BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

(1)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Pada bab IV ini akan dilakukan analisa dan pembahasan performansi jaringan Jembatan Timbang online di Jawa Timur menggunakan Radio Link. Analisa yang dilakukan meliputi pengukuran packet loss, delay, jitter dan throughput jaringan serta kualitas dari hasil perbandingan antara rekaman video monitoring JT (Jembatan Timbang) di Operation Room (sebagai pusat monitoring seluruh JT se Jawa Timur) dengan hasil rekaman di lokasi JT.

Pada pengukuran delay, jitter, throughput dan packet loss dilakukan dengan mengubah perameter interval waktu ujicoba yang juga berpengaruh pada jumlah paket yang dikirimkan. Waktu ujicoba tersebut di bagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu ujicoba pertama pada jam 08.00 – 13.00 WIB, ujicoba kedua pada jam 13.00 – 17.00 WIB sedangkan untuk ujicoba yang ketiga di atas jam 17.00 WIB. Masing-masing ujicoba diambil 6 (enam) kali data atau paket pengamatan. Ujicoba dilakukan saat mulai melakukan koneksi sampai saat mengakhiri koneksi tersebut.

4.2 Pengukuran pada ujicoba antara Jembatan Timbang Trosobo dengan Operation Room

Setelah dilakukan pengukuran pada koneksi yang terjadi antara operation room pada cleint 1 yang memiliki IP. 172.19.25.11 dengan Jembatan Timbang Trosobo pada client 1 yang memiliki IP. 172.19.25.50 didapatkan hasil analisa delay, jitter, throughput dan packet loss dan pembahasannya sebagai berikut :

4.2.1 Pengukuran Delay

Delay yang diukur pada pengukuran ini merupakan selisih waktu saat paket mulai dikirimkan dari Jembatan Timbang hingga diterima oleh Operation Room sebagai pusat pengendalian dan monitoring seluruh JT se Jawa Timur . Perhitungandelayini diperoleh dari data yang dicapture oleh perangkat lunak Wireshark. Delay yang didapatkan dalam pengukuran ini adalahdelay saat sudah terjadi koneksi / sedang terjadi komunikasi.


(2)

Dari pengukuran berdasarkan analisa data dari wireshark rata-rata delay didapatkan statistik :

Hasil pengukuran rata-rata delay pada ujicoba pertama

Tabel 4.1 Rata-rata delay ujicoba pertama dari JT Trosobo ke Operation Room

WAKTU (s) ASAL TUJUAN RATA-RATA

DELAY (ms)

10:09:27.265755 s/d 10:11:43.486950

JT Trosobo

Operation

Room 0.002146

10:18:53.714988 s/d 10:20:53.177435

JT Trosobo

Operation

Room 0.005344

10:25:16.318097 s/d 10:27:25.441668

JT Trosobo

Operation

Room 0.005561

10:36:11.500913 s/d 10:38:12.271725

JT Trosobo

Operation

Room 0.005653

10:46:59.344748 s/d 10:48:45.582469

JT Trosobo

Operation

Room 0.005270

Dari tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa ujicoba dimulai waktu pengamatan antara jam 10:09:27.265755 WIB sampai dengan jam 10:48:45.582469 WIB bervariasi dengan nilai rata-rata delay 0.0047948 ms. Perolehan nilai rata-rata delay dari softwarepacket analyzer yakni Wireshark, yaitu membandingkan waktu pengamatan antara kedatangan paket pertama dengan paket kedua dan seterusnya sampai pada paket keenam, sehingga diperoleh rata-rata delay seperti pada tabel 4.1 di atas. Pada waktu pengamatan antara jam 10:09:27.265755 WIB sampai dengan jam 10:11:43.486950 WIB nilai rata-rata delaynya terendah yaitu 0.002146 ms jika dibandingkan dengan waktu pengamatan lainnya sedangkan pada pengamatan antara jam 10:36:11.500913 WIB sampai dengan jam 10:38:12.271725 WIB nilai rata-rata delaynya tertinggi yaitu 0.005653 ms.

Dari rata-rata delay yang dihasilkan antara waktu pengamatan 10:09:27.265755 WIB sampai dengan 10:48:45.582469 WIB sangat kecil maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antara Jembatan Timbang Trosobo dengan Operation Room sangat bagus.


(3)

Hasil pengukuran rata-rata delay pada ujicoba kedua

Tabel 4.2 Rata-rata delay ujicoba kedua dari JT Trosobo ke Operation Room

WAKTU (s) ASAL TUJUAN RATA-RATA

DELAY (ms)

13:10:55.607339 s/d 13:13:04.934326

JT Trosobo

Operation

Room 0.005797

13:29:14.196944 s/d 13:31:08.889987

JT Trosobo

Operation

Room 0.005385

13:42:28.659292 s/d 13:44:31.547335

JT Trosobo

Operation

Room 0.004198

13:54:17.347912 s/d 13:56:14.957474

JT Trosobo

Operation

Room 0.006359

13:58:59.064991 s/d 14:00:53.562697

JT Trosobo

Operation

Room 0.004255

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata delay pada ujicoba kedua dimulai waktu pengamatan antara jam 13:10:55.607339 WIB sampai dengan jam 14:00:53.562697 WIB juga bervariasi dengan nilai rata-rata delay 0.0051988 ms. Nilai rata-rata delay terendah pada waktu pengamatan 13:44:31.547335 WIB sampai dengan 13:42:28.659292 WIB yaitu bernilai 0.004198 ms sedangkan pada waktu pengamatan 13:56:14.957474 WIB sampai dengan 13:54:17.347912 WIB niali rata-rata delaynya tertinggi yaitu 0.006359 ms. Pada ujicoba kedua ini cara perolehan nilai rata-rata delay yang dihasilkan sama dengan ujicoba pertama.

Hasil pengukuran rata-rata delay pada ujicoba ketiga

Tabel 4.3 Rata-rata delay ujicoba ketiga dari JT Trosobo ke Operation Room

WAKTU (s) ASAL TUJUAN RATA-RATA

DELAY (ms)

17:27:27.950248 s/d 17:29:29.713581

JT Trosobo

Operation

Room 0.002103

17:39:55.657826 s/d 17:41:52.982444

JT Trosobo

Operation


(4)

Lanjutan Tabel 4.3 Pengukuran rata-rata delay pada ujicoba ketiga

WAKTU (s) ASAL TUJUAN

RATA-RATA DELAY (ms)

17:52:54.095993 s/d 17:54:54.005603

JT Trosobo

Operation

Room 0.006617 17:59:19.563336 s/d

18:01:34.080943

JT Trosobo

Operation

Room 0.004337 18:12:06.647055 s/d

18:14:07.264060

JT Trosobo

Operation

Room 0.006955 Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ujicoba ketiga ini untuk memperoleh nilai rata-rata delay caranya sama dengan ujicoba pertama dan kedua. Dari tabel di atas ujicoba dilakukan mulai dari waktu pengamatan 17:27:27.950248 WIB sampai dengan 18:14:07.264060 WIB dengan nilai rata-rata delaynya adalah 0.004765 ms. Nilai rata-rata delay yang terendah yaitu 0.002103 ms pada waktu pengamatan 17:27:27.950248 WIB sampai dengan 17:29:29.713581 WIB. Sedangkan pada waktu pengamatan 18:12:06.647055 WIB sampai dengan 18:14:07.264060 WIB mempunyai nilai rata-rata delay tertinggi yaitu 0.006955 ms.

4.2.2 Perbandingan Rata-Rata Delay Pada Ketiga Ujicoba

Dari perolehan data-data di atas maka rata-rata delay dari waktu awal pengamatan sampai akhir pengamatan pada ujicoba pertama, kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

Pe rbandingan Rata-Rata D e lay

0.004765 0.0051988

0.0047948

0.0045 0.0046 0.0047 0.0048 0.0049 0.005 0.0051 0.0052 0.0053

1 2 3

Ujicoba

Gambar 4.1 Grafik perbandingan rata-rata delay ujicoba pertama, kedua dan ketiga


(5)

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata delay dari waktu awal pengamatan sampai akhir pengamatan pada ujicoba pertama, kedua dan ketiga tidak teratur. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi delay, mulai dari jarak, waktu pengamatan, trafik jaringan dan lain – lain. Sehingga delay yang disebabkan tidak teratur. Akan tetapi nilai rata-rata delay tersebut mempunyai nilai sangat kecil, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antara Jembatan Timbang Trosobo dengan Operation Room sangat bagus.

4.2.3 Pengukuran Jitter

Jitter adalah variasi paket delay, yaitu perbedaan inter-paket delay dari tiap-tiap inter-paket yang diterima. Jitter dapat menyebabkan data loss terutama pada kecepatan transmisi yang tinggi.

Berikut ini analisa jitter yang terjadi saat melakukan komunikasi. Dari pengukuran berdasarkan analisa data dari wireshark didapatkan statistik :

Hasil pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba pertama

Tabel 4.4 Rata-rata jitter ujicoba pertama dari JT Trosobo ke Operation Room

WAKTU (s) ASAL TUJUAN RATA-RATA

JITTER (ms)

10:09:27.265755 s/d 10:11:43.486950

JT Trosobo

Operation

Room 0.002675 10:18:53.714988 s/d

10:20:53.177435

JT Trosobo

Operation

Room 0.009439 10:25:16.318097 s/d

10:27:25.441668

JT Trosobo

Operation

Room 0.010224 10:36:11.500913 s/d

10:38:12.271725

JT Trosobo

Operation

Room 0.009685 10:46:59.344748 s/d

10:48:45.582469

JT Trosobo

Operation

Room 0.009032

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata jitter dari waktu pengamatan 10:09:27.265755 WIB sampai dengan


(6)

10:48:45.582469 WIB mempunyai nilai rata-rata jitter yang bervariasi. Adapun nilai rata-rata jitter pada ujicoba pertama sebesar 0.008211 ms. Dari data di atas nilai rata-rata jitter yang tertinggi yaitu 0.010224 ms pada waktu pengamatan dari 10:25:16.318097 WIB sampai dengan 10:27:25.441668 WIB, sedangkan dari waktu pengamatan 10:09:27.265755 WIB sampai dengan 10:11:43.486950 WIB mempunyai nilai rata-rata jitter terendah yaitu 0.002675 ms.

Hasil pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba kedua

Tabel 4.5 Rata-rata jitter ujicoba kedua dari JT Trosobo ke Operation Room

WAKTU (s) ASAL TUJUAN RATA-RATA

JITTER (ms)

13:10:55.607339 s/d 13:13:04.934326

JT Trosobo

Operation

Room 0.003523

13:29:14.196944 s/d 13:31:08.889987

JT Trosobo

Operation

Room 0.009556

13:42:28.659292 s/d 13:44:31.547335

JT Trosobo

Operation

Room 0.007596

13:54:17.347912 s/d 13:56:14.957474

JT Trosobo

Operation

Room 0.011044

13:58:59.064991 s/d 14:00:53.562697

JT Trosobo

Operation

Room 0.007023

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata jitter pada ujicoba kedua bervareasi. Adapun dari waktu pengamatan 13:10:55.607339 WIB sampai dengan 14:00:53.562697 WIB mempunyai nilai rata-rata jitter sebesar 0.007748 ms. Pada ujicoba kedua ini nilai rata-rata jitter terendah yaitu 0.003523 ms dari waktu pengamatan 13:10:55.607339 WIB sampai dengan 13:13:04.934326 WIB, sedangkan dari waktu pengamatan 13:54:17.347912 WIB sampai dengan 13:56:14.957474 WIB nilai rata-rata jitternya tertinggi yaitu 0.011044 ms.


(7)

Tabel 4.6 Rata-rata jitter ujicoba ketiga dari JT Trosobo ke Operation Room

WAKTU (ms) ASAL TUJUAN RATA-RATA

JITTER (MS)

17:27:27.950248 s/d 17:29:29.713581

JT Trosobo

Operation

Room 0.002663 17:39:55.657826 s/d

17:41:52.982444

JT Trosobo

Operation

Room 0.005332 17:52:54.095993 s/d

17:54:54.005603

JT Trosobo

Operation

Room 0.010873 17:59:19.563336 s/d

18:01:34.080943

JT Trosobo

Operation

Room 0.005565 18:12:06.647055 s/d

18:14:07.264060

JT Trosobo

Operation

Room 0.009015 Dari tabel 4.6 maka dapat diketahui bahwa pada percobaan ujicoba ketiga ini rata-rata jitter juga bervariasi dengan nilai yang tertinggi pada waktu percobaan dari jam 17:52:54.095993 WIB sampai dengan jam 17:54:54.005603 WIB yaitu 0.010873 ms. Sedangkan nilai rata-rata jitter terendah pada waktu percobaan dari jam 17:27:27.950248 WIB sampai dengan 17:29:29.713581 WIB yaitu 0.002663 ms. Adapun nilai rata-rata jitter pada ujicoba ketiga dari awal sampai akhir waktu pengamatan pada percobaan ujicoba ketiga yaitu 0.006689 ms.

4.2.4 Perbandingan Rata-Rata Jitter

Dari perolehan data-data di atas maka rata-rata jitter dari waktu awal pengamatan sampai akhir pengamatan pada ujicoba pertama, kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

P e rbandingan R ata-Rata Jitte r

0.008211 0. 007748

0.006689

0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01

1 2 3

Ujicob a

Gambar 4.2 Grafik perbendingan rata-rata jitter ujicoba pertama, kedua dan ketiga


(8)

Pada gambar 4.2 terlihat bahwa grafik nilai rata-rata jitter dari ujicoba pertama sampai ujicoba ketiga dimulai dari waktu pengamatan dari jam 13:10:55.607339 WIB sampai dengan jam 18:14:07.264060 WIB semakin menurun, akan tetapi nilai rata-rata jitter dari ketiga percobaan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dikarenakan pada ujicoba pertama, kedua dan ketiga waktu kedatangan antar paket pertama dengan paket selanjutnya selisihnya tidak terlalu besar, sehingga menghasilkan perbandingan grafik yang hampir sama.

Dari perolehan nilai rata-rata delay dan jitter pada percobaan pertama, kedua dan ketiga di atas, maka dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

Gambar 4.3 Grafik perbendingan rata-rata delay dan jitter ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata delay tertinggi terletak pada ujicoba kedua, hal ini terjadi karena waktu antar kedatangan paket pertama dengan paket selanjutnya selisihnya lebih besar jika dibandingkan dengan ujicoba pertama dan ketiga. Sedangkan nilai rata-rata jitter tertinggi terletak pada ujicoba pertama, hal ini terjadi karena selisih antara delay pertama dengan delay berikutnya lebih besar jika dibandingkan dengan ujicoba kedua dan ketiga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya nilai delay akan mempengaruhi besar kecilnya nilai jitter, karena jitter itu sendiri merupakan variasi inter-paket delay, yaitu perbedaan inter-paket delay dari tiap-tiap paket yang diterima.

Perbandingan Rata-Rata Delay & Jitter

0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009

1 2 3

Ujicoba

ms Delay


(9)

4.2.5 Pengukuran Throughput

Pengukuranthroughputpada tugas akhir ini dilakukan dengan cara penagamatan saat pengiriman paket dari sisi pengirim dalam hal ini Jembatan Timbang Trosobo ke sisi penerima yaitu operation room dengan menggunakanperangkat lunak wireshark. Perolehanthroughput dari software tersebut dapat diperoleh dengan cara membandingkan waktu awal pengamatan sampai akhir waktu pengamatan dari seluruh paket yang dikirimkan dari Jembatan Timbang Trosobo ke Operation Room.

Berikut ini adalah besarnya throughputh berdasarkan analisa data dari wireshark yang didapatkan saat pengiriman paket.

Hasil pengukuran throughput pada ujicoba pertama dengan waktu pengamatan dari jam 10:09:27.265755 WIB sampai jam 10:48:45.582469WIB.

Tabel 4.7 Nilai Throughput ujicoba pertama dari JT Trosobo ke Operation Room

Hasil pengukuran throughput pada ujicoba kedua dengan waktu pengamatan dari jam 13:10:55.607339 WIB sampai jam 14:00:53.562697 WIB.

Tabel 4.8Nilai Throughput ujicoba kedua dari JT Trosobo ke Operation Room

Packets Bytes Tx

Packets Tx Bytes

Rx Packets

Rx

Bytes Kbps

133844 110796924 53079 4323024 80765 106473900 6106.445798 133805 110798762 53042 4325538 80763 106473224 6963.185610 133820 110676050 53054 4202270 80766 106473780 6442.095737 133803 110798654 53040 4325430 80763 106473224 6887.608427 133815 110556368 53047 4081680 80768 106474688 7829.926058 Rata-Rata 6845.852326

Packets Bytes Tx

Packets Tx Bytes

Rx Packets

Rx

Bytes Kbps

133811 110674638 53048 4201414 80763 106473224 6431.929497 133807 110913906 53042 4440562 80765 106473344 7252.602061 133810 110914078 53046 4440794 80764 106473284 6768.946034 133806 110913872 53043 4440648 80763 106473224 7072.741777 133805 110674346 53042 4201122 80763 106473224 7264.967060 Rata-Rata 6958.237286


(10)

Hasil pengukuran throughput pada ujicoba ketiga dengan waktu pengamatan dari jam 17:27:27.950248 WIB sampai jam 18:14:07.26406 WIB.

Tabel 4.9 Nilai Throughput ujicoba pertama dari JT Trosobo ke Operation Room

Packets Bytes Tx

Packets Tx Bytes

Rx Packets

Rx

Bytes Kbps

133808 110674540 53045 4201316 80763 106473224 6831.465943 133806 110674396 53041 4201052 80765 106473344 7089.927197 133810 110674600 53047 4201376 80763 106473224 6937.075873 133804 110554920 53040 4081328 80764 106473592 6183.762528 133804 110913722 53040 4440438 80764 106473284 6896.395175 Rata-Rata 6787.725343

4.2.6 Perbandingan Rata-Rata Throughput Pada Ketiga Ujicoba

Dari perolehan data-data di atas maka rata-rata throughput dari ujicoba pertama, kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

Perbandingan Rata-Rata Throughput

6845.852326

6958.237286

6787.725343

6700 6750 6800 6850 6900 6950 7000

1 2 3

Ujicoba

T

h

ro

u

g

h

p

u

t

(K

b

p

s

)

Gambar 4.4 Grafik perbendingan rata-rata throughput ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Dari gambar 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa grafk nilai rata-rata throughput yang dihasilkan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ujicoba pertama, kedua dan ketiga. Hal ini terjadi karena penggunaan sebuah saluran secara bersamaan oleh semua Jembatan Timbang yang ada pada saat pengiriman data ke Operation Room akan menyebabkan cepat tidaknya paket data yang sampai. Dari data di atas


(11)

ujicoba kedua nilai rata-rata throughput tertinggi yaitu 69858.237286 Kbps jika dibandingkan dengan ujicoba pertama yaitu 6845.852326 Kbps dan ujicoba ketiga yaitu 6787.725343 Kbps.

4.2.7 Pengukuran Paket Loss

Berikut ini adalah besarnya paket loss berdasarkan analisa data dari wireshark yang didapatkan saat pengiriman paket dari JT Trosobo ke Operation Room.

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba pertama

Tabel 4.10 Paket Loss ujicoba pertama dari JT Trosobo ke Operation Room

No ASAL TUJUAN PAKET PAKET

LOSS

1 JT Trosobo Operation Room 133811 0 2 JT Trosobo Operation Room 133807 0 3 JT Trosobo Operation Room 133810 0 4 JT Trosobo Operation Room 133806 0 5 JT Trosobo Operation Room 133805 0

Dari tabel 4.10 hasil pengukuran paket loss pada ujicoba pertama dilakukan dengan waktu pengamatan dari jam 10:09:27.265755 WIB sampai jam 10:48:45.582469WIB. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa paket loss bernilai 0, ini menandakan bahwa semua paket yang dikirimkan dari JT Trosobo ke Operation Room terkirim dengan sempurna sehingga komunikasi antar keduanya berlangsung dengan baik tanpa ada data yang hilang.

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba kedua

Tabel 4.11 Paket Loss ujicoba kedua dari JT Trosobo ke Operation Room

No ASAL TUJUAN PAKET PAKET

LOSS

1 JT Trosobo Operation Room 133844 0

2 JT Trosobo Operation Room 133805 0

3 JT Trosobo Operation Room 133820 0

4 JT Trosobo Operation Room 133803 0


(12)

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba kedua yang ditunjukkan pada tabel 4.11 dilakukan dengan waktu pengamatan dari jam 13:10:55.607339 WIB sampai jam 14:00:53.562697 WIB. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa paket loss bernilai 0, ini menandakan bahwa semua paket yang dikirimkan dari JT Trosobo ke Operation Room terkirim dengan sempurna sehingga komunikasi antar keduanya berlangsung dengan baik tanpa ada data yang hilang.

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba ketiga

Tabel 4.12 Paket Loss ujicoba ketiga dari JT Trosobo ke Operation Room

No ASAL TUJUAN PAKET PAKET

LOSS

1 JT Trosobo Operation Room 133808 0 2 JT Trosobo Operation Room 133806 0 3 JT Trosobo Operation Room 133810 0 4 JT Trosobo Operation Room 133804 0 5 JT Trosobo Operation Room 133804 0

Pada pengukuran paket loss di ujicoba ketiga yang ditunjukkan pada tabel 4.12 semua paket terkirim dengan sempurna tanpa ada data yang hilang, karena pada tabel di atas terlihat bahwa nilai daripada paket lossnya adalah 0. Sehingga komunikasi keduanya berjalan dengan baik.

4.2.8 Perbandingan Paket Loss Pada Ketiga Ujicoba

Dari perolehan tabel-tabel di atas maka paket loss dari ujicoba pertama, kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

Perbandingan Paket Loss

0 0. 2 0. 4 0. 6 0. 8 1

1 2 3

Ujicoba

P

a

k

e

t

L

o

s

s

Gambar 4.5 Grafik perbendingan paket loss ujicoba pertama, kedua dan ketiga


(13)

Pada gambar 4.5 terlihat bahwa nilai dari pada paket loss dari pada ujicoba pertama, ujicoba kedua dan ujicoba ketiga nilainya adalah 0. Hal ini terjadi karena jaringan radio link yang digunakan pada Jembatan Timbang adalah point to point sehingga disebut juga Connection Oriented yaitu Suatu jenis komunikasi antar unit dalam jaringan yang transmisinya dilakukan pembentukan koneksi terlebih dahulu. Sehingga komunikasi antara Jembatan Timbang Trosobo dengan Operation Room dapat berlangsung dengan sangat baik tanpa ada data yang hilang.

4.3 Pengukuran pada ujicoba antara Jembatan Timbang Trowulan dengan Operation Room

Pada dasarnya cara pengukuran pada ujicoba antara Jembatan Timbang Trowulan dengan Operation Room adalah sama dengan cara pengukuran pada ujicoba antara Jembatan Timbang Trosobo dengan Operation Room. Setelah dilakukan pengukuran pada koneksi yang terjadi antara operation room pada cleint 1 yang memiliki IP. 172.19.25.11 dengan Jembatan Timbang Trowulan pada client 1 yang memiliki IP. 172.19.25.60 didapatkan hasil analisa delay, jitter, throughputdanpacket loss dan pembahasannya sebagai berikut :

4.3.1 Pengukuran Delay

Dari pengukuran berdasarkan analisa data dari wireshark rata-rata delay didapatkan statistik :

Hasil pengukuran rata-rata delay pada ujicoba pertama

Tabel 4.13 Rata-rata delay ujicoba pertama dari JT Trowulan ke Operation Room

WAKTU ASAL TUJUAN RATA-RATA

DELAY (ms)

10:29:53.806646 s/d 10:32:01.671291

JT Trowulan

Operation

Room 0.009141

10:40:41.495089 s/d 10:42:54.523063

JT Trowulan

Operation

Room 0.008138

10:53:45.663014 s/d 10:56:31.791861

JT Trowulan

Operation


(14)

Lanjutan tabel 4.13 Rata-rata delay pada ujicoba pertama dari JT Trowulan ke Operation Room

WAKTU ASAL TUJUAN

RATA-RATA DELAY (ms)

11:02:26.747499 s/d 11:04:31.685775

JT Trowulan

Operation

Room 0.007271

11:07:15.605613 s/d 11:09:24.709976

JT Trowulan

Operation

Room 0.009613

Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa pada ujicoba pertama nilai rata-rata delay dari waktu pengamatan 10:29:53.806646 WIB sampai dengan 11:09:24.709976 WIB mempunyai nilai rata-rata delay yang bervariasi. Adapun nilai rata-rata delay pada ujicoba pertama sebesar 0.008501ms. Dari data di atas nilai rata-rata delay yang tertinggi yaitu 0.009613 ms terjadi pada waktu pengamatan dari 11:07:15.605613 WIB sampai dengan 11:09:24.709976 WIB, sedangkan dari waktu pengamatan 11:02:26.747499 WIB sampai dengan 11:04:31.685775 WIB mempunyai nilai rata-rata delay terendah yaitu 0.007271 ms. Hasil pengukuran rata-rata delay pada ujicoba kedua

Tabel 4.14 Rata-rata delay ujicoba kedua dari JT Trowulan ke Operation Room

WAKTU ASAL TUJUAN RATA-RATA

DELAY (ms)

13:49:55.179579 s/d 13:52:33.687213

JT Trowulan

Operation

Room 0.093023

14:13:20.016902 s/d 14:15:52.098251

JT Trowulan

Operation

Room 0.010877

14:29:59.336983 s/d 14:33:18.302714

JT Trowulan

Operation

Room 0.050688

15:05:53.493453 s/d 15:08:44.790764

JT Trowulan

Operation

Room 0.010536

15:21:49.194915 s/d 15:24:45.472235

JT Trowulan

Operation


(15)

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa waktu pengamatan pada ujicoba pertama dimulai dari 13:49:55.179579 WIB sampai dengan 15:24:45.472235 WIB dengan nilai rata-rata delaynya adalah 0.0353524 ms. Nilai rata-rata delay yang terendah yaitu 0.010536 ms terjadi pada waktu pengamatan 15:05:53.493453 WIB sampai dengan 15:08:44.790764 WIB. Sedangkan pada waktu pengamatan 13:49:55.179579 WIB sampai dengan 13:52:33.687213 WIB mempunyai nilai rata-rata delay tertinggi yaitu 0.093023 ms.

Hasil pengukuran rata-rata delay pada ujicoba ketiga

Tabel 4.15 Rata-rata delay ujicoba ketiga dari JT Trowulan ke Operation Room

WAKTU ASAL TUJUAN RATA-RATA

DELAY (ms)

17:21:03.694408 s/d 17:24:09.853609

JT Trowulan

Operation

Room 0.015953

17:31:53.297942 s/d 17:34:54.480627

JT Trowulan

Operation

Room 0.015371

17:47:28.981717 s/d 17:50:17.908566

JT Trowulan

Operation

Room 0.015716

18:05:13.228554 s/d 18:08:55.315451

JT Trowulan

Operation

Room 0.047291

18:18:48.020006 s/d 18:23:13.048916

JT Trowulan

Operation

Room 0.011007

Dari tabel 4.15 ujicoba ketiga dilakukan mulai dari waktu pengamatan pada jam 17:21:03.694408 WIB sampai jam 18:23:13.048916 WIB dengan nilai rata-rata delaynya adalah 0.021068 ms. Nilai rata-rata delay yang terendah yaitu 0.011007 ms terjadi pada waktu pengamatan 18:18:48.020006 WIB sampai dengan 18:23:13.048916 WIB. Sedangkan pada waktu pengamatan 18:05:13.228554 WIB sampai dengan 18:08:55.315451 WIB mempunyai nilai rata-rata delay tertinggi yaitu 0.047291 ms.

4.3.2 Perbandingan Rata-Rata Delay Pada Ketiga Ujicoba

Dari perolehan data-data di atas maka rata-rata delay dari waktu awal pengamatan sampai akhir pengamatan pada ujicoba pertama,


(16)

kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

Perbandingan Rata-Rata Delay

0.008501

0.035352

0.021068

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

1 2 3

Ujicoba

Dela

y

(m

s)

Gambar 4.6 Grafik perbendingan delay ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Pada gambar 4.6 terlihat bahwa perbandingan rata-rata delay menunjukkan perbandingan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi delay, mulai dari jarak, waktu pengamatan, trafik jaringan dan lain – lain. Sehingga delay yang disebabkan tidak teratur. Pada ujicoba kedua seperti ditunjukkan pada gabar 4.6 di atas, bahwa nilai rata-rata delaynya tertinggi yaitu 0.0353524 ms, sedangkan nilai terendah pada ujicoba pertama yaitu 0.008501 ms. Akan tetapi nilai rata-rata delay dari semua ujicoba mempunyai nilai kurang dari 1 (satu), maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antara Jembatan Timbang Trowulan dengan Operation Room sangat bagus.

4.3.3 Pengukuran Jitter

Berikut ini analisa jitter pada ujicoba pertama, kedua dan ketiga yang terjadi saat melakukan komunikasi. Dari pengukuran berdasarkan analisa data dari wireshark didapatkan statistik :

Hasil pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba pertama seperti terlihat pada tabel di bawah ini .


(17)

Tabel 4.16 Rata-rata jitter ujicoba pertama dari JT Trowulan ke Operation Room

WAKTU ASAL TUJUAN RATA-RATA

JITTER (ms) 10:29:53.806646 s/d 10:32:01.671291 JT Trowulan Operation Room 0.015573 10:40:41.495089 s/d 10:42:54.523063 JT Trowulan Operation Room 0.012883 10:53:45.663014 s/d 10:56:31.791861 JT Trowulan Operation Room 0.013021 11:02:26.747499 s/d 11:04:31.685775 JT Trowulan Operation Room 0.010406 11:07:15.605613 s/d 11:09:24.709976 JT Trowulan Operation Room 0.009295

Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa pada percobaan ujicoba pertama ini rata-rata jitter bervariasi dengan nilai yang tertinggi pada waktu percobaan dari jam 10:29:53.806646 WIB sampai dengan jam 10:32:01.671291 WIB yaitu 0.015573 ms. Sedangkan nilai rata-rata jitter terendah pada waktu percobaan dari jam 11:07:15.605613 WIB sampai dengan 11:09:24.709976 WIB yaitu 0.009295 ms. Adapun nilai rata-rata jitter pada ujicoba pertama dari awal sampai akhir waktu pengamatan pada percobaan ujicoba pertama yaitu 0.012236 ms. Hasil pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba kedua

Tabel 4.17 Rata-rata jitter ujicoba kedua dari JT Trowulan ke Operation Room

WAKTU ASAL TUJUAN RATA-RATA

JITTER (ms) 13:49:55.179579 s/d 13:52:33.687213 JT Trowulan Operation Room 0.075805 14:13:20.016902 s/d 14:15:52.098251 JT Trowulan Operation Room 0.013579 14:29:59.336983 s/d 14:33:18.302714 JT Trowulan Operation Room 0.051726 15:05:53.493453 s/d 15:08:44.790764 JT Trowulan Operation Room 0.013856 15:21:49.194915 s/d 15:24:45.472235 JT Trowulan Operation Room 0.016158


(18)

Dari tabel 4.17 ujicoba kedua dilakukan mulai dari waktu pengamatan 13:49:55.179579 WIB sampai dengan 15:24:45.472235 WIB dengan nilai rata-rata jitternya adalah 0.034225 ms. Nilai rata-rata jitter yang terendah yaitu 0.013579 ms terjadi pada waktu pengamatan 14:13:20.016902 WIB sampai dengan 14:15:52.098251 WIB. Sedangkan pada waktu pengamatan 13:49:55.179579 WIB sampai dengan 13:52:33.687213 WIB mempunyai nilai rata-rata jitter tertinggi yaitu 0.075805 ms.

Hasil pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba ketiga

Tabel 4.18 Rata-rata jitter ujicoba ketiga dari JT Trowulan ke Operation Room

WAKTU ASAL TUJUAN RATA-RATA

JITTER (ms)

17:21:03.694408 s/d 17:24:09.853609

JT Trowulan

Operation

Room 0.017235

17:31:53.297942 s/d 17:34:54.480627

JT Trowulan

Operation

Room 0.016410

17:47:28.981717 s/d 17:50:17.908566

JT Trowulan

Operation

Room 0.013907

18:05:13.228554 s/d 18:08:55.315451

JT Trowulan

Operation

Room 0.042992

18:18:48.020006 s/d 18:23:13.048916

JT Trowulan

Operation

Room 0.013871

Dari tabel 4.18 ujicoba ketiga dilakukan mulai dari waktu pengamatan 17:21:03.694408 WIB sampai dengan 18:23:13.048916 WIB dengan nilai rata-rata jitternya adalah 0.020883 ms. Nilai rata-rata jitter yang terendah yaitu 0.013871 ms terjadi pada waktu pengamatan 18:18:48.020006 WIB sampai dengan 18:23:13.048916 WIB. Sedangkan pada waktu pengamatan 18:05:13.228554 WIB sampai dengan 18:08:55.315451 WIB mempunyai nilai rata-rata delay tertinggi yaitu 0.042992 ms.

4.3.4 Perbandingan Jitter Pada Ketiga Ujicoba

Dari perolehan data-data di atas maka rata-rata jitter dari waktu awal pengamatan sampai akhir pengamatan pada ujicoba pertama, kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :


(19)

Pe rbandingan Rata-Rata Jitte r

0.012236

0.034225

0.020883

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

1 2 3

Ujicoba

J

it

te

r

(m

s

)

Gambar 4.7 Grafik perbendingan Jitter ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Gambar 4.7 menunjukkan perbandingan nilai dari rata-rata jitter dari ujicoba pertama, kedua dan ketiga yang dimulai dari waktu pengamatan dari jam 10:29:53.806646 WIB sampai dengan jam 18:23:13.048916 WIB. Dari grafik di atas perbandingan nilai rata-rata jitter menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antara ketiga ujicoba. Nilai rata-rata jitter pada ujicoba kedua menunjukkan kenaikan nilai yang cukup besar yaitu 0.034225 ms jika dibandingkan dengan ujicoba pertama (0.012236 ms) dan ujicoba ketiga (0.020883 ms), hal ini terjadi karena rata-rata delay pada ujicoba kedua sangat besar sehingga besar kecilnya nilai rata-rata delay juga akan mempengaruhi besar kecilnya nilai rata-rata pada jitter.

4.3.5 Pengukuran Throughput

Berikut ini adalah besarnya throughputh pada ujicoba pertama, kedua dan ketiga berdasarkan analisa data dari wireshark yang didapatkan saat pengiriman paket.

Pada tabel 4.19 merupakan hasil pengukuran throughput pada ujicoba pertama dengan waktu pengamatan dari jam 10:29:53.806646 WIB sampai jam 11:09:24.709976 WIB.


(20)

Tabel 4.19 Nilai Throughput ujicoba pertama dari JT Trowulan ke Operation Room

Pada tabel 4.20 merupakan hasil pengukuran throughput pada ujicoba kedua dengan waktu pengamatan dari jam 13:49:55.179579 WIB sampai jam 15:24:45.472235 WIB.

