Septum Nasi Perdarahan Sinus Paranasal

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Anatomi Hidung

Kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri Corbridge, 1998.

2.1.1. Septum Nasi

Septum nasi dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi juga dengan mukosa nasal. Bagian tulang terdiri dari dua tulang nasal yang bersatu pada garis tengah dan berada pada bagian atas prosesus nasalis tulang frontal. Sedangkan bagian tulang rawan terdiri dari : A. Kartilago lateral atas B. Kartilago lateral bawah alar cartilages C. Kartilago lesser alar sesamoid D. Kartilago septum Dhingra, 2007

2.1.2. Perdarahan

Bagian postero-inferior septum nasi diperdarahi oleh arteri sfenopalatina yang merupakan cabang dari arteri maksilaris dari a.karotis eksterna. Septum nasi bagian antero-inferior diperdarahi oleh arteri palatina mayor juga cabang dari a.maksilaris yang masuk melalui kanalis insisivus. Arteri labialis superior cabang dari a.fasialis memperdarahi septum bagian anterior mengadakan anastomose Universitas Sumatera Utara membentuk fleksus Kiesselbach yang terletak lebih superfisial pada bagian anterior septum. Daerah ini disebut juga Little’s area yang merupakan sumber perdarahan pada epistaksis. Arteri karotis interna memperdarahi septum nasi bagian superior melalui arteri etmoidalis anterior dan superior. Vena sfenopalatina mengalirkan darah balik dari bagian posterior septum ke fleksus pterigoideus dan dari bagian anterior septum ke vena fasialis. Pada bagian superior vena etmoidalis mengalirkan darah melalui vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus sagitalis superior Lund, 1997.

2.1.3. Sinus Paranasal

Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang terletak di sekitar nasal dan mempunyai hubungan dengan kavum nasi melalui ostiumnya Mangunkusumo, 1999. Terdapat empat pasang sinus paranasal, yaitu sinus frontalis, sfenoidalis, etmoidalis, dan maksilaris. Sinus maksilaris dan etmoidalis mulai berkembang selama dalam masa kehamilan. Sinus maksilaris berkembang secara cepat hingga usia tiga tahun dan kemudian mulai lagi saat usia tujuh tahun hingga 18 tahun dan saat itu juga air-cell ethmoid tumbuh dari tiga atau empat sel menjadi 10-15 sel per sisi hingga mencapai usia 12 tahun Jhosephson dan Roy, 1999. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan yang mengalami modifikasi, dan mampu menghasilkan mukus, dan bersilia, sekret disalurkan ke dalam rongga hidung. Selaput lendir mukosa akan menjerat bakteri dan bahan berbahaya yang dibawa oleh silia, kemudian mengeluarkannya melalui ostium dan Universitas Sumatera Utara ke dalam nasal untuk dibuang. Pada orang sehat, sinus terutama berisi udara Adams, 1997.

2.2. Inverted Papilloma