BAB V PEMBAHASAN
5.1 Umum
Pengolahan air bersih ialah unit Instalasi Pengolahan Air IPA yang
berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel padat tersuspensi dan koloidal dalam kandungan air baku sehingga menghasilkan air bersih yang layak untuk
dikonsumsi.
Dari data yang didapat, kualitas air yang akan diolah adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1. Karakteristik Kualitas Air Baku
Parameter Satuan
kualitas Air Baku Baku Mutu Air Minum
Warna pt-CO
40 15
Kekeruhan mgl SiO2
200 5
Kesadahan mgl sbg CaCO3
60 500
Alkalinitas mgl sbg CaCO3
55 NH4
mgl 0.4
PH 7.5
6.5-8.5 Besi
mgl 0.7
0.3 Mangan
mgl 0.1
0.1 Zat Organik
mgl KMnO4 9
Caliform MPN100ml
8 NO3
mgl 12
10 NO2
mgl 1
0.1
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa kualitas air baku sangat jauh dari standart baku mutu air minum yang dianjurkan. Air sungai yang belum diproses
tingkat kekeruhannya agak tinggi, kekeruhan akan mengurangi kejernihan air yang disebabkan oleh pencemar-pencemar yang ada di dalam air yang disebabkan
Universitas Sumatera Utara
oleh lempung, lanau partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloid lainnya. Maka dari itu air baku yang berasal dari sungai tersebut perlu diolah agar
layak untuk dikonsumsikan sebagai air bersih.
5.2. Prinsip Pengolahan Air Bersih
Partikel-partikel padat tersuspensi dan koloidal atau pseudokoloidal dalam air baku yang secara alami sulit mengendap akan diubah menjadi partikel-partikel
yang lebih besar yang disebut floc yang memiliki berat jenis yang lebih berat dan ukuran partikel yang lebih besar sehingga lebih mudah dipisahkan dari air dan
mengendap. 5.2.1. Pengolahan Tahap Pertama
Pengolahan tahap pertama meliputi 3 tahap, yaitu klorinasi awal, koagulas dan flokulasi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel padat
tersuspensi dan koloidal yang terkandung dalam air. A. Pra Sedimentasi
Air baku yang berasal dari intake dialirkan dengan dipompa ke bak prasedimentasi . Bak sedimentasi bentuk persegi panjang, didisain untuk
meningkatkan waktu detensi partikel untuk mengendapkan dibak prasedimentasi diskrit.
Cara pembersihan partikel-partikel yang mengapung scum yang masuk ke bak prasedimentasi dengan menggunakan alat khusus jala agar tidak terbawa
ke outlet yang akan dihisap oleh Raw Water Pump RWP. Untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara
seberapa tinggi endapan lumpur pada prasedimentasi dapat dilakukan dengan pengamatan secara visual oleh operator.
B. Koagulasi Koagulasi dilakukan untuk menstabilkan pertikel-partikel padat yang
secara alamiah sulit diendapkan akibat dari muatan listrik yang terdapat pada permukaan partikel sehingga dapat menghambat partikel-parikel tersebut untuk
bergabung. Bahan kimia yang digunakan untuk koagulasi adalah aluminium sulfatTawas. Jumlah yang digunakan disesuaikan dengan kondisi air yang akan
diolah. Parameter yang mempengaruhi proses koagulasi ialah: • Kandungan partikel koloidal dalam air terutama partikel yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. • Zat-zat organik dalam air.
• ph air • Intensitas pengadukan
• Karakteristik koagulan, dosis dan konsentrasi Pada unit proses ini diperlukan pengadukan dengan putaran tinggi
untuk mendispersikan koagulan secara merata didalam air baku. Pengadukan dapat dilakukan secara hidrolis, mekanis maupun pneumatis. Secara umum
koagulasi berpungsi untuk: -
Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun organic
- Mengurangi warna akibat oleh partikel koloid di dalam air
- Mengurangi bakteri-bakteri patogen, alga dan organisme plankton
yang lain
Universitas Sumatera Utara
- Mengurangi rasa dan bau akibat partikel koloid dalam air.
Dosis bahan kimia ditentukan pada saat proses awal dan selanjutnya diatur selama pengoperasian IPA merupakan penyesuaian dari hasil Zart-test air baku.
Alumunium sulfat merupakan golongan garam dari asam kuat akan menurunkan pH air sehingga mengubah air menjadi lebih agresif dan terpisah dengan zat-zat
tersuspensi terlarut tersebut. Sedangkan untuk netralisasi pH dilakukan pada pipa outlet filter bertekanan Sand Filter dengan menggunakan bahan kimia soda ash
Sodium Carbonate. Bahan-bahan koagulasi yang biasa digunakan dalam pengolahan air
adalah: a. Garam yang gugusannya aluminium sulfat seperti:
Aluminium Sulfat Al2SO43.18H2O
Ammonia Alum Al2SO43.NH42SO4.24H2O
Potash Alum Al2SO43.K2SO4.24H2O
Sodium Aluminate Na Al O2
b. Garam yang Gugusannya Besi seperti: Ferri Sulfat
Fe2SO43 Ferrous Sulfat
FeSO4.7H2O Ferri Clorida
Fe Cl3 C. Flokulasi
Flokulasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan kohesi dari floc yang telah terbentuk pada proses koagulasi. Flokulasi dilakukan secara homogen,
perlahan, dengan teknik pencampuran secara mekanis untuk meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kesempatan pembentukan floc. Floc yang terjadi memiliki berat jenis yang lebih ringan sehingga dengan kecepatan aliran pada tangki pengendapan tangki
Clarifer akan mengakibatkan floc tersebut terbawa kedalam filter dan dapat mengakibatkan Clogging pada filter. Untuk itu digunakan bahan kimia khusus
jenis polymer yang digolongkan sebagai flocculant. Tangki flokulasi, system pencampuran
bahan, dan
peralatan pendukung
direncanakan dengan memperhatikan faktor-faktor berikut:
• Kondisi daerah pengisian seperti endapan di dasar. • Efisiensi energi yang terbuang dengan memanfaat jenis aliran turbulensi.
• Mencegah terjadinya jalur Preferensial antara tekanan masuk dan tekanan keluar tangki.
5.2.2. PENGOLAHAN TAHAP KEDUA : Pengendapan dan Penjernihan. Pengendapan adalah pemisahan antara air dan
floc yang telah terbentuk sebelumnya. Perpindahan aliran air antara daerah flokulasi dengan daerah pengendapan dilakukan pada ruang pengisian yang
terdapat di bawah pelat lamellar Lamellar Modules. Pengendapan dilakukan pada pelat lamellar yang diletakkan miring dengan penampang berbentuk persegi
delapan sehingga endapan yang terbentuk dari proses ini tersimpan di bagian bawah tangki pengendapan dan dibuang ke saluran pembuangan dengan jangka
waktu tertentu ang sudah diatur terlebih dahulu. Air yang sudah dijernihkan dikumpulkan pada suatu saluran pengumpul Over flow Weirs dan dialirkan ke
tangki penjernihan. A. Ukuran Partikel Dan Kecepatan Pengendapan
Universitas Sumatera Utara
Secara sederhana yang dimaksud sendimentasi adalah proses keluarnya zat padat yang terdapat dalam air dan seterusnya akan mengendap akibat gaya
beratnya sendirisecara cepat dan tepat dalam waktu yang ditentukan. Secara umum pengendapan sendimen air baku tergantung dari sifat alami dari sumber air
dan keadaan aliran yang mungkin terjadi. Dalam hal ini biasanya air baku membawa partikel-partikel suspensi yang tidak tentu seperti Lumpur, tanah liat,
pasir dan zat-zat organic yang susah dipisahkan dari air. Tujuan utama sendimentasi pada pengolahan air bersih adalah melewatkan air dari bak dengan
kecepatan rendah tanpa kandungan partikel sendimen. Partikel tersebut akan turun akibat gaya berat dan bergantung juga kepeda:
a. Kecepatan arus horizontal dari air b. Ukuran dari partikel
c. Berat jenis dari partikel d. Bentuk dari partikel
e. Viskositas Tanah liat mempunyai diameter 10-9m – 10-6 m umumnya susah dipisahkan dari
air dengan proses sendimentasi yang sederhana, tetapi selanjutnya proses pengolahan dapat dilakukan dengan proses yang lebih lengkap.
B. Kecepatan Maksimum Untuk Mencegah Partikel Terangkat Salah satu hal yang terpenting dalam proses pengendapan adalah
mencegah agar partikel tersebut tidak akan melayang atau terangkat oleh karena kecepatan aliran air sebelum dan sesudah pengendapan.
Maka kecepatan aliran pada saluran dibatasi sebagai start awal proses
Universitas Sumatera Utara
pengolahan air. adapun rumus untuk hal tersebut diatas adalah:
Va = �
�.� �
�. �……………………………………………….
Dimana: Va = kecepatan air mdet
d = diameter partikel mm f = factor gesekan
g = percepatan grafitasi = 9,81 mdet S = Berat jenis partikel
P = 0,1 untuk pengendapan pasir 0,04 untuk proses pengolahan yang menghendaki floc-floc dari
material. Dalam proses pengendapan partikel dianggap berlangsung secara ideal
dengan pengertian: 1. Arus mempunyai kecepatan yang sama diseluruh bagian bak pengendapan,
sehingga partikel mempunyai waktu pengendapan yang sama. 2. Partikel dianggap merata homogen
3. Sesudah mencapai dasar bak, partikel tidak bergerak. Misalkan panjang tangki L, kedalaman air d, lebar tangki b, dan debit yang
masuk sama dengan debit yang keluar Qinlet = Qoutlet, seperti gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
t =
�.�.� �
........................................................
4.1
� �
�.�.� �
misalkan suatu partikel bergerak dalam tangki dengan kecepatan V, maka: kecepatan aliran horizontal =
� �.�
......................................................
4.2
waktu aliran horizontal =
� ���
............................................................. 4.3
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai dasar bak =
� �
........................... 4.4
maka agar supaya partikel mencapai dasar bak dan tidak keluar dari tangki, maka waktu untuk mencapai dasar bak harus sama dengan waktu dari aliran horizontal.
Jadi
��� �
====== ˃ v =
� ��
............................................... 4.5
Dimana: luas tangki A = L x b 5.2.3. PENGOLAHAN TAHAP KETIGA : Filtrasi
Filtrasi dimaksudkan untuk menyaring zat padat tersuspensi yang tertinggal dalam air jernih Clarified water. Penyaringan dilakukan pada tangki
vertikal bertekanan yang berisi media penyaring yang di tempatkan di atas lantai penyaring yang telah dilengkapi dengan susunan lubang Nozzle. Zat padat
tersuspensi yang tersisa secara perlahan akan menutup ruang antar butiran pasir. Proses ini disebut dengan Clogging. Bila Clogging meningkat maka kerugian
tekan Head loss akan meningkat sehingga mempengaruhi aliran air pada media
Universitas Sumatera Utara
penyaring. Untuk itu diperlukan pencucian media penyaring setelah Clogging mencapai tingkat ukuran tertentu.
Selama proses pencucian Backwash, Instalasi masih tetap beroperasi walaupun hanya satu filter. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air hasil
penyaringan dari filter yang beroperasi dan di kombinasikan dengan udara bertekanan. Proses ini dilakukan secara berurutan untuk satu persatu filter.
Kombinasi pencucian dengan air dan udara memberikan keuntungan : • Pembersihan media penyaring yang menyeluruh dan mengurangi risiko
clogging yang terlalu dalam. • Waktu pencucian yang singkat kira-kira 20 menit
• Tidak memerlukan tangki dan pompa air pembersih secara khusus.
Debit air yang digunakan untuk proses pencucian filter disarankan relatif kecil dengan tujuan:
• Pengoprasian yang relatif lebih mudah. • Pengoperasian yang relatif lebih aman.
• Air pencucian yang terbuang tidak banyak. • Air bersih yang diperlukan untuk pencucian tidak terlalu banyak.
