ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan kedalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam
naskah editing.
23
C. Hierarchy Of Influence
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Resse membingkai nilai-nilai yang mempengaruhi isi media ke dalam sebuah konsep yang dinamakan
konsep Hierarchy Of Influence. Konsep ini terbagi menjadi lima level yaitu, level individual, level rutinitas media, level organisasi, level extramedia, dan
level ideologi. 1.
Level Individual Pada level ini dapat dilihatfaktor latarbelakang, pengalaman, sikap,
nilai-nilai, keyakinan, peran, etika, dan kekuasaan mempengaruhi potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik
oleh pekerja komunikasi. Pembentukan konten dari suatu pemberitaan media merupakan sebuah elemen yang dibentuk oleh pekerja media
atau seorang jurnalis. Faktor individual dari seorang jurnalis atau pekerja media dapat dilihat dari segi personalnya, dimana seorang
jurnalis membuat berita dan dapat memiliki sebuah orientasi nilai dalam menciptakan atau bahkan berhadapan dengan realitas yang ada
dalam hal ini konstruksi berita. Kemudian faktor latar belakang dan karakteristik dari seorang jurnalis memiliki peranan yang sangat
berpengaruh pada individu pekerja media. Latar belakang serta
23
Ibid.
karakteristik seorang jurnalis dapat dilihat dari pendidikannya. Ini karena karena tingkat pengetahuan, serta intelektualitas dapat
mempengaruhi pemberitaan media. Peran-peran profesional dan etika memiliki efek langsung pada konten
media massa, sedangkan pengaruh sikap pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan pada konten media massa tidak langsung, yang beroperasi
hanya sebatas bahwa individu memegang kekuasaan dalam organisasi media yang dapat memungkinkannya untuk mengesampingkan nilai-
nilai profesional danatauorganisasi.
24
2. Level Rutinitas Media
Dalam level ini membahas bagaimana rutinitas atau kebiasaan dari suatu media dalam mengemas media berita. Rutinitas ini merupakan
sebuah pola yang menjadi kebiasaaan, pelaksanaan mekanisme kerangka pekerja sehari-hari. Rutinitas media tidak berkembang secara
acak,mengingat organisasi terbatassumber daya dan pasokan terbatas dari bahan bakupotensial, rutinitas merupakan respon praktis
untukkebutuhan organisasi media dan pekerja.Pada level ini memiliki tiga unsur sumber rutin: suppliers sumber berita, proseccor
organisasi media, dan consumers audiens: penonton, pendengar atau pembaca.
25
Supplier sumber berita didapatkan untuk kemudian diolah menjadi sebuah pemberitaan yang kemudian proseccor
organisasi media yang merupakan redaksi bertugas untuk mengemas
24
Pamela J. Shoemaker Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content 2
nd
. USA: longman 1996. hlm. 88.
25
Ibid, hlm. 103-104.
berita tersebut menjadi berita layak yang kemudian akan dikirimkan kepada consumers audiens, konsumen disini berupa penonton,
pendengar, pembaca. Dalam mengemas pemberitaan dapat dilihat rutinitas pekerja media,
bagaimana segala mekanisme yang terbentuk menjadi prosedur standar sebuah pengelola media atau kebijakan perusahaan. Bagaimana berita
dipilah berdasar ciri dan kriteria, proses peliputan reporter, kemudian editing , dari pra produksi, proses, dan pasca produksi, deadlineatau
batas waktu dan seterusnya yang kemudian berulang-ulang menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan pekerja media.
3. Level Organisasi
Ketika melihat sebuah organisasi media, kita mempertanyakan peran yang dilakukan, strukturisasi mereka, kebijakan yang mengalir dari
struktur tersebut dan metode yang digunakan untuk menegakkan kebijakan tersebut.
Bagi kebanyakan organisasi media, tujuan utama mereka adalah ekonomi keuntungan. Tujuan lainnya adalah menghasilkan produk
yang berkualitas, melayani masyarakat, dan mendapat pengakuan professional dibangun mengikuti tujuan mencari keuntungan.
Organisasi berita khususnya, telah menghadapi tekanan ekonomi yang berkembang dalam memainkan perananan lebih besar dalam mendikte
keputusan jurnalistik. Cara organisasi yang terstrukturmempengaruhi isi dengan mempengaruhi budaya kerja dan dengan menentukan