secara lebih sederhana, Najib menguraikan beberapa penawaran yang menguatkan pendapat Ratna Megawangi. Menurutnya terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter, dan secara keseluruhan merupakan gambaran dari pelaksanaan kurikulum yang holistik, diantaranya.

1) Memasukkan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: (Sulhan, 2002:20) a) Menanamkan nilai kebaikan kepada peserta didik.

b) Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik.

c) Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik. d) Melaksanakan perbuatan baik.

2) Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah. Terdapat beberapa contoh slogan untuk membangun kebiasaan, misalnya:

a) Kebersihan

(1) Kebersihan sebagian dari iman (2) Kebersihan pangkal kesehatan b) Kerjasama

(1) Tolong menolonglah dalam kebaikan, jangan tolong menolong dalam kejelekan


(44)

29 c) Jujur

(1) Kejujuran modal utama dalam pergaulan (2) Katakan yang jujur walaupun itu pahit d) Menghormati

(1) Hormati guru sayangi teman

(2) Surga dibawah telapak kaki ibu. Dan lain-lain. b. Pengelolaan komponen

Pengelolaan komponen yaitu sumber daya manusia (SDM) yang mengurus penyelenggaraan sekolah, menyangkut pengelolaan dalam memimpin, mengkoordinasikan, mengarahkan, membina serta mengurus tata laksana sekolah untuk menciptakan budaya sekolah berbasis pendidikan karakter. Termasuk dalam komponen sekolahan adalah kepala sekolah, konselor, pustakawan, staf tata usaha, dan office boy.

c. Guru

Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk karakter serta mengembangkan potensi siswa. Keberadaan guru ditengah masyarakat bisa dijadikan teladan dan rujukan masyarakat sekitar. Bisa dikiaskan, guru adalah penebar cahaya kebenaran dan keagungan nilai. Hal inikah yang yang menjadikan guru untuk selalu on the right track, pada jalan yang benar tidak menyimpang dan berbelok, sesuai dengan ajaran agama yang suci, adat istiadat yang baik dan aturan pemerintah.


(45)

30

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, menilai dan mengevaluasi serta memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran merupakan salah satu kegiatan belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.

d. Siswa

Siswa yaitu subjek belajar yang akan melalui proses transformasi nilai-nilai luhur dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah. Menurut Wiyani (2009:92), dalam perencanaan karakter peserta didik hal yang perlu diperhatikan adalah tahap-tahap mengklasifikasikan pendidikan karakter terhadap peserta didik, karena tidak semua siswa diperlakukan sama, akan tetapi penanaman pendidikan karakter siswa yang diharapkan berjenjang sesuai umurnya.

1) Tahap penanaman adab (Umur 5-6 Tahun)

2) Tahap penanaman tanggung jawab (Umur 7-8 Tahun) 3) Tahap penanaman kepedulian (Umur 9-10 Tahun) 4) Tahap penanaman kemandirian (Umur 11-12 Tahun)


(46)

31

Dengan demikian pendidikan karakter kepada peserta didik diwujudkan dengan memerhatikan tahap-tahap seperti yang dijelaskan diatas.

e. Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Menurut Wiyani (2009:92), Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, sehingga akan memiliki nilai. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter merupakan kegiatan inti dari pendidikan karakter. Penerapan pendidikan di sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternative strategi secara terpadu. Pertama, mengintegrasikan konten pendidikan karakter yang telah dirumuskan kedalam seluruh mata pelajaran. Kedua, mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Ketiga, mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan yang diprogamkan atau direncanakan. Keempat, membangun komunikasi kerjasama antar sekolah dengan orang tua peserta didik.

1) Mengintegrasikan keseluruhan mata pelajaran.

Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan kedalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.


(47)

32

2) Mengintegrasikan kedalam kegiatan sehari-hari. a) Menerapkan keteladanan

Pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak diprogramkan karena dilakukan tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga pendidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan kerja keras. Kegiatan ini meliputi berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.

b) Pembiasaan rutin

Pembinaan rutin merupakan salah satu kegiatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di sekolah, seperti upacara bendera, senam, do‟a bersama, ketertiban, pemeliharaan kebersihan (jum‟at bersih). Pembiasaan-pembiasaan ini akan efektif membentuk karakter peserta didik secara berkelanjutan dengan pembiasaan yang sudah biasa mereka lakukan secara rutin tersebut. (Wiyani, 2009:148)


(48)

33

c) Mengintegrasikan kedalam program sekolah.

Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter pada peserta didik dalam program Pengembangan diri, dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Diantaranya melalui hal-hal berikut:

(1) Kegiatan rutin di sekolah.

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan anak didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari senin, beribadah bersama atau sholat bersama, berdo‟a waktu mulai dan selesai belajar, mengucapkan salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.

Nilai-nilai peserta didik yang diharapkan dalam kegiatan rutin di sekolah adalah :

(a) Religius (b) Kedisiplinan (c) Peduli lingkungan (d) Kejujuran


(49)

34 (2) Kegiatan spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasa dilakukan pada saat guru atau tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik, yang harus dikoreksi pada saat itu juga. (Wibowo, 2012:88)

Dalam kegiatan spontan ini peserta didik akan mengetahui karakter-karakter mana yang harus dilaksanakan dan mana yang tidak baik dilaksanakan karena pendidik pada saat itu juga mengoreksinya. Dan peserta didik pada saat itu juga mengetahuinya.

3) Membangun komunikasi dengan orang tua peserta didik.

a) Kerjasama sekolah dengan orang tua peran semua unsur sekolah agar terciptanya suasana yang kondusif akan memberikan iklim yang memungkinkan terbentuknya karakter. Oleh karenanya, peran seluruh unsur sekolah menjadi elemen yang sangat mendukung terhadap tewujudnya suasana kondusif tersebut. Sehingga kerjasama antar kepala sekolah, guru BK, dan staff harus kuat dan kesemuanya memiliki kepedulian yang sama terhadap pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Dalam konsep lingkungan pendidikan, maka kita mengenal tiga macam lingkungan yang dialami oleh peserta didik dalam masa yang bersamaan, antara lain: lingkungan keluarga, sekolahan dan masyarakat sekitarnya.


(50)

35

Oleh karena itu, sekolah perlu mengkomunikasikan segala kebijakan dan pembiasaan yang dilaksanakan di sekolah kepada orang tua/wali murid dan masyarakat sekitar. Sehingga Program pendidikan karakter tidak hanya terlaksana di sekolah dan menjadi tanggungjawab satu-satunya. Dengan kerjasama yang baik antara lingkungan tersebut maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan karakter peserta didik yang lebih terkontrol. b) Kerjasama sekolah dengan Lingkungan Penciptaan kondisi/suasana

yang kondusif juga dimulai dari kerjasama yang baik antara sekolah dengan lingkungan sekitar. (Hidayatullah, 2010:53) menyebutkan jika sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib dan nyaman, menjalin kerjasama yang intent dengan orang tua peserta didik dan lingkungan sekitar, maka proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning). Dengan demikian maka pelaksanaan program pendidikan akan berjalan secara efektif, dengan penciptaan iklim sebagaimana yang tertera diatas. Merancang kondisi sekolah yang kondusif Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pendidikan karakter adalah lingkungan. Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak pemikiran, sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan dimana orang tersebut hidup.


(51)

36

c). Berangkat dari paradigma ini, maka menjadi sangat urgen untuk menciptakan suasana, kondisi, atau lingkungan dimana peserta didik tersebut belajar. Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang dilorong sekolah dan di dalam kelas dan kesehatan diri. (Rivai, 2009)

Kerjasama dengan keluarga dan lingkungan mempengaruhi perkembangan pendidikan karakter bagi peserta didik, karena dalam pembentukan peserta didik sehari-hari yang mereka temui adalah hal-hal yang ada disekitarnya, keluarga dan lingkungan yang mendukung juga akan menghasilkan karakter-karakter peserta didik yang diharapkan.

4) Evaluasi Pendidikan Karakter

Menurut Ramli (2011:8) penilaian adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan serta perkembangan karakter yang dicapai peserta didik. Tujuan penilaian dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai yang dirumuskan sebagai standar minimal yang telah dikembangkan dan ditanamkan di sekolah, serta dihayati, diamalkan, diterapkan dan dipertahankan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.


(52)

37

Penilaian pendidikan karakter lebih dititik beratkan kepada keberhasilan penerimaan nilai-nilai dalam sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penilaian dapat berbentuk penilaian sikap dan perilaku, baik individu maupun kelompok. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter ditingkat satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

a) Mengembangkan indikator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati.

b) Menyusun berbagai instrumen penilaian.

c) Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indikator. d) Melakukan analisis dan evaluasi.

e) Melakukan tindak lanjut.

Cara penilaian pendidikan karakter pada peserta didik dilakukan oleh semua guru. Penilaian dilakukan setiap saat, baik dalam jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran, diKementrian pendidikan nasional, Panduan pelaksanaan pendidikan karakter, badan penelitian dan pengembangan 2011. Kelas maupun diluar kelas dengan cara pengamatan dan pencatatan. Untuk keberlangsungan pelaksanaan pendidikan karakter, perlu dilakukan penilaian keberhasilan dengan


(53)

38

menggunakan indikator-indikator berupa perilaku semua warga dan kondisi sekolah yang teramati. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus melalui berbagai strategi.

Instrumen penilaian dapat berupa lembar observasi, lembar skala sikap, lembar portofolio, lembar check list, dan lembar pedoman wawancara. Informasi yang diperoleh dari berbagai teknik penilaian kemudian dianalisis oleh guru untuk memperoleh gambaran tentang karakter peserta didik. Gambaran seluruh tersebut kemudian dilaporkan sebagai suplemen buku oleh wali kelas.Kerjasama dengan orang tua peserta didik. Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik, maka sekolah perlu mengadakan kerjasama yang erat dan harmonis antara sekolah dan orang tua peserta didik. Dengan adanya kerjasama itu, orang tua akan mendapatkan:

a) Pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya.

b) Mengetahui berbagai kesulitan yang sering dihadapi anak-anaknya di sekolah.

c) Mengetahui tingkah laku anak-anaknya selama di sekolah, seperti apakah anaknya rajin, malas, suka membolos, suka mengantuk, nakal dan sebagainya. Sedangkan bagi guru, dengan adanya kerjasama tersebut guru akan mendapatkan:


(54)

39

(1) Informasi-informasi dari orang tua dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi anak didiknya.

(2) Bantuan-bantuan dari orang tua dalam memberikan pendidikan sebagai anak didiknya di sekolah.

Dari uraian diatas, dapat digaris bawahi bahwa manajemen pendidikan karakter adalah strategi yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan karakter yang diselenggarakan dengan niat mengajarkan nilai luhur untuk mewujudkan misi sosial sekolah melalui kegiatan manajemen. D. Kajian tentang Pembelajaran

Menurut Sugihartono, dkk (2007:80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Sugihartono, dkk (2007:80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Menurut Sugihartono, dkk (2007:80-81) juga membagi konsep belajar dam tiga pengertian yaitu

1. Pembejaran dalam pengertian kuantitatif

Secara kuantitatif pembejaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini guru di tuntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapt menyampaikan kepada siswa dengan baik.


(55)

40

2. Pembejaran dalam pengertian institusional

Penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan secara efisien. Dalam pengertian ini guru di tuntut untuk selalu siap menadaptasikan berbagai teknik mengajar untukbermacam-macam siswa yang memiliki berbagai macam perbedaan individual.

3. Pembejaran dalam pengertian kualitatif

Upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam ktivitas belajar yang efektif dan efisien.

Dari berbagai pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dengan terciptanya interaksi antara guru dan siswa sehingga siswa melakukan kegiatan belajar dan terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

E. Kerangka Berpikir

Dilihat dari pendidikan karakter yang diterapkan atau ditanamkan di sekolah dasar tersebut, masing-masing peserta didik memiliki nilai-nilai karakter budaya yang tidak sama atau berbeda-beda. Karakter suatu peserta didik bisa mengalami perubahan bisa kearah yang lebih baik bahkan sebaliknya kearah yang tidak baik atau bisa hilang sama sekali. Hal ini tergantung bagaimana caranya peserta didik hidup berkembang dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitarnya.


(56)

41

Pemahaman guru terhadap peserta didik sangatlah penting karena merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru, karena salah satu kriteria guru yang baik adalah jika guru itu dapat mengenal, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, memahami dan mengevaluasi serta memberi fasilitas belajar bagi peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan karakter. Oleh sebab itu guru juga memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.

Dalam penanaman nilai karakter yang sangat berperan adalah pendidikan, karena pendidikan merupakan upaya sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi manusia untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan yang berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Secara singkat pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri dapat meningkatkan pengetahuan, mengkaji dan menginternalisasi serta


(57)

42

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter yang ada di sekolah bisa di terapkan oleh guru melalui mata pelajaran atau disaat proses pembelajaran sedang berlangsung baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

F. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai karakter kejujuran kepada siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?

2. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai karakter kedisiplinan kepada siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?

3. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai karakter cinta damai kepada siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?

4. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai karakter religius kepada siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?

5. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai karakter peduli lingkungan kepada siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?


(58)

43

6. Adakah faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?

7. Adakah faktor-faktor penghambat yang ditemui guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?

8. Bagaimana solusi yang dilakukan guru saat menghadapi kendala dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul?


(59)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Nana Syaodih (2010: 60), penelitaian kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran seseorang secara individual maupun kelompok. Sedangkan Margono (2005: 35) mengemukakan penelitian kualitatif sebagai penelitian lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substansi berdasarkan konsep-konsep yang ditimbulkan dari data empiris. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat memperoleh pemahaman dan penafsiran yang lebih mendalam mengenai makna dan fakta yang relevan, agar dapat memahami pendidikan karakter yang dilakukan disekolah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Margono (2005: 8) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.

B. Tempat, Setting dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di Sekolah Dasar Karanggondang, kecamatan Sewon Kabupaten Bantul-Yogyakarta. Kegiatan penelitian dilaksanakan di ruang kelas dan lingkungan sekolah. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni sampai bulan Juli 2015.


(60)

45 C. Subjek Penelitian

Sugiyono (2013: 299), menjelaskan bahwa pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah guru tetap di Sekolah Dasar Karanggondang yang berjumlah 4 guru.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dari subyek penelitian maka diperlukan teknik atau metode untuk mengumpulkan data dari subyek penelitian. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 2002: 136). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah.

1. Observasi

Sugiyono (2013: 203), mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru-guru dan siswa, bagaimana pendapat serta cara mereka dalam menanamkan nilai-nilai karakter di sekolah. Metode wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini


(61)

46

adalah wawancara semiterstruktur, menurut Sugiyono (2013: 320) jenis wawancara ini termasuk dalam kategori indepth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya serta ide-idenya.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2013: 329), mengemukakan bahwa studi dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen dilakukan dengan cara mengambil foto lingkungan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, sumber-sumber belajar, penataan ruangan dan sebagainya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni mendukung. Akan tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi.

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis misalnya dokumen-dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Studi dokumen resmi yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data melalui pencatatan atau data-data tertulis mengenai keadaan tempat penelitian.


(62)

47 E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2013: 305) karena instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Nasution (Sugiyono 2013: 306), menjelaskan bahwa penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadi manusia sebagai instrumen penelitian utama. Peneliti menggunakan alat bantu seperti observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Berikut kisi-kisi instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini.

1. Pedoman observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan selanjutnya disajikan dalam cacatan lapangan. Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi

No Aspek yang diamati Indikator Pernyataan 1. Jenis-jenis upaya guru Teguran

Terlampir Memberi nasehat

Memberi teladan Sanksi atau hukuman 2. Kendala Internal

Eksternal 3. Pendukung Internal

Eksternal

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk menanyakan dan mengetahui hal-hal yang tidak dapat dan kurang jelas diamati pada observasi.


(63)

48

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No Aspek yang diamati Indikator Pernyataan 1. Jenis-jenis upaya guru Teguran

Terlampir Memberi nasehat

Memberi teladan Sanksi atau hukuman 2. Kendala Internal

Eksternal 3. Pendukung Internal

Eksternal

3. Pedoman dokumentasi

Pedoman dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai nilai-nilai karakter yang sudah diterapkan di sekolah. Dokumen-dokumen tersebut berupa foto yang memberikan gambaran secara konkret mengenai nilai-nilai karakter di sekolah. F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2013: 336-345), menyatakan dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan pada selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.


(64)

49 1. Pengumpulan Data ( Data Collection)

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut sugiyono (2007: 309) dilakukan dalam kondisi alami dimana sumber data utama dan teknik pengumpulan data lebih banyak dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh peneliti di lapangan masih bersifat komplek dan banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu data yang diperoleh harus segera dianalisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. 3. Penyajian Data (Data Display)

Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Namun demikian Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013:341) menyampaikan yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclution drawing/verification)

Data yang sudah disajikan dipilih yang penting untuk kemudian dibuat kategori.


(65)

50

Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model) G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2013: 366) meliputi : uji credibility (validitas internal), uji transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (objektivitas). Sugiyono (2013: 368) mengemukakan bahwa uji kredibilitas dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

Uji keabsahan data dalam pnelitian ini menggunakan uji kredibilitas, khususnya dengan meningkatkan ketekunan dalam penelitian dan triangulasi. Meningkatkan ketekunan yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Triangulasi menurut sugiyono (2013: 372) adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.

Data display Data collection

Data reduction

Conclusions:drawing/ verifying


(66)

51

Ada beberapa macam triangulasi yaitu triangulasi sumber, teknik dan waktu.

Peneliti melakukan triangulasi teknik dengan membandingkan data hasil wawancara, obsrvasi dan dokumentasi, serta triangulasi sumber dengan melakukan wawancara kepada guru, kepala sekolah dan siswa. Dari triangulasi, hasil kroscek keduanya saling berkaitan dan sama. Oleh karena itu, data dapat dipercaya kebenarannya. Untuk memperoleh hasil penelitian kualitatif yang dapat dinilai baik dan mendekati kebenaran peneliti berusaha agar data-data penelitian memenuhi kriteria keabsahan data kredibilitas seperti yang diuraikan Imron (1996: 44) sebagai berikut.

Kredibilitas (cridibility) atau keterpercayaan yaitu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Dalam penelitian kualitatif, agar diperoleh cridibility dapat dilakukan dengan: (1) Memperpanjang cara pengamatan agar cukup waktu untuk mengenal responden, lingkungannya dan kegiatan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi. (2) Pengamatan yang terus-menerus, agar peneliti dapat melihat sesuatu secara cermat, terinci dan mendalam, sehingga dapat membedakan mana yang bermakna dan tidak, dengan demikian peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang cermat dan terinci.


(67)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Karanggondang yang beralamat di Jl. Bantul Km. 8,5 Karanggondang, Pendowoharjo, Sewon, Bantul. Fasilitas sekolah yang dimiliki oleh Sekolah Dasar Karanggondang berupa 7 ruang kelas, masing-masing kelas terdiri dari kelas I-VI. Ruang Kepala Sekolah dengan ruang guru, hanya ada satu pintu di dalam ruang tersebut yang menghubungkan ruang kepala sekolah dan ruang guru.

Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul memiliki 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang lab. komputer dan 10 ruang WC (kamar mandi). Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul mempunyai halaman sekolah yang cukup luas sehingga mampu menampung seluruh siswa kelas I-VI dan para guru untuk melaksanakan upacara. (observasi, wawancara dan dokumentasi dilaksanakan pada tanggal 23 juni – 12 juli 2015.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul. Guru dan siswa dijadikan sebagai subjek dalam melakukan observasi dan wawancara kepada subjek penelitian untuk memperoleh data mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul.