Menurut kecepatan system penyaringan air dan susunan media penyaringan, maka penyaringan dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Saringan pasir lambat slow sand filter 2. Saringan pasir cepat rapid grafity sand filter
Universitas Sumatera Utara
5.2.4. PENGOLAHAN TAHAP KEEMPAT : Desinfeksi Proses klorinasi akhir disebut juga dengan proses Desinfeksi yang
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme di dalam air yang masih terdapat dalam air ketika proses filtrasi. Meskipun air sudah melalui berbagai proses
pengolahan sebelumnya dan kelihatan bersih, namun masih sering terkontaminasi dengan mikroba yang membahayakan kesehatan manusia sehingga diperlukan
desinfektan dalam jumlah minimum yang diinjeksikan ke dalam jaringan distribusi. Jenis desinfektan yang umum digunakan adalah Kaporit Hypho
Chlorite
.
Universitas Sumatera Utara
5.2.5. RINCIAN UNIT PENGOLAHAN AIR Rincian dan alur proses unit pengolahan air diperlihatkan pada gambar 4.1
AIR BAHAN KIMIA
Gambar 5.1. Diagram alir unit proses pengolahan air bersih
Intake Air B k
Injeksi
Prasedimentasi
Desinfeksi Kaporit
Chlorine
Pengendapan Flokulasi
Filtrasi
Injeksi Netralisasi
Soda Ash
Air Bersih Koagulant
Alum SulfatTawas
Universitas Sumatera Utara
5.2.6. BAGIAN PENJERNIHAN Bagian penjernihan air baku adalah kontruksi baja meliputi unit-unit proses
flokulator, settling, dan clarified yang dikemas menjadi satu kesatuan seperti diperlihatkan pada gambar 4.2.
Gambar 5.2. Susunan unit bagian penjernihan dan arah aliran proses A. Flokulator.
Bagian dari kontruksi penjernihan air baku yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses flokulasi
B. Tangki Pengedapan Settling Tank. Setelah melalui flokulator selanjutnya air diolah dalam tangki pengedapan,
C. Tangki Penampungan Air Jernih Clarified Water Tank. Air yang sudah dijernihkan dari tangki pengendapan disimpan di dalam
tangki penyimpanan sementara sebelum diteruskan ke proses filtrasi.
Universitas Sumatera Utara
D. Pompa Air JernihClarified Water Pump.
Air yang sudah dijernihkan akan dipompakan kedalam proses filtrasi 5.2.7 SISTEM PENCAMPURAN BAHAN KIMIA
Untuk memperoleh pencampuran yang merata antara air baku dengan bahan kimia ada beberapa cara yang dilakukan yaitu:
A. Sistem Pencampuran Alamiah Sistem pencampuran alamiah dibagi atas:
a. Pipa bazin Pencampur b. Sistem Pencampur Horizontal
c. Sistem Pencampur Vertikal B. Sistem Pencampuran Mekanis
Sistem pencampuran mekanis dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Sistem pencampur dengan propeler
b. Sistem pencampur dengan paddle c. Sistem pencampur dengan impelar atau turbin
Ketiga sistem ini telah dipergunakan secara meluas dalam sistem pengolahan air bersih. Dalam beberapa persoalan tertentu, sistem pencampuran imperal atau
turbin dengan menggunakan pipa sehingga tidak mempergunakan bak pencampur. Fungsi dari flash mixing untuk memancarkan bahan koagulan pada air,
sehingga terdapat kontak yang sempurna dalam proses pembubuhan dan pembentukan floc tidak terjadi pada flash mixing untuk menjaga penyumbatan..
Universitas Sumatera Utara
C. Unit Dosing Dan Persiapan Tawas Aluminium Sulfat. Zat kimia yang digunakan untuk mendestabilisasi koloid dan partikel
tersuspensi adalah aluminium sulfat yang berfungsi sebagaim koagulan. Sebelum dimasukkan kedalam proses koagulasi, koagulan yang digunakan dilanjutkan
terlebih dahulu sesuai konsentrasi yang di butuhkan agar koagulan dapat bekerja secara lebih merata dalam air baku dan lebih mudah untuk dimasukkan ke dalam
air. Dosis Alumunium Sulfat yang digunakan, sesuai dengan hasil jartest yang dilakukan pada laboratorium atau sesuai dengan tabel pemakaian tawas
5.3. Kondisi Air Baku Di Eksisting IPA Limau Manis