Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesungguhnya pendidikan merupakan masalah penting yang aktual sepanjang zaman. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi orang mampu mengola alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia. Pendidikan sangatlah penting dalam menentukan maju dan mundurnya bangsa, sehingga pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 yaitu : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik yang menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Masalah kemiskian dan kaum fakir bukanlah masalah baru, sejak dahulu berbagai agama dan aliran filsafat mencoba memecahkannya untuk mengakhiri penderitaan kaum fakir. Namun pada zaman sekarang masalah kemiskinan dan problematika ekonomi secara umum telah merasuk akal dan jiwa manusia secara luas. 2 Islam mewajibkan setiap orang baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat. Seiring dengan perkembangan zaman, bekal pendidikan perlu dimiliki oleh semua orang agar dapat bertahan hidup di tengah masyarakat modern. walaupun demikian, belum semua orang menyadari pentingnya arti pendidikan untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Kurangnya 1 Undang-undang tentang Sisdiknas dan PeaturanPelaksanaannya 2000-2004, Jakarta: Tamita Utama, 2004, h.7 2 Dr. Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema Insani Press, 1999 Cet. 1, h.23. akan arti penting pendidikan ini terutama terjadi pada kelompok masyarakat dengan status ekonomi menengah kebawah. Hal tersebut dapat di pahami karena sebagian dari kelompok ini mengutamakan usaha-usaha untuk mempertahankan mereka dari hari ke hari guna memenuhi kebutuhan dasar mereka ketimbang untuk memikirkan pendidikan. Tanpa mengesampingkan pendidikan luar sekolah, pendidikan melalui jalur sekolah merupakan persyaratan penting dalam bekerja. Oleh karena itu sudah selayaknyalah ada usaha-usaha untuk mengembangkan pendidikan bagi anak-anak dari kalangan ini, baik untuk pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian anak sebagai generasi penerus di harapkan dapat menjadi individu yang bertahan di tengah kemajuan teknologi saat ini dan dapat memperbaiki taraf hidup keluarga mereka agar tidak terus menerus hidup dalam kemiskinan. Keinginan orang tua untuk mengubah nasib bagi anak-anaknya tidak bertentangan dengan agama, tetapi merupakan tabi’at manusia untuk hidup lebih baik dan sejalan dengan firman Allah SWT di dalam QS. An-Nisa’ [4]:9 dan Ar-Ra’du [13]:11  +-.0 1234 5 6 78 9 :; :; = ?+ ? ABC Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. D EF; G= IJK + M ;N OPQRS IJK + 6T3U:V WN Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum kecuali mereka itu merubah diri mereka sendiri. 3 Seiring dengan perkembangan zaman pula maka bekal pendidikan dengan kualitas yang baik sangat di perlukan sebagai persiapan untuk menghadapi tantangan hidup dimasa depan. Prestasi belajar yang baik merupakan faktor penunjang keberhasilan seseorang dalam usaha memperbaiki taraf hidupnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah faktor internal yang meliputi intelektual, motivasi belajar, sikap dan minat terhadap pendidikan serta faktor eksternal yang meliputi keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal serta keadaan situasional. 4 Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar. Motivasi belajar menentukan jumlah waktu yang digunakan siswa dalam belajar dan jumlah waktu yang digunakan ini merupakan salah satu peramal yang dapat di percaya bagi pencapaian prestasi siswa. Jadi bila kita membandingkan dua orang siswa yang mempunyai kecerdasan yang sama maka siswa dengan motivasi belajar tinggi akan menghabiskan waktu lebih banyak belajar sehingga prestasi belajarnya akan lebih tinggi dari pada siswa yang motivasi belajarnya rendah. Selain mempengaruhi jumlah waktu yang digunakan, motivai belajar juga menimbulkan keinginan untuk belajar serta menentukan bayaknya materi yang akan di pelajari. Dengan demikian maka siswa dengan motivasi belajar tinggi akan memiliki banyak energi untuk belajar sehingga prestasinya akan lebih tinggi. Menurut Gage and Berliner motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah, aktivitas yang terpilih serta intensitas keterlibatan siswa dalam suatu aktifitas. Motivasi menjadi bagian dari tujuan pengajaran, dimana siswa di harapkan dapat memiliki motivasi untuk belajar yang terbentuk selama dalam mengalami proses belajar di sekolah. 