(68)

53

Peneliti menjadikan guru dan siswa sebagai subjek penelitian. Penelitian ini sebanyak 4 guru kelas yaitu guru kelas rendah dan guru kelas tinggi seperti H selaku guru kelas II, M selaku guru kelas III, Hp selaku guru kelas IV dan Ap selaku guru kelas V. Peneliti juga mengambil data tersebut dari siswa sebanyak 12 siswa, peneliti mewawancarai siswa kelas rendah dan kelas tinggi secara bertahap. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Rn, Ms, Ry, Dr, Nr, Re, Ct, Ar, Br, Dt, Sr, Ty.

C. Deskripsi Data Penelitian

Dalam melakukan penelitian di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul peneliti melakukan penelitian dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara terhadap kepala sekolah, guru dan siswa. Observasi di lakukan pada kelas II, kelas III, kelas IV dan kelas V yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul. Dokumentasi dilakukan pada pada kelas II, kelas III, kelas IV dan kelas V. Hasil dari dokumentasi ini yaitu mengambil foto-foto saat proses pembelajaran didalam kelas. Dari hasil wawancara dan observasi guru-guru sudah memahami dengan upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter yang ada di sekolah.


(69)

54

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran

a. Upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kejujuran

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru dan siswa di Sekolah Dasar Karanggondang diperoleh data bahwa, guru dan siswa mempunyai pemahaman hampir sama mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kejujuran.

1) Teguran

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkapkan bahwa saya melakukan, teguran kepada siswa jika meminjam buku tetapi tidak dikembalikan dan menegurnya supaya ia mengembalikan buku yang dipinjam. Selain itu teguran kepada siswa jika ketahuan mengambil barang tidak sesuai dengan harga barang yang ada di kantin kejujuran seperti cemilan, premen dll. Adapun Saya melakukan, teguran kepada siswa jika ia menyontek saat ulangan dan jika berulang-ulang maka saya ambil hasil kerjanya. Dari pernyataan 4 guru tersebut ia selalu menegur siswa dengan cara dipanggil dan juga ditegur langsung ditempat yang ia ambil seperti kantin kejujuran, perpustakaan dan jika ia menyontek. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)


(70)

55

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kejujuran, sebagai berikut: siswa kelas II-V mengungkap bahwa jika ketahuan menyontek maka Bapak/Ibu selalu menegur saya. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Guru selalu menegur siswa jika ketahuan menyontek dan tidak bekerja sama dengan sesama teman dalam kelompok. Observasi kelas II-V. (23-25 Juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa dan hasil observasi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru menegur siswa jika melakukan kesalahan seperti menyontek, tidak jujur, tidak mengembalikan barang yang dipinjam dll.

2) Memberi nasehat

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkapkan bahwa saya memberi nasehat kepada siswa jika meminjam barang harus dikembalikan, berkata jujur jika menemukan barang harus diumumkan atau dikembalikan dan tidak boleh menyontek saat melakukan ulangan atau ujian. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)


(71)

56

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kejujuran, sebagai berikut: siswa kelas II-V mengungkap bahwa jika saya ketahuan menyontek maka Bapak/Ibu selalu menasehati. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015).

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi kelas II-V, guru selalu menasehati siswa jika ketahuan menyontek dan tidak bekerja sama dengan sesama teman dalam kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa dan hasil observasi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru memberi nasehat kepada siswa apabila menyontek, tidak bekerja sama, tidak berkata jujur dan meminjam buku tetapi tidak dikembalikan. 3) Memberi teladan

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa saya berkata jujur dan mengembalikan barang yang ia temukan. Dari 4 pernyataan guru tersebut semua selalu melaksanakannya. (wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)


(72)

57

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kejujuran, sebagai berikut: siswa kelas II-V mengungkap bahwa jika saya ketahuan menyontek maka Bapak/Ibu selalu menegur saya. (wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi kelas II-V, guru selalu berkata jujur kepada siswa.