Tabel 4.20 Nilai Throughput ujicoba kedua dari JT Trowulan ke Operation Room

Packets Bytes

Tx Packets

Tx Bytes

Rx Packets

Rx

Bytes Kbps

133887 110801477 53041 4321869 80846 106479608 5248.150619 133880 110921003 53046 4442459 80834 106478544 3922.379921 133962 110932506 53122 4451466 80840 106481040 4181.037211 133914 110929616 53068 4448672 80846 106480944 4856.365638 133948 110698985 53107 4213597 80841 106485388 4719.365451 Rata-Rata 4585.459768

Pada tabel 4.21 merupakan hasil pengukuran throughput pada ujicoba ketiga dengan waktu pengamatan dari jam 17:21:03.694408 WIB sampai jam 18:23:13.048916 WIB.

Tabel 4.21 Nilai Throughput ujicoba ketiga dari JT Trowulan ke Operation Room

Packets Bytes

Tx

Packets Tx Bytes

Rx Packets

Rx

Bytes Kbps

133977 110941041 53135 4457449 80842 106483592 4468.772202 133952 110697842 53102 4213280 80850 106484562 4591.557083 133940 110713829 53089 4231151 80851 106482678 4924.592667 134218 111010032 53358 4505628 80860 106504404 3746.576982 134385 110982374 53492 4463588 80893 106518786 3139.951848 Rata-Rata 4174.290156

Packets Bytes

Tx Packets

Tx Bytes

Rx Packets

Rx

Bytes Kbps

133802 110784744 53031 4311188 80771 106473556 6505.509449 133818 110905482 53050 4432088 80768 106473394 6266.772142 133854 110907608 53091 4434484 80763 106473124 5007.085141 133818 111145942 53053 4671804 80765 106474138 6657.921253 133812 110785508 53047 4312276 80765 106473232 6443.021023 Rata-Rata 6176.061802


(21)

4.3.6 Perbandingan Throughput Pada Ketiga Ujicoba

Dari perolehan data di atas maka rata-rata throughput dari ujicoba pertama, kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

Perbandingan Rata-Rata Throughput

6176.061802

4585.459768

4174.290156

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

1 2 3

ujicoba

T

h

ro

u

g

h

p

u

t

(K

b

p

s

)

Gambar 4.8 Grafik perbendingan throughput ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Dari gambar 4.8 terlihat bahwa perbandingan nilai rata-rata throughput pada ujicoba pertama lebih tinggi yaitu 6176.061802 Kbps jika dibandingkan dengan ujicoba kedua (4585.459768 Kbps) dan ketiga (4174.290156 Kbps). Hal ini disebabkan karena pada ujicoba pertama delay antar paket rendah, sehingga akan menyebabkan kedatangan antar paket lebih cepat. Dengan kata lain apabila sebuah saluran digunakan secara bersamaan oleh Jembatan Timbang lainnya untuk mengirimkan data ke Operation Room akan menyebabkan besar kecilnya throughput.

4.3.7 Pengukuran Paket Loss

Berikut ini adalah besarnya paket loss berdasarkan analisa data dari wireshark yang didapatkan saat pengiriman paket dari JT Trowulan ke Operation Room.

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba pertama

Tabel 4.22 Paket Loss ujicoba pertama dari JT Trowulan ke Operation Room

No ASAL TUJUAN PAKET PAKET

LOSS

1 JT Trosobo Operation Room 133802 0 2 JT Trosobo Operation Room 133818 0 3 JT Trosobo Operation Room 133854 0 4 JT Trosobo Operation Room 133818 0 5 JT Trosobo Operation Room 133812 0


(22)

Dari tabel 4.22 hasil pengukuran paket loss pada ujicoba pertama dilakukan dengan waktu pengamatan dari jam 10:29:53.806646 WIB sampai jam 11:09:24.709976 WIB. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa paket loss bernilai 0, ini menandakan bahwa semua paket yang dikirimkan dari JT Trowulan ke Operation Room terkirim dengan sempurna sehingga komunikasi antar keduanya berlangsung dengan baik tanpa ada data yang hilang.

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba kedua

Tabel 4.23 Paket Loss ujicoba kedua dari JT Trowulan ke Operation Room

No ASAL TUJUAN PAKET PAKET

LOSS

1 JT Trosobo Operation Room 133887 0 2 JT Trosobo Operation Room 133880 0 3 JT Trosobo Operation Room 133962 0 4 JT Trosobo Operation Room 133914 0 5 JT Trosobo Operation Room 133948 0

Pada pengukuran paket loss di ujicoba kedua dengan waktu pengamatan dari jam 13:49:55.179579 WIB sampai jam 15:24:45.472235 WIB. Pada tabel 4.12 di atas semua paket terkirim dengan sempurna tanpa ada data yang hilang, karena pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai daripada paket lossnya adalah 0. Sehingga komunikasi keduanya berjalan dengan baik.

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba ketiga

Tabel 4.24Paket Loss ujicoba ketiga dari JT Trowulan ke Operation Room

No ASAL TUJUAN PAKET PAKET

LOSS

1 JT Trosobo Operation Room 133977 0 2 JT Trosobo Operation Room 133952 0 3 JT Trosobo Operation Room 133940 0 4 JT Trosobo Operation Room 134218 0 5 JT Trosobo Operation Room 134385 0


(23)

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba ketiga yang ditunjukkan pada tabel 4.11 dilakukan dengan waktu pengamatan dari jam 17:21:03.694408 WIB sampai jam 18:23:13.048916 WIB. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa paket loss bernilai 0, ini menandakan bahwa semua paket yang dikirimkan dari JT Trowulan ke Operation Room terkirim dengan sempurna sehingga komunikasi antar keduanya berlangsung dengan baik tanpa ada data yang hilang.

4.3.8 Perbandingan Paket Loss Pada Ketiga Ujicoba

Dari perolehan tabel-tabel di atas maka paket loss dari ujicoba pertama, kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

Perbandingan Paket Loss

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

1 2 3

Ujicoba

P

a

k

e

t

L

o

s

s

Gambar 4.9 Grafik perbendingan paket loss ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Pada gambar 4.9 terlihat bahwa nilai dari pada paket loss dari pada ujicoba pertama, ujicoba kedua dan ujicoba ketiga nilainya adalah 0. Hal ini terjadi karena jaringan radio link yang digunakan pada Jembatan Timbang adalah point to point sehingga disebut juga Connection Oriented yaitu Suatu jenis komunikasi antar unit dalam jaringan yang transmisinya dilakukan pembentukan koneksi terlebih dahulu. Sehingga komunikasi antara Jembatan Timbang Trowulan dengan Operation Room dapat berlangsung dengan sangat baik tanpa ada data yang hilang.

Dari perolehan nilai rata-rata delay dan jitter pada percobaan pertama, kedua dan ketiga di atas, maka dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :


(24)

Perbandingan Rata-Rata Delay & Jitter

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

1 2 3

Ujicoba

m

s Delay

Jitter

Gambar 4.10 Grafik perbendingan rata-rata delay & jitter ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Pada gambar 4.10 diketahui perbandingan rata-rata delay dan jitter, dimana semakin banyak paket informasi yang lewat dalam sebuah jaringan akan mempengaruhi besar kecilnya delay dan jitter. Dari grafik di atas nilai rata-rata jitter dan delay antara ujicoba menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan, nilai tertinggi berada pada ujicoba ke dua, hal ini terjadi karena pada saat ujicoba kedua yang dimulai dengan waktu pengamatan mulai dari jam 13:49:55.179579 WIB sampai jam 15:24:45.472235 WIB merupakan jam-jam sibuk, ditambah dengan penggunaan sebuah jalur komunikasi secara bersamaan. Karena paket data yang akan dikirim dari Jembatan Timbang Trowulan ke Operation Room melewati Jembatan Timbang Trosobo dan ditambah paket data dari Jembatan Timbang lain sehingga banyak paket yang antri untuk sampai ke Operation Room dan hal ini akan mengakibatkan besarnya delay dan jitter.

4.4 Perbandingan Kualitas Gambar Monitoring antara Jembatan Timbang Trowulan dan Trosobo

Pada perencanaan ini, dilakukan uji MOS untuk mengetahui kualitas hasil rekaman gambar monitoring di lokasi Jembatan Timbang Trowulan dan Trosobo dengan hasil rekaman di Operation Room melalui jaringan radio link yang telah dibangun. MOS tersebut melibatkan 5 orang responden yang akan memberikan penilian secara subyektif dengan kategori penilaian pada MOS tersebut adalah 6 skala, dengan angka 1.0-2.6 untuk kualitas tidak direkomendasikan dan angka 4.3-5.0 sebagai kualitas sangat memuaskan, seperti telah dijelaskan di bab II pada tabel 2.1


(25)

Adapun cara untuk merekam hasil gambar monitoring Jembatan Timbang dengan memakai software Camtasia Studio 4 yang sudah dijelaskan dalam bab III.

Hasil rekaman gambar monitoring di masing-masing lokasi baik di Jembatan Timbang Trosobo dan Jembatan Timbang Trowulan dengan hasil rekaman di Operation Room melalui jaringan radio link dapat dilihat pada hasil rekaman di bawah ini.

Berikut hasil rekaman Jembatan Timbang Trosobo dan Jembatan Timbang Trowulan dengan hasil rekaman di Operation Room melalui jaringan radio link.

§ Jembatan Timbang Trosobo.

Hasil Rekaman JT Trosobo pada Lokasi Jembatan Timbang

Gambar 4.11 Hasil Rekaman JT Trosobo pada Lokasi Jembatan Timbang

Pada gambar 4.11 merupakan hasil rekaman monitoring Jembatan Timbang Trosobo yang direkam di Lokasi Jembatan Timbang. Hasil Rekaman JT Trosobo di Operation Room melalui radio link


(26)

Pada gambar 4.12 merupakan hasil rekaman Jembatan Timbang Trosobo yang direkam di Operation Room melalui radio link. Dari gambar 4.11 dan 4.12 maka didapatkan hasil MOS yang dilakukan oleh 5 orang responden terhadap kualitas hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trosobo di atas:

Tabel 4.25 Hasil penilaian responden pada Jembatan Timbang Trosobo Lokasi

Nama

Responden JT Trosobo

Operation Room

Aam 4 2.5

Angga 4 3

Arif 3.5 2.5

Robby 3.5 3

Zainul 4.5 2.5

Rata-Rata 3.9 2.7

Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa kualitas yang dihasilkan dari hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trosobo pada lokasi JT Trosobo rata-rata responden memberikan penilaian pada range 3,5 sampai 4 MOS. Sehingga didapatkan rata-rata penilaian responden secara keseluruhan sebesar 3.9 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan adalah “Baik”. Hal ini disebabkan hasil rekaman tersebut dilakukan pada jaringan lokal di Jembatan Timbang Trosobo. Sedangkan hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trosobo di Operation Room melalui radio link rata-rata responden memberikan penilaian pada range 2,5 sampai 3 MOS. Sehingga didapatkan rata-rata penilaian responden secara keseluruhan sebesar 2.7 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan adalah “Buruk”, hal ini bisa disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil rekaman melalui radio link/wireless, diantaranya jarak, cuaca, waktu, dan propagasinya sehingga ketajaman gambarnya menjadi menurun.

Adapun hasil perolehan rekaman terhadap Jembatan Timbang Trowulan seperti terlihat pada gambar di bawah ini:


(27)

§ Jembatan Timbang Trowulan.

Hasil Rekaman JT Trowulan pada Lokasi Jembatan Timbang

Gambar 4.13 Hasil Rekaman JT Trowulan pada Lokasi Jembatan Timbang

Pada gambar 4.13 merupakan hasil rekaman Jembatan Timbang Trowulan yang direkam di Lokasi Jembatan Timbang.

Hasil Rekaman JT Trowulan di Operation Room melalui radio link

Gambar 4.14 Hasil Rekaman JT Trowulan di Operation Room melalui radio link

Pada gambar 4.14 merupakan hasil rekaman Jembatan Timbang Trowulan yang direkam di Operation Room melalui radio link. Dari gambar 4.13 dan 4.14 maka didapatkan hasil MOS yang dilakukan oleh 5 orang responden terhadap kualitas hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trowulan di atas.


(28)

Adapun hasil perolehan MOS seperti terlihat pada tabel 4.13 di bawah ini

Tabel 4.26 Hasil penilaian responden pada Jembatan Timbang Trowulan

Lokasi Nama

Responden JT

Trowulan

Operation Room

Aam 4 3

Angga 4 3

Arif 3 3

Robby 4.5 3

Zainul 4.5 2.5

Rata-Rata 4 2.9

Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa kualitas yang dihasilkan dari hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trowulan pada lokasi JT Trowulan rata-rata responden memberikan penilaian pada range 3 sampai 4.5 MOS. Sehingga didapatkan rata-rata penilaian responden secara keseluruhan sebesar 4 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan adalah “Baik”. Hal ini disebabkan hasil rekaman tersebut dilakukan pada jaringan lokal di Jembatan Timbang Trowulan. Sedangkan hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trowulan di Operation Room melalui radio link rata-rata responden memberikan penilaian pada range 2,5 sampai 3 MOS. Sehingga didapatkan rata-rata penilaian responden secara keseluruhan sebesar 2.9 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan adalah “Buruk”, hal ini bisa disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil rekaman melalui radio link/wireless, diantaranya jarak, cuaca, waktu, dan propagasinya sehingga ketajaman gambarnya menjadi menurun.


(1)

Hasil pengukuran paket loss pada ujicoba ketiga yang ditunjukkan pada tabel 4.11 dilakukan dengan waktu pengamatan dari jam 17:21:03.694408 WIB sampai jam 18:23:13.048916 WIB. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa paket loss bernilai 0, ini menandakan bahwa semua paket yang dikirimkan dari JT Trowulan ke Operation Room terkirim dengan sempurna sehingga komunikasi antar keduanya berlangsung dengan baik tanpa ada data yang hilang.

4.3.8 Perbandingan Paket Loss Pada Ketiga Ujicoba

Dari perolehan tabel-tabel di atas maka paket loss dari ujicoba pertama, kedua dan ketiga dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :

Perbandingan Paket Loss

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

1 2 3

Ujicoba

P

a

k

e

t

L

o

s

s

Gambar 4.9 Grafik perbendingan paket loss ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Pada gambar 4.9 terlihat bahwa nilai dari pada paket loss dari pada ujicoba pertama, ujicoba kedua dan ujicoba ketiga nilainya adalah 0. Hal ini terjadi karena jaringan radio link yang digunakan pada Jembatan Timbang adalah point to point sehingga disebut juga

Connection Oriented yaitu Suatu jenis komunikasi antar unit dalam jaringan yang transmisinya dilakukan pembentukan koneksi terlebih dahulu. Sehingga komunikasi antara Jembatan Timbang Trowulan dengan Operation Room dapat berlangsung dengan sangat baik tanpa ada data yang hilang.

Dari perolehan nilai rata-rata delay dan jitter pada percobaan pertama, kedua dan ketiga di atas, maka dapat diperoleh perbandingan grafik seperti di bawah ini :


(2)

Perbandingan Rata-Rata Delay & Jitter

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

1 2 3

Ujicoba

m

s Delay

Jitter

Gambar 4.10 Grafik perbendingan rata-rata delay & jitter ujicoba pertama, kedua dan ketiga

Pada gambar 4.10 diketahui perbandingan rata-rata delay dan jitter, dimana semakin banyak paket informasi yang lewat dalam sebuah jaringan akan mempengaruhi besar kecilnya delay dan jitter. Dari grafik di atas nilai rata-rata jitter dan delay antara ujicoba menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan, nilai tertinggi berada pada ujicoba ke dua, hal ini terjadi karena pada saat ujicoba kedua yang dimulai dengan waktu pengamatan mulai dari jam 13:49:55.179579 WIB sampai jam 15:24:45.472235 WIB merupakan jam-jam sibuk, ditambah dengan penggunaan sebuah jalur komunikasi secara bersamaan. Karena paket data yang akan dikirim dari Jembatan Timbang Trowulan ke Operation Room melewati Jembatan Timbang Trosobo dan ditambah paket data dari Jembatan Timbang lain sehingga banyak paket yang antri untuk sampai ke Operation Room dan hal ini akan mengakibatkan besarnya delay dan jitter.

4.4 Perbandingan Kualitas Gambar Monitoring antara Jembatan Timbang Trowulan dan Trosobo

Pada perencanaan ini, dilakukan uji MOS untuk mengetahui kualitas hasil rekaman gambar monitoring di lokasi Jembatan Timbang Trowulan dan Trosobo dengan hasil rekaman di Operation Room melalui jaringan radio link yang telah dibangun. MOS tersebut melibatkan 5 orang responden yang akan memberikan penilian secara subyektif dengan kategori penilaian pada MOS tersebut adalah 6 skala, dengan angka 1.0-2.6 untuk kualitas tidak direkomendasikan dan angka 4.3-5.0 sebagai kualitas sangat memuaskan, seperti telah dijelaskan di bab II pada tabel 2.1


(3)

Adapun cara untuk merekam hasil gambar monitoring Jembatan Timbang dengan memakai software Camtasia Studio 4 yang sudah dijelaskan dalam bab III.

Hasil rekaman gambar monitoring di masing-masing lokasi baik di Jembatan Timbang Trosobo dan Jembatan Timbang Trowulan dengan hasil rekaman di Operation Room melalui jaringan radio link dapat dilihat pada hasil rekaman di bawah ini.

Berikut hasil rekaman Jembatan Timbang Trosobo dan Jembatan Timbang Trowulan dengan hasil rekaman di Operation Room melalui jaringan radio link.

§ Jembatan Timbang Trosobo.

Hasil Rekaman JT Trosobo pada Lokasi Jembatan Timbang

Gambar 4.11 Hasil Rekaman JT Trosobo pada Lokasi Jembatan Timbang

Pada gambar 4.11 merupakan hasil rekaman monitoring Jembatan Timbang Trosobo yang direkam di Lokasi Jembatan Timbang. Hasil Rekaman JT Trosobo di Operation Room melalui radio link


(4)

Pada gambar 4.12 merupakan hasil rekaman Jembatan Timbang Trosobo yang direkam di Operation Room melalui radio link. Dari gambar 4.11 dan 4.12 maka didapatkan hasil MOS yang dilakukan oleh 5 orang responden terhadap kualitas hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trosobo di atas:

Tabel 4.25 Hasil penilaian responden pada Jembatan Timbang Trosobo

Lokasi Nama

Responden JT

Trosobo

Operation Room

Aam 4 2.5

Angga 4 3

Arif 3.5 2.5

Robby 3.5 3

Zainul 4.5 2.5

Rata-Rata 3.9 2.7

Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa kualitas yang dihasilkan dari hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trosobo pada lokasi JT Trosobo rata-rata responden memberikan penilaian pada range 3,5 sampai 4 MOS. Sehingga didapatkan rata-rata penilaian responden secara keseluruhan sebesar 3.9 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan adalah “Baik”. Hal ini disebabkan hasil rekaman tersebut dilakukan pada jaringan lokal di Jembatan Timbang Trosobo. Sedangkan hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trosobo di Operation Room melalui radio link rata-rata responden memberikan penilaian pada range 2,5 sampai 3 MOS. Sehingga didapatkan rata-rata penilaian responden secara keseluruhan sebesar 2.7 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan adalah “Buruk”, hal ini bisa disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil rekaman melalui radio link/wireless, diantaranya jarak, cuaca, waktu, dan propagasinya sehingga ketajaman gambarnya menjadi menurun.

Adapun hasil perolehan rekaman terhadap Jembatan Timbang Trowulan seperti terlihat pada gambar di bawah ini:


(5)

§ Jembatan Timbang Trowulan.

Hasil Rekaman JT Trowulan pada Lokasi Jembatan Timbang

Gambar 4.13 Hasil Rekaman JT Trowulan pada Lokasi Jembatan Timbang

Pada gambar 4.13 merupakan hasil rekaman Jembatan Timbang Trowulan yang direkam di Lokasi Jembatan Timbang.

Hasil Rekaman JT Trowulan di Operation Room melalui radio link

Gambar 4.14 Hasil Rekaman JT Trowulan di Operation Room melalui radio link

Pada gambar 4.14 merupakan hasil rekaman Jembatan Timbang Trowulan yang direkam di Operation Room melalui radio link. Dari gambar 4.13 dan 4.14 maka didapatkan hasil MOS yang dilakukan oleh 5 orang responden terhadap kualitas hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trowulan di atas.


(6)

Adapun hasil perolehan MOS seperti terlihat pada tabel 4.13 di bawah ini

Tabel 4.26 Hasil penilaian responden pada Jembatan Timbang Trowulan Lokasi

Nama

Responden JT

Trowulan

Operation Room

Aam 4 3

Angga 4 3

Arif 3 3

Robby 4.5 3

Zainul 4.5 2.5

Rata-Rata 4 2.9

Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa kualitas yang dihasilkan dari hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trowulan pada lokasi JT Trowulan rata-rata responden memberikan penilaian pada range 3 sampai 4.5 MOS. Sehingga didapatkan rata-rata penilaian responden secara keseluruhan sebesar 4 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan adalah “Baik”. Hal ini disebabkan hasil rekaman tersebut dilakukan pada jaringan lokal di Jembatan Timbang Trowulan. Sedangkan hasil rekaman gambar monitoring Jembatan Timbang Trowulan di Operation Room melalui radio link rata-rata responden memberikan penilaian pada range 2,5 sampai 3 MOS. Sehingga didapatkan rata-rata penilaian responden secara keseluruhan sebesar 2.9 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan adalah “Buruk”, hal ini bisa disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil rekaman melalui radio link/wireless, diantaranya jarak, cuaca, waktu, dan propagasinya sehingga ketajaman gambarnya menjadi menurun.