Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender dalam Keluarga di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2013

(1)

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESETARAAN GENDER DALAM KELUARGA DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN

TAHUN 2013

WANDA ERNA 125102137

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga Sma Dharma Pancasila Medan

Abstrak Wanda Erna

Latar belakang : Dialaminya banyak perubahan fisik dan sosial pada masa remaja, laki-laki dan perempuan menunjukan perbedaan yang nyata. Perempuan cenderung mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang dari pada laki-laki, namun dalam kehidupannya perempuan kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki, yang menggambarkan bahwa didalam menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat Tujuan penelitian : untuk mengetahui Pengetahuan remaja tentang keseteraan gender dalam keluarga

Metedologi : penelitian ini menggunakan desain yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan.

.

Pengumpulan data dilakukan mulai 12 Februari sampai 28 Maret 2013 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama mengenai karakteristik, bagian kedua mengenai pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga.

Hasil : Dari analisis data dapat diketahui bahwa mayoritas responden pertanyaan pengetahuan mayoritas responden menjawab benar pada Berdasarkan hasil penelitian maka pilihan jawaban remaja pada pertanyaan pengetahuan tentang kesetaraan gender dalam keluarga yang dijawab benar mayoritas pada pertanyaan nomor 1 sebanyak 69 orang (97,2 %) dan remaja jalanan yang mayoritas menjawab salah terdapat pada pertanyaan nomor 9 yaitu 37 orang (52,1). Dari hasil yang diperoleh maka pengetahuan remaja kesetaraan gender dalam keluarga mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 37 orang (52,1 %) dan yang minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (8,5 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti secara lebih spesifik terhadap variabel dari sisi korelasi, agar dapat dilihat pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga.

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dibuktikan bahwa pengetahauan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga berpengetahuan cukup.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Rahmat Nya yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASILA Medan Tahun 2013 yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh kerena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

2. Nur Asnah sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep sebagai Ketua Program Study D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dina Indarsita, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberi arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Seluruh Dosen Pengajar D-IV Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik peneliti selama proses perkuliahan dan staf non akademik yang membantu memfasilitasi secara administrasi.

5. Kepala sekolah SMA DHARMA PANCASILA Medan yang telah member izin dalam penelitian ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik USU yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan Proposal ini dan menemani penulis selama penyusunan Proposal ini.

7. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Teristimewa kepada keluargaku tercinta Ayah dan ibu, abang, kakak dan adik-adik saya.


(5)

Penulis menyadari atas kekurangan dari karya tulis ilmiah ini, penulis memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk

kesempurnaan laporan ini, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan khusus ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 8

1. Defenisi Pengetahuan ... 8

2. Tingkat Pengetahuan ... 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10

4. Pengukuran Pengetahuan ... 12

B. Masa Remaja ... 12

1. Defenisi Remaja ... 12

2. Tahap Perkembangan Remaja ... 12

3. Gender dan peran gender ... 14

1. Defenisi Gender dan Peran Gender ... 14

2. Defenisi Kesetaraan Peran Gender ... 14

3. Pembagian Peran Gender Dalam Keluarga ... 16

4. Kesetaraan Gender Dalam Keluarga ... 19

5. Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Sekoah ... 20


(7)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERSIONAL

A. Kerangka Konsep ... 25

B. Depenisi Operasional ... 26

BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Tempat Penelitian... 27

D. Waktu Penelitian ... 27

E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 28

F. Alat Pengumpulan Data ... 28

G. Uji Validitas dan Reabilitas ... 29

H. Prosedur Pengumpulan data ... 29

I. Rencana Analisa Data ... 30

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

1. Karakteristik Responden ... 31

2. Distribusi Pengetahuan Remaja ... 32

B. Pembahasan ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional ... 29 Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi

Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga ... 37 Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner

Pengetahuan tentang Remaja Kesetaraan Gender Dalam Keluarga . 38 Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Remaja


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan kepada Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 : Lembar Kuesioner

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 : Surat Pernyataan Content Validity Lampiran 7 : Surat Penelitian


(11)

Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga Sma Dharma Pancasila Medan

Abstrak Wanda Erna

Latar belakang : Dialaminya banyak perubahan fisik dan sosial pada masa remaja, laki-laki dan perempuan menunjukan perbedaan yang nyata. Perempuan cenderung mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang dari pada laki-laki, namun dalam kehidupannya perempuan kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki, yang menggambarkan bahwa didalam menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat Tujuan penelitian : untuk mengetahui Pengetahuan remaja tentang keseteraan gender dalam keluarga

Metedologi : penelitian ini menggunakan desain yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan.

.

Pengumpulan data dilakukan mulai 12 Februari sampai 28 Maret 2013 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama mengenai karakteristik, bagian kedua mengenai pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga.

Hasil : Dari analisis data dapat diketahui bahwa mayoritas responden pertanyaan pengetahuan mayoritas responden menjawab benar pada Berdasarkan hasil penelitian maka pilihan jawaban remaja pada pertanyaan pengetahuan tentang kesetaraan gender dalam keluarga yang dijawab benar mayoritas pada pertanyaan nomor 1 sebanyak 69 orang (97,2 %) dan remaja jalanan yang mayoritas menjawab salah terdapat pada pertanyaan nomor 9 yaitu 37 orang (52,1). Dari hasil yang diperoleh maka pengetahuan remaja kesetaraan gender dalam keluarga mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 37 orang (52,1 %) dan yang minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (8,5 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti secara lebih spesifik terhadap variabel dari sisi korelasi, agar dapat dilihat pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga.

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dibuktikan bahwa pengetahauan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga berpengetahuan cukup.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja dalam arti adolescene (inggris) berasal dari kata lain adolescere yang artinya tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. (Yani Widyastuti dkk ,2009)

Menurut Mappiare, Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Mohammad Ali,2011). Ahli perkembangan menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan akhir. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas, sedangkan masa remaja akhir menunjuk pada kira-kira setelah usia 15 tahun.

Dialaminya banyak perubahan fisik dan sosial pada masa remaja, laki-laki dan perempuan menunjukan perbedaan yang nyata. Perempuan cenderung mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang dari pada laki-laki, namun dalam kehidupannya perempuan kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki, yang menggambarkan bahwa didalam menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat ( Nurul ramadhani, 2009).

Konsep sosial yang menundukan laki-laki sebagai kaum borjuis atau penindas dan perempuan sebagai kaum proletar atau tertindas, maka untuk menggapai persamaan dengan cara menghapuskan kaum penindas. Paham sosial konflik banyak dianut oleh masyarakat sosial komunis yang meniadakan strata penduduk (Yani widyastuti dkk, 2009).


(13)

Menurut Eva Ellya (2010), Perlu dipahami bahwa faktor sosial budaya dan hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan merupakan faktor penting yang mendukung kesehatan seseorang, seperti :

1. Peran ganda perempuan merugikan kesehatannya. Seperti contoh akan sangat merugikan kesehatan bila seorang ibu hamil diharuskan tetap bekerja keras untuk menambah penghasilan keluarga, disamping tetap dituntut melaksanakan pekerjaan rumah tangga. 2. Pola penyakit antara laki-laki dan perempuan menunjukan adanya perbedaan. Misalnya

beberapa penyakit atau gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks hanya menyerang perempuan dan penyakit kanker prostat pada laki-laki.

3. Kemampuan Perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukan bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Oleh karena itu terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualiatas sepanjang daur hidupnya sangat menentukan kesejahteraan dirinya.

4. Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya seseorang dapat meningkatkan resiko terjadinya beberapa penyakit. Sebagai contoh, dalam kasus HIV/AIDS seorang istri tidak mempunyai resiko seksual resiko tinggi, namun dapat tertular akibat perilaku suaminya

5. Tindak kekerasan terhadap perempuan umumnya berkaitan dengan gender. Umumnya pelakunya adalah laki-laki, karena itu kekerasan perempuan sering dikatakan ”kekerasan berbasis gender”

Peran jenis kelamin adalah pembagian jenis laki-laki dan perempuan secara gender tersebut berjalan dari tahun ke tahun. Lama kelamaan, masyarakat tidak lagi mengenali mana seks dan mana gender. Akhirnya, terciptalah pembagian gender yang akhirnya membentuk peran gender yang diyakini sebagai ketentuan sosial. Pembagian peran gender tersebuat adalah (Eny Kusmiran, 2011) :


(14)

Laki-laki : Produktif, Publik, Maskulin, Pencari nafkah utama

Perempuan: Reproduktif, Domestik, Feminim, Pencari nafkah tambahan

Isu kesetaraan gender telah menjadi pembicaraan di berbagai negara sejak tahun 1979 dengan di selenggarakannya konferensi perserikatan bangsa-bangsa dengan tema the convention on the Ellimination of all forms of discrimination againt Women (CEDAW) yang membahas tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi perempuan. Hasil konferensi tersebut menjadi acuan dalam memperjuangkan hak asasi perempuan (HAP). Konferensi ini kemudian diratifikasi kembali oleh pemerintah Indonesia tahun 1984 menjadi Undang undang No 7 Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap wanita (Nurul rahmadani, 2009).

Ideologi gender yang berlaku di masyarakat mengakibatkan telah terjadi dominasi oleh saatu pihak dengan yang lain sehingga menimbulkan diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Secara statistik pada umumnya, perempuan mendapatkan posisi yang kurang menguntungkan dalam berbagai aspek kehidupan. Situasi ini merupakan hasil akumulasi dan hasil dari nilai sosio kultural suatu masyarakat. Sejalan dengan perkembangan zaman, perempuan mulai memperjuangkan haknya dalam mengaktualisasikan dirinya berperan dalam pembangunan dan mendapat akses yang sama (Ellya Eva, 2010).

Gender sangat berkaitan dengan faktor sosial-budaya, ekonomi agama dan psikologis. Karena itu konsep gender menjadi penting dalam kaitannya dengan kesehatan. Terutama bagi kepentingan kaum perempuan, sebab selama ini perempuan banyak dirugikan karena faktor-faktor tersebut diatas atau alasan non klinis. Akibatanya perempuan sulit memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Nurul rahmadani, 2009).

Sebagai tumpuan harapan bangsa, remaja yang merupakan generasi muda yang akan menentukan masa depan bangsa, patut mendapat perhatian besar. Pandangan atau pemikiran


(15)

remaja akan mempengaruhi langkahnya di masa yang akan datang, karena pemikiran remaja setelah dewasa akan membentuk sikap dan kepribadian. Pandangan para remaja didapat dari informasi yang mereka terima, informasi tersebut diberi makna oleh mereka sehingga mereka memperoleh pengetahuan baru. Proses memberi makna pada informasi, sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru disebut persepsi.

Menurut penelitian Rehasti Dya Rahayu dan Winati Wigna (2011), bahwa lingkungan sekolah memberikan pendidikan gender yang tinggi bagi laki-laki (43,3%) dan perempuan (53,4%) sehingga persepsi gender remajapun juga tinggi, namun ternyata terdapat laki-laki (3,3%) yang memiliki persepsi gender rendah padahal pendidikan gender yang ia terima dari lingkungan sekolah tinggi. Tingginya persepsi gender baik laki-laki maupun perempuan disebabkan oleh pendidikan yang mereka terima yang berupa pendidikan tentang ajaran pilihan bidang studi, pendidikan dari buku dan pendidikan dari guru, semuanya mengajarkan pendidikan yang tinggi gender atau pendidikan yang tidak membedakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Dampak dari tingginya pendidikan gender yang mereka terima dari sekolah membuat persepsi gender laki-laki dan perempuan juga tinggi. bahwa bagi laki-laki (64,3%) orang yang paling berpengaruh terhadap persepsi gendernya adalah teman-teman. Berbeda dengan perempuan (68,8%) yang ternyata paling banyak mempengaruhi persepsi gendernya adalah ibu. Tingginya pengaruh ibu terhadap persepsi gender perempuan disebabkan oleh sejak dahulu mahasiswa perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berada di rumah bersama ibu mereka apabila mereka tidak memiliki kegiatan di sekolah sehingga perempuan lebih banyak melakukan interaksi dengan ibu mereka. Sebaliknya untuk laki-laki, mereka lebih banyak pergi bersama teman-temannya daripada berada di rumah apabila mereka tidak memiliki kegiatan di sekolah sehingga laki-laki kurang melakukan interaksi dengan ibu mereka.


(16)

Menurut penelitian Rizqi suci lestari (2008), pengetahuan remaja tentang gender dalam keluarga dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pandangan remaja yang disalurkan melalui pendapat remaja mengenai pembagian peran laki-laki dan perempuan, yang terdiri dari peran produktif dan reproduktif, dalam keluarga. Pandangan tersebut dikelompokkan menjadi: tradisional, transisi dari tradisional ke modern, dan modern. Faktor-faktor yang diduga behubungan dengan persepsi remaja terhadap pembagian peran gender dalam keluarga dipenelitian ini adalah karakteristik remaja, pola asuh gender terhadap remaja, Persepsi remaja terhadap pembagian peran gender dalam keluarga sebagian besar adalah transisi dari tradisional ke modern. Persepsi remaja yang seperti itu, nantinya akan mengukuhkan konsep peran ganda bagi perempuan. Selain peran ganda, persepsi remaja juga mengandung isu gender lainnya seperti stereotipe. Stereotipe tersebut jika tetap dipercaya oleh remaja pada akhirnya tidak saja akan mengukuhkan konsep peran ganda tapi juga bisa menyebabkan marjinalisasi perempuan, terutama di bidang ekonomi.

Sejauh ini masih belum banyak diketahui bagaimana pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga serta faktor-faktor apa saja yang dapat membentuk atau mempengaruhi pengetahuan remaja tersebut. Diketahuinya bagaimana pengetahuan remaja mengenai kesetaraan gender, maka akan bisa diramalkan apakah peran ganda perempuan yang menyebabkan beban ganda bagi perempuan serta peran gender tradisional yang merugikan perempuan dan laki-laki masih akan dilanggengkan atau tidak di masa yang akan datang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti “Pengetahuan remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di SMA Dharma Pancasila”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Pengetahuan remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di kelas II IPA SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2013.


