Perokok pasif TINJAUAN PUSTAKA

meningkatkan resiko abortus spontan dan bayi lahir preterm serta retardasi perkembangan fetus intrauterin Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007.

2.4. Perokok pasif

2.4.1. Definisi Perokok pasif bermaksud inhalasi asap tembakau oleh individu yang tidak merokok. Asap rokok mengandungi partikel dan gas yang terhasil daripada pembakaran tembakau serta kertas pembalutnya yang dibakar pada suhu yang tinggi. Asap rokok pasif secondhand smoke bermaksud asap mengkontaminasi ruangan terbuka atau tertutup yang diinhalasi oleh individu yang tidak merokok. Kandungan asap rokok pasif adalah campuran daripada dua jenis asap, yaitu asap sampingan yang terhasil daripada pembakaran rokok tersebut, yang disebut sidestream smoke dan asap utama yang diekshalasi oleh perokok tersebut, yang disebut mainstream smoke. Asap sampinganmengandungi konsentrasi toksin yang lebih tinggi berbanding asap utama. Asap rokok pasif mengalami perubahan dari segi karakteristik dan konsentrasinya bersama waktu dan jarak yang telah ia jalani sejak ia dihasilkan. Ukuran dan komposisi partikel asap rokok berubah karena komponen gas yang bersifat mudah menguap U.S. Department of Health and Human Services, 2010. 2.4.2. Toksikologi asap rokok pasif Ciri-ciri kimia dan fisik dari asap sampingan serta asap utama telah diteliti oleh pelbagai pihak Jenkins et al. 2000; Hoffmann et al. 2001; International Agency for Research on Cancer [IARC] 2004; California Environmental Protection Agency [CalEPA] 2005. Tinjauan yang dijalankan oleh IARC 2004 menunjukkan bahwa 4000 bahan kimia terdapat di dalam asap rokok utama Robert 1988, dan secara kualitatif komposisi bahan-bahan tersebut adalah hampir identikal bagi asap rokok utama, asap rokok sampingan dan asap rokok pasif. Suatu penilaian yang dilakukan oleh National Research Council 1986 tentang perbedaan antara komposisi dalam Universitas Sumatera Utara asap utama dan asap sampingan adalah sebagian bahan diemisikan sebanyak sepuluh kali lipat oleh asap sampingan berbanding dengan asap utama. Program Toksikologi Nasional atau The National Toxicology Program USDHHS 2000 mengestimasi bahwa tidak kurang daripada 250 sebatian yang terdapat dalam asap rokok pasif bersifat toksik atau karsinogenik U.S. Department of Health and Human Services, 2010. 2.4.3. Efek-efek merokok pasif a. Efek merokok pasif terhadap reproduksi dan perkembangan Wanita yang merokok mempunyai resiko 2-4 kali lipat berbanding wanita yang tidak merokok untuk melahirkan anak yang kecil untuk usia gestasi. Terdapat peningkatan sebanyak 50-100 dalam kasus penyakit respiratori akut pada anak-anak yang lahir yang terpapar dengan asap rokok. Tambahan lagi, bayi-bayi yang ibunya merupakan perokok pasif mempunyai jumlah sel darah merah yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa suplai oksigen adalah rendah ketika hamil. Hal ini turut ditemukan pada wanita yang merupakan perokok aktif sewaktu hamil. Bayi mempunyai resiko untuk meninggal akibat sudden infant death syndrome SIDS jika ibu mereka masih merokok setelah melahirkan. Untuk mendeteksi sama ada bayi itu terpapar kepada asap rokok pasif atau tidak, kita dapat memeriksa rambutnya segera setelah lahir dengan menemukan nikotin dan kotinin Haustein Groneberg, 2010. Efek asap rokok pasif terhadap reproduksi dan perkembangan dapat terjadi dalam tiga periode penting yaitu prekonsepsi, gestasi, dan postpartum. Mekanisme biologik yang terjadi pada ketiga-tiga periode ini adalah berbeda antara satu sama lain. Pada periode prekonsepsi, paparan ibu hamil terhadap asap rokok pasif memberi efek terhadap kesuburan ibu tersebut dengan mengganggu keseimbangan hormon yaitu hormon pertumbuhan, kortisol, LH, dan prolaktin, yang akhirnya memberi kesan