i. Obat harus diberikan melalui jalur yang paling sederhana, tidak invasive, dan efektif; biasanya per oral.
ii. Karena pasien takut dengan jarum suntik, pasien dapat menyangkal bahwa mereka mengalami nyeri atau tidak
memerlukan pengobatan. iii. Untuk mendapatkan efek analgesik yang cepat dan langsung,
pemberian parenteral terkadang merupakan jalur yang paling efisien.
iv. Opioid kurang poten jika diberikan per oral. v. Sebisa mungkin jangan memberikan obat via intramuscular
karena nyeri dan absorbsi obat tidak dapat diandalkan. vi. Infus kontinu memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan
IM, IV, dan subkutan intermiten, yaitu: tidak nyeri, mencegah terjadinya penundaanketerlambatan pemberian obat,
memberikan control nyeri yang kontinu pada anak. Indikasi: pasien nyeri di mana pemberian per oral dan
opioid parenteral intermiten tidak memberikan hasil yang memuaskan, adanya muntah hebat tidak dapat
memberikan obat per oral
e. Analgesik dan anestesi regional: epidural atau spinal
i. Sangat berguna untuk anak dengan nyeri kanker stadium lanjut yang sulit diatasi dengan terapi konservatif.
ii. Harus dipantau dengan baik iii. Berikan edukasi dan pelatihan kepada staf, ketersediaan segera
obat-obatan dan peralatan resusitasi, dan pencatatan akurat mengenai tanda vital skor nyeri.
f. Manajemen nyeri kronik: biasanya memiliki penyebab multipel, dapat melibatkan komponen nosiseptif dan neuropatik
i. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh ii. Pemeriksaan penunjang yang sesuai
iii. Evaluasi faktor yang mempengaruhi iv. Program terapi: kombinasi terapi obat dan non-obat kognitif,
fisik, dan perilaku. v. Lakukan pendekatan multidisiplin
g. Berikut adalah tabel obat-obatan non-opioid yang sering digunakan untuk anak:
Obat-obatan non-opioid
Obat Dosis
Keterangan
Parasetamol 10-15mgkgBB oral, setiap
4-6 jam Efek antiinflamasi kecil, efek gastrointestinal dan
hematologi minimal Ibuprofen
5-10mgkgBB oral, setiap 6- 8 jam
Efek antiinflamasi. Hati-hati pada pasien dengan gangguan heparrenal, riwayat perdarahan
gastrointestinal atau hipertensi. Naproksen
10-20mgkgBBhari oral, terbagi dalam 2 dosis
Efek antiinflamasi. Hati-hati pada pasien dengan disfungsi renal. Dosis maksimal 1ghari.
Diklofenak 1mgkgBB oral, setiap 8-12
jam Efek antiinflamasi. Efek samping sama dengan
ibuprofen dan naproksen. Dosis maksimal 50mgkali.
h. Panduan penggunaan opioid pada anak:
i. Pilih rute yang paling sesuai. Untuk pemberian jangka panjang, pilihlah jalur oral.
ii. Pada penggunaan infus kontinu IV, sediakan obat opioid kerja singkat dengan dosis 50-200 dari dosis infus perjam
kontinu prn. iii. Jika diperlukan 6 kali opioid kerja singkat prn dalam 24 jam,
naikkan dosis infus IV per-jam kontinu sejumlah: total dosis opioid prn yang diberikan dalam 24 jam dibagi 24. Alternatif
lainnya adalah dengan menaikkan kecepatan infus sebesar 50. iv. Pilih opioid yang sesuai dan dosisnya.
v. Jika efek analgesik tidak adekuat dan tidak ada toksisitas , tingkatkan dosis sebesar 50.
vi. Saat tapering-off atau penghentian obat: pada semua pasien yang menerima opioid 1 minggu, harus dilakukan tapering-off
untuk menghindari gejala withdrawal. Kurangi dosis 50 selama 2 hari, lalu kurangi sebesar 25 setiap 2 hari. Jika dosis
ekuivalen dengan dosis morfin oral 0,6 mgkgBBhari, opioid dapat dihentikan.
vii. Meperidin tidak boleh digunakan untuk jangka lama karena dapat terakumulasi dan menimbulkan mioklonus, hiperrefleks,
dan kejang. i. Terapi alternatif tambahan:
i. Konseling ii. Manipulasi chiropractic
iii. Herbal