(17)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitin yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca agar mengetahui kesetaraan gender dalam keluarga

1. Bagi Responden

Diharapkan bagi remaja umumnya dan kepada remaja SMA Dharma Pancasila Medan khususnya agar dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang kesetaraan gender dalam keluarga.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai rujukan atau perbandingan dalam melakukan penelitian serupa. 3. Bagi pendidikan kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal dan menambah wawasan bagi mahasiswa.

4. Bagi pembaca umum

Sebagai informasi mengenai informasi remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan (Knowledge) 1. Definisi

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil pengguatan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan (beliefes), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Soekanto, 2003).

Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo. 2007).

Menurut Roger (1974, dalam Notoatmodjo, 2003) mengatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1). Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2). Interest, yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus. 3). Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4). Trial ,orang yang telah mencoba perilaku baru. 5). Adoption,yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :


(19)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatus (Notoatmodjo. 2010).

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya (Notoatmodjo. 2007).

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut (Notoatmodjo. 2010).

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain (Notoatmodjo. 2010).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo. 2010). e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada (Notoatmodjo. 2010).


(20)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri. (Notoatmodjo. 2010).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2007) “ ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.


(21)

d. Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dab menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

e. Pengalaman

Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2011), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik :76%-100% 2. Cukup :60%-75%


(22)

B. Masa Remaja 1. Defenisi Remaja

Remaja dalam arti adolescene (inggris) berasal dari kata lain adolescere yang artinya tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial psikologis. Masa remaja adalah mas transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. (Yani Widyastuti dan kawan-kawan ,2009)

Menurut Mappiare, Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. (Mohammad Ali,2011)

2. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Ns. Ratna Aryani,S.Kep. (2010) Dalam Proses penyusuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu

a. Masa remaja awal

Pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai menunjukan cara berfikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun di sekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai pandangan, seperti : olahraga yang lebih baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.

b. Masa remaja menengah

Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan


(23)

pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan, menganilisis secaera menyeluruh, dan berfikiran tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “Siapa saya?”Pada masa ini remaja juga mualai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan membuat rencana sendiri.

c. Masa remaja akhir

Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berfikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah – masalah idealisme, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam masyarakat.

3. Gender dan Peran Gender

1. Defenisi Gender dan Peran Gender

Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tannggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat, dan di kontruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat konstruksi sosial,( Yani Widyastuti,dkk, 2009).

Peran gender adalah seseorang yang diharapkan oleh masyarakat untuk bertingkah dan berperilaku menurut jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan). Sebagai contoh, perempuan seharusnya menjadi ibu dan tinggal dirumah untuk mengurus anak, dan suami seharusnya menjadi menjadi ayah dan mencari nafkah untuk keluarga. (Eva Ellya, 2010). 2. Defenisi Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah adanya persamaan hak antara kaum wanita dengan kaum adam dimana persamaan itu mempunyai arti yang menguntungkan bagi kedua pihak, contoh nya dalam dunia kerja. Dengan adanya sebuah kesetaraan akan mengandung adanya perbedaan yang akan memungkinkan perbedaan pendapat antara kedua belah pihak saja. (lizzcharly, 2010)


(24)

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan deskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. (wordpress, 2009)

Menurut Megawangi (1999), pada dasarnya ada dua argumen yang saling bertentangan mengenai pembentukan sifat maskulin dan feminin pada pria dan wanita. Argumen pertama percaya bahwa perbedaan sifat maskulin dan feminin ada hubungannya dengan, bahkan tidak lepas dari, pengaruh perbedaan biologis (seks) pria dan wanita. Perbedaan biologi pria dan wanita adalah alami, begitu pula sifat maskulin dan feminin yang dibentuknya. Oleh karena itu, sifat stereotipe gender sulit untuk diubah. Argumen ini sering disebut mahzab esensial biologis atau orientasi biologis. Argumen kedua percaya bahwa pembentukan sifat maskulin dan feminin bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis antara pria dan wanita, melainkan sosialisasi atau kulturasi. Penganut mahzab ini tidak mengakui adanya sifat alami maskulin dan feminin (nature), tetapi yang ada adalah sifat maskulin dan feminin yang dikonstruksi oleh sosial budaya melalui proses sosialisasi (nurture). Argumen ini membedakan antara jenis kelamin (seks) yang merupakan konsep nature, dan gender yang merupakan konsep nurture. Pemikiran ini disebut mahzab orientasi kultur.

Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan pada proses berikutnya melahirkan peran gender (Fakih, 2006). Santrock (2003) mengartikan peran gender sebagai suatu set harapan yang menetapkan bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki berpikir, bertingkah laku, dan berperasaan. Mugniesyah (2002) dalam Meliala (2006) menjelaskan bahwa peran gender merupakan suatu perilaku yang diajarkan pada setiap masyarakat,


(25)

komunitas dan kelompok sosial tertentu yang menjadikan aktivitas-aktivitas, tugas-tugas dan tanggung jawab tertentu dideskripsikan sebagai peran perempuan dan laki-laki. Peran gender dipengaruhi oleh umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan politik. Perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan situasi ekonomi, sumberdaya alam, dan atau politik termasuk perubahan berupa usaha-usaha pembangunan atau penyesuaian program struktural atau oleh kekuatan-kekuatan di tingkat nasional dan global.

3. Pembagian Peran Gender Dalam Keluarga

Pembagian peran gender dalam keluarga ada Tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga mengacu pada:

1. Sosial keluarga yang biasanya terdiri dari tiga struktur utama yaitu, bapak, ibu, dan anak. Struktur ini dapat pula berupa figur-figur seperti “pencari nafkah”, ibu rumah tangga, anak balita, anak sekolah, remaja dan lain-lain. Seperti halnya dalam setiap struktur sosial dalam masyarakat, diferensiasi sosial akan selalu ada dimana tiap komponen mempunyai status masing-masing.

2. fungsi atau peran sosial, menggambarkan peran dari masing-masing individu atau kelompok menurut status sosialnya dalam sebuah sistem sosial. Peran sosial juga dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan dapat memotivasi tingkah laku seseorang yang menduduki status sosial tertentu. Parsons dan Bales (1956) dalam Megawangi (1999) membagi dua peran orang tua dalam keluarga, yaitu peran instrumental yang diharapkan dilakukan oleh suami atau bapak, dan peran emosional atau ekspresif yang biasanya dipegang oleh figur istri atau ibu. Peran instrumental dikaitkan dengan peran mencari nafkah untuk kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga, sedangkan peran emosional ekspresif adalah peran pemberi cinta, kelembutan dan kasih sayang.


(26)

3. norma sosial, seperangkat peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya. Norma sosial berasal dari dalam masyarakat yang merupakan bagian dari kebudayaan. Setiap keluarga mempunyai norma yang spesifik untuk keluarga tersebut. Misalnya norma sosial dalam hal pembagian tugas (kegiatan rumah tangga) yang mengatur tingkah laku setiap anggota dalam keluarganya.

Menurut Syafrudin (2010), Ideologi gender adalah perbedaan posisi perempuan dan laki-laki yang di yakini sebagi kodrat dari tuhan. Ideologi ini mempengaruhi bagimana seharusnya perempuan dan laki-laki berfikir dan bertindak. Perbedaan ini menciptakan ketidakadilan bagi perempuan dalam bentuk subordinasi, dominasi, diskriminasi, marginalisasi yang merupakan sumber utama tindak kekerasan pada perempuan. Kecenderungan ini terjadi karena

a. Kodrat perempuan halus b. Posisinya dibawah laki-laki c. Melayani

d. Bukan kepala rumah tangga

e. Menjadikan perempuan sebagai properti barang milik laki-laki

(Eva Ellya,2010), Perlu dipahami bahwa faktor sosial budaya dan hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan merupakan faktor penting yang mendukung kesehatan seseorang, seperti :

1. Peran ganda perempuan merugikan kesehatannya.

2. Pola penyakit antara laki-laki dan perempuan menunjukan adanya perbedaan.

3. Kemampuan Perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukan bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Oleh karena itu terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualiatas sepanjang daur hidupnya sangat menentukan kesejahteraan dirinya.


(27)

Peran jenis kelamin adalah pembagian jenis laki-laki dan perempuan secara gender tersebut berjalan dari tahun ketahun. Lama kelamaan, masyarakat tidak lagi mana seks dan mana gender. Akhirnya, terciptalah pembagian gender yang membentuk peran gender yang diyakini sebagai peranan sosial. Peran gender tersebut bahkan oleh masyarakat diyakini sebagai kodrat tuhan, (Eny Kusmiran, 2011)

Remaja laki-laki mempunyai masalah kesehatan reproduksi yang dapat berubah menurut siklis kehidupan, serta dipengaruhi oleh budaya dan praktek-praktek medis yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi segera setelah mereka lahir. Ketika anak laki-laki mencapai masa pubertas, mereka mereka mulai merasakan perubahan fisik, termasuk perubahan suara, munculnya alat kelamin sekunder, serta meningkatnya perkembangan jaringan otot. Perubahan-perubahan fisik ini sering kali diikuti dengan perubahan emosional dan perilaku (Eny Kusmiran, 2011).

Perbedaaan peran serta tanggung jawab sosial bagi laki-laki maupun perempuan yang ditetapkan masyarakat maupun budaya,gender bukan lah kodrat atau ketentuan dari sang pencipta, misalnya keyakinan bahwa laki-laki lebih kuat, kasar dan rasional, buknlah ketentuan kodrat sang pencipta, melainkan hasil sosialisasi melalui sejarah yang panjang, ( Taufan Nugroho, 2010)

Laki-laki dan perempuan di semua lapisan masyarakat memainkan peran yang berbeda, mempunyai kebutuhan yang berbeda, dan menghadapi kendala yang berbeda pula. Masyarakatlah yang membentuk nilai dan aturan tentang bagaimana anak laki-laki dan perempuan, laki-laki dan perempuan dewasa harus berperilaku, berpakaian, bekerja apa dan boleh bepergian kemana dan contoh lainya. Adanya aturan ini menegaskan laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan tugas, (Nurul Rahmadani, 2009)


(28)

Menurut Eny Kusmiran (2011), upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender ditengah-tengah masyarakat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut : 4. Kesetaraan gender dalam keluarga.

Hak-hak sama bagi remaja laki-laki dan perempuan yang perlu dipenuhi dalam keluarga diantaranya:

a. Hak untuk tumbuh, antara lain mendapat gizi seimbang

b. Hak untuk berkembang, antara lain mendapatkan pendidikan bagi remaja laki-laki maupun perempuan

c. Hak untuk reproduksi bagi remaja perempuan

d. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan fisik dan nonfisik

e. Hak mengemukakan pendapat, setiap anggota keluarga didengar pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarganya

f. Semua anggota keluarga memahami hak asasi manusia termasuk perempuan dan anak. Cara yang dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam keluarga, di antaranya:

a. Laki-laki dan perempuan saling mendukung dalam menyelesaikan tugas dalam keluarga

b. Mengelola bersama pendapat keluarga

c. Berpartisipasi dalam peran sosial dimasyarakat d. Berdialog dalam mengambil keputusan

e. Memiliki akses yang sama dalam informasi dan sumber daya (kesehatan dan pendidikan


(29)

5. Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah

Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah (proses belajar mengajar) antara lain diwujudkan dengan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi remaja laki-laki dan perempuan dalam hal :

a. Menjadi pengurus organisasi sekolah b. Bertanya dan menjawab pertanyaan c. Ikut serta dalam olahraga dan kesenian d. Menulis di mjalah dinding

e. Memperoleh penghargaan di sekolah

f. Memperoleh berbagai informasi yang diperlukan.

Menurut Nurul Ramadhani (2009), kenyataannya, banyak ditemukannya praktek ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender didalam masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain karena tiga peran perempuan :

1. Peran produktif

Peran ini berhubungan dengan segala aktifitas dan pekerjaan yang menghasilkan uang, seperti: bertani, tukang batu, berdagang, pembantu rumah tangga, membuka warung, bekerja dikantor, dan berbagai pekerjaan lainnya. Namun sebagian besar upah yang diperoleh kaum perempuan jauh lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki untuk pekerjaan yang sama beratnya.

2. Peran reproduktif

Peran ini berhubungan dengan peran perempuan untuk mengurus rumah tangga dan mensejahterakan keluarga, termasuk hamil, melahirkan, merawat anak, mengurus anggota keluarga yang sakit dan berbagai pekerjaan rumah tangga.


(30)

Peran ini berkaitan dengan keterlibatan kaum perempuan untuk ikut andil dalam kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan sosial, umpamanya menghadiri rapat, kegiatan spiritual, kebudayaan, menghibur keluarga yang tertimpa musibah, aktif di organisasi kemasyarakatan. Peran ini melibatkan laki-laki dan perempuan, namun umumnya pengambilan keputusan selalu berada pada tangan laki-laki.

6. Lingkungan

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah unit kesatuan sosial terkecil yang mempunyai peranan sangat penting dalam membina anggota-anggota keluarganya (Rahayu, 2009). Secara prinsip keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih berdasarkan pada ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga, berinteraksi di antara anggota keluarga, setiap anggota keluarga memiliki peranannya masing-masing dalam menciptakan dan mempertahankan budaya keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal bagi seseorang begitu ia dilahirkan di dunia. William Bennet dalam Hastuti (2008) mengungkapkan bahwa keluarga adalah tempat yang paling efektif dimana seorang anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi hidupnya, serta kondisi kondisi biologis, psikologis, dan pendidikan serta kesejahteraan seorang anak amat tergantung pada keluarga. Jadi untuk menciptakan kesejahteraan bagi anak maka kesejahteraan keluarga merupakan hal utama yang harus dibangun. Apabila anak telah sejahtera, maka akan terbentuk anak yang berkualitas, berkompeten, dan dapat mandiri. b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah adalah suatu kawasan tempat anak-anak diajarkan untuk mendapatkan, mengembangkan, dan menggunakan sumber-sumber dari keadaan sekitarnya.


(31)

Sekolah yang merupakan tempat dimana pendidikan diterapkan dan diajarkan untuk memandang sesuatu secara objektif sesuai fakta-fakta yang ada, ternyata terdapat ketimpangan gender. Ada beberapa faktor di lingkungan sekolah yang menyebabkan ketimpangan gender di bidang pendidikan. Menurut Bemmelen (2003) dalam Sudarta (2008) faktor-faktor ketimpangan gender dalam pendidikan adalah angka buta huruf, Angka Partisipasi Sekolah (APS), pilihan bidang studi, komposisi staf perngajar dan kepala sekolah. Menurut Sudarta (2008) sendiri faktor penentu ketimpangan gender adalah masalah lama (sejarah), nilai gender yang dianut oleh masyarakat, nilai dan peran gender dalam buku ajar, nilai gender yang ditanamkan guru, dan kebijakan yang timpang gender, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan gender adalah :

1. Pilihan Bidang Studi

Ketimpangan gender terlihat juga dalam pilihan bidang studi. Hal ini dapat dibuktikan pada sekolah kejuruan, seperti misalnya Sekolah Kepandaian Puteri (SKP), yakni suatu sekolah khusus untuk anak perempuan, Sekolah Teknik Menengah (STM) umumnya untuk anak laki-laki dan sebagainya. Penjurusan di tingkat SLTA, umumnya anak perempuan lebih banyak mengisi jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan anak laki-laki lebih banyak mengisi jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berkaitan dengan pilihan fakultas dan jurusan di Perguruan Tinggi yang dinyatakan oleh Sudarta (2008) bahwa proporsi laki-laki dan perempuan di fakultas dan jurusan di Universitas Indonesia (pada tahun 1992/1993) menunjukkan ketimpangan gender yang signifikan. Di samping itu, Agung Ariani (2002)

dalam Sudarta (2008) juga menyatakan bahwa umumnya perempuan memilih sekolah yang

penyelesaian pendidikannya memerlukan waktu pendek dan cepat bisa bekerja, sebagai alasannya adalah untuk menunjang ekonomi rumah tangga dan untuk biaya melanjutkan studi saudara laki-lakinya.


(32)

Evaluasi terhadap bahan ajar pada tingkat sekolah dasar misalnya, contoh-contoh seperti ibu pergi ke pasar dan ayah pergi ke kantor sudah harus direvisi. Demikian juga dengan Anti main masak-masakan dan Budi main layangan. Sudarta (2008) juga mengungkapkan contoh mengenai sosialisasi gender di antaranya “Ibu memasak di dapur, Bapak membaca koran”. “Ibu berbelanja ke pasar, Bapak mencangkul di sawah”. Bentuk seksisme lain adalah gambar-gambar yang lebih sering menampilkan anak laki-laki dalam kegiatan yang lebih bervariasi dibandingkan dengan anak perempuan. Selain itu perempuan bisa tidak tampak dalam pelajaran bahasa. Eliyani (2009) mengemukakan contoh lain ketimpangan gender dalam buku ajar yaitu bentuk nominal bermakna profesi seperti peneliti, pilot, pengusaha dan presiden dianggap mengandung makna laki-laki, karena apabila penyandang profesi tersebut adalah perempuan, kata-kata itu biasanya dimaknai dengan kata perempuan agar sosok perempuan termunculkan dalam kata-kata tersebut.

3. Nilai Gender yang Ditanamkan Oleh Guru

Guru merupakan “role model” yang sangat penting di luar lingkungan keluarga anak. Disadari atau tidak, setiap orang termasuk guru mempunyai persepsi tentang peran gender yang pantas. Persepsi itu akan disampaikan secara langsung atau tidak langsung kepada murid (Bemmelen (2003) dalam Sudarta (2008)). Guru taman kanak-kanak dan sekolah dasar lebih memberikan penguatan positif pada anak perempuan disbanding dengan anak laki-laki dalam memberi instruksi dan aktivitas bermain. Memasuki sekolah menengah pertama dan menengah atas, baik oleh guru di sekolah dan orang tua di rumah, menasehati agar remaja laki-laki tidak cengeng dan remaja perempuan harus bisa memasak. Selain itu hasil penelitian, dalam dunia sains yang dipaparkan oleh Eliyani (2009) umumnya juga menunjukkan bahwa tenaga pengajar memiliki persepsi yang sama dengan masyarakat luas, yaitu sains dan teknologi adalah dunia laki-laki. Sikap ini membuat mereka merasa wajar bila dalam kelas terdapat hanya sedikit anak perempuan.


(33)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema kerangka konsep dibawah ini dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini adalah remaja SMA Dharma Pancasila, dimana peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga.

Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Kesetaraan gender dalam keluarga


(34)

B. Defenisi Operasional

NO Variabel

Defenisi Operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1. Pengetahuan Hasil dari tahu remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga Yang meliputi: 1. Pengertian gender 2. Pengertian Peran gender 3. Pengertian kesetaraan gender dalam keluarga

Kuesioner Dengan menghitung jawaban responden pada kuesioner dengan menggunakan item :

Benar = nilai 1 Salah= nilai 0

Pengetahuan dikatakan : 1. Baik : bila

benar 76-100 % 2. Cukup :

bila benar 60 - 75 % 3. Kurang :

bila benar < 60%


(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Seluruh siswa/siswi Kelas II IPA SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2013. 2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah total sampling Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah remaja kelas II IPA SMA Dharma Pancasila yang mampu berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, bersedia memberikan persetujuan menjadi responden dengan sukarela dan mengisi lembar kuesioner.

C. Tempat Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian adalah di SMA Dharma Pancasila dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai 12 Februari sampai dengan 28 Maret 2013. E. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin kepala sekolah SMA Dharma Pancasila Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan


(36)

dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga, tidak menuliskan nama responden pada instrument, tetapi mengunakan inisial. Responden juga berhak secara bebas untuk mengikuti penelitian atau tidak, dan setiap responden tidak ada yang dirugikan sehingga data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Kemudian peneliti menjelaskan bahwa kuesioner ini gunanya hanya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga

F. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga di SMA Dharma Pancasila. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan mengajukan permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian kepada kepala sekolah SMA Dharma Pancasila, setelah mendapat izin maka peneliti melaksanakan penelitian. Setelah itu peneliti mencari calon responden yang sesuai dengan kriteria dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian ini dan meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent, setelah itu peneliti mendampingi responden dan menjelaskan kepada responden jika ada pertanyaan yang kurang jelas. Kemudian peneliti memeriksa kembali kelengkapan data. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.


(37)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrument dalam pengumpulan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2006, hlm. 104). Uji Validitas yang dilakukan adalah dengan cara validitas isi (content validity) yang diuji oleh Hj. Juliani, SST.MARS

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti setelah mendapat surat izin penelitian dari Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah SMA Dharma Pancasila Medan, Setelah mendapat persetujuan maka peneliti menjumpai para remaja menjelaskan tentang prosedur penelitian, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner kepada respoden. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data dimulai. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari kuesioner demografi, pengetahuan, dan pelaksanaan. Setelah selesai pengisian, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, jika ada data yang kurang atau belum diisi maka dapat langsung dilengkapi.

I. Rencana Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan tahapan: 1) Editing, yaitu data diperiksa/ dicek isian kuesioner. Jika tidak lengkap maka meminta responden untuk melakukan pengisian kembali, 2) Coding, yaitu dengan


(38)

memberikan code pada setiap jawaban responden untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel, 3) Entering, yakni memasukkan data yang telah diskor kedalam komputer/ program SPSS, 4) Cleaning, mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak sehingga terhindar dari kesalahan pengolahan data. Analisis data yang dilakukan adalah analisa univariat. Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dicari persentase untuk masing-masing jawaban responden.


(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan dan sikap remaja di SMA DHARMA PANCASILA Medan Tentang Keseteraan gender dalam keluarga, Kuesioner diberikan kepada 71 orang responden, berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik demografi responden, karakteristik responden berdasarkan pertanyaan pengetahuan, distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori pengetahuan remaja tentang kestaraan gender dalam keluarga

1. Karakteristik Demografi Remaja Dharma Pancasila

Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup jenis kelamin, umur, suku, dan agama

Berdasarkan karakteristik remaja SMA DHARMA PANCASILA: berdasarkan jenis kelamin mayoritas adalah perempuan 43 orang (60,6 %), rentang umur remaja SMA DHARMA PANCASILA dalam penelitian ini adalah 14-18 tahun, Remaja dalam penelitian ini mayoritas adalah remaja (16-18 tahun) yaitu 65 orang (91,5 %), berdasarkan suku mayoritas suku batak yaitu 37 orang (52,1 %) sedangkan berdasarkan agama mayoritas adalah beragama islam yaitu 48 orang (67,6 %).


(40)

Tabel 5.1

Sebaran Karakteristik Demografi Remaja SMA Dharma Pancasila Tentang kesetaraan Gender dalam Keluarga

di Medan Tahun 2013 Sebaran Karakteristik

Demografi Remaja Kelas II Sma Dharma pancasila

Frekuensi Persentase (%)

1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 28 43 39,4 60,6

Total 71 100

2. Umur 14-16 tahun 16-18 tahun 6 65 8,5 91,5

Total 71 100

3. Suku Batak Aceh Minang Melayu Jawa 37 12 3 7 12 52,1 16,9 4,2 9,9 16,9

Total 71 100

4. Agama Islam Kristen 48 23 67,6 32,4


(41)

2. Distribusi Pengetahuan Remaja SMA Dharma Pancasila Tentang kesetaraan Gender dalam Keluarga Berdasarkan Jawaban Responden

Berdasarkan hasil penelitian maka pilihan jawaban responden pada pertanyaan pengetahuan tentang kesetaraan gender dalam keluarga yang dijawab benar mayoritas pada pertanyaan nomor 1 sebanyak 69 orang (97,2 %) dan remaja jalanan yang mayoritas menjawab salah terdapat pada pertanyaan nomor 9 yaitu 37 orang (52,1). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2. sebagai berikut

Tabel 5.2

Distribusi Pengetahuan Remaja SMA Dharma Pancasila Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga Berdasarkan Jawaban

Responden di kota Medan Tahun 2013 Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Benar Salah

% %

1.

Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan 9

9 7,2

2 ,8

2.

Peran gender adalah seseorang yang diharapkan oleh masyarakat untuk bertingkah dan berperilaku menurut jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan).

2

8

7,3 2,7

3.

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia

3

8

8,7 1,3

4.

Kesetaraan gender dalam keluarga adalah hak untuk tumbuh, antara lain mendapat gizi seimbang 6

7 8,9 5

2 1,1

5.

Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak untuk berkembang, antara lain mendapatkan pendidikan bagi remaja laki-laki maupun perempuan

2

8


(42)

6.

Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak

untuk reproduksi bagi remaja perempuan 0

7 0,4 1

2 9,6

7.

Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak mengemukakan pendapat, setiap anggota keluarga didengar pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarganya

4

7 6,1 7

2 3,9

8.

Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Semua anggota keluarga memahami hak asasi manusia termasuk perempuan dan anak

9

8 3,1 2

2 3,9

9.

Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah menjadi pengurus sekolah 4

4 7,9 7

5 2,1

10.

Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah bertanya dan menjawab pertanyaan 9

6 9,0 2

3 1,0

11.

Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah ikut serta dalam olahraga dan kesenian 1

7 1,8 0

2 8,2

12.

Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah memperoleh berbagai informasi yang diperlukan

9

8

3,1 2 6,9

13.

Apakah sewaktu anda masih kecil, orang tua anda mengarahkan anda untuk bermain dengan teman sesama jenis kelamin?

4

6 2,0 7

3 8,0

14.

Apakah dalam keluarga anda diajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga (memasak, menyiapkan makanan, mencuci baju dan piring, dan menyapu, mengasuh anak) adalah pekerjaan perempuan?

9

6 9,0 2

3 1,0

15

Apakah dalam keluarga anda diajarkan bahwa ayah dan anak laki-laki juga membantu pekerjaan rumah tangga?

9

8

3,1 2 6,9

16

Apakah orang tua anda melarang anda untuk mengikuti banyak kegiatan dan menganjurkan anda untuk lebih sering dirumah?

3

6 0,6 8

3 9,4

17

Apakah orang tua anda melarang anda melakukan kegiatan hingga malam hari? 2

8

7,3 2,7 Apakah anak laki-laki yang harus dididik 9 9


(43)

18 melndungi orang tua dan saudara-saudaranya 4 0,1 ,9

19

Apakah hanya anak perempuan yang harus dididik untuk bersikap lemah lembut dan membantu pekerjaan rumah

7

5 2,1 4

4 7,9

20

Apakah saat SMP anda dianjurkan oleh orang tua dan guru anak perempuan untuk bisa memasak dan anak laki-laki tidak boleh menangis?

3

7 4,6 8

2 5,4

Dari hasil yang diperoleh maka pengetahuan responden tentang kesetaraan gender dalam keluarga mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 37 orang (52,1 %) dan yang minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (8,5 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2. dibawah ini :

Tabel 5.3.

Distribusi Remaja SMA Dharma Pancasila Tentang kesetaraan Gender dalam Keluarga Berdasarkan Pengetahuan

di kota Medan Tahun 2013

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang 28 37 6 39,4 52,1 8,5

Total 71 100

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang pengetahuan remaja SMA Dharma Pancasila.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Karakteristik Remaja tentang Kesetaraan Gender dalam Keluarga

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 71 remaja yang menjadi responden ditemukan mayoritas remaja adalah remaja (16-18 tahun) sebanyak 65 orang (91,5 %) dan minoritas remaja (14-16 tahun) sebanyak 6 orang (8,5 %). Hal ini dikaitkan dengan pendapat


(44)

Mubarak (2007) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek psikis dan psikologis (mental) dimana taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

Dilihat dari jenis kelamin mayoritas perempuan sebanyak 43 orang (60,6 %) dan minoritas laki-laki sebanyak 28 orang (39,4 %).

Dilihat dari suku mayoritas remaja adalah suku batak yaitu 37 orang (52,1%) sedangakan minoritas remaja adalah suku minang yaitu 3 orang (4,2 %)

Dilihat dari agama mayoritas remaja adalah agama islam yaitu sebanyak 48 orang ( 67,6%), sedangkan minoritas remaja agama kristen yaitu sebanyak 23 orang (32,4).

b. Pengetahuan Remaja SMA Dharma Pancasila

Pengetahuan remaja berdasarkan jenis kelamin mayoritas perempuan berpengetahuan cukup sebanyak 27 orang (38,0%), berdasarkan umur mayoritas umur 16-18 tahun berpengetahuan cukup sebanyak 34 orang (47,8%), berdasarkan suku mayoritas batak berpengetahuan cukup sebanyak 19 orang (26,7%), berdasarkan agama mayoritas beragama islam berpengetahuan cukup sebanyak 26 orang (36,6%).

Berdasarkan pertanyaan pengetahuan tentang kesetaraan gender dalam keluarga mayoritas menjawab salah pada pertanyaan nomor 9 tentang Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah menjadi pengurus sekolah sebanyak 37 orang (52,1 %)

Sehingga pada tabel 5.3. dapat diamati bahwa pengetahuan responden tentang kesetaraan gender dalam keluarga mayoritas adalah berpengetahuan cukup sebanyak 37 orang (52,1 %) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak orang 6 (8,5%).

Menurut asumsi peneliti hal ini menandakan bahwa remaja belum mengetahui tentang kesetaraan gender. Dimana pendidikan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal dibangku sekolah, dan non formal dari lingkungan sekitar, seperti suku, agama

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui pendidikan agama, adat istiadat dan lingkungan.


(45)

Menurut penelitian Lestari (2008), pengetahuan remaja tentang gender dalam keluarga dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pandangan remaja yang disalurkan melalui pendapat remaja mengenai pembagian peran laki-laki dan perempuan, yang terdiri dari peran produktif dan reproduktif, dalam keluarga. Pandangan tersebut dikelompokkan menjadi: tradisional, transisi dari tradisional ke modern, dan modern.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian lestari (2008) Dari hasil yang diperoleh pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 58 orang (62,4 %) .


(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan remaja SMA Dharma Pancasila Medan adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga di kota Medan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 37 orang (52,1%) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (8,5%).

B.Saran

2. Bagi Responden

Diharapkan bagi remaja umumnya dan kepada remaja SMA Dharma Pancasila Medan khususnya agar dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang kesetaraan gender dalam keluarga.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai rujukan atau perbandingan dalam melakukan penelitian serupa 4. Bagi pendidikan kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal dan menambah wawasan bagi mahasiswa.

5. Bagi pembaca umum

Sebagai informasi mengenai informasi remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta. Aryani, N. R. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Jagakarsa.

Eva, S. E. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: TIM.

Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Makarao, N. R. (2009). Gender DalamBidang Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Manuaba, I. A. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita edisi 2. Jakarta: EGC. Megawangi, Ratna. (1999). Membiarkan Berbeda :Sudut Pandang baru Tentang Relasi

Gender. Bandung : Mizan Pustaka

Mohammad Ali, M. A. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara,

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Lestari, Rizqi Suci. (2008). Persepsi remaja terhadap pembagian peran gender dalamkeluarga (KTI)

Santrock, Jown W. (2003) Adolescene: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Syafrudin. (2010). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM.

Taufan Nugroho, A. S. (2010). Kesehatan Wanita Gender dan permasalahannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widyatun.T (2004) Ilmu Perilaku. Jakarta: Sagung Seto

Wigna, Rehasty dya R. (2011). Pengaruh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat

terhadap persepsi gender mahasiswa laki-laki dan perempuan. Jurnal Transdisiplin

Sosiologi


(48)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Asslammualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama Saya WANDA ERNA, sedang menjalani pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga Medan Tahun 2013 “.

Kesetaraan gender adalah adanya persamaan hak antara kaum wanita dengan kaum adam dimana persamaan itu mempunyai arti yang menguntungkan bagi kedua pihak, contoh nya dalam dunia kerja. Dengan adanya sebuah kesetaraan akan mengandung adanya perbedaan yang akan memungkinkan perbedaan pendapat antara kedua belah pihak saja. (lizzcharly, 2010)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASILA

Kami akan membagikan kuesioner/lembar pertanyaan kepada remaja tentang : a. Data demografi seperti umur, jenis kelamin, suku.

b. Memberi waktu selama 30 menit untuk melakukan pengisian data serta mengisi kuesioner.

Partisipasi remaja bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini remaja tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila remaja membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :


(49)

Nama : Wanda Erna

Alamat : jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 240

No. HP : 085297535181

Terimakasih saya ucapkan kepada responden yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan responden dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan responden bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2013

Peneliti


(50)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJAUN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian “ Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASILA Medan Tahun 2013 “. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2013


(51)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul penelitian :Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASILA

Pembimbing :Dina Indarsita, SST, M. KES

Saya adalah mahasiswi program studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASIALA Medan Tahun 2013.

Saya sangat mengharapkan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan kepada responden. Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukrela, sehingga responden bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sangsi apapun. Semua informasi yang santri berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian ini.

Jika responden bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan responden menandatangani formulir ini. Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.

Medan, 2013

Responden Peneliti


(52)

LEMBARAN KUESIONER

PERTANYAAN UNTUK MENGETAHUI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESETARAAN GENDER DALAM KELUARGA

data demografi no responden : Jenis kelamin :

Umur :

Agama/suku : Petunjuk pengisian

berikan tanda ceklis () pada jawaban tersebut .

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan.

2 Peran gender adalah seseorang yang diharapkan oleh masyarakat untuk bertingkah dan berperilaku menurut jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan).

3 Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia

4 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah hak untuk tumbuh, antara lain mendapat gizi seimbang

5 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak untuk berkembang, antara lain mendapatkan pendidikan bagi remaja laki-laki maupun perempuan

6 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak untuk reproduksi bagi remaja perempuan

7 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak mengemukakan pendapat, setiap anggota keluarga didengar pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarganya


(53)

8 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Semua anggota keluarga memahami hak asasi manusia termasuk perempuan dan anak

9 Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah menjadi pengurus sekolah

10 Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah bertanya dan menjawab pertanyaan

11 Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah ikut serta dalam olahraga dan kesenian

12 Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah memperoleh berbagai informasi yang diperlukan 13 Apakah sewaktu anda masih kecil, orang tua anda

mengarahkan anda untuk bermain dengan teman sesama jenis kelamin?

14 Apakah dalam keluarga anda diajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga (memasak, menyiapkan makanan, mencuci baju dan piring, dan menyapu, mengasuh anak) adalah pekerjaan perempuan? 15 Apakah dalam keluarga anda diajarkan bahwa ayah

dan anak laki-laki juga membantu pekerjaan rumah tangga?

16 Apakah orang tua anda melarang anda untuk mengikuti banyak kegiatan dan menganjurkan anda untuk lebih sering dirumah?

17 Apakah orang tua anda melarang anda melakukan kegiatan hingga malam hari?

18 Apakah anak laki-laki yang harus dididik melndungi orang tua dan saudara-saudaranya

19 Apakah hanya anak perempuan yang harus dididik untuk bersikap lemah lembut dan membantu pekerjaan rumah


(54)

20 Apakah saat SMP anda dianjurkan oleh orang tua dan guru anak perempuan untuk bisa memasak dan anak laki-laki tidak boleh menangis?


(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wanda Erna

Tempat / Tanggal Lahir : Panam/ 22 Juli 1990

Agama : Islam

Alamat : Jalan Lintas Timur, Pangkalan Lesung - RIAU

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 001 Pangkalan Lesung : 1997 – 2003 2. SMP Negeri 02 Pangkalan Lesung : 2003 – 2006 3. SMA Negeri 01 Pangkalan Lesung : 2006 – 2009

4. D-III Akademi Kebidanan Indah Medan : 2009 – 2012


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta. Aryani, N. R. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Jagakarsa.

Eva, S. E. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: TIM.

Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Makarao, N. R. (2009). Gender DalamBidang Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Manuaba, I. A. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita edisi 2. Jakarta: EGC. Megawangi, Ratna. (1999). Membiarkan Berbeda :Sudut Pandang baru Tentang Relasi

Gender. Bandung : Mizan Pustaka

Mohammad Ali, M. A. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara,

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Lestari, Rizqi Suci. (2008). Persepsi remaja terhadap pembagian peran gender dalamkeluarga (KTI)

Santrock, Jown W. (2003) Adolescene: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Syafrudin. (2010). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM.

Taufan Nugroho, A. S. (2010). Kesehatan Wanita Gender dan permasalahannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widyatun.T (2004) Ilmu Perilaku. Jakarta: Sagung Seto

Wigna, Rehasty dya R. (2011). Pengaruh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat

terhadap persepsi gender mahasiswa laki-laki dan perempuan. Jurnal Transdisiplin

Sosiologi


(62)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Asslammualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama Saya WANDA ERNA, sedang menjalani pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga Medan Tahun 2013 “.

Kesetaraan gender adalah adanya persamaan hak antara kaum wanita dengan kaum adam dimana persamaan itu mempunyai arti yang menguntungkan bagi kedua pihak, contoh nya dalam dunia kerja. Dengan adanya sebuah kesetaraan akan mengandung adanya perbedaan yang akan memungkinkan perbedaan pendapat antara kedua belah pihak saja. (lizzcharly, 2010)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASILA

Kami akan membagikan kuesioner/lembar pertanyaan kepada remaja tentang : a. Data demografi seperti umur, jenis kelamin, suku.

b. Memberi waktu selama 30 menit untuk melakukan pengisian data serta mengisi kuesioner.

Partisipasi remaja bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini remaja tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila remaja membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :


(63)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Asslammualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama Saya WANDA ERNA, sedang menjalani pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga Medan Tahun 2013 “.

Kesetaraan gender adalah adanya persamaan hak antara kaum wanita dengan kaum adam dimana persamaan itu mempunyai arti yang menguntungkan bagi kedua pihak, contoh nya dalam dunia kerja. Dengan adanya sebuah kesetaraan akan mengandung adanya perbedaan yang akan memungkinkan perbedaan pendapat antara kedua belah pihak saja. (lizzcharly, 2010)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASILA

Kami akan membagikan kuesioner/lembar pertanyaan kepada remaja tentang : a. Data demografi seperti umur, jenis kelamin, suku.

b. Memberi waktu selama 30 menit untuk melakukan pengisian data serta mengisi kuesioner.

Partisipasi remaja bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini remaja tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila remaja membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :


(64)

Nama : Wanda Erna

Alamat : jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 240

No. HP : 085297535181

Terimakasih saya ucapkan kepada responden yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan responden dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan responden bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2013

Peneliti


(65)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJAUN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian “ Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASILA Medan Tahun 2013 “. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2013


(66)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul penelitian :Pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASILA

Pembimbing :Dina Indarsita, SST, M. KES

Saya adalah mahasiswi program studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan Remaja Tentang Kesetaraan Gender dalam Keluarga di Kelas II IPA SMA DHARMA PANCASIALA Medan Tahun 2013.

Saya sangat mengharapkan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan kepada responden. Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukrela, sehingga responden bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sangsi apapun. Semua informasi yang santri berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian ini.

Jika responden bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan responden menandatangani formulir ini. Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.

Medan, 2013

Responden Peneliti


(67)

LEMBARAN KUESIONER

PERTANYAAN UNTUK MENGETAHUI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESETARAAN GENDER DALAM KELUARGA

data demografi no responden : Jenis kelamin :

Umur :

Agama/suku : Petunjuk pengisian

berikan tanda ceklis () pada jawaban tersebut .

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan.

2 Peran gender adalah seseorang yang diharapkan oleh masyarakat untuk bertingkah dan berperilaku menurut jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan).

3 Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia

4 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah hak untuk tumbuh, antara lain mendapat gizi seimbang

5 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak untuk berkembang, antara lain mendapatkan pendidikan bagi remaja laki-laki maupun perempuan

6 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak untuk reproduksi bagi remaja perempuan

7 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Hak mengemukakan pendapat, setiap anggota keluarga didengar pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarganya


(68)

8 Kesetaraan gender dalam keluarga adalah Semua anggota keluarga memahami hak asasi manusia termasuk perempuan dan anak

9 Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah menjadi pengurus sekolah

10 Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah bertanya dan menjawab pertanyaan

11 Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah ikut serta dalam olahraga dan kesenian

12 Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah adalah memperoleh berbagai informasi yang diperlukan 13 Apakah sewaktu anda masih kecil, orang tua anda

mengarahkan anda untuk bermain dengan teman sesama jenis kelamin?

14 Apakah dalam keluarga anda diajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga (memasak, menyiapkan makanan, mencuci baju dan piring, dan menyapu, mengasuh anak) adalah pekerjaan perempuan? 15 Apakah dalam keluarga anda diajarkan bahwa ayah

dan anak laki-laki juga membantu pekerjaan rumah tangga?

16 Apakah orang tua anda melarang anda untuk mengikuti banyak kegiatan dan menganjurkan anda untuk lebih sering dirumah?

17 Apakah orang tua anda melarang anda melakukan kegiatan hingga malam hari?

18 Apakah anak laki-laki yang harus dididik melndungi orang tua dan saudara-saudaranya

19 Apakah hanya anak perempuan yang harus dididik untuk bersikap lemah lembut dan membantu pekerjaan rumah


(69)

20 Apakah saat SMP anda dianjurkan oleh orang tua dan guru anak perempuan untuk bisa memasak dan anak laki-laki tidak boleh menangis?


(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wanda Erna

Tempat / Tanggal Lahir : Panam/ 22 Juli 1990

Agama : Islam

Alamat : Jalan Lintas Timur, Pangkalan Lesung - RIAU

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 001 Pangkalan Lesung : 1997 – 2003 2. SMP Negeri 02 Pangkalan Lesung : 2003 – 2006 3. SMA Negeri 01 Pangkalan Lesung : 2006 – 2009

4. D-III Akademi Kebidanan Indah Medan : 2009 – 2012


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wanda Erna

Tempat / Tanggal Lahir : Panam/ 22 Juli 1990

Agama : Islam

Alamat : Jalan Lintas Timur, Pangkalan Lesung - RIAU

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 001 Pangkalan Lesung : 1997 – 2003 2. SMP Negeri 02 Pangkalan Lesung : 2003 – 2006 3. SMA Negeri 01 Pangkalan Lesung : 2006 – 2009

4. D-III Akademi Kebidanan Indah Medan : 2009 – 2012