2.2. Domain Perilaku
Perilaku seseorang merupakan keseluruhan totalitas pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dari
dalam dan faktor eksternal dari luar. 1. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri
seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi,
motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri
seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya,
ekonomi maupun politik. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi
perilaku baru berperilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Universitas Sumatera Utara
Seorang ahli psikologi pendidikan, Benyamin Bloom 1908 membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah, atau domain perilaku ini, yakni kognitif
cognitive, afektif affective, dan psikomotor psychmotor Notoatmodjo, 2010. Teori Bloom ini pun berkembang dalam pendidikan kesehatan menjadi 3 tingkat
ranah perilaku sebagai berikut: 1. Pengetahuan knowledge
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga,
dan sebagainya. Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek memengaruhi
pengetahuan seseorang
melalui penginderaan
tersebut.Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a. Tahu know
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu, seperti: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang
objek yang
diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunakan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis synthesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Atau dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. f. Evaluasi evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahun yang telah diuraikan di atas
Notoatmodjo, 2007. 2. Sikap attitude
Sikap adalah respons tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Campbell 1950 mendefinisikan sangat sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard
to object.”. Dapat diartikan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Seorang ahli psikologis sosial, Newcomb menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap
belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku tindakan atau reaksi tertutup.
Notoatmodjo, 2010. Menurut Allport 1954, sikap itu terbagi dalam 3 komponen pokok,
yaitu: a. Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya,
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Artinya, bagaimana penilaian terkandung di dalamnya faktor emosi orang
tersebut terhadap objek. c. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave. Artinya, sikap
adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku
terbuka tindakan. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting Notoatmodjo,
2010. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki 4 tingkatan,
yaitu: a. Menerima receiving
Menerima diartikan bahwa seseorang subjek mau menerima stimulus yang diberikan objek.
b. Menanggapi responding Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai valuing
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan
orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
d. Bertanggung jawab responsible
Universitas Sumatera Utara
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil
sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain
Notoatmodjo, 2010. Sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu.
2. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok.
3. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tapi dapat juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut.
4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. Fungsi sikap dibagi dalam 4 golongan Ahmadi, 1992, yaitu:
1. Sebagai alat menyesuaikan diri Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu
yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubungan antara orang dengan
kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain. 2. Sebagai pengatur tingkah laku
Tingkah laku anak kecil atau hewan umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak
ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan sudah lanjut usianya, perangsang itu umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi
terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-
Universitas Sumatera Utara
perangsang itu. Jadi, antara perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya
dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan kesusilaan, keinginan pada orang itu, dsb.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima
pengalaman-pengalaman dari dunia luar, sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari luar
itu tidak semuanya dilayani tetapi memilih nama yang perlu dan yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu
dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebutkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh
karena itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai
pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut
dengan mengetahui sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah
sikap-sikap tersebut Purwanto, 1999. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
3. Tindakan atau Praktik practice Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan
untuk bertindak praktik. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain
adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Tindakan atau praktik ini mempunyai 3 tingkatan menurut kualitasnya,
yaitu: a. Persepsi perception
Diartikan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respon terpimpin guided respons Diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh. c. Mekanisme mechanism
Diartikan seseorang yang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi adaptation Diartikan adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang
baik. Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut Notoatmodjo, 2003.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan
yang lalu recall. Pengukuran juga dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Teori Snehandu B. Karr