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa dan hasil observasi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru selalu memberi teladan yang baik pada siswa apabila menemukan barang ia langsung mengumumkannya, selalu berkata jujur dan memimjam buku harus dikembalikan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa upaya guru menanamkan nilai karakter dalam aspek kejujuran seperti teguran, memberi nasehat dan memberi teladan. Guru selalu menegur siswa jika ketahuan menyontek disaat ujian dan ulangan, menemukan barang harus diumumkan dan dikembalikan, pinjam barang harus dikembalikan, mengambil barang di kantin kejujuran harus sesuai dengan harganya. Guru


(73)

58

selalu memberi nasehat kepada siswa supaya tidak menyontek, tidak boleh bekerjasama dengan teman di saaat ujian dan ulangan. Guru selalu berkata harus jujur dan menemukan barang harus diumumkan dan dikembalikan.

b. Upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kedisplinan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru dan siswa di Sekolah Dasar Karanggondang diperoleh data bahwa, guru dan siswa mempunyai pemahaman hampir sama mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kedisplinan.

1) Teguran

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa saya teguran kepada siswa jika tidak melaksanakan piket kelas, tidak menggunakan pakaian yang sesuai dengan peraturan sekolah dan jika terlambat kesekolah. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kedisplinan, sebagai berikut: Siswa Kelas II-V mengungkap bahwa guru selalu menegur saya jika terlambat ke sekolah. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)


(74)

59

Berdasarkan hasil wawancara guru dan siswa di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru selalu menegur siswa jika melakukan kesalahan seperti tidak melaksanakan, terlambat kesekolah dan tidak menggunakan pakaian yang sesuai dengan peraturan sekolah.

2) Memberi nasehat

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa saya memberi nasehat kepada siswa jika tidak menggunakan pakaian yang sesuai dengan peraturan sekolah, tidak melaksanakan piket kelas dan terlambat kesekolah. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kedisplinan, sebagai berikut: siswa kelas II-V mengungkapkan bahwa jika saya terlambat ke sekolah maka Bapak/Ibu selalu menasehati supaya tidak terlambat lagi. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi kelas II-V, guru selalu memberi nasehat kepada siswa jika tidak melaksanakan piket kelas selain iitu guru juga menasehati siswa jika ada piket kelas harus dilaksanakan.


(1)

126 Gambar 14. Wawancara dengan siswa

kelas IV Gambar 15. Wawancara dengan siswa kelas IV

Gambar 16. Wawancara dengan siswa kelas V

Gambar 17. Wawancara dengan siswa kelas V


(2)

127 Lampiran 6. Dokumentasi Observasi Guru

Gambar 18 dan 19. Aktivitas guru saat proses pembelajaran di kelas II dan kelas III


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Keagamaan Di Taman Kanak-Kanak Islam Qolbus Salim Tambun Bekasi

0 15 76

Identifikasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Buku Pelajaran Agama Islam Sekolah Dasar

1 6 7

NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN PUISI DI KELAS VII SMP NEGERI 2 TAWANGMANGU Nilai-Nilai Karakter Dalam Proses Pembelajaran Puisi Di Kelas VII SMP Negeri 2 Tawangmangu.

0 3 13

UPAYA GURU AGAMA ISLAM MEMOTIVASI SISWA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN UPAYA GURU AGAMA ISLAM MEMOTIVASI SISWA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 3 16

UPAYA GURU AGAMA ISLAM MEMOTIVASI SISWA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN UPAYA GURU AGAMA ISLAM MEMOTIVASI SISWA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 3 18

MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran Bermuatan Nilai-Nilai Karakter Di Sekolah Dasar Negeri Sobo Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan.

1 3 18

NILAI-NILAI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH DASAR UNGGUL Nilai-Nilai Pengelolaan Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Unggul (Studi Situs SD Pangudi Luhur Bernardus Semarang).

0 1 13

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK.

0 0 1

B INTEGRASI NILAI NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENANAMKAN NASIONALISME DI SEKOLAH DASAR

0 0 10

UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK MENANAMKAN NILAI - NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK DI MTS MA’ARIF 4 KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR - Raden Intan Repository

0 1 130