kepada produksi oosit. Periode kedua, yaitu periode gestasi atau sewaktu hamil, efek yang mungkin terjadi adalah aborsi spontan, restriksi pertumbuhan fetus, dan malformasi kongenital. Efek yang paling parah bisa terjadi pada minggu 3 hingga 8 Universitas Sumatera Utara yaitu sewaktu proses organogenesis sedang aktif. Periode terakhir, yaitu postpartum. Bayi dan anak-anak-anak yang baru lahir sangat rentan terhadap asap rokok pasif jika dibandingkan dengan orang dewasa karena pertumbuhan dan perkembangannya yang belum sempurna. Kelainan yang bisa terjadi adalah gangguan kognitif U.S. Department of Health and Human Services, 2010. b. Efek merokok pasif terhadap respiratori anak-anak Efek merokok pasif terhadap respiratori anak-anak telah lama menjadi perhatian samada di bidang klinikal maupun kesehatan masyarakat. Paparan terhadap anak-anak terjadi daripada ibu danatau kedua orang tua yang merokok sebelum dan setelah hamil, serta paparan daripada individu lain selain orang tua mereka. Laporan daripada U.S. Surgeon General pada 1985 menunjukkan bukti yang mencukupi bahwa berlaku peningkatan frekuensi penyakit respiratori akut pada bayi yang terpapar asap rokok pasif daripada orang tua mereka. Sedangkan bagi anak yang lebih tua, berlaku peningkatan frekuensi batuk dan phlegm, serta infeksi pada telinga tengahU.S. Department of Health and Human Services, 2010. Terdapat berbagai variasi penyakit respiratori pada anak-anak akibat merokok pasif yang didasari oleh rangkaian mekanisme patogenesis, termasuklah infeksi, perubahan pada struktur paru sewaktu kehamilan, inflamasi, serta tindak balas alergi. Efek-efek yang terjadi pada setiap individu adalah berbeda karena variasi sukseptibilitas genetik individu serta interaksi antara genetik-lingkungan. U.S. Department of Health and Human Services, 2010. Antara kelainan yang bisa terjadi pada anak-anak akibat merokok pasif adalah penyakit salur nafas bawah, infeki telinga tengah, simptom-simptom respiratori dan asma pada anak usia sekolah, onset asma, atopi, dan penurunan fungsi paru U.S. Department of Health and Human Services, 2010. c. Efek merokok pasif terhadap kanker pada orang dewasa Setiap hembusan asap rokok mangandungi campuran daripada ribuan jenis sebatian kimia, termasuk lebih dari 60 karsinogen. Karsinogen yang terdapat dalam Universitas Sumatera Utara asap rokok terdiri daripada berbagai kelas, yaitu hidrokarbon aromatik polisiklik polycyclic aromatic hydrocarbon, N-nitrosamin, amin aromatik aromatic aminea, aldehida aldehydes, hidrokarbon organik volatil volatile organic hydrocarbons dan metal. Laporan daripada Surgeon General pada 2004 menyimpulkan bahwa ada bukti yang mencukupi untuk menunjukkan bahwa merokok merupakan kausal bagi kanker paru, laring, kavitas oral, faring, esofagus, pankreas, kandung kemih, ginjal, serviks, lambung, kolorektal dan hepar. Mekanisme bagaimana terjadinya kanker sebagai akibat daripada paparan terhadap asap rokok digambarkan dalam gambar 2.1. Gambar 2.1. menunjukkan bahwa pemaparan terhadap karsinogen akan menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen antara karsinogen dengan DNA. Hal ini mengakibatkan onkogen dan gen tumor supresor termutasi, seterusnya menyebabkan pembelahan sel yang terjadi secara tidak terkontrol. Hal inilah yang akan memacu kepada terjadinya kanker akibat daripada paparan terhadap asap rokok secara pasifU.S. Department of Health and Human Services, 2010. Aktivasi Miskoding metabolik persisten Detoksifikasi metabolik Perbaikan Ekskresi DNA norma l Gambar 2.1. Skema menunjukkan langkah-langkah daripada paparan terhadap asap rokok pasif sehingga menyebabkan kanker sebagai akibat daripada karsinogen Pemapar an terhadap asap rokok pasif Uptake karsinogen Aduksi DNA Kanker Mutasi onkogen dan gen supresor tumor Universitas Sumatera Utara d. Efek merokok pasif terhadap penyakit kardiovaskuler Penyakit jantung koroner PJK merupakan penyebab utama kematian di negara-negara industri. Pada tahun 1995, sebanyak 481,287 kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh PJK, dan merokok merupakan faktor resiko utama kepada terjadinya PJK. Beberapa studi telah dijalankan untuk menunjukkan keterkaitan antara merokok dan PJK. Kadar kotinin dalam serum digunakan sebagai parameter untuk mengukur kadar pemaparan terhadap asap rokok. Suatu meta-analisis menunjukkan bahwa pemaparan terhadap asap rokok pasif mempunyai asosiasi dengan peningkatan 25 untuk mendapatkan PJK . Suatu lagi meta-analisis menunjukkan resiko PJK pada individu tidak merokok adalah lebih tinggi apabila pasangan merekan merokok, dibandingkan dengan individu yang pasangannya tidak merokok Haustein Groneberg, 2010. Merokok menyebabkan berlaku iskemia miokard kepada perokok serta individu non-merokok yang terpapar terhadap asap rokok dengan mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dengan suplai oksigen dan nutrisi miokard. Stimulasi daripada nikotin terhadap sistem saraf simpatis dan jantung menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen dan nutrisi jantung. Selain itu, asap rokok juga meningkatkan kadar epinefrin dan norepinefrin plasma serta kadar ekskresinya Benowitz dan Gourlay 1997. Merokok secara reguler meningkatkan denyut nadi dalam jangka pendek 20 kali per menit dan sepanjang hari rata-rata peningkatan sebanyak 7 kali per menit. Nikotin juga turut meningkatkan denyut nadi, tekanan darah dan kontraktilitas miokard. Semua perubahan hemodinamik ini akan mengakibatkan peningkatan kerja jantung yang memerlukan lebih banyak aliran darah U.S. Department of Health and Human Services, 2010. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Gambaran mekanisme asap rokok menyebabkan kejadian kardiovaskuler akut Oksidan Partikel Produk pembakaran lain Karbon monoksida Nikotin Inflama si Aktivasi platele trombosis Disfungsi endotel Ketersediaa n oksigen menurun Aktivasi sistem saraf simpatis Vasokonstriksi koroner Denyut nadi meningkat Tekanan darah meningkat Kontraktilitas Suplai darah, oksigen dan nutrisi miokard menurun Oklusi koroner Kebutuhan oksigen dan nutrisi miokard meningkat Iskemia miokard Infark miokard Sudden death Universitas Sumatera Utara e. Efek merokok pasif terhadap respiratori dewasa Efek terhadap respiratori termasuk simptom respiratori akut serta kronik batuk, mengi, sulit bernafas, asma, penurunan fungsi paru dengan menggunakan spirometri sebagai indikator, dan penyakit paru obstruktif. Asap rokok mengandungi piridin yang menghasilkan bau yang tidak menyenangkan serta bahan lain seperti partikel, nikotin, akrolein, dan formaldehida yang menyebabkan iritasi mukosa. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan terhadap individu tersebut dalam kehidupan seharian U.S. Department of Health and Human Services, 2010. Asap rokok pasif jelas mengganggu variabel-variabel fungsi paru. Volume ekspirasi paksa VEP 1 dan kapasitas vital paksa KVP karyawan yang terpapar kepada asap rokok pasif telah diperiksa di dalam suatu penelitian yaitu Scottish MONICA Survey: VEP 1 berkurang sebanyak 254 84-420 ml dan KVP sebanyak 273 60-480 ml dibandingkan dengan karyawan yang tidak terpapar. Apabila individu laki-laki dan wanita yang tidak merokok dipaparkan asap rokok sampingan yang telah diencerkan selama 7.33 jamhari selama lima hari, terlihat penurunan daripada nilai VEP 1 dan KVP yang signifikan. Penurunan fungsi pulmonal juga disertai oleh gangguan aliran darah yang tidak diinduksi oleh noradrenalin yang mengakibatkan bronkokonstriksi Haustein Groneberg, 2010.

2.6. Penanganan masalah