1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi
AKB dan Angka Kematian Ibu AKI. Dari hasil penelilitan Yousif, dkk 2006, perawatan kehamilan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan bayi
yang akan dilahirkan. Wanita yang secara teratur pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan akan memiliki kesehatan yang
baik dan melahirkan bayi yang sehat, sedangkan wanita yang memiliki kesehatan yang buruk akan lebih rentan menyebabkan kematian bayi. Kematian ibu dan
perinatal merupakan persoalan yang terselubung sebagai akibat dari berbagai faktor seperti kemiskinan, kebodohan, kurangnya nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan
hamil dan menyusui, jumlah dan jarak hamil terlalu pendek, dan usia yang terlalu tua atau masih sangat muda untuk hamil. Semuanya memberikan kontribusi
kehamilan dengan resiko tinggi Manuaba, 2011. Morbiditas dan mortalitas wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang contohnya Indonesia dan menanggapi masalahibu yang sedemikian besar tahun 1989 untuk pertama kalinya di tingkat Internasional
diadakan konfrensi tentang kematian ibu di Neirobu di Kenya. Tahun 1994 diadakan pula International Conferene On Population and Development ICPD di Kairo,
1
Universitas Sumatera Utara
2
Mesir yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan social dan pembangunan sumber daya manusia SDM.
Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai pelayanan yang integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau oleh masyarakat, di dalamnya termasuk
pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinan dengan selamat Saifudin, 2003.
World Health Organization WHO memperkirakan lebih dari 585.000 pertahunnya meninggal saat hamil dan bersalin. Di negara miskin, sekitar 25-50
kematian wanita usia subur WUS disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Saifudin, 2001. Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu AKI
tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007, dimana pada Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia SDKI 2007, menunjukkan Angka Kematian Bayi AKB 341000 Kelahiran Hidup KH, Angka Kematian Balita AKBA 441000 KH dan
Angka Kematian Ibu AKI 228100.000 KH. Target pencapaian sasaran di tahun 2015 yaitu AKB 231000 KH dan AKBA 321000 KH,sedangkan Angka Kematian
Ibu AKI di Sumatera Utara Sumut masih tinggi, yakni mencapai 230100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Ini jauh di atasAKI nasional yang hanya
102100.000 kelahiran hidup BKKBN, 2012. Menurut Riskesdas 2011, tingginya AKI di Indonesia disebabkan beberapa penyebab yaitu pendarahan 26,99,
eklamsia 23, infeksi 10,99, komplikasi puerpurium 8, trauma obstetrik 5, emboli obstetrik 5, partus lama 5,abortus 5 dan lain-lain 10,99.
Universitas Sumatera Utara
3
Sedangkan menurut Depkes RI 2009 penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia disebabkan langsung oleh beberapa faktor diantaranya yaitu perdarahan
28, eklamsi 24, dan infeksi 11. Selain itu, terdapat penyebab tidak langsung yaitu 4T: terlambat mendeksi ibu hamil resiko tinggi, terlambat
mengambil keputusan keluarga untuk merujuk, terlambat mencapai fasilitas rujukan dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan
Menurut Depkes RI 2003 komplikasi - komplikasi yang terjadi sebagian besar dapat dicegah apabila kesehatan ibu selama hamil selalu terjaga melalui
pemeriksaan antenatal yang teratur dan pertolongan yang bersih dan aman. Dalam upaya konkritnya antara lain adalah melalui upaya meningkatkan mutu dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu serta perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer, dapat juga dilakukan dengan mengembangkan
konsep Audit Maternal-Perinatal AMP, selain itu ditingkat masyarakat adalah dengan cara meningkatkan pemahaman pengetahuan, sikap, praktik dan persepsi
masyarakat tersebut dengan pelayanan ANC tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah pendekatan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas, yaitu melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care ANC. Tujuan dari ANC sendiri menurut Depkes RI 2008 adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pengawasan sebelum lahir antenatal mempunyai kedudukan yang
Universitas Sumatera Utara
4
sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik selama kehamilan untuk menghadapi persalinan, dengan pengawasan pada masa kehamilan
dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan sehingga segera dapat diatasi. Tingginya komplikasi obstetric seperti perdarahan
pasca persalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan ibu dibanyak negara berkembang Depkes RI, 2004.
Menurut Organisasi kesehatan Dunia WHO, 2005 Antenatal Care ANC adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan
medic pada ibu hamil, untuk memperoleh satu proses kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu
sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko – resiko kehamilan, dan
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan resiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal Prawirohardjo,2006.
Kunjungan ANC yang teratur dan pengawasan yang rutin dari bidan maupun dokter selama masa kehamilan tersebut diharapkan membuat komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum dapat dikenali secara lebih dini. Hal ini dapat mengurangi resiko kematian ibu hamil.
Menurut Depkes RI 2008 faktor yang mempengaruhi pencapaian kunjungan KI dan K4 ibu hamil diantaranya adalah faktor internal paritas dan usia dan eksternal
pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi dan dukungan. Pada tahun 2012 cakupan kunjungan antenatal K1 dan K4 meningkat yaitu sebesar
Universitas Sumatera Utara
5
112 dan 90,7. Perbedaan persentase cakupan kunjungan K1 dan K4 mengindikasikan beberapa ibu hamil tidak melakukan kunjungan awal K1 atau
melewatkan kunjungan K4 selama masa kehamilannya. Pemeriksaan kehamilan yang teratur akan menurunkan bukan saja angka kematian ibu hamil, ibu bersalin
dan nifas tetapi juga menurunkan angka kecacatan bayi di Indonesia. Menurut lestari 2011 dampak dari ibu hamil yang tidak mengikuti ANC
adalah meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas ibu, tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan dan kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan
tidak dapat dideteksi secara dini. Cakupan pelayanan ANC dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil KI untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 kali K4 dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester
ketiga. Sekitar 61 perempuan usia 20-59 tahun melakukan kunjungan pelayanan
antenatal yang disyaratkan selama masa kehamilan terakhir mereka, 72 melakukan kunjungan pertama, tapi putus sebelum 4 kunjungan yang disyaratkan,
ini disebabkan pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat tidak memadai. Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh ibu dan bayinya karena sebagian besar
kematian ibu dan bayibaru lahir terjadi pada masa persalinan dan paska persalinan Qomariah, 2013.
Pendidikan ibu mempunyai hubungan yang terbalik dengan resiko kematian anak. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya berhubungan dengan resiko
Universitas Sumatera Utara
6
kematian yang rendah, hal ini karena pendidikan membuat ibu mendapatkan informasi tentang perawatan kehamilan dan anak yang lebih baik. Sebagai contoh,
angka kematian bayi 77 lebih rendah pada anak yang ibunya berpendidikan perguruan tinggi dibanding anak yang ibunya tidak berpendidikan masing-masing
15 dan 66 kematian per 1.000 kelahiran SDKI, 2012. Penelitian Srimarti 2009 membuktikan bahwa Health Education
merupakan salah satu kegiatan yang tepat guna dalam upaya penurunan angka kematian ibu hamil yaitu “Modifikasi Model Community Development Guna
Peningkatan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan pada Tenaga Kesehatan”. Berdasarkan penelitian tersebut, terungkap alasan ibu hamil lebih memilih
melahirkan pada dukun karena latar belakang budaya. Hasil penelitian tersebut menyatakan bila ibu hamil melakukan persalinan pada bidan maka persalinannya
dianggap sulit yang dalam bahasa Madura yaitu malarat. Sehingga ibu hamil cenderung malu bila persalinannya dikatakan malarat. Selain karena latar belakang
budaya, hasil penelitian tersebut juga menyatakan beberapa alasan lain yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan persalinan pada bidan, yaitu karena biaya
persalinan bidan mahal, keluarga yang ikut campur dalam memberi keputusan, takut operasi dan berobat ke puskesmas, serta rendahnya pengetahuan kesehatan ibu
hamil. Berdasarkan penelitian Devi 2009 dan teori Dignan tentang Health
Promotion, maka perlu adanya kegiatan Community Analysis sebelum dilakukan kegiatan Health Education, agar kegiatan Health Education menjadi tepat guna dan
Universitas Sumatera Utara
7
efektif. Budaya bagi masyarakat adalah suatu hal yang penting, bahkan diantaranya dipercaya dan menjadi pegangan hidup oleh masyarakat.
Ada banyak alasan yang dikemukakan oleh pengguna jasa dukun bayi, antara lain dukun bayi dianggap sebagai tokoh masyarakat danmasih memegang
peranan penting dimasyarakat tersebut. Masyarakat masih mempercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena dukun dianggap murah dan dukun tetap
memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat bayi dan memandikan bayi Diah, 2012.
Selain berkaitan dengan budaya, pengaruh dukun bayi sulit tergantikan oleh bidan maupun dokter karena dukun bayi mampu memberikan pelayanan paripurna
mulai dari menolong persalinan sampai memimpin kelahiran bayi. Dukun bayi merupakan orang yang dituakan dan sangat dikenal dimasyarakat sehingga mampu
memberikan rasa aman dan nyaman. Selain itu dukun bayi juga selalu siap jika dibutuhkan Qomariah, 2013.
Penelitian Werner 2001 menyebutkan bahwa perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita hamil meningkatkan dependency need
kebutuhan. Penelitian tersebut juga menunjukan kebutuhan akan perhatian yang lebih besar, keinginan memastikan bahwa bantuan yang dibutuhkan telah tersedia
dan keinginan akan keterlibatan teman dan keluarga. Mensosialisasikan hidup sehat bagi ibu hamil. Suami istri perlu mendapatkan pelayanan antenatal yang tepat,
pemeriksaan ini langkah penting demi kesehatan dan keselamatan istri dan anak
Universitas Sumatera Utara
8
yang dikandung. Hal ini agar ibu yang sedang hamil terhindar dari anemia dan kekurangan Vit A BKKBN, 2007.
Perilaku ibu yang lebih mempercayai dukun bayi dalam proses pemeriksaan kehamilan juga berperan penting dalam mempengaruhi kunjugan antenatal care.
Kepercayaan ibu terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan dengan sistem nilai budaya yang ada di masyarakat dimana dukun bayi diperlakukan sebagai tokoh
masyarakat setempat sehingga memiliki potensi dalam pelayanan kesehatan. Berdasarkan data kunjungan antenatal care di puskesmas pembantu pustu di desa
Payatusam terdapat 58 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya namun setelah dilakukan wawancara oleh peneliti terhadap 5 ibu hamil yang menyatakan bahwa
selain berkunjung ke pustu, mereka tetap memeriksakan kehamilannya pada dukun bayi tanpa adanya tentangan dari suami. Ibu mengatakan lebih sering memeriksakan
kehamilannya pada dukun bayi daripada tenaga kesehatan yang ada di daerah tersebut karena letak puskesmas yang berada ± 5 km dari rumah warga, jumlah
bidan yang berpengalaman 1 orang dan 2 orang bidan muda serta ibu hamil berpendapat bahwa jika ibu hamil melakukan pemeriksaan ke dukun bayi maka
dapat mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan, dapat memperbaiki letak janin dalam kandungan dan mencegah terjadinya kematian janin dalam
kandungan. Sedangkan setelah melakukan pemeriksaan pada dukun bayi ibu hamil sering mengeluhkan sakit dibagian perut ± 2 hari.
Menurut penelitian Devi 2009 dengan responden sebagian besar berusia 20-35 tahun, tingkat pendidikan rendah yaitu tidak sekolah, madrasah dan hanya
Universitas Sumatera Utara
9
sampai pada tingkat SD, pekerjaan sebagai petani dan pola tempat tinggal tergolong keluarga luas. Pengaruh budaya seputar kehamilan masih cukup kuat sehingga
mereka lebih percaya dukun dari pada anjuran petugas kesehatan dokter dan bidan dalam perawatan kehamilan. Pada persalinan, mereka masih memilih dukun karena
bersalin ke bidan dianggap persalinan yang susah atau sulit. Hasil penelitian Wahyuni 2013 di Desa Galang daerah Pontianak juga
menunjukkan selain rutin memeriksakan kehamilan di posyandu masyarakat juga menggunakan jasa dukun baik dalam perawatan kehamilan maupun menolong
persalinan. Menurut mereka akan lebih mudah melahirkan di dukun jika sudah tiba waktu persalinan karena selain dukun bayi mengetahui umur kandungan melalui
urut pijatan saat bulan pertama ibu hamil dan melalui pemijatan pula dukun bayi dapat memperbaiki posisi janin atau kandungan yang bermasalah, pada bulan-bulan
seterusnya seperti yang dirasakan ibu hamil pada umumnya sehingga bayi mudah dilahirkan.
Melihat permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pemeriksaan Antenatal Care Di Desa Paya Tusam Kecamatan
Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014.
1.2. Permasalahan