3 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI 4 Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia, 1996 Cet, H. 56 Latar belakang siswa yang lemah ekonomi mungkin menjadi penyebab rendahnya tingkat kecerdasan mereka, akan tetapi mereka tetap memiliki peluang untuk berhasil bila memiliki motivasi untuk belajar yang tinggi. Oleh karena itu motivasi untuk belajar pada diri mereka harus menjadi karakteristik dan penting untuk membentuknya sejak awal siswa belajar disekolah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw: + , - . 01 2 + 3 Artinya : “ Dari Anas ra Bersabda Rasulullah saw. “tidaklah anak yang dilahirkan ini kecuali telah membawa fitrah kecenderungan untuk percaya kepada Allah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi , Nasrani atau Majusi”. 5 Hadits di atas mempunyai kaitan yang erat dengan pernyataan sebelumnya. Hadits ini mempunyai pengertian bahwa setiap orang lahir dalam keadaan fitrah. Setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi seorang yang baik, jahat, pintar ataupun bodoh tanpa memandang dari golongan apa ia berasal. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar mencakup aspek budaya, keluarga, sekolah, dan pribadi siswa itu sendiri. Pengembangan motivasi belajar pada siswa akan terjadi secara optimal bila keempat system di atas berkembang secara harmonis. Akan tetapi pada kenyataannya ada kekurangan-kekurangan dalam tiap aspek tersebut sehingga menghambat pembentukan motivasi belajar pada siswa, khususnya siswa dengan latar belakang ekonomi lemah. mereka hidup di tengah lingkungan kemiskinan ytang tidak selalu mementingkan pendidikan dikarenakan adanya kebutuhan lain yang harus didahulukan. Sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta permasalahan dalam keluarga sebagai akibat dari permasalahan ekonomi juga menghambat dalam 5 Nur Uhbiyati, Ilmi Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Setia, 1997, Cet. 1, h.113 menumbuhkan motivasi belajar anak. Kurangnya penerimaan dari guru, sekolah dan teman-teman sebaya menyebabkan anak memandang bahwa sekolah merupakan hal yang tidak menyenangkan dan sia-sia. Istilah ekonomi lemah yang identik dengan kemiskinan adalah suatu keadaan yang di lukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. 6 Ekonomi lemah yang identik dengan kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat dinegara berkembang. Masalah ekonomi lemah ini dikatakan sebagai salah satu problem karena menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara berencana, terintegrasi, dan menyeluruh dalam waktu singkat. 7 Tingkat pendapatan yang semakin rendah , hilangnya kesempatan kerja akibat pemutusan hubungan kerja PHK serta semakin tingginya harga barang-barang kebutuhan pokok semakin mempersulit kehidupan mereka. Status sosial ekonomi mempengaruhi sikap dan nilai orang tua, terutama terhadap pendidikan anak, perhatian terhadap sekolah, dan penyediaan sarana penunjang pendidikan di rumah. Status sosial ekonomi dan prestasi siswa mempunyai hubungan yang erat. Siswa dengan status sosial ekonomi tinggi dari berbagai etnik memiliki skor tes yang lebih tinggi dan bertahan di sekolah lama dari pada siswa dengan status social ekonomi lemah. 8 Pendidikan selanjutnya amat di tentukan oleh keberhasilan pendidikan di jenjang sekolah dasar ini. Setiap anak adalah masa depan, karena itu tempat anak adalah di sekolah, bukan di pabrik, tempat sampah, jalanan atau tempat yang dapat membahayakan perkembangannya. Dalam melakukan intervensi terhadap masalah pendidikan bagi siswa ekonomi lemah maka motivasi menjadi fokus utama yang perlu di perhatikan 6 Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Pustaka Setia, 1999, Cet.2, h.28. 7 Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, h.28 8 Woolfolk and Anita, E, Educational Psychology, Jakarta: Ally and Bacon, 1993, h.378 karena motivasi berkaitan erat dengan perilaku belajar dan prestasi serta sangat mempengaruhi untuk kerja siswa dalam belajar di sekolah. Hurlock menyatakan bahwa masa penting pertumbuhan mitovasi belajar adalah pada usia sekolah dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Selain itu, pada masa usia sekolah anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa. 9

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah