diselingi oleh areal persawahan. Wilayah dataran tinggi, sebahagian besar diusahakan untuk tanaman pangan serta tanaman perkebunan rakyat dan
perkebunan besar. Akan tetapi sebagian wilayah ini sesuai dengan keamanan alamnya terdiri
dari areal hutan yang tidak dimanfaatkan untuk areal pertanian disamping pada alang-alang yang luas serta tanahnya yang kurang subur. Wilayah Pantai Barat
Tapanuli Selatan dan sebahagian daerah lainnya, beriklim agak kering dengan areal pertanian yang kurang subur. Wilayah Kepulauan Nias adalah daerah yang
relatif lambat dalam perkembangan prasarana perhubungan serta perkembangan sosial budaya penduduknya. Tanahnya yang berbukit, sebahagian kurang subur
apabila digunakan untuk areal pertanian terutama di pulau-pulau kecil selain Pulau Nias.
4.2 Deskripsi Data Penelitian 1. Perkembangan Inflasi Provinsi Sumatera Utara
Inflasi merupakan proses kenaikan harga barang-barang secara terus menerus, dimana kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan Indeks Harga
Konsumen IHK. Dalam penelitian ini digunakan data Inflasi bulanan Provinsi Sumatera Utara yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen IHK Provinsi
Sumatera Utara periode Januari 2002 - Desember 2013. Inflasi Provinsi Sumatera Utara periode 2002 – 2013 berkisar antara 9,59 - 10,18 bergerak fluktuatif.
Terlihat bahwa Inflasi Provinsi Sumatera Utara terendah pada tahun 2009 sebesar 2,61, kemudian Inflasi Provinsi Sumatera Utara tertinggi terjadi pada tahun
Universitas Sumatera Utara
2005 sebesar 22,41. Berikut gambaran perkembangan Inflasi Provinsi Sumatera Utara periode 2002 – 2013 terlihat pada grafik berikut:
Gambar 4.1. Grafik Inflasi Provinsi Sumatera Utara Periode 2002 – 2013
4 8
12 16
20 24
02 03
04 05
06 07
08 09
10 11
12 13
INFLASI INFLASI PROVINSI SUMATERA UTARA PERIODE 2002 - 2013
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah
Perkembangan Inflasi Provinsi Sumatera Utara periode 2002 – 2013 terlihat pergerakannya fluktuatif. Inflasi Provinsi Sumatera Utara pernah berada diposisi
lebih dari 20 yaitu pada tahun 2005, hal ini disebabkan terkait kebijakan pemerintah dalam rangka menaikkan harga bahan bakar minyak.
Pada periode tahun 2003 inflasi menurun dari posisi 9,59 pada tahun 2002 ke posisi 4,23. Setelah itu pada tahun 2004 inflasi mulai meningkat sampai
menyentuh level 6,80 dan disusul dengan kenaikan tajam pada tahun 2005 sampai menyentuh angka 22,41. Kenaikan yang begitu besar pada tahun 2005
disebabkan oleh terjadimya kenaikan harga BBM sebesar 80. Kemudian pada tahun 2006 inflasi berhasil diredam dengan menurunnya inflasi pada posisi 6,11
dan selanjutnya bergerak cenderung stabil pada tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan BBM benar-benar membawa dampak yang cukup serius bagi keadaaan inflasi Provinsi Sumatera Utara. Ketika pemerintah menaikkan BBM
pada tahun 2008, langsung diikuti oleh laju inflasi yang meningkat sampai menyentuh level 10,72, yang sebelumnya di level 6,60 di tahun 2007. Pada
tahun 2009 pemerintah berhasil meredam gejolak inflasi dan berhasil turun sampai pada posisi 2,61, paling rendah dari semua periode pengamatan,
penurunan ini disebabkan karena kebijakan penurunan harga BBM oleh pemerintah pada akhir tahun 2009.
Pada tahun 2010, kembali terjadi gejolak kenaikan inflasi pada posisi 8,00, kenaikan ini dipicu karena harga beberapa komoditas bahan makanan, terutama
cabai merah dan beras, yang dipengaruhi oleh kurangnya pasokan akibat gangguan cuaca dan gagal panen di sejumlah sentra pertanian di Sumatera Utara.
Setelah itu pada tahun 2011 inflasi turun pada posisi 3,67 dan bergerak stabil sampai tahun 2012 di level 3,86. Pada 21 Juni 2013 pemerintah kembali
menaikkan harga BBM sebesar 44, sehingga membawa dampak kenaikan inflasi yang cukup tajam di level 10,18.
Dilihat dari Gambar 4.1. diatas secara umum perkembangan inflasi Provinsi Sumatera Utara bergerak secara berfluktuatif, dilihat dari Gambar 4.1 diatas
kenaikan BBM terkait kebijakan pemerintah pusat yaitu pada tahun 2004 dan tahun 2013 menyebabkan kenaikan inflasi yang cukup tajam, secara umum
guncangan shock inflasi di Provinsi Sumatera Utara disebabkan oleh administered inflation.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Analisis Data 4